Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Media pembelajaran
a. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara
pengantar dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2002: 3).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2011: 309) media pendidikan adalah alat
bantu dan bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Pengertian media menurut Wilkinson (dalam Muslich, 2009: 133) bahwa media
adalah segala alat dan bahan selain buku teks, yang dapat dipakai untuk
menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar.
Media menurut Kusnawati, (2008: 47) berasal dari bahasa Latin medium
yang berarti perantara, penghubung atau pengantar dari pemberi pesan dan
penerima pesan. AECT (Association of Education and Comunication
Technology, 1997) dalam Arsyad (2002: 3) memberi batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi. Menurut Izzan (2010: 145) media pembelajaran adalah alat yang
dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada
pembelajar.
Izzan (2010: 145) menjelaskan beberapa langkah untuk memilih dan
mengembangkan media pembelajaran. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
karakteristik bahan);
Mengkaji berbagai media yang telah ada;
Memilih dan menentukan media pembelajaran;
Jika belum ada, membuat atau menciptakan media;
Menggunakan media;
Mengevaluasi media yang telah digunakan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran
sebagai perantara informasi sehingga dapat tersampaikan dengan tepat kepada
siswa.
b. Manfaat media
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar dale
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat yang paling konkrit samapi
yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudia dikenal dengan nama kerucut
pengalaman atau cone of experience. Pada saat ini kerucut pengalaman milik
Dale ini dianut secarra luas dalam menentukan media, alat bantuserta alat perga
yang sesuai untuk pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar paling konkrit
yang secara langsung dialami siswa terletak dibagian bawah kerucut. Disinilah
pengalaman yang paling besar dan banyak memperoleh manfaat karena dengan
cara mengalaminya sendiri. Menurut analisis Dale, pengalaman langsung
mendapat tempat utama dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada
dipuncak kerucut. Dasar pengembangan kerucut Dale bukanlah tingkat ksulitan,
melainkan tingka kebastrakan jumlah jenis indera yang turut sertaselama
penerimaan isi pembelajaran ataupesan. Pengalaman langsung memberikan kesan
paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
2. Media komik
Komik merupakan media grafis yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran. Gambar komik yang sederhana dan jelas serta bahasa yang ringkas dan
mudah dipahami mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh
guru.
a. Pengertian
Komik berasal dari bahasa Prancis, comique dan dari bahasa Yunani,
komikos, yang berarti lucu atau menggelitik. Semula komik hanya mengacu
pada cerita humoristis atau satiris untuk menghibur, namun dalam
perkembangannya komik berarti menjelaskan semua bagian gambar strip, baik
bernilai humor atau tidak. Muslich (2009: 140) Komik adalah suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas
dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk,
mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku
tersendiri.
Pada buku Understanding Comics, Eisner (dalam McCloud, 2001: 8)
mendefinisikan eknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan
gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu
ide". Lebih lanjut McCloud (2001: 9) mendefinisikan seni sequential dan komik
sebagai gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjunktaposisi
(bersebelahan/berdekatan) dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan
informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sebagai
media yang merupakan bentuk seni merupakan wadah yang dapat menampung
berbagai macam gagasan dan gambar.
Pengertian komik menurut Ranang dkk (2010: 7) adalah cerita
bergambar dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku, yang pada
umumnya mudah dicerna dan lucu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2011:
73), cerita adalah tuturan /kisah yang membentangkan bagaimana terjadinya
suatu hal.
Gambar didefinisikan oleh Shinta dkk (2005) sebagai tiruan seperti
orang, tumbuhan, binatang yang dibuat dengan coretan pensil atau alat tulis
lainnya yang dibuat di atas kertas atau media lain. Gambar merupakan salah satu
obyek yang kongkrit sehingga siswa dapat menangkap kesan dari stimulus yang
berupa cerita. Siswa biasanya lebih tertarik untuk membaca buku-buku yang
mereka yang biasanya memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku atau
komik, bahkan hingga ke tingkat kecanduan. Lebih lanjut beliau mengatakan
semua remaja, bahkan yang tidak termasuk gemar membaca pun biasanya tetap
senang membaca komik karena sifatnya yang ringan dan lebih ekspresif.
Komik sebagai media pembelajaran bukanlah sebuah inovasi baru, hanya
saja penggunaan dan manfaatnya mungkin kurang dapat dirasakan karena kita
tidak memahami definisi komik sebenarnya. Sudah banyak penggunakan komik
dalam dunia pendidikan sebagai media pembelajaran. Komik sebagai media
pembelajaran diharapkan dapat menyampaikan pesan pembelajaran serta
menumbuhkan dan meningkatkan minat baca pada peserta didik. Menurut
Hernowo (dalam Indratno, 2003), panduan antara teks dan gambar dapat
membuat otak kanan dan otak kiri muncul secara serentak dan saling
mendukung dalam memahami sebuah gagasan. Cambell (dalam Indratno, 2003)
menjelaskan bahwa tampilan gambar dapat memberikan siswa secara visual
untuk memahami dan mengkomunikasikan materi yang telah dipelajarinya. Hal
tersebut karena ketertarikan dalam belajar dapat dimunculkan dengan adanya
visual warna, bentuk atau gambar.
Siswa cenderung lebih menikmati buku cerita yang bergambar
dibandingkan dengan buku cerita yang isinya berupa tulisan saja. Kondisi ini
karena gambar-gambar yang terdapat dalam buku cerita tersebut membuat anak
termotivasi untuk membaca sehingga penyampaian informasi melalui gambar
dapat lebih efektif apabila dibandingkan dengan tulisan saja. Cara penyajian
dalam bentuk gambar dapat memperkuat ingatan siswa.
yang dimulai dari penerimaan input dan diikuti oleh pemberian arti
penyimpanannya dalam kotak-kotak memori untuk digunakan dan dipanggil
pada saat dibutuhkan.
Adanya perpaduan gambar dan tulisan pada komik pada akhirnya
membuat siswa lebih mudah dalam mengingat informasi yang ada dalam komik
tersebut. Siswa yang kurang memahami teks yang ada dalam komik menjadi
tertarik untuk memahami teks tersebut karena ingin lebih memahami alur dari
cerita yang ada. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya kemampuan
berbahasa siswa dan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran
keterampilan membaca siswa.
Smith (Shinta, 2005: 47) menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga
peran ilustrasi bagi komik yang dibaca siswa. Pertama, ilustrasi harus mampu
memberi ruang pada siswa untuk berimajinasi. Kedua, ilustrasi harus mampu
menimbulkan rangsangan bagi siswa untuk mengenal estetika. Ketiga, terakhir
ilustrasi harus mampu memberi kenikmatan bagi anak yang membacanya.
Lebih lanjut menurut Sugihartati (2010: 133) Membaca komik keasyikan
yang diperoleh adalah ekspresi sang tokoh menjadi lebih mudah dipahami
karena ekspresi sang tokoh menjadi lebih mudah dipahami karena terekspresi
lewat gambar yang ditampilkan. Wajah jenaka, wajah cantik dan tampan dari
sang tokoh, setting suasana, cara berbusana, dan lain sebagainya, dapat dengan
lebih cepat dipahami pembaca karena terekspresi lewat gambar yang ditata dan
ditampilkan sedemikian rupa dalam urutan dan kotak-kotak yang mungkin
terkadang tak beraturan, tetapi justru disitulah menurut sejumlah informan yang
diteliti merupakan sisi menarik yang dapat dirasakan para remaja urban pembaca
komik grafis.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komik dapat
mempengaruhi kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan yang dimiliki yaitu
siswa dapat memahami materi/ informasi yang diberikan oleh guru. Adanya
ilustrasi gambar pada komik membuat siswa tertarik untuk memahami alur
cerita dari komik tersebut. Kondisi ini pada akhirnya membuat siswa berusaha
untuk mengetahui arti dari kalimat yang ditulis dalam komik sehingga secara
tidak langsung kemampuan bahasanya menjadi terlatih.
3. Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa asing di SMA merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kompetensi siswa dan memperluas wawasan. Germain (dalam Tagliante,
1994 : 35) menuturkan lapprentissage est un processus actif, qui se droule
lintrieur de lindividu et qui est susceptible dtre avant tout influenc par cet
individu. Maksudnya, belajar merupakan proses aktif, yang berlangsung dalam diri
individu dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh individu itu sendiri.
Sudjana (melalui Jihad, 2008: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, sebagai hasil proses belajar
yang ditunjukkan pada aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif). Jihad sendiri mengungkapkan bahwa belajar terjadi karena adanya
interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan perubahan tingkah
laku (2008: 4). Sedangkan menurut Aunurrahman (2009: 34) seseorang dikatakan telah
mengalami proses belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berbagai pendapat tentang belajar tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan sebuah aktivitas yang menghasilkan perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu dalam berbagai aspek yaitu aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek
afektif.
Menurut Pringgawidagda (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk
berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun kolektif
sosial. Interaksi antarmanusia dengan mengunakan bahasa tersebut dapat menyebabkan
timbulnya kebudayaan serta akumulasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya
untuk menyampaikan adanya kebudayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi,
diperlukan bahasa sehingga lahirlah globalisasi komunikasi. Berdasarkan Brown ( 2008:
6) bahasa adalah keterampilan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri anakanak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi formal, dipakai tanpa memahami
logika yang mendasarinya, secara kualitatif sama dalam diri setiap orang, dan berbeda
dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih umum dalam hal memproses
informasi atau berperilaku secara cerdas.
Izzan (2010: 2-4) menuturkan, bahasa merupakan sistem lambang-lambang
(simbol-simbol) berupa bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Pada perkembangan selanjutya, bahasa
sudah setaraf dengan tingkat kemajuan peradaban manusia. Bahasa dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan, baik lisan, maupun tulisan. Fungsi bahasa adalah
merupakan alat komunikasi seseorang dengan bahasa lain, dan menjadi media
penghubung antara masyarakat suatu bangsa satu dengan bangsa lainnya.
disiapkan untuk mencapai hal tersebut. Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah peserta didik mampu mengidentifikasi bentuk dan tema teks
wacana sederhana dengan tepat dan memperoleh informasi umum, informasi tertentu
dan rinci dari wacana teks sederhana. Adapun kompetensi dasar dalam keterampilan
membaca yaitu:
a. Mengidentifikasi bentuk dan tema wacana sederhana secara tepat.
b. Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis
sederhana yang benar.
c. Menafsirkan kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tertulis sederhana
dengan tepat berdasarkan konteks.
Dari berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa secara umum
mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial. Pembelajaran bahasa asing sebagai
suatu proses pemerolehan bahasa kedua secara sadar dan sengaja melalui proses belajar,
pengalaman dan interaksi. Dalam mempelajari bahasa asing, perlu diperhatikan bahwa
penyampaian materi sangat berpengaruh terhadap minat siswa dalam menyerap apa
yang mereka terima dikelas, oleh karena itu penyampaian materi yang menarik akan
lebih membuat peserta didik tertarik dan kreativitas peserta didik semakin terbuka.
a. Pembelajaran Membaca
Izzan (2010: 80) menuturkan membaca termasuk aktivitas yang sangat rumit
atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar dan
tingkat penalarannya. Membaca menurut St. Y Slamet (2008: 68) membaca
adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat dalam
bacaan, hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman. Dengan demikian ada
interaksi yang perlu antara bahasa dan gagasan dalam membaca. Penulis
teks; (i) membedakan ide pokok dari ide-ide penunjang; (j) mencarikan butirbutir terpenting untuk dirangkum (ide-ide); (k) memilih butir-butir yang relevan
dari teks; (l) meningkatkan keterampilan untuk merujuk kepada konsep lain
yang mendasar; (m) mencari pokok landasan dari suatu teks (skimming); (n)
mencari informasi khusus dari suatu teks (scaning); (o) mengalihkan informasi
dari suatu teks menjadi diagram, sketsa, skema, dan sebagainya (transcoding);
dan (p) mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain, dengan tempattempat kosong setiap kata kesekian (close procedure). Menurut Sugihartati
(2010: 2) perilaku membaca untuk kesenangan menempatkan perilaku membaca
merupakan sebagai aktivitas budaya, lebih lanjut beliau mengungkapkan
membaca yang dilakukan merupakan sebuah terobosan baru untuk pintu masuk
atau pijakan awal bagi upaya pengembangan sumber daya manusia yang lebih
strategis dan mendasar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah
suatu kegiatan dengan proses pemahaman yang kompleks yaitu pada tingkat
pengolahan kata, kalimat dan teks sehingga siswa mampu memahami makna, isi
atau pesan yang ada dalam bacaan teks tersebut.
Pembelajaran bahasa Prancis di SMA mengacu pada Diplme dEtudes de
Langue Franais (DELF), yaitu tes atau ujian diploma bahasa Prancis yang
dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Prancis yang isinya disesuaikan
dengan kerangka acuan Eropa di bidang bahasa atau disebut Cadre Europeen
Commun de References (CECR). Pembelajaran keterampilan membaca
(comprhension crite) bahasa Prancis di SMA di fokuskan pada pemahaman
wacana tulis berbentuk paparan dialog sederhana. Hal ini dikarenakan tingkat
sebelumnya sendiri dimana pun. Karena media komik berbasis computer ini dapat
diakses kapan pun pembelajar inginkan. Prinsipnya yaitu bagaimana membuat media
pembelajaran yang mengandung pesan pembelajaran, dan mudah diingat.