You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI
A.Pengertian
1. Morbili adalah Penyakit infeksi virus akut ,menular yang ditandai
dengan

stadium yaitu : stadium kataral, stadium erupsi, stadium

konvalesensi.( Staf pengajar ilmu kesehatan anak

edisi 2 fak.

Kedokteran UI,1991).
2. Morbili adalah Penyakit menular yang lazim biasanya di tandai
dengan gejala gejala utama ringan , ruam serupa dengan campak
ringan atau demam,pembesaran serta nyeri limpa nadi.( Ilmu
Kesehatan Anak Vol 2, Nelson,EGC,2000 ).
3. Morbili adalah Penyait virus akut , menular yang ditandai dengan
stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi, stadium konvalensi.
( Mansjoer,Arif ,2000 ).
4. Morbili adalah Penyakit virus akut ,menular yang ditandai 3 stadium,
yaitu stadium katar, stadium erupsi, stadium konvalensi ( Ngastiyah,
2005 ).
B. Etiologi
Virus morbili yang terdapat pada sekret nasofaring dan darah selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak bercak merah di
kulit dan selaput lendir.Cara penularan dengan droplet dan kontak.
( Ngastiyah, 2005 )
Virus morbili dapat di isolasi dalam biakan embrio manusia atau
jaringan ginjal kera rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam 5 10 hari,
terdiri dari sel raksasa multi nucleus dengan 1 neklusi intra nuclear.Anti bodi

dalam sirkulasi dapat di deteksi bila ruam muncul. ( Richard E. Berhman,


1999 )
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam
famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili.Virus ini sangat sensitive
terhadap panas dan dingin dan dapat diinaktifkan pada suhu 30 derajat
celcius dan 20 derajat celcius,sinar ultraviolet, eter, tripsin dan
betapropiolakton sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya
tetepi tidak mengganggu aktivitas komplemen.( Rampengan,T.h.,1993 )
C. Patofisiologi
Sebagai reaksi terhadap virus maka akan terjadi eksudat yang serous
dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar
kapiler.Kelainan ini terdapat pada kulit, bronkus , selaput lender nasofaring,
dan konjungtiva.Biasanya terjadi hyperplasia jaringan limfoid,terutama pada
apendiks,dimana sel raksasa multi nucleus berdiameter sampai 100 m ( sel
raksasa

retikuloendotelial

warthin-

finkeldey

dapat

ditemukan

dikulit,reaksinya terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel


rambut, bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel
serupa dengan bercak lesi pada kulit.Reaksi radang menyeluruh pada
mukosa bukal dan faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membrane
mukosa trakeobronkial.Pneumonitis intestinal akibat dari virus morbili
mengambil bentuk pneumonia sel raksasa hecht.Bronkopneumonia dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah : 2005 adalah masa tunas 10
20 hari.Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium yaitu : stadium kataralis,
stadium erupsi, stadium konvalensi.
1. Stadium kataralis
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4 5 hari disertai panas
tubuh, malaise ( lemah ), batuk , pilek, mata merah, fotofobia atau
takut cahaya ( siiau ), konjungtivitis dan koriza ( katar hidung ),diare
karena adanya peradangan saluran pernapasan dan pencernaan.pada
stadium ini gejalanya mirip influenza,namun diagnosa kearah morbili
bila menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul enamtema
( ruam pada selaput lendir ),timbul bercak koplik yang patognomonik
bagi morbili tetapi jarang dijumpai.Bercak koplik berwarna putih
kelabu ,sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema.Lokasinya
dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk- batuk bertambah Timbul enamtema atau titik
merah di palatum durum dan palatum molle, kadang-kadang terlihat
juga bercak koplik.Terjadinya eritema yang berbentuk macula-papula
disertai meningkatnya suhu tubuh,diantara macula-papula terdapat
kulit yang normal.Mula

mula

macula timbul dibelakang

telinga,dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian


belakang pipi, dalam 2 hari bercak-bercak menjalar ke muka, lengan
atas dan bagian dada, punggung, perut dan tungkai bawah.Kadangkadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, ruam mencapai anggota
bawah umumnya pada hari ke 3 dan akan menghilang seperti

terjadinya.Terdapat pemebesaran getah bening di sudut mandibula dan


di daerah leher belakang.terdapat sedikit spenomegali serta sering pula
disertai diare dan muntah.Variasi dari morbili yang biasa ini adalah
black

measles

yaitu

morbili

yang

disertai

perdarahan

paa

kulit,mulut,hidung dan traktus digestivus.


3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
( hiperpigmentasi ) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri selain itu
pada

anak

Indonesia

sering

pula

ditemukan

kulit

bersisik.Hiperpigmentasi ini merupakan gejala yang patognomonik


untuk morbili.Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam
kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila tidak ada komplikasi.
E.Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
- Bronkopneumonia ( infeksi saluran napas )
- Otitis media ( infeksi telinga )
- Laringitis ( infeksi laring )
- Diare
- Kejang demam ( step )
- Ensefalitis ( radang otak )

F.Pemeriksaan Diagnostik ( Rampengan,T.H., 1993 )


a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya
lekopenia.Dalam sputum , sekresi nasal, sediment urin dapat
ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.
b. Pada pemeriksaan serologis dengan cara Hemaglutination inhibition
test dan Complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody
yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya rashdan mencapai
puncaknya pada 2 4 minggu kemudian.tes ini cukup praktis dan
spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.
G.Diagnosa Banding ( Rampengan,T.H, 1993 )
1. Eksantema Subitum
Penyakit ini juga disebabkan pleh virus, biasanya timbul pada
bayi berumur 6 -36 bulan.Perlangsungan penyakitnya mirip morbili,
beda rash timbul pada saat panas turun.
2. German Measles
Gejala lebih ringan dari morbili terdiri dari infeksi saluran
napas bagian atas , demam ringan, pembesaran kelenjar regional di
daerah occipital dan post aurikuler.Rash lebih halus yang mula mula
pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam
waktu 3 hari.
3. Rash karena obat obatan
Lebih bersifat urtikaria,sehingga rashnya lebih besar , luas,
menonjol dan umumnya tidak disertai panas.

4. Infeksi oleh Ricketsia

Gejala prodomal lebih ringan , rash tidak dijumpai diwajah dan


kopliks spot tidak ada.
5. Infeksi mononukleosus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.
H. Penatalaksanaan ( Rampengan,T.H. , 1993 )
1. Pengobatan
Morbili

merupakan

suatu

penyakit

self-limiting,

sehingga

pengobatanya hanya bersifat simtomatis yaitu :


-

Memperbaikai keadaan umum

Antipiretika bila suhu tinggi

Sedativum

Obat batuk

Antibiotik diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder.


Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita
morbili yang mengalami ensefalitis yaitu :
-

Hidrokortison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari

Prednison 2 mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu 1 minggu

2. Pencegahan
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.Imunisasi
yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
a.Imunisasi Aktif
Vaksin yang diberikan adalah Live attenuated measles
vaccine.Mula-mula diberikan strain Edmonson B tetapi strain ini
dapat menimbulkan panas tinggi dan ekhsanthem pada hari ketujuh
kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering
diberikan bersama sama dengan gamma globulin dilengan lain.

Sekarang digunakan strin schwart dan Moraten dan tidak


diberikan bersama dengan Gamma glubolin.Vaksin ini diberikan
secara

subkutan

dan

dapat

menimbulkan

kekebalan

yang

berlangsung lama.Di Indonesia digunakan vaksin buatan perum


Biofarma yang terdiri dari vaksin morbili hidup yang sudah
dilemahkan yaitu Strain Schwarz.Tiap dosis yang sudah dilarutkan
mengandung virus morbili tidak kurang dari 1.000 TCID50 dan
neomisin B Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada
umur 9 bulan.Pada anak umur 9 bulan umumnya tidak dapat
memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi
yang dibawa sejak lahir.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi pada
tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi .Bila anak telah
mendapatkan imunoglubolin atau tranfusi darah sebelumnya maka
vaksinasi ini hanya ditanguhkan sekurang kurangnya 3 bulan.
Vaksinasi ini tidak boleh dilakukan bila :
1.

Menderita infeksi saluran pernapasan akut atau infeksi akut


lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 38 derajat selsius

2.

Riwayat kejang demam

3.

Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imonosopresif.

Efek samping :
1.

HIperpireksia (5 15 % )

2.

Gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas (10 -20 % )

3.

Morbili From rash (3 -15 % )

4.

Kejang demam (0,2 % )

5.

Ensefalitis (1 diantara 1,16 juta anak )

6.

Demam (13,95 % )

b.Imunisasi Pasif
Tidak banyak dianjurkan, karena resiko terjadinya ensefalitis
dan aktivasi tuberkulosa.
I.Indikasi

Masuk

Rumah

Sakit

Dianjurkan

Bila

- Morbili yang disertai komplikasi berat


Morbili dengan kemungkinan terjadinya komplikasi berat yaitu bila
ditemukan :
1. Bercak/exanthema merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi
dengan squama yang lebar dan tebal
2. Suara parau,terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis
dan pneumonia
3. Dehidrasi berat
4. Kejang dengan kesadaran menurun
5. PEM berat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


MORBILI
A.PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan :
- Riwayat imunisasi
- Kontak dengan orang yang terinfeksi
2. Pada pengkajian anak dengan morbili dapat ditemukan adanya tanda
tanda :
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Napsu makan menurun
- Adanya bercak putih kelabu
- Kelemahan pada ekstremitas
- Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya
serumen atau cairan yang keluar dari telinga
- Apabila pada bronkus yang menyebabkan brokopneumonia,terjadi
masalah pernapasan
3. Pemeriksaan fisik :
1. Mata

: Terdapat konjungtivitis, fotophobia

2. Kepala

: Sakit kepala

3. Hidung

: Banyak terdapat secret, influenza,rhinitis /

koriza, perdarahan hidung ( pada stadium erupsi )


4. Mulut dan bibir
mulut terasa pahit

: Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk,

5.Kulit

: Permukaan kulit kering, rasa gatal, ruam

makuler pada leher, muka, lengan dan kaki pada stadium konvalensi,
evitema, panas ( demam ).
6. Pernafasan

Pola

napas,

respirasi,

sesak

napas,

wheezing, ronchi, sputum


7. Tumbuh kembang

: BB, TB, BB lahir

8. Pola defekasi

: BAK, BAB, Diare

9. Status nutrisi

: intake-output makanan, nafsu makan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
2. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan

ketidakmampuan

dalam

memasukan,

mencerna

dan

mengabsorpsi makanan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
C. INTERVENSI
DX I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan infeksi tidak terjadi.
NOC : Immune status
Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan

proses

penularan

penyakit

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan

faktor

yang

- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi


- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukan perilaku hidup sehat
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Infection control
Intervensi :
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Batasi pengunjung bila perlu
- Pertahankan teknik isolasi
- Berikan antibiotic bila perlu
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
- Intrusikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
DX II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kerusakan intregitas kulit tidak terjadi.
NOC : Tissue integrity : skin and mucous membranes
Kriteria hasil :
- Intregitas kulit yang baik dapat dipertahankan ( sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi )
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Perusi jaringan baik

- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah


terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Indikator skala :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Pressure Management


Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali )
- Monitor kulit adanya kemerahan
DX III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan jalan napas efektif.
NOC : Respiratory status : Ventilation
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosisi dan dypsneu
- Menunjukan jalan napas yang paten

- Mampu

mencegah

dan

mengidentifikasi

factor

yang

dapat

menghambat jalan napas


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Air way management
Intervensi :
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Monitor status respirasi dan O2
DX IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Nutritional status : Food and fluid intake
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Nutrition management
Intervensi :
- Kaji adanya alerg makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe dan vitamin C
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan makanan yang terpilih
DX V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya
NOC : Knowledge : Disease process
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tantang penyakitnya,
kondisi , prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat atau tim kesehatan lainnya

Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4.

: Sering menunjukan

5.

: Selalu menunjukan

NIC : Mengajarkan proses penyakit


Intervensi :
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang benar
- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
- Hindarkan harapan kosong
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
DX VI
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
di harapkan nyeri dapat teratasi.
NOC : Pain Level
Kriteria hasil :
- Mampu

mengontrol

nyeri

tahu

penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri ).


- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
- Mampu mengenali nyeri ( skala , intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

NIC : Management Pain


Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri skala komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor predisposisi.
- Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi

D EVALUASI
DX I
Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan

proses

penularan

penyakit

factor

yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan


- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukan perilaku hidup sehat
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

DX II
Kriteria hasil :
- Intregitas kulit yang baik dapat dipertahankan ( sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi )
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Perusi jaringan baik
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami

Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

DX III
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosisi dan dypsneu
- Menunjukan jalan napas yang paten
- Mampu

mencegah

dan

mengidentifikasi

factor

menghambat jalan napas


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

DX IV
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

yang

dapat

Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

DX V
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognsis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di
jelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya
Indikator skala :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

DX VI
Kriteria hasil :
- Mampu

mengontrol

nyeri

tahu

penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri ).


- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
- Mampu mengenali nyeri ( skala , intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Indikator skala :
1

: Tidak pernah menunjukan

: Jarang menunjukan

: Kadang menunjukan

: Sering menunjukan

: Selalu menunjukan

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Aziz Alimul .A.2006.Penyakit Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :
EGC.
Nastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.
Richard,E.Behkman.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta: EGC
Mansjoer,Arif.2000.Kapita
Aeskulapius.

Selekta

Kedokteran.Jakarta

Media

Rampengan,T.H.1993.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.Jakarta : EGC.


Ovedoff,david.2002.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Batam Center :
Binarupa Aksara.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN MORBILI

Disusun oleh :
DWI SETIYOWATI
P10220206080
II B

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2008

PATHWAY KEPERAWATAN

Virus morbili
Droplet / Kontak

Sekret nasofaring dan darah

Proliferasi sel
mononukleus
Eksudat serous
ppPeningkatan polimorfonukleus di sekitar kapiler

Stadium katalis
(prodormal 4-5 hari)
panas
lemah
batuk
konjungtivitis
ruam selaput lender
bercak koplik

Stadium erupsi
batuk meningkat
ruam selaput lender
bercak koplik

Laringitis
Ketidakseimbangan
nutrisi

- erupsi berkurang

Bersihan jalan
napas
Komplikasi :
Otitis media akut
Bronkopneumonia
Ensefalitis

Resiko infeksi

Stadium konvalensi
(penyembuhan)

Kerusakan integritas kulit

Nyeri akut

Kejang

Hidayat,Aziz Alimun.A. , 2006

Kurang
pengetahuan

You might also like