Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yaitu hasil degradasi purine
nucleotide yang merupakan bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan
penghasil energi dalam inti sel. Peningkatan kadar asam urat darah atau hiperurisemia adalah
kadar asam urat darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan. 1
Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction),
penurunan pengeluaran asam urat urin (under excretion), atau gabungan keduanya. Peningkatan
kadar asam urat dalam darah ini akan mengakibatkan penyakit asam urat.2,3
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) prevelensi penyakit asam urat di
Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per 1000 perempuan.2,4
Menurut Tjokroprawiro (2007), prevalensi penyakit asam urat di Indonesia diperkirakan
1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan cukup
bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain. 2,4
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Proporsi kasus penyakit
asam urat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di bandingkan dengan kasus penyakit
tidak menular lainnya. Prevalensi pada kelompok usia muda, yaitu antara 15-45 tahun, sebesar
0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%.2,4
Pada tahun 2008, dari data Rekam Medik di RSU Kardinah selama tahun 2008 tercatat
1068 penderita baik rawat inap maupun penderita rawat jalan yang melakukan pemeriksaan
kadar asam urat 40% di antaranya menderita penyakit asam urat.4
Berdasarkan data di RSU Anutapura Palu penderita gout pada tahun 2014 yaitu 23 kasus
dan 2015 (Januari - September) yaitu 25 kasus dengan prevalensi penderita laki-laki lebih
banyak dari pada wanita yaitu 39 orang penderita berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang
penderita berjenis kelamin perempuan.5
1 | Page
Peningkatan kadar asam urat atau hiperurisemia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktorfaktor yang berkaitan, diantaranya riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin,
obesitas, hipertensi dan tingkat pengetahuan.6
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) prevelensi penyakit asam urat di
Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus
per 1000
perempuan.2,
1.2.2. Menurut Tjokroprawiro (2007), prevalensi penyakit asam urat di Indonesia diperkirakan
1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan
cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain. 2,4
1.2.3. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Proporsi kasus penyakit
asam urat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di bandingkan dengan kasus
penyakit tidak menular lainnya.2,4
1,2.4. Pada tahun 2008, dari data Rekam Medik di RSU Kardinah selama tahun 2008 tercatat
1068 penderita baik rawat inap maupun penderita rawat jalan yang melakukan
pemeriksaan kadar asam urat 40% di antaranya menderita penyakit asam urat.4
1.2.5. Berdasarkan data di RSU Anutapura Palu penderita gout pada tahun 2014 yaitu 23 kasus
dan 2015 (Januari - September) yaitu 25 kasus dengan prevalensi penderita laki-laki lebih
banyak dari pada wanita yaitu 39 orang penderita berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang
penderita berjenis kelamin perempuan.5
1.2.6. Belum diketahuinya gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor
yang
2 | Page
1.3 Hipotesis
Adanya hubungan riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan kejadian peningkatan asam urat dalam darah pada
pengunjung di puskesmas kelurahan jelambar baru periode Oktober 2016.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang berhubungan
pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
1.4.2
Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya sebaran kadar asam urat darah pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan
Jelambar Baru periode Oktober 2016.
1.4.2.2 Diketahuinya sebaran riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi dan tingkat pengetahuan pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar
Baru Oktober 2016.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat
pada pengunjung di
1.5.2
3 | Page
1.5.2.1 Mengamalkan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian bagi masyarakat.
1.5.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam
kesehatan.
1.5.2.3 Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa dan staf pengajar.
1.5.3 Bagi Puskesmas
1.5.3.1 Sebagai salah satu masukan sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan khususnya
dokter puskesmas.
1.5.3.2 Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat.
1.5.3.3 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya di Puskesmas.
1.6
Sasaran Penelitian
Bab II
Tinjauan Pustaka
4 | Page
2.1 DEFINISI
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas
normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar
asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6,0 mg/dl pada
perempuan.7
Hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia
bisa juga tidak menampakkan gejala klinis / asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak
menampakkan gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena
diet tinggi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau
sering merupakan kombinasi keduanya.8
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gout artritis pada populasi diperkirakan 1,6-13,6/100.000, di Amerika
diperkirakan sebanyak 13,6/100.000 penduduk. Prevalensi ini meningkat dengan meningkatnya
umur. Gout artritis banyak dijumpai pada laki-laki, usia sekitar 30-40 tahun, sedangkan pada
wanita usia 55-70 tahun, insidens wanita lebih jarang kecuali pada wanita menopause diduga
adanya peranan esterogen yang bersifat urikosurik.9
2.3 METABOLISME PURIN DAN PEMBENTUKAN ASAM URAT
Purin merupakan basa nitrogen adenin, guanin dan hipoxantin. Basa purin dapat dalam
bentuk bebas atau berikatan dengan pentosa pada N9 membentuk nukleosida. Fosforilasi dari
pentosa pada atom C5 akan membentuk mono, di- dan tri- nukleotida. Pembentukan purin dapat
melalui dua jalur, yaitu sintesis de novo dan jalur salvage. Sintesis de novo terjadi di sitosol
hepatosit dan terdiri dari dua tahap, yaitu pada tahap pertama pembentukan inosin monofosfat
(IMP) yang merupakan nukleotida induk, dan tahap kedua yang adalah konversi IMP menjadi
adenosin monofosfat (AMP) serta guanosin monofosfat (GMP). Pembentukan IMP terjadi
melalui 11 reaksi dengan reaksi pertama adalam pembentukan 5 fosforibosil- 1- pirofosfat
(PRPP) dari ribosa-5-fosfat yang dikatalis oleh enzim PRPP sintase. Reaksi kedua adalah PRPP
bereaksi dengan glutamin membentuk 5-fosforibosilamin dan selanjutnya terjadi serangkaian
5 | Page
reaksi sehingga terbentuk IMP. Inosin monofosfat yang terbentuk akan mengalami oksidasi dan
aminasi sehingga terbentuk AMP dan GMP. Pada jalur salvage pembentukan nukleotida purin
terjadi dengan bantuan enzim adenil-fosforibosil transferase dan hipoxantin guanin fosforibosil
transferase (HGPRT). Kedua enzim tersebut mengkatalisis reaksi antara PRPP dengan basa purin
bebas yang terbentuk pada pemecahan nukleotida.10
Purin yang terbentuk, selanjutnya dapat mengalami degradasi nukleotida melalui dua
tahap, yaitu pembentukan basa bebas hipoxantin atau xantin, dan tahap kedua adalah
pembentukan asam urat. Pemecahan kedua adalah pembentukan asam urat. Pemecahan
nukleotida menjadi basa bebas diperlukan tiga tahap reaksi yaitu pembebasan fosfat, pembebasan
ribosa-1-fosfat dan pelepasan amino. Sedangkan pembentukan asam urat melalui dua tahap;
pertama oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan tahap kedua adalah oksidasi xantin menjadi
asam urat. Kedua tahap reaksi tersebut dikatalis oleh enzim xantin oksidase.10
Asam urat meupakan produk akhir metabolisme purin pada manusia dan golongan
primata yang tinggi. Sedangkan, pada sebagian besar mamalia lain mempunyai enzime urikase
hepatik sehingga mampu mengubah asam urat menjadi alantoin yang merupakan suatu substansi
yang larut dan dapat dieksresi. Oleh karena itu, manusia mempunyai konsentrasi asam urat yang
lebih tinggi dibandingkan mamalia lainya. Dua pertiga asam urat dan diproduksi akan dieksresi
melalui urin dan sisanya masuk kedalam saluran cerna secara pasif. Dalam saluran cerna, asam
urat hampir sempurna mengalami degradasi oleh bakteri kolon. Keseimbangan antara produksi
dan eksresi menentukan konsentrasi asam urat dalam cairan tubuh. Konsentrasi asam urat yang
normal dalam plasma laki-laki adalah <7 mg/dL dan pada wanita <6 mg /dL. Peningkatan
konsentrasi asam urat mencapai dua kali simpang baku nilai normal disebut hiperurisemia.11
3. Stadium Interkritikal
Meupakan kelanjutan stadium akut, dimana secara klinik tidak terdapat tanda
radang akut, meskipun terdapat kristal urat pada cairan sendi, yang merupakan proses
kerusakan sendi yang progresif. Stadium ini biasanya berlangsung beberapa tahun sampai
7 | Page
10 tahun tanpa serangan akut. Dan tanpa penanganan yang adekuat dapat beranjut ke
stadium kronik.3,4
4. Arthritis gout kronik
Ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliarthikuler, dengan predileksi
cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan jari tangan. Tofi tidak
menimbulkan nyeri, tetapi mudah inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan destruksi
progresit dan menjadi deformitas. Selain itu tofi bisa pecah dan sembuh dalam waktu
yang lama. Kecepatan terbentuknya deposit tofus tergantung berat dan lamanya
hiperurisemia, dan diperberat dengan gangguan fungsi ginjat atau penggunaan diuretik.
Pada analisis cairan sendiri atau tofi akan terdapat kristal MSU. Gambaran radiologis
didapatkan erosi pada tulang dan sendi dengan batas sklerotik dan overhanging edge.3,4
2.5 FAKTOR RISIKO
2.5.1
Jenis Kelamin
Bila dibandingkan jumlah penderita hiperurisemia sebelumnya penderita pria
proporsinya lebih besar yaitu 95 % dan 5 % pada wanita pada kelompok usia yang
sama.13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso dari Falkutas
kesahatan masyarakat Universitas Sam Ratulangi di daerah kota Manado yang diambil
dari pengunjung Puskesmas Paniki Bawah (2015) dapat diketahui bahwa proporsi
responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki kadar asam urat
darah yang tinggi yaitu sebanyak 107 responden (56,6%) dibandingkan dengan
responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 82 responden (43,4%). Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p=0,000 (p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar
asam urat darah pada pengunjung Puskesmas Paniki Bawah.14
Namun menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro
Semarang yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009)
yang menunjukan bahwa proporsi responden yang berjenis kelamin perempuan lebih
8 | Page
banyak yang memiliki kadar asam urat darah yang tinggi yaitu sebanyak 39 responden
(61,9%) dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 24
responden (38,1%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,280 (p0,05), yang berarti
H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum
Kardina Kota Tegal.13
2.5.2
Usia
Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat usia namun
kejadian ini meningkat pada laki laki dewasa berusia 30 tahun dan wanita setelah
menopause atau berusia 50 tahun, karena pada usia ini wanita mengalami gangguan
produksi hormon estrogen.15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso dari Falkutas
kesahatan masyarakat Universitas Sam Ratulangi di daerah kota Manado yang diambil
dari pengunjung Puskesmas Paniki Bawah (2015) yang menunjukan bahwa proporsi
responden yang berumur >40 tahun lebih banyak yang memiliki kadar asam urat darah
yang tinggi yaitu sebanyak 132 responden (69,8%) dibandingkan dengan responden yang
berumur 40 tahun yaitu 57 responden (30,2%). Dari hasil uji statistik menunjukkan nilai
p=0,001 (p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar asam urat darah pada masyarakat
yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah.14
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009) yang
menunjukan bahwa Menurut umur proporsi terbesar pada kelompok kasus pada umur 5160 tahun yaitu sebesar 39,7% di ikuti umur 61 tahun sebesar 28,6% dan umur antara
4150 tahun sebesar 22,2% lebih besar dibandingkan kelompok kontrol pada umur yang
sama.13
2.5.3
Riwayat Keluarga
9 | Page
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sesorang.
Perilaku pencegahan penyakit merupakan perilaku dimana seseorang melakukan suatu
aktifitas untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit.
Menurut penelitian Yuli Runtuwene dkk dari Jurusan gizi Politeknik Kesehatan
Manado (2016) menunjukan 9 orang (24,4%) responden yang memiiki tingkat
pengetahuan baik , 14 orang (37.8%) responden memiliki pengetahuan cukup dan 14
orang (37,8%) responden memiliki pengetahuan kurang.
diperoleh nilai p = 0,002 (p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kadar asam
urat darah.17
Namun Menurut penelitian Linda R Landa menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai riwayat keluarga berstatus kadar asam uratnya tinggi berjumlah 12 orang
(48%) dan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga berstatus kadar asam
uratnya tinggi berjumlah 11 orang (55%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat nilai
sebesar 0,641. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat
10 | P a g e
keluarga dengan kadarasam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado18.
2.5.5
Diet
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat atau
asam inti dari sel dan purin termasuk dalam kelompok asam amino, yang merupakan
unsur pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin tinggi (150 180 mg/100 gram)
antara lain jeroan, daging sapi, babi, kambing atau makanan dari hasil laut (sea food),
kacang-kacangan, bayam, jamur, kembang kol, sarden, kerang, minuman beralkohol. 19
Penelitian yang di lakukan harvard medical school terhadap 47.150 pria dalam
kebiasaan diet tinggi purin (daging dan sea food) setelah di lakukan pengamatan selama
12 tahun 730 (1,5%) di antaranya terdiagnosa menderita asam urat. Sehingga
disimpulkan bahwa purin yang menyebabkan asam urat terutama bersumber dari seafood
dan daging. Pada pria yang memakan daging baik daging sapi atau kambing bisa
meningkatkan risiko asam urat 21%.20
Menurut penelitian Yuli Runtuwene,dkk (2016) menunjukan bahwa 19 orang
(51.4%) mengkonsumsi asupan purin lebih dan 11 orang memiliki kadar asam urat darah
tinggi. Sampel yang mengkonsumsi asupan purin cukup berjumlah 11 orang (29.7%) dan
9 orang diantaranya memiliki kadar asam urat darah yang normal. Sampel yang
mengkonsumsi asupan purin kurang berjumlah 7 orang (18.9%) dan semuanya memiliki
kadar asam urat darah yang normal. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Fisher Exact
Test = 0,009 < 0,05 maka H0 di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara asupan purin dengan kadar asam uratdarah di puskesmas
Rurukan Kota Tomohon.17
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009)
menunjukkan bahwa proporsi responden yang mengkonsumsi hasil laut dengan kadar
purin tinggi
kelompok kontrol sebesar 17,5% sedangkan kadar purin sedang baik pada kelompok
kasus maupun kontrol sama sebesar 39,7% dan kadar purin rendah pada pada kelompok
11 | P a g e
kasus sebesar 9,5% proporsinya lebih kecil di bandingkan kelompok kontrol sebesar
42,9%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,03 (p0,05) maka H0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara diet
dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota
Tegal.13
2.5.6
Obesitas
Kelebihan berat badan (IMT 25 kg/m) dapat meningkatkan kadar asam urat dan
juga memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi tubuh. Sebaiknya
berpuasa dengan memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi konsumsi daging
(tetap memakan daging berlemak) juga dapat menaikkan kadar asam urat. Diet makanan
rendah kalori dapat menyebabkan / mempengaruhi starvation sehingga menyebabkan
hiperurisemia. Penyakit gout sendiri lebih sering menyerang penderita yang mengalami
kelebihan berat badan lebih dari 30% dari berat badan ideal. Seorang dengan berat badan
lebih berkaitan dengan kenaikan kadar asam urat dan menurunnya ekskresi asam urat
melalui ginjal hal tersebut disebabkan karena adanya gangguan proses reabsorbsi asam
urat pada ginjal.21,22,23
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rini Setyoningsih di RSUP Dr Kariadi
Semarang (2009). Dengan menggunakan desain kasus kontrol yang diambil dari 60
responden yang terdiri dari 30 orang kasus dan 30 orang kontrol, dari kelompok kasus
terdiri dari 21 orang dengan obesitas dan 9 orang tidak obesitas, dan kelompok kontrol
terdriri dari 12 orang yang obesitas dan 18 orang tidak obesitas menunjukan nilai p =
0.020 (p<0,005) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara obesitas dengan peningkatan kadar asam urat darah. Selain itu analisis
bivariatnya menunjukan odd ratio untuk IMT sebesar 3,5 yang berarti orang dengan IMT
> 25 kg/m2
hiperurisemia dibandingkan dengan IMT <25 kg/m2. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Maria yang menunjukan bahwa resiko orang obesitas 2 kali lebih tinggi untuk
mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.24
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009)
12 | P a g e
menunjukan bahwa proporsi IMT terbesar pada IMT 25 kg/m pada kelompok kasus
sebesar 46,0% lebih besar di bandingkan kelompok kontrol sebesar 23,8%, dan proporsi
terkecil pada IMT 23,1 - 25 kg/m pada kelompok kasus sebesar 9,5% lebih kecil di
bandingkan pada kelompok kontrol sebesar 30,2% sedangkan pada IMT 18,5-23 kg/m
pada kelompok kasus sebesar 44,9% lebih kecil di bandingkan kelompok kontrol sebesar
46,0%. Hasil analisis secara statistik menunjukkan nilai p=0,009 (p0,05) yang berarti
H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara IMT >25 kg/m
dengan hiperurisemia menunjukkan nilai p=0,009 (p0,05) dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar asam
urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
2.5.7
Hipertensi
Kejadian hiperurisemia pada penderita hipertensi di Kota Tegal sebesar 22 38 %
terutama penderita hipertensi yang tidak berobat secara teratur. Asam urat dapat
merangsang sistem renin angiotensin, sehingga memicu peningkatan tekanan darah dan
menyebabkan penebalan dinding arteri di ginjal, khususnya pembuluh arteriol afferen,
sehingga terjadi arteriosklerosis yang selanjutnya menyebabkan hipertensi.19
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009) yang
menunjukan bahwa orang yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg memiliki resiko
lebih besar terhadap kejadian hiperurisemia sebesar 5,2 kali dengan jumlah responden
yaitu 48 responden (76,2%) dibandingkan dengan responden yang memiliki tekanan
darah 140/90 mmHg dengan jumlah responden yaitu 15 responden (23,8%). Hasil uji
statistik menunjukan nilai p=0,0001 (p0,005) yang berarti H0 ditolak. sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan kadar
asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
Begitu juga penelitin yang dilakukan oleh Jules Clement Nguedia Assob dkk,
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan
kadar asam urat darah dengan nilai P <0.0001 di falkutas ilmu kesehatan universitas
Buea Cameroon25.
13 | P a g e
2.5.8. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh peningkatan
atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, Kelainan fraksi utama dari lipid adalah
kenaikan kadar kolesterol total, Low Density lipoprotein (LDL), trigliserida dan
penururnan Higd Density
menenpel pada dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyempitan dinding
pembuluh darah.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan kadar kolesterol total 260 mg/dl memiliki risiko sebesar 2,2 kali
lebih besar dengan jumlah responden yaitu 32 responden (50,8%) dibandingkan dengan
responden yang memiliki kadar kolesterol 260 mg/dl dengan jumlah responden yaitu 31
responden (49,2%). Hasil analisis secara statistik nilai p=0,03 (p0,05) yang berarti H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar kolesterol total
dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota
Tegal.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden yang memiliki kadar trigliserida 200 mg/dl pada kelompok kasus sebesar
30,2% proporsinya lebih besar di bandingkan pada kelompok kontrol sebesar 14,3%,
sedangkan pada kadar trigliserida 150 -200 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 19,0%
proporsinya lebih besar di bandingkan kelompok kontrol sebesar 17,5%, dan ada kadar
trigliserida 150 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 50,8% proporsinya lebih kecil di
bandingkan kelompok kontrol sebesar 68,3%. Hasil analisis secara statistik nilai p=0,03
(p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kadar Triglierida dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit
Umum Kardina Kota Tegal.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009). Pada
kadar HDL 55 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 19,0% proporsinya lebih besar di
14 | P a g e
bandingkan pada kelompok kasus 4,80% sedangkan kadar HDL 55 mg/dl pada
kelompok kasus sebesar 81,0 % proporsinya lebih kecil di bandingkan kelompok kontrol
sebesar 95,2%. Hasil analisis secara statistik nilai p=0,013 (p0,05) yang berarti H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar HDL dengan
kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden pada kelompok kasus dengan kadar LDL 150 mg/dl sebesar 36,5%
proporsinya lebih besar di bandingkan kelompok kontrol sebesar 19,0%, sedangkan kadar
LDL 150 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 63,5% proporsinya lebih kecil di
bandingkan kelompok kontrol sebesar 81,0%. Hasil analisis secara statistik nilai p=0,029
(p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kadar LDL dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum
Kardina Kota Tegal.13
2.5.9
Gagal ginjal
Seseorang dengan gagal ginjal, maka tubuh gagal mengeluarkan timbunan asam
urat melalui urin. Semakin lama timbunan asam urat ini akan menyebabkan hiperurisemia
dan berbagai komplikasi antara lain, batu urat dalam ginjal. Kecenderungan penderita
gagal ginjal akan mengalami hiperurisemia sebesar 47-67%.13
Berdasarkan Penelitian oleh Pradita Budi Pranata menggunakan desain cross
sectional yang dilakukan di ruang Unit Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi (2015) dengan
sampel 62 pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang sedang menjalani pengobatan
dialisa, berdasarkan sampel tersebut didapatkan 50 pasien PGK dengan hiperurisemia dan
12 pasien PGK dengan normourisemia. Dari hasil uji statistik dengan uji Fisher
didapatkan nilai p=0,482 (p>0,05) yang berarti H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan kadar asam urat dalam darah dengan penderita yang
mempunyai penyakit ginjal kronik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Namun disebutkan
terdapat banyak faktor yang menyebabkan penelitian ini tidak signifikan.26
15 | P a g e
2.5.10 Ph urin.
Urin dengan PH 5 dapat melarutkan sekitar sepersepuluh jumlah total garam urat
(15mg/dl), akan tetapi urin dengan PH 7 akan melarutkan lebih tinggi (150-200mg/dl).
Sebaliknya urin dengan PH diatas 5,8 akan melarutkan asam urat amat sedikit sehingga
memudahkan pembentukan batu asam urat. 13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan pH urin 7 dengan jumlah responden yaitu: 37 responden (58,7%)
bila dibandingkan dengan responden dengan pH urin 7 dengan jumlah responden
yaitu : 26 responden (41,3%). Hasil analisis secara statistik nilai p=0,1 (p0,05) yang
berarti H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna
antara ph urin dengan kejadian kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit
Umum Kardina Kota Tegal.13
2.5.11 Ekskresi asam urat urin 24 jam.
Ekskresi asam urat urin total pada manusia normal rata-rata sehari adalah sebesar
400-600 mg melalui ginjal dan 200 mg melalui pencernaan ekskresi asam urat urin pada
siang hari dilaporkan lebih besar di bandingkan ekskresi asam urat urin pada malam hari.
Dua jalur utama ekskresi asam urat yaitu melalui urikolisis dan ginjal. Urikolisis terjadi
di dalam usus oleh enzim, bakteri dalam intestinal sebanyak sepertiga jumlah total asam
urat. Sedangkan ginjal mengekskresikan lebih banyak yaitu dua pertiganya. ekskresi
asam urat melalui ginjal tergantung pada kandungan purin dalam makanan. Diet rendah
purin dapat menurunkan kadar asam urat hingga 0,8 mg/100 ml, sebaliknya konsumsi
tinggi purin akan mengakibatkan ekskresi urat urin tinggi sampai 1000 mg/hari. 13,27
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan ekskresi urat urin 24 jam 600 mg mempunyai risiko terhadap
hiperurisemia sebesar 2,2 kali
dibandingkan dengan responden yang ekskresi urat urin 24 jam 600 mg dengan jumlah
responden yaitu 27 responden (42,9). Hasil analisis secara statistic menunjukan nilai
16 | P a g e
responden yang kadar gula puasa 160mg/dl dengan jumlah responden yaitu 34
responden (54,0%). Hasil analisis secara statistik nilai p=0,05 (p0,05) yang berarti H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar gula darah puasa
dengan hiperurisemia pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
18 | P a g e
Kerangka Teori
Gagal ginjal
Hipertensi
Ph Urin
Eksresi urin 24
jam
DM
Usia
Diet tinggi purin
Pengetahuan
Riwayat
keluarga
Jenis
kelamin
Dislipdemia
Obesitas
Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Jenis kelamin
Usia
Riwayat keluarga
Tingkat pengetahuan
Diet
Obesitas
Hipertensi
Bab III
19 | P a g e
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross-Sectional mengenai gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang berhubungan
pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru pada Oktober 2016.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Sumber data berasal dari data primer yang didapat melalui kuesioner yang diisi
pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Target
Semua pengunjung Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat.
3.4.2 Popalasi Terjangkau
Semua pengunjung Puskesmas yang datang ke Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat
pada periode Oktober 2016.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat periode Oktober
2016 yang berusia antara 30-70 tahun dan bersedia menjadi Subjek.
3.5.2
Kriteria Eksklusi
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat periode oktober 2016
3.6 Sampel
3.6.1
Besar Sampel
20 | P a g e
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan terhadap
semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru,
Variabel Bebas
Peneliti
Jenis kelamin
Jilly
Usia
Riwayat Keluarga
Tempat
dan
p(variable)
N1
N2
Manado 2015
56,6%
94,366
103,796
Tina
Tegal 2009
39,7%
91, 964
101,156
Cindy
Manado 2015
78,8%
64,176
70,587
Manado 2016
37,8%
90,322
99,354
Diet
Tina
Tegal 2009
50,8%
96, 015
105, 611
Obesitas
Tina
Tegal 2009
46,0%
95,425
104,962
Hipertensi
Tina
Tegal 2009
76,2%
69,669
76,626
Tahun
Besar sampel ditentukan melalui rumus seperti di bawah maka, didapatkan besar
sampel penelitian sebagai berikut:
N1 =
( Z ) p . q
L
N2 = N1 + (10%.N1)
N1 = jumlah sampel minimal
N2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subyek
penelitian yang mungkin keluar atau drop out)
Z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5% didapatkan Z
pada kurva normal = 1,96
21 | P a g e
p = Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu proporsi diet menurut penelitian Tina
Purwanngsih tahun 2009 adalah 50,8%. Proporsi ini diambil oleh karena besar
proporsi paling mendekati nilai 50%. Sehingga p = 50,8% = 0,508
q= 100% - p = 100% - 50,8% = 49,2%
L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%
0.235116x3.8416
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :
N1 = (1,96)2 x 0,508x 0,492
( 0,1)2
N1 = 96,01
Untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out,
maka dihitung :
N2 = 96,01+ (10% x 96,01)
N2 = 105,61 dibulatkan menjadi 106 orang
Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 106 orang.
3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sebanyak 106 orang pengunjung Puskesmas yang memenuhi kriteria
dilakukan pada periode oktober 2016 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.7 Cara Kerja
Langkah-langkah pengambilan sampel :
untuk melaporkan tujuan dan meminta izin untuk mengadakan penelitian tersebut.
Melakukan pengumpulan data primer yang didapatkan melalui pengisian kuesioner,
pemeriksaan kadar asam urat darah, pengukuran tekanan darah dan pengukuran berat
badan
gambaran kadar asam urat darah dan faktor faktor berhubungan pada pengunjung
puskesmas.
Melakukan editing, verifikasi coding, dan tabulasi terhadap data primer milik responden
3.8 Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel independen (tidak
terikat).
3.8.1 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini berupa riwayat keluarga, jenis kelamin, usia,
diet tinggi purin, obesitas, hipertensi dan tingkat pengetahuan.
3.8.2 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar asam urat darah.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua orang yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan
Jelambar Baru periode Oktober 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
:. Jumlah kadar asam urat dalam darah kapiler yang teruji dengan
stik kemudian terbaca oleh angka yang diukur dengan menggunakan alat ukur
digital asam urat dinyatakan dalam satuan mg/dl.
3.9.2.2 Alat Ukur
3.9.3
Coding
0
1
Jenis Kelamin
3.9.3.1 Definisi : Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak seorang
lahir
3.9.3.2 Alat Ukur
seorang lahir
3.9.3.3 Cara Ukur: Mengambil data jenis kelamin yang tertera pada KTP
3.9.3.4 Hasil Ukur:
3.9.3.5
Laki-laki
Perempuan
Skala Ukur :
Kategori
Koding
Perempuan
Laki-laki
3.9.4 Usia
3.9.4.1 Definisi
berkunjung ke
30- 50 Tahun
51-70 Tahun
Koding
30-50 Tahun
51- 70 Tahun
Tidak ada
Ada
Koding
Tidak ada
Ada
3.9.6.4
Hasil Ukur :
Kurang
Cukup
Baik
Coding
1
2
Baik
Lebih
Cukup
Kurang
3.9.8
Kategori
Lebih
Cukup
Coding
1
2
Kurang
Obesitas
26 | P a g e
3.9.8.1 Definisi : Ketidak seimbangan tinggi dan berat badan yang disebabkan oleh
penumpukan lemak dalam tubuh dimana IMT 25
kg/m2
pada pengunjung
Koding
Tidak obesitas
Obesitas
3.9.9 Hipertensi
3.9.9.1 Definisi
: Subjek dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg dengan dua kali pengukuran pada posisi berbaring atau subjek
dengan riwayat hipertensi dan sedang minum obat antihipertensi29
27 | P a g e
3.9.8.2
3.9.9.2 Cara Ukur : Tekanan darah diukur pada lengan kanan atas dengan posisi duduk
menggunakan sfignomanometer setinggi jantung secara 2 kali dalam interval 5 menit
dan minimal istirahat 10 menit sebelum dilakukan pengukuran.
3.9.9.3 Hasil Ukur :
Hipertensi
Tidak Hipertensi
Koding
Hipertensi
Tidak hipertensi
3.10 Pengelolaan Data, Analisis, dan Penyajian Data, Interpretasi Data, dan Pelaporan
Data
3.10.1 Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, verifikasi dan coding,
kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program SPSS.
Pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 20
yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau selelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan catatan untuk memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri dari beberapa kategori.
3. Entri Data
Entri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
3.10.2 Analisis Data
28 | P a g e
Data yang telah diolah, disajikan, dianalisis program SPSS v.20. Terhadap data yang
telah diolah dilakukan analisis data sesuai dengan cara uji statistik menggunakan uji T-Test
unpaired untuk data dengan distribusi normal dan Mann-Whitney untuk data dengan distribusi
tidak normal. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen
dan independen. Karena rancangan penelitian ini adalah studi cross-sectional, hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen.
Untuk membuktikan bahwa 1 variabel bebas dan 1 variabel independen memiliki
hubungan maka akan dilakukan analisis data dengan menggunankan T-Test unpaired dan
Mann-Whitney. Pada kedua tes ini, jika hasil p <0.05, maka Ho ditolak yang berarti ada
hubungan dan jika p >0.05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan.
Etika Penelitian
Pada penelitian ini, semua data yang didapatkan dari Puskemas Kecamatan Palmerah akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
29 | P a g e
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, buku registrasi
Puskesmas Kecamatan Palmerah, komputer, printer, program SPSS 20, internet, dan
alat tulis.
BAB IV
Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Jelambar baru dengan pengambilan sampel pada
tanggal 10-12 Oktober 2016, didapatkan sampel sebanyak 106 orang pengunjung yang berusia
30 sampai 70 tahun dan bersedia jadi responden. Hasil penelitian ini, kami sajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sebaran kadar asam urat darah pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di
puskesmas jelambar baru periode oktober 2016
Variabel
Kadar asam urat darah
Minimum- Maksimum
2.7- 13.6
Mean
5.584
Median
5.300
SD
1.855
Tabel 4.2 Sebaran riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi, dan Tingkat pengetahuan pada pengunjung usia 30 sampai 70 di Puskesmas
Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016
Variabel
Riwayat keluarga
Frekuensi
Presentase (%)
30 | P a g e
75
70.8
31
29.2
Perempuan
Laki-laki
71
67.0
35
33.0
30-50
51-70
62
58.5
44
41.5
19
17.9
18
17.0
69
65.1
56
52.8
50
47.2
34
32.1
72
67.9
43
40.6
35
33.0
28
26.4
Tidak ada
Ada
Jenis kelamin
Usia
Diet
Tinggi
Cukup
Rendah
Obesitas
Tidak obesitas
Obesitas
Hipertensi
Hipertensi
Tidak hipertensi
Tingkat pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
31 | P a g e
BAB V
Pembahasan
5.1 Sebaran kadar asam urat darah pada pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di
Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016
Pada tabel 4.1 didapatkan bahwa sebaran rata-rata kadar asam urat darah pada
pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru usia 30-70 tahun yang diukur
menggunakan uric acid test adalah 5.584 mg/dl dengan nilai kadar asam urat darah
minimum 2.7 mg/dl dan maksimum 13.6 mg/dl.
5.2 Analisis Bivariat antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah pada
pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru
periode Oktober 2016
Sebaran riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah pada
pengunjung
Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni ada
riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah tinggi dan tidak ada riwayat keluarga
dengan kadar asam urat darah tinggi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
dari 106 pengunjung puseksmas, didapatkan 31 orang pengunjung atau
29,2%
mempunyai riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah tinggi dan 75 orang
pengunjung atau 70,8% tidak mempunyai riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah
tinggi.
Hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-test dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,271
32 | P a g e
(p>0,05) yang berarti H0 gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata kadar asam
urat darah antara pengunjung puskesmas yang tidak ada riwayat keluarga dengan kadar
asam urat tinggi dan yang ada riwayat keluarga dengan kadar asam urat tinggi di
puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini berlawanan dengan penelitian Cindy Cicilia Bangunang yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kadar asam
urat darah pada pasien yang berkunjung di puskesmas Paniki Bawah.
5.3 Analisis Bivariat antara jenis kelamin
Sebaran usia
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni usia 30 sampai 50
tahun dan usia 51 sampai 70 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari
106 pengunjung puseksmas, didapatkan 62 orang pengunjung atau 58,5% mempunyai
rentang usia 30 sampai 50 tahun dan 44 orang pengunjung atau 41,5% mempunyai
rentang usia 51 sampai 70 tahun.
Hubungan antara usia dengan kadar asam urat darah diuji dengan menggunakan
uji T-test dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,000 (p<0,05) yang
berarti H0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat darah antara
pengunjung puskesmas yang berusia 30 sampai 50 tahun dengan pengunjung puskesmas
yang berusia 51-70 tahun. di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso
yang menyatakan bahwa kelompok usia >40 tahun memiliki kadar asam urat darah yang
tinggi dibandingkan dengan kelompok usia 40 tahun, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar asam urat darah
pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tina Purwaningsih
yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar
asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.
5.5 Analisis Bivariat antara diet
menggunakan uji Anova dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar
0,000 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat
darah antara pengunjung puskesmas yang mengkonsumsi diet tinggi, cukup, dan rendah
purin di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Runtuwene
yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan purin dengan kadar asam
urat darah di puskesmas Rurukan Kota Tomohon.
5.6 Analisis Bivariat antara obesitas dengan kadar asam urat darah pada pengunjung
usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru periode Oktober
2016
Sebaran obesitas dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Puskesmas
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni obesitas dan tidak
obesitas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung
puseksmas, didapatkan 56 orang pengunjung atau 52,8% yang termasuk dalam kelompok
tidak obesitas dan 50 orang pengunjung atau 47,2% yang termasuk dalam kelompok
obesitas.
Hubungan antara obesitas dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-tes dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,716
(p>0,05) yang berarti H0 gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata kadar asam
urat darah antara pengunjung puskesmas yang termasuk kelompok obesitas dan yang
tidak obesitas di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini Setyoningsih di
RSUP Dr Kariadi Semarang yang menunjukan bahwa ada hubungan antara obesitas
dengan peningkatan kadar asam urat darah. Selain itu berdasarkan penelitian Rini
Setyoningsih membuktikan bahwa orang dengan IMT > 25 kg/m2 (kategori obesitas)
mempunyai resiko 3,5 kali untuk mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan IMT
<25 kg/m2. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria yang
menunjukan bahwa resiko orang obesitas 2 kali lebih tinggi untuk mengalami
hiperurisemia dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.
35 | P a g e
5.7 Analisis Bivariat antara hipertensi dengan kadar asam urat darah pada pengunjung
usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru periode Oktober
2016
Sebaran hipertensi dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Puskesmas
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni hipertensi dan tidak
hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung
puseksmas, didapatkan 34 orang pengunjung atau 32,1% mempunyai hipertensi dan 72
orang pengunjung atau 67,9% tidak mempunyai hpertensi.
Hubungan antara hipertensi dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-tes dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,000
(p<0,05) yang berarti H0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat darah
antara pengunjung puskesmas yang mempunyai hipertensi dan yang tidak mempunyai
hipertensi di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tina Purwaningsih yang yang menunjukan bahwa
orang yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg memiliki resiko lebih besar terhadap
kejadian hiperurisemia sebesar 5,2 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki
tekanan darah 140/90 mmHg sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara hipertensi dengan kadar asam urat darah
5.8 Analisis Bivariat antara tingkat pengetahuan
menggunakan uji Anova dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar
0,008 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat
darah antara pengunjung puskesmas yang mempunyai tingkat pengetahui kurang, cukup
dan baik di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Runtuwene yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Tingkat pengetahuan
dengan kadar asam urat darah.
Bab VI
Penutup
6.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang
berhubungan pada pengunjung puskesmas usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan
Jelambar Baru periode Oktober 2016 yang menggunakan 106 sampel ditemukan sebaran
rata-rata kadar asam urat darah pada pengunjung usia 30 sampai 70 tahun yang diukur
menggunakan alat ukur digital asam urat adalah 5.584 mg/dl. Pada subjek yang diteliti,
29.2% subjek memiliki riwayat penyakit asam urat dalam keluarga, 67.0% berjenis kelamin
perempuan, 41.5% berusia 51-70 tahun, 17.9% subjek dengan diet tinggi asam urat, 47.2%
tergolong obesitas, 32.1% memiliki hipertensi, 40.6% bertingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia, diet,
hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat darah pengunjung usia 30-70
tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016 dan tidak terdapat
hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin dan obesitas dengan kadar asam urat darah
pengunjung usia 30-70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
6.2.
Saran
Dari penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan hal berikut.
6.2.1. Bagi Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru
Mengadakan penyuluhan rutin bagi warga di wilayah kerja Puskesmas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat darah dan gejala-gejala yang
37 | P a g e
timbul akibat ketidaknormalan kadar asam urat darah serta upaya pencegahan
terhadar penyakit asam urat.
6.2.2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian menggunakan
sampel yang lebih besar sehingga dapat melihat hubungan riwayat keluarga,
jenis kelamin, usia, diet, obesitas, hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan
kadar asam urat darah.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai
data dasar penelitiannya.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan
variabel berbeda ataupun desain penelitian yang lain.
38 | P a g e
DAFTAR ISI
1. Conger JD, In : Acute Uric acid Nephropathy, US National Library of Medicine, National
Institute of Health, United States of America. Downloaded on October 2014 from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2195258.
2. Hidayat R. Gout dan hiperurisemia. Medicinus. Edisi Juni-Agustus 2009; 22:47-50.
3. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Gout dan Hiperuresemia dalam lecture note
kedokteran klinis. Jakarta: 2007.h.212-15
4. Mandal A. Stages of gout dalam News Medical Life Sciences. Di akses dari: newsmedical.net. pada tanggal 4 Oktober 2016
5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Survailence Penyakit Tidak Menular pada
Puskesmas dan Rumah Sakit di Jawa Tengah, Semarang;2007.
6. Rahmah NF, Mukaddas A, Safarudin. Profil penggunaan obat pada pasien gout dan
hiperurisemia di RSU Anutapura Palu. Journal of Pharmacy Vol.3(1) Palu: Universitas
Tadulako; 4 March 2016.h.64-9.
7. Luk AJ and Simkin PA, Epidemiologi of
40 | P a g e
26. Pranata PB. Hubungan kadar asam urat dalam darah paa penderita penyakit gagal ginjal
kronik dengan kejadian artritis gout di rsud dr. moewardi. Fakultas kedokteran
Universitas muhammadiyah surakarta:2013.
27. Janis OF, Uric Acid Tests, Jurnal Ilmu Kesehatan (online) Vol 3, No 4
(http://www.aheatthyme.com, 2005,diakses 26 Februari 2009).
28. Obesity. Diakses dari www.nhs.uk. Pada tanggal 8 Oktober 2016
29. Reference card from the Seventh Report of Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Threatment of High Blood Pressure (JNC7). Di akses dari
nhlbi.nih.gov. pada 7 Oktober 2016
41 | P a g e
LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Gambaran Kadar Asam Urat Darah dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Oktober 2016
No. Subjek**
Data Subjek
Nama Subjek
Alamat Subjek
Umur
: (
) tahun
42 | P a g e
: (
) cm
: (
) kg
IMT**)
: (
) kg/m2
Tekanan Darah
Jenis Kelamin
mmHg
1. Laki-laki
2. Perempuan
Riwayat keluarga
.
.
Apakah anggota keluarga anda ada yang mengalami penyakit asam urat?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, siapa dikeluarga anda yang menderita penyakit asam urat?
a. Ayah
e. Kakek dari pihak ibu
b. Ibu
f. Nenek dari pihak ibu
c. Kakek dari pihak ayah
g. Saudara kandung
d. Nenek dari pihak ayah
Hipertensi
1. Apakah anda mempunyai riwayat tekanan darah tinggi atau sedang meminum obat darah tinggi?
a. Ya
b. Tidak
43 | P a g e
a. Sendi
b. Ginjal
c. Paru-paru
d. Tidak tahu
3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit asam urat?
a. Menghindari memakan jeroan
b. Memakan tempe dan tahu dengan porsi yang
banyak
4. Makanan apa saja yang harus dihindari oleh penderita penyakit Asam urat?
a. Daging- dagingan
b. Tempe
c. Tahu
d. Tidak tahu
Lingkari dan isi kolom yang sesuai dengan kebiasaan anda dalam mengkonsumsi makanan (dalam 1 minggu
terakhir)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Bahan Makanan
Jeroan
Daging bebek
Ikan laut
Kerang
Daging sapi
Daging ayam
Udang
Tempe
Waktu
1
1
1
1
1
1
1
1
Harian
Mingguan
(Kali/hari)
(Kali/mggu)
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
Ukuran
Rerata
Rerata
Total
Rumah
asupan per
frekuensi
Asupan
Tangga
hari*
per hari*
Harian*
6
6
6
6
6
6
6
6
44 | P a g e
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Tahu
Bayam
Daun Singkong
Kangkung
Daun dan Melinjo
Nasi
Ubi
Singkong
Keju
Telur
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
Koding
Tidak ada
Ada
Jenis kelamin
Kategori
Koding
Perempuan
Laki-laki
Usia
Kategori
Koding
30-50 Tahun
51-70 Tahun
Diet
Kategori
Koding
Tinggi
Cukup
Rendah
Obesitas
45 | P a g e
Kategori
Koding
Tidak obesitas
Obesitas
Hiperetensi
Kategori
Koding
Hipertensi
Tidak hipertensi
Tingkat Pengetahuan
Kategori
Koding
Kurang
Cukup
Baik
2
3
46 | P a g e
106
Mean
5.584
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
1.8546
Absolute
.101
Positive
.089
Negative
-.101
Kolmogorov-Smirnov Z
1.036
.233
Statistics
Kadar asam urat
Valid
106
N
Missing
Mean
5.584
Median
5.300
Std. Deviation
1.8546
Variance
3.440
Minimum
2.7
47 | P a g e
Maximum
Percentiles
13.6
25
4.250
50
5.300
75
6.650
48 | P a g e
Frequency Table
diet
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tinggi
19
17.9
17.9
17.9
cukup
18
17.0
17.0
34.9
rendah
69
65.1
65.1
100.0
106
100.0
100.0
Valid
Total
obesitas
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
tidak obesitas
56
52.8
52.8
52.8
obesitas
50
47.2
47.2
100.0
106
100.0
100.0
Total
riwayat keluarga
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak ada
75
70.8
70.8
70.8
ada
31
29.2
29.2
100.0
Total
106
100.0
100.0
jenis kelamin
49 | P a g e
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
perempuan
71
67.0
67.0
67.0
laki-laki
35
33.0
33.0
100.0
106
100.0
100.0
Total
Pengetahuan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
43
40.6
40.6
40.6
cukup
35
33.0
33.0
73.6
baik
28
26.4
26.4
100.0
Total
106
100.0
100.0
Valid
tekanan darah
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
hipertensi
34
32.1
32.1
32.1
tidak hipertensi
72
67.9
67.9
100.0
106
100.0
100.0
Total
usia
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
30-50 tahun
62
58.5
58.5
58.5
51-70 tahun
44
41.5
41.5
100.0
106
100.0
100.0
Total
50 | P a g e
Bar Chart
51 | P a g e
52 | P a g e
53 | P a g e
54 | P a g e
T-Test
Group Statistics
riwayat keluarga
Mean
Std. Deviation
tidak ada
75
5.456
1.7515
.2022
Ada
31
5.894
2.0813
.3738
Variances
Means
Sig.
.621
.433
df
-1.106
104
-1.029
48.449
55 | P a g e
Mean Difference
Std. Error
Difference
.271
-.4375
.3956
.308
-.4375
.4250
Upper
-1.2220
.3469
-1.2919
.4168
T-Test
Group Statistics
jenis kelamin
Mean
Std. Deviation
perempuan
71
5.518
1.9670
.2334
laki-laki
35
5.717
1.6215
.2741
Variances
Means
Sig.
df
56 | P a g e
.074
.786
-.517
104
-.552
80.618
Mean Difference
Std. Error
Difference
.606
-.1988
.3844
.582
-.1988
.3600
Upper
-.9611
.5634
-.9152
.5175
T-Test
Group Statistics
usia
Mean
Std. Deviation
30-50 tahun
62
5.047
1.4450
.1835
51-70 tahun
44
6.341
2.1058
.3175
Variances
Means
Sig.
df
57 | P a g e
1.763
.187
-3.754
104
-3.529
70.955
Mean Difference
Std. Error
Difference
.000
-1.2941
.3447
.001
-1.2941
.3667
Upper
-1.9777
-.6105
-2.0253
-.5630
Oneway
ANOVA
kadar asam urat
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
df
Mean Square
86.772
43.386
274.390
103
2.664
F
16.286
Sig.
.000
58 | P a g e
361.163
105
Total
T-Test
Group Statistics
obesitas
Mean
Std. Deviation
tidak obesitas
56
5.646
1.8627
.2489
obesitas
50
5.514
1.8619
.2633
Variances
Means
Sig.
.202
.654
df
.365
104
.365
102.665
Mean Difference
Std. Error
Difference
.716
.1324
.3624
.716
.1324
.3623
59 | P a g e
Upper
-.5861
.8510
-.5862
.8511
T-Test
Group Statistics
tekanan darah
Mean
Std. Deviation
hipertensi
34
6.738
2.1657
.3714
tidak hipertensi
72
5.039
1.4027
.1653
Variances
Means
Sig.
1.323
.253
4.853
df
104
60 | P a g e
4.180
assumed
46.520
Mean Difference
Std. Error
Difference
.000
1.6993
.3501
.000
1.6993
.4065
Upper
1.0050
2.3937
.8813
2.5174
Oneway
ANOVA
kadar asam urat
Sum of Squares
Between Groups
df
Mean Square
32.400
16.200
Within Groups
328.763
103
3.192
Total
361.163
105
No
Nama
Diet
Obesitas
F
5.075
Riwayat
keluarga
Sig.
.008
Umur
Jenis
kelamin
61 | P a g e
Teka
da
Ny. Rodhiana
428,4
9
25,7
tidak ada
32
perempuan
120/80
Tn. Suparman
318,2
9
28,0
tidak ada
38
Lak-laki
110/70
Ny. Euis
214,1
8
24,9
tidak ada
37
perempuan
120/80
Ny. Rodhia
439,8
6
34,6
tidak ada
46
perempuan
150/100
Ny. Erni
1096,
72
24,1
tidak ada
49
perempuan
140/90
Ny. Enti
495,2
17,8
tidak ada
53
perempuan
110/70
Ny. Anggiah
270,1
67
25,0
tidak ada
43
perempuan
130/70
Tn Kosashi
496,3
2
20,1
tidak ada
39
laki-laki
110/80
Ny. Eha
403,5
8
25,7
ada
57
perempuan
120/80
10
Ny. Ai Eli
426,9
75
28,9
ada
59
perempuan
130/80
11
518,2
05
33,7
ada
37
perempuan
110/80
12
Ny. Naraiyah
341.7
9
20,2
tidak ada
47
perempuan
140/100
13
Ny. Sulbiah
1557.
75
24,8
ada
47
perempuan
150/90
14
Tn Sutardi
381.6
5
20,8
tidak ada
43
laki-laki
120/80
15
Ny. Asmi
875,2
1
21,9
tidak ada
70
perempuan
140/90
16
Tn. Mulyono
391,8
8
24,9
tidak ada
47
laki-laki
120/80
17
Ny. Sulasri
172,2
8
29,2
tidak ada
32
perempuan
120/70
18
Ny. Oci
1147,
65
19,6
tidak ada
38
perempuan
140/90
62 | P a g e
19
Ny. Watem
390,6
3
26,2
tidak ada
56
perempuan
120/80
20
Ny. Suheni
1005,
62
20,9
tidak ada
65
perempuan
130/80
21
Ny. Seliana
1577.
02
21,6
tidak ada
48
perempuan
110/70
22
Ny. Yuyun
223.7
1
27,2
tidak ada
30
perempuan
120/80
23
Ny. Sumsiah
367.8
9
26,1
tidak ada
38
perempuan
120/80
24
Tn. Alfontianto
262.9
24,7
tidak ada
69
laki-laki
120/80
25
93.41
28,0
tidak ada
68
perempuan
130/80
26
58.27
35,2
tidak ada
69
laki-laki
140/90
27
Ny. Umaya
610.9
4
34,1
ada
52
perempuan
130/80
28
Ny. Saadah
760.5
9
26,1
tidak ada
69
perempuan
150/90
29
Ny. Erawati
604.0
3
27,4
tidak ada
42
perempuan
120/80
30
Ny. Nung
361.2
28,3
tidak ada
33
perempuan
120/80
31
Ny. Asmawati
1437.
01
19,6
tidak ada
55
perempuan
140/90
32
Ny. Salakah
1192.
63
22,5
tidak ada
70
perempuan
140/90
33
Tn. Tristanto
414.2
6
19,5
tidak ada
44
laki-laki
110/70
34
Ny. Suraya
72.81
23,3
tidak ada
55
perempuan
120/80
35
Tn. Sanusi
459.9
1
27,5
tidak ada
63
laki-laki
170/90
36
Tn. Andreas
849.6
5
17,6
tidak ada
58
laki-laki
120/70
37
Tn Yanuar
828.2
1
31,0
ada
49
laki-laki
120/80
38
249
27,3
tidak ada
38
perempuan
120/80
39
Tn. Irwan
174
31,8
tidak ada
36
laki-laki
120/80
40
Ny.Tarti
292
25,7
tidak ada
42
perempuan
120/80
63 | P a g e
41
Tn. Firmansyah
638
29,0
tidak ada
42
laki-laki
130/80
42
Ny. Julaiha
58
28,8
ada
35
perempuan
150/100
43
Ny. Dian
1053
34,9
ada
43
perempuan
120/80
44
Ny. Washira
139.1
1
22,2
tidak ada
44
perempuan
130/80
45
Ny. Maya
621.5
23,4
ada
34
perempuan
120/80
46
582.7
6
24,6
ada
40
perempuan
130/80
47
Ny. Nengsih
297.1
4
28,4
ada
42
perempuan
160/90
48
196.8
19,5
tidak ada
44
perempuan
100/80
49
Tn. Sutinoh
1083.
95
19,8
tidak ada
52
laki-laki
120/80
50
448.8
3
30,3
ada
55
perempuan
130/90
51
Ny. Aminah
429.7
5
27,1
tidak ada
61
perempuan
130/80
52
Ny. Maya
17.5
29,5
ada
39
perempuan
130/80
53
Ny. Wati
393.8
23,0
tidak ada
37
perempuan
120/80
54
Ny. Iing
223.1
9
26,3
tidak ada
51
perempuan
150/100
55
Tn Abdul Gajar
2751
24,2
tidak ada
70
laki-laki
140/90
56
1076.
1
24,8
tidak ada
60
perempuan
140/90
57
Tn. Rasta
355.5
30,4
tidak ada
45
laki-laki
120/80
58
Ny. Mardiah
380.8
25,1
ada
42
perempuan
120/70
59
Ny. Jaminah
428,8
9
27,8
tidak ada
70
perempuan
130/80
60
368
16,2
tidak ada
63
laki-laki
110/70
61
Ny. Parno
469,7
5
24,8
tidak ada
64
perempuan
130/90
62
Ny. Nuyani
512
18,1
tidak ada
56
perempuan
110/80
63
Ny. Suwarti
424
21,9
ada
65
perempuan
120/80
64 | P a g e
64
Ny. Nursanti
523,7
5
24,7
ada
40
perempuan
110/80
65
Ny. Suhaeni
330
17,2
tidak ada
37
perempuan
110/80
66
678,2
5
18,6
tidak ada
69
laki-laki
160/70
67
Tn. Suganto
582
18,7
tidak ada
45
laki-laki
120/80
68
Ny. Idayati
318,2
9
21,9
ada
44
perempuan
120/90
69
Ny. Neng
610.9
4
27,7
tidak ada
31
perempuan
110/80
70
Tn. Sadeli
174.8
7
23,0
ada
57
laki-laki
160/90
71
587.3
6
24,6
tidak ada
48
laki-laki
140/90
72
289.4
1
26,6
ada
33
perempuan
120/70
73
Ny. Eli
348
23,0
ada
62
perempuan
120/80
74
Tn Giman
228
21,9
tidak ada
70
laki-laki
120/80
75
Ny. Tinah
543
35,4
tidak ada
36
perempuan
120/80
76
700
15,6
tidak ada
60
laki-laki
110/70
77
733
22,1
tidak ada
36
perempuan
120/80
78
Ny. Maimunah
1040
25,1
ada
65
perempuan
140/90
79
1154
31,6
ada
48
perempuan
120/80
80
Tn. Basuki
519,5
28,1
tidak ada
47
laki-laki
150/100
81
Tn. Norman
700
28,4
ada
58
laki-laki
140/90
82
Tn Budi
849.6
5
22,3
ada
51
laki-laki
120/80
83
Ny. Sukini
1053
28,9
tidak ada
65
perempuan
150/100
84
Ny. Shindy
348
22,4
tidak ada
34
perempuan
120/80
85
Ny. Puput
523,7
5
26,7
ada
58
perempuan
140/90
86
Tn. Jaya
582
23,0
tidak ada
31
laki-laki
120/80
87
Ny. Mery
582.7
21,4
ada
35
perempuan
120/80
65 | P a g e
6
88
Tn. Yanuar
587.3
6
23,1
tidak ada
36
laki-laki
110/70
89
638
28,2
tidak ada
59
laki-laki
160/110
90
Ny. Maria
424
23,0
tidak ada
55
perempuan
110/80
91
Ny. Amel
1437.
01
26,2
tidak ada
52
perempuan
140/90
92
Ny. Vivianti
330
30,2
ada
45
perempuan
120/80
93
Ny. Mariana
512
24.6
tidak ada
39
perempuan
110/70
94
Tn. Indraka
610.9
4
25.7
tidak ada
49
laki-laki
130/80
95
Tn. Sentono
1192.
63
23.1
tidak ada
55
laki-laki
140/90
96
Ny. Sarwinah
1437.
01
19.8
ada
56
perempuan
140/90
97
Tn. Bagus
678,2
5
22.4
tidak ada
42
laki-laki
130/80
98
Tn. Susilo
355.5
21
tidak ada
38
laki-laki
120/80
99
Ny. Irianti
1083.
95
26.3
tidak ada
42
perempuan
130/70
10
0
Ny. Kencana
393.8
24.1
tidak ada
35
perempuan
120/70
10
1
Ny. Imanistya
733
23.1
ada
33
perempuan
140/90
10
2
Ny. Marsiana
1577.
02
27.2
tidak ada
60
perempuan
150/100
10
3
Tn. mulyono
495,2
25.9
tidak ada
54
laki-laki
140/90
10
4
Tn. Setyoadi
875,2
1
29.3
ada
38
laki-laki
130/80
10
5
Tn. Raskito
459.9
1
20.8
tidak ada
41
laki-laki
120/80
10
6
426,9
75
22.9
tidak ada
32
perempuan
110/80
66 | P a g e
67 | P a g e