You are on page 1of 67

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yaitu hasil degradasi purine
nucleotide yang merupakan bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan
penghasil energi dalam inti sel. Peningkatan kadar asam urat darah atau hiperurisemia adalah
kadar asam urat darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan. 1
Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction),
penurunan pengeluaran asam urat urin (under excretion), atau gabungan keduanya. Peningkatan
kadar asam urat dalam darah ini akan mengakibatkan penyakit asam urat.2,3
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) prevelensi penyakit asam urat di
Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per 1000 perempuan.2,4
Menurut Tjokroprawiro (2007), prevalensi penyakit asam urat di Indonesia diperkirakan
1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan cukup
bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain. 2,4
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Proporsi kasus penyakit
asam urat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di bandingkan dengan kasus penyakit
tidak menular lainnya. Prevalensi pada kelompok usia muda, yaitu antara 15-45 tahun, sebesar
0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%.2,4
Pada tahun 2008, dari data Rekam Medik di RSU Kardinah selama tahun 2008 tercatat
1068 penderita baik rawat inap maupun penderita rawat jalan yang melakukan pemeriksaan
kadar asam urat 40% di antaranya menderita penyakit asam urat.4
Berdasarkan data di RSU Anutapura Palu penderita gout pada tahun 2014 yaitu 23 kasus
dan 2015 (Januari - September) yaitu 25 kasus dengan prevalensi penderita laki-laki lebih
banyak dari pada wanita yaitu 39 orang penderita berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang
penderita berjenis kelamin perempuan.5

1 | Page

Peningkatan kadar asam urat atau hiperurisemia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktorfaktor yang berkaitan, diantaranya riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin,
obesitas, hipertensi dan tingkat pengetahuan.6
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) prevelensi penyakit asam urat di
Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus

per 1000

perempuan.2,
1.2.2. Menurut Tjokroprawiro (2007), prevalensi penyakit asam urat di Indonesia diperkirakan
1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan
cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain. 2,4
1.2.3. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Proporsi kasus penyakit
asam urat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di bandingkan dengan kasus
penyakit tidak menular lainnya.2,4
1,2.4. Pada tahun 2008, dari data Rekam Medik di RSU Kardinah selama tahun 2008 tercatat
1068 penderita baik rawat inap maupun penderita rawat jalan yang melakukan
pemeriksaan kadar asam urat 40% di antaranya menderita penyakit asam urat.4
1.2.5. Berdasarkan data di RSU Anutapura Palu penderita gout pada tahun 2014 yaitu 23 kasus
dan 2015 (Januari - September) yaitu 25 kasus dengan prevalensi penderita laki-laki lebih
banyak dari pada wanita yaitu 39 orang penderita berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang
penderita berjenis kelamin perempuan.5
1.2.6. Belum diketahuinya gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor

yang

berhubungan pada pengunjung puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.

2 | Page

1.3 Hipotesis
Adanya hubungan riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan kejadian peningkatan asam urat dalam darah pada
pengunjung di puskesmas kelurahan jelambar baru periode Oktober 2016.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang berhubungan
pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
1.4.2

Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diketahuinya sebaran kadar asam urat darah pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan
Jelambar Baru periode Oktober 2016.
1.4.2.2 Diketahuinya sebaran riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi dan tingkat pengetahuan pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar
Baru Oktober 2016.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat

pada pengunjung di

Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Oktober 2016.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Peneliti
1.5.1.1 Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam penelitian.
1.5.1.2 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan membandingkannya
dengan keadaan yang sebenarnya dalam masyarakat.
1.5.1.3 Mengembangkan daya nalar, minat, dan semangat, serta pengalaman penelitian.

1.5.2

Bagi Perguruan Tinggi

3 | Page

1.5.2.1 Mengamalkan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian bagi masyarakat.
1.5.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam

peran sertanya di bidang

kesehatan.
1.5.2.3 Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa dan staf pengajar.
1.5.3 Bagi Puskesmas
1.5.3.1 Sebagai salah satu masukan sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan khususnya
dokter puskesmas.
1.5.3.2 Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat.
1.5.3.3 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya di Puskesmas.
1.6

Sasaran Penelitian

Pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.

Bab II
Tinjauan Pustaka

4 | Page

2.1 DEFINISI
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas
normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar
asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6,0 mg/dl pada
perempuan.7
Hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia
bisa juga tidak menampakkan gejala klinis / asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak
menampakkan gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena
diet tinggi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau
sering merupakan kombinasi keduanya.8
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gout artritis pada populasi diperkirakan 1,6-13,6/100.000, di Amerika
diperkirakan sebanyak 13,6/100.000 penduduk. Prevalensi ini meningkat dengan meningkatnya
umur. Gout artritis banyak dijumpai pada laki-laki, usia sekitar 30-40 tahun, sedangkan pada
wanita usia 55-70 tahun, insidens wanita lebih jarang kecuali pada wanita menopause diduga
adanya peranan esterogen yang bersifat urikosurik.9
2.3 METABOLISME PURIN DAN PEMBENTUKAN ASAM URAT
Purin merupakan basa nitrogen adenin, guanin dan hipoxantin. Basa purin dapat dalam
bentuk bebas atau berikatan dengan pentosa pada N9 membentuk nukleosida. Fosforilasi dari
pentosa pada atom C5 akan membentuk mono, di- dan tri- nukleotida. Pembentukan purin dapat
melalui dua jalur, yaitu sintesis de novo dan jalur salvage. Sintesis de novo terjadi di sitosol
hepatosit dan terdiri dari dua tahap, yaitu pada tahap pertama pembentukan inosin monofosfat
(IMP) yang merupakan nukleotida induk, dan tahap kedua yang adalah konversi IMP menjadi
adenosin monofosfat (AMP) serta guanosin monofosfat (GMP). Pembentukan IMP terjadi
melalui 11 reaksi dengan reaksi pertama adalam pembentukan 5 fosforibosil- 1- pirofosfat
(PRPP) dari ribosa-5-fosfat yang dikatalis oleh enzim PRPP sintase. Reaksi kedua adalah PRPP
bereaksi dengan glutamin membentuk 5-fosforibosilamin dan selanjutnya terjadi serangkaian
5 | Page

reaksi sehingga terbentuk IMP. Inosin monofosfat yang terbentuk akan mengalami oksidasi dan
aminasi sehingga terbentuk AMP dan GMP. Pada jalur salvage pembentukan nukleotida purin
terjadi dengan bantuan enzim adenil-fosforibosil transferase dan hipoxantin guanin fosforibosil
transferase (HGPRT). Kedua enzim tersebut mengkatalisis reaksi antara PRPP dengan basa purin
bebas yang terbentuk pada pemecahan nukleotida.10
Purin yang terbentuk, selanjutnya dapat mengalami degradasi nukleotida melalui dua
tahap, yaitu pembentukan basa bebas hipoxantin atau xantin, dan tahap kedua adalah
pembentukan asam urat. Pemecahan kedua adalah pembentukan asam urat. Pemecahan
nukleotida menjadi basa bebas diperlukan tiga tahap reaksi yaitu pembebasan fosfat, pembebasan
ribosa-1-fosfat dan pelepasan amino. Sedangkan pembentukan asam urat melalui dua tahap;
pertama oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan tahap kedua adalah oksidasi xantin menjadi
asam urat. Kedua tahap reaksi tersebut dikatalis oleh enzim xantin oksidase.10
Asam urat meupakan produk akhir metabolisme purin pada manusia dan golongan
primata yang tinggi. Sedangkan, pada sebagian besar mamalia lain mempunyai enzime urikase
hepatik sehingga mampu mengubah asam urat menjadi alantoin yang merupakan suatu substansi
yang larut dan dapat dieksresi. Oleh karena itu, manusia mempunyai konsentrasi asam urat yang
lebih tinggi dibandingkan mamalia lainya. Dua pertiga asam urat dan diproduksi akan dieksresi
melalui urin dan sisanya masuk kedalam saluran cerna secara pasif. Dalam saluran cerna, asam
urat hampir sempurna mengalami degradasi oleh bakteri kolon. Keseimbangan antara produksi
dan eksresi menentukan konsentrasi asam urat dalam cairan tubuh. Konsentrasi asam urat yang
normal dalam plasma laki-laki adalah <7 mg/dL dan pada wanita <6 mg /dL. Peningkatan
konsentrasi asam urat mencapai dua kali simpang baku nilai normal disebut hiperurisemia.11

2.4 TAHAPAN GOUT


1. Hiperuresemia asimptomatik
Hiperuresemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya
manifestasi klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan arthritis gout, atau
6 | Page

urolitias, dan biasanya terjadi setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia asimptomatik.


Terdapat 10-40 % subyek dengan gout mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal,
sebelum adanya serangan arthritis.3
2. Arthritis gout akut
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki-laki, dan
setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk tidak lazim
arthritis gout yang mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik,
penyakit ginjal atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa
arthritis monoartrikuler dengan predileksi MTP-1 yang disebut podagra. Gejala yang
muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam
waktu singkat. Pasien tidur tanpa adanya gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa
sakit hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartrikuler berupa nyeri, bengkak,
merah dan hangat disertai gejala sistemik demam, meriangdan merasa lelah, disertai
leukositosis dan peningkatan laju endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya
berupa pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah
beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun.3,4
Pada keadaan yang lebih lanjut, terutama tanpa pengobatan adekuat, serangan
dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan tangan atau kaki, jari tangan
dan kaki, lutut, siku atau bahkan beberapa sendi sekaligus. Selanjutnya serangan akan
menjadi lebih lama dengan interval yang lebih singkat, dan menyembuh lebiih lama.
Diagnosis definitif atau gold standard dengan menemukan kristal urat (MSU) di cairan
sendi atau tofus.3,4

3. Stadium Interkritikal
Meupakan kelanjutan stadium akut, dimana secara klinik tidak terdapat tanda
radang akut, meskipun terdapat kristal urat pada cairan sendi, yang merupakan proses
kerusakan sendi yang progresif. Stadium ini biasanya berlangsung beberapa tahun sampai

7 | Page

10 tahun tanpa serangan akut. Dan tanpa penanganan yang adekuat dapat beranjut ke
stadium kronik.3,4
4. Arthritis gout kronik
Ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliarthikuler, dengan predileksi
cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan jari tangan. Tofi tidak
menimbulkan nyeri, tetapi mudah inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan destruksi
progresit dan menjadi deformitas. Selain itu tofi bisa pecah dan sembuh dalam waktu
yang lama. Kecepatan terbentuknya deposit tofus tergantung berat dan lamanya
hiperurisemia, dan diperberat dengan gangguan fungsi ginjat atau penggunaan diuretik.
Pada analisis cairan sendiri atau tofi akan terdapat kristal MSU. Gambaran radiologis
didapatkan erosi pada tulang dan sendi dengan batas sklerotik dan overhanging edge.3,4
2.5 FAKTOR RISIKO
2.5.1

Jenis Kelamin
Bila dibandingkan jumlah penderita hiperurisemia sebelumnya penderita pria
proporsinya lebih besar yaitu 95 % dan 5 % pada wanita pada kelompok usia yang
sama.13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso dari Falkutas
kesahatan masyarakat Universitas Sam Ratulangi di daerah kota Manado yang diambil
dari pengunjung Puskesmas Paniki Bawah (2015) dapat diketahui bahwa proporsi
responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki kadar asam urat
darah yang tinggi yaitu sebanyak 107 responden (56,6%) dibandingkan dengan
responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 82 responden (43,4%). Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p=0,000 (p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar
asam urat darah pada pengunjung Puskesmas Paniki Bawah.14
Namun menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro
Semarang yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009)
yang menunjukan bahwa proporsi responden yang berjenis kelamin perempuan lebih
8 | Page

banyak yang memiliki kadar asam urat darah yang tinggi yaitu sebanyak 39 responden
(61,9%) dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 24
responden (38,1%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,280 (p0,05), yang berarti
H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum
Kardina Kota Tegal.13
2.5.2

Usia
Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat usia namun
kejadian ini meningkat pada laki laki dewasa berusia 30 tahun dan wanita setelah
menopause atau berusia 50 tahun, karena pada usia ini wanita mengalami gangguan
produksi hormon estrogen.15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso dari Falkutas
kesahatan masyarakat Universitas Sam Ratulangi di daerah kota Manado yang diambil
dari pengunjung Puskesmas Paniki Bawah (2015) yang menunjukan bahwa proporsi
responden yang berumur >40 tahun lebih banyak yang memiliki kadar asam urat darah
yang tinggi yaitu sebanyak 132 responden (69,8%) dibandingkan dengan responden yang
berumur 40 tahun yaitu 57 responden (30,2%). Dari hasil uji statistik menunjukkan nilai
p=0,001 (p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar asam urat darah pada masyarakat
yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah.14
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009) yang
menunjukan bahwa Menurut umur proporsi terbesar pada kelompok kasus pada umur 5160 tahun yaitu sebesar 39,7% di ikuti umur 61 tahun sebesar 28,6% dan umur antara
4150 tahun sebesar 22,2% lebih besar dibandingkan kelompok kontrol pada umur yang
sama.13

2.5.3

Riwayat Keluarga

9 | Page

Menurut Seneca, orangorang dengan riwayat genetic / keturunan yang


mempunyai hiperurisemia mempunyai risiko 1-2 kali lipat di banding pada penderita
yang tidak memiliki riwayat genetik/ keturunan.13
Menurut penelitian dari Cindy Cicilia Bangunang, dkk. Di puskesmas Paniki
Bawah Kecamatan Mapanget kota Manado (2015), dapat diketahui bahwa sebagian besar
pengunjung yang memiliki riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah normal
sebanyak 22 (19,8%) dan tinggi 149 (78,8%) sedangkan pengunjung yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah normal sebanyak 89 (80,2%) dan tinggi
40 (21,2%). Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000
(p<0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara Riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah pada pasien yang
berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget kota Manado.16
2.5.4

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sesorang.
Perilaku pencegahan penyakit merupakan perilaku dimana seseorang melakukan suatu
aktifitas untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit.
Menurut penelitian Yuli Runtuwene dkk dari Jurusan gizi Politeknik Kesehatan
Manado (2016) menunjukan 9 orang (24,4%) responden yang memiiki tingkat
pengetahuan baik , 14 orang (37.8%) responden memiliki pengetahuan cukup dan 14
orang (37,8%) responden memiliki pengetahuan kurang.

Berdasarkan uji statistik

diperoleh nilai p = 0,002 (p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kadar asam
urat darah.17
Namun Menurut penelitian Linda R Landa menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai riwayat keluarga berstatus kadar asam uratnya tinggi berjumlah 12 orang
(48%) dan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga berstatus kadar asam
uratnya tinggi berjumlah 11 orang (55%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat nilai
sebesar 0,641. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat

10 | P a g e

keluarga dengan kadarasam urat pada staf dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado18.
2.5.5

Diet
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat atau
asam inti dari sel dan purin termasuk dalam kelompok asam amino, yang merupakan
unsur pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin tinggi (150 180 mg/100 gram)
antara lain jeroan, daging sapi, babi, kambing atau makanan dari hasil laut (sea food),
kacang-kacangan, bayam, jamur, kembang kol, sarden, kerang, minuman beralkohol. 19
Penelitian yang di lakukan harvard medical school terhadap 47.150 pria dalam
kebiasaan diet tinggi purin (daging dan sea food) setelah di lakukan pengamatan selama
12 tahun 730 (1,5%) di antaranya terdiagnosa menderita asam urat. Sehingga
disimpulkan bahwa purin yang menyebabkan asam urat terutama bersumber dari seafood
dan daging. Pada pria yang memakan daging baik daging sapi atau kambing bisa
meningkatkan risiko asam urat 21%.20
Menurut penelitian Yuli Runtuwene,dkk (2016) menunjukan bahwa 19 orang
(51.4%) mengkonsumsi asupan purin lebih dan 11 orang memiliki kadar asam urat darah
tinggi. Sampel yang mengkonsumsi asupan purin cukup berjumlah 11 orang (29.7%) dan
9 orang diantaranya memiliki kadar asam urat darah yang normal. Sampel yang
mengkonsumsi asupan purin kurang berjumlah 7 orang (18.9%) dan semuanya memiliki
kadar asam urat darah yang normal. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Fisher Exact
Test = 0,009 < 0,05 maka H0 di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara asupan purin dengan kadar asam uratdarah di puskesmas
Rurukan Kota Tomohon.17
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009)
menunjukkan bahwa proporsi responden yang mengkonsumsi hasil laut dengan kadar
purin tinggi

pada kelompok kasus sebesar 50,8% lebih besar di bandingkan pada

kelompok kontrol sebesar 17,5% sedangkan kadar purin sedang baik pada kelompok
kasus maupun kontrol sama sebesar 39,7% dan kadar purin rendah pada pada kelompok
11 | P a g e

kasus sebesar 9,5% proporsinya lebih kecil di bandingkan kelompok kontrol sebesar
42,9%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,03 (p0,05) maka H0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara diet
dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota
Tegal.13
2.5.6

Obesitas
Kelebihan berat badan (IMT 25 kg/m) dapat meningkatkan kadar asam urat dan
juga memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi tubuh. Sebaiknya
berpuasa dengan memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi konsumsi daging
(tetap memakan daging berlemak) juga dapat menaikkan kadar asam urat. Diet makanan
rendah kalori dapat menyebabkan / mempengaruhi starvation sehingga menyebabkan
hiperurisemia. Penyakit gout sendiri lebih sering menyerang penderita yang mengalami
kelebihan berat badan lebih dari 30% dari berat badan ideal. Seorang dengan berat badan
lebih berkaitan dengan kenaikan kadar asam urat dan menurunnya ekskresi asam urat
melalui ginjal hal tersebut disebabkan karena adanya gangguan proses reabsorbsi asam
urat pada ginjal.21,22,23
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rini Setyoningsih di RSUP Dr Kariadi
Semarang (2009). Dengan menggunakan desain kasus kontrol yang diambil dari 60
responden yang terdiri dari 30 orang kasus dan 30 orang kontrol, dari kelompok kasus
terdiri dari 21 orang dengan obesitas dan 9 orang tidak obesitas, dan kelompok kontrol
terdriri dari 12 orang yang obesitas dan 18 orang tidak obesitas menunjukan nilai p =
0.020 (p<0,005) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara obesitas dengan peningkatan kadar asam urat darah. Selain itu analisis
bivariatnya menunjukan odd ratio untuk IMT sebesar 3,5 yang berarti orang dengan IMT
> 25 kg/m2

(kategori obesitas) mempunyai resiko 3,5 kali untuk mengalami

hiperurisemia dibandingkan dengan IMT <25 kg/m2. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Maria yang menunjukan bahwa resiko orang obesitas 2 kali lebih tinggi untuk
mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.24
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009)
12 | P a g e

menunjukan bahwa proporsi IMT terbesar pada IMT 25 kg/m pada kelompok kasus
sebesar 46,0% lebih besar di bandingkan kelompok kontrol sebesar 23,8%, dan proporsi
terkecil pada IMT 23,1 - 25 kg/m pada kelompok kasus sebesar 9,5% lebih kecil di
bandingkan pada kelompok kontrol sebesar 30,2% sedangkan pada IMT 18,5-23 kg/m
pada kelompok kasus sebesar 44,9% lebih kecil di bandingkan kelompok kontrol sebesar
46,0%. Hasil analisis secara statistik menunjukkan nilai p=0,009 (p0,05) yang berarti
H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara IMT >25 kg/m
dengan hiperurisemia menunjukkan nilai p=0,009 (p0,05) dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar asam
urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
2.5.7

Hipertensi
Kejadian hiperurisemia pada penderita hipertensi di Kota Tegal sebesar 22 38 %
terutama penderita hipertensi yang tidak berobat secara teratur. Asam urat dapat
merangsang sistem renin angiotensin, sehingga memicu peningkatan tekanan darah dan
menyebabkan penebalan dinding arteri di ginjal, khususnya pembuluh arteriol afferen,
sehingga terjadi arteriosklerosis yang selanjutnya menyebabkan hipertensi.19
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009) yang
menunjukan bahwa orang yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg memiliki resiko
lebih besar terhadap kejadian hiperurisemia sebesar 5,2 kali dengan jumlah responden
yaitu 48 responden (76,2%) dibandingkan dengan responden yang memiliki tekanan
darah 140/90 mmHg dengan jumlah responden yaitu 15 responden (23,8%). Hasil uji
statistik menunjukan nilai p=0,0001 (p0,005) yang berarti H0 ditolak. sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan kadar
asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
Begitu juga penelitin yang dilakukan oleh Jules Clement Nguedia Assob dkk,
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan
kadar asam urat darah dengan nilai P <0.0001 di falkutas ilmu kesehatan universitas
Buea Cameroon25.

13 | P a g e

2.5.8. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh peningkatan
atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, Kelainan fraksi utama dari lipid adalah
kenaikan kadar kolesterol total, Low Density lipoprotein (LDL), trigliserida dan
penururnan Higd Density

lipoprotein (HDL) Dimana kolesterol dalam tubuh dapat

menenpel pada dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyempitan dinding
pembuluh darah.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan kadar kolesterol total 260 mg/dl memiliki risiko sebesar 2,2 kali
lebih besar dengan jumlah responden yaitu 32 responden (50,8%) dibandingkan dengan
responden yang memiliki kadar kolesterol 260 mg/dl dengan jumlah responden yaitu 31
responden (49,2%). Hasil analisis secara statistik nilai p=0,03 (p0,05) yang berarti H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar kolesterol total
dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota
Tegal.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden yang memiliki kadar trigliserida 200 mg/dl pada kelompok kasus sebesar
30,2% proporsinya lebih besar di bandingkan pada kelompok kontrol sebesar 14,3%,
sedangkan pada kadar trigliserida 150 -200 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 19,0%
proporsinya lebih besar di bandingkan kelompok kontrol sebesar 17,5%, dan ada kadar
trigliserida 150 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 50,8% proporsinya lebih kecil di
bandingkan kelompok kontrol sebesar 68,3%. Hasil analisis secara statistik nilai p=0,03
(p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kadar Triglierida dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit
Umum Kardina Kota Tegal.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009). Pada
kadar HDL 55 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 19,0% proporsinya lebih besar di
14 | P a g e

bandingkan pada kelompok kasus 4,80% sedangkan kadar HDL 55 mg/dl pada
kelompok kasus sebesar 81,0 % proporsinya lebih kecil di bandingkan kelompok kontrol
sebesar 95,2%. Hasil analisis secara statistik nilai p=0,013 (p0,05) yang berarti H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar HDL dengan
kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden pada kelompok kasus dengan kadar LDL 150 mg/dl sebesar 36,5%
proporsinya lebih besar di bandingkan kelompok kontrol sebesar 19,0%, sedangkan kadar
LDL 150 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 63,5% proporsinya lebih kecil di
bandingkan kelompok kontrol sebesar 81,0%. Hasil analisis secara statistik nilai p=0,029
(p0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kadar LDL dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum
Kardina Kota Tegal.13
2.5.9

Gagal ginjal
Seseorang dengan gagal ginjal, maka tubuh gagal mengeluarkan timbunan asam
urat melalui urin. Semakin lama timbunan asam urat ini akan menyebabkan hiperurisemia
dan berbagai komplikasi antara lain, batu urat dalam ginjal. Kecenderungan penderita
gagal ginjal akan mengalami hiperurisemia sebesar 47-67%.13
Berdasarkan Penelitian oleh Pradita Budi Pranata menggunakan desain cross
sectional yang dilakukan di ruang Unit Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi (2015) dengan
sampel 62 pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang sedang menjalani pengobatan
dialisa, berdasarkan sampel tersebut didapatkan 50 pasien PGK dengan hiperurisemia dan
12 pasien PGK dengan normourisemia. Dari hasil uji statistik dengan uji Fisher
didapatkan nilai p=0,482 (p>0,05) yang berarti H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan kadar asam urat dalam darah dengan penderita yang
mempunyai penyakit ginjal kronik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Namun disebutkan
terdapat banyak faktor yang menyebabkan penelitian ini tidak signifikan.26

15 | P a g e

2.5.10 Ph urin.
Urin dengan PH 5 dapat melarutkan sekitar sepersepuluh jumlah total garam urat
(15mg/dl), akan tetapi urin dengan PH 7 akan melarutkan lebih tinggi (150-200mg/dl).
Sebaliknya urin dengan PH diatas 5,8 akan melarutkan asam urat amat sedikit sehingga
memudahkan pembentukan batu asam urat. 13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan pH urin 7 dengan jumlah responden yaitu: 37 responden (58,7%)
bila dibandingkan dengan responden dengan pH urin 7 dengan jumlah responden
yaitu : 26 responden (41,3%). Hasil analisis secara statistik nilai p=0,1 (p0,05) yang
berarti H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna
antara ph urin dengan kejadian kadar asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit
Umum Kardina Kota Tegal.13
2.5.11 Ekskresi asam urat urin 24 jam.
Ekskresi asam urat urin total pada manusia normal rata-rata sehari adalah sebesar
400-600 mg melalui ginjal dan 200 mg melalui pencernaan ekskresi asam urat urin pada
siang hari dilaporkan lebih besar di bandingkan ekskresi asam urat urin pada malam hari.
Dua jalur utama ekskresi asam urat yaitu melalui urikolisis dan ginjal. Urikolisis terjadi
di dalam usus oleh enzim, bakteri dalam intestinal sebanyak sepertiga jumlah total asam
urat. Sedangkan ginjal mengekskresikan lebih banyak yaitu dua pertiganya. ekskresi
asam urat melalui ginjal tergantung pada kandungan purin dalam makanan. Diet rendah
purin dapat menurunkan kadar asam urat hingga 0,8 mg/100 ml, sebaliknya konsumsi
tinggi purin akan mengakibatkan ekskresi urat urin tinggi sampai 1000 mg/hari. 13,27
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan ekskresi urat urin 24 jam 600 mg mempunyai risiko terhadap
hiperurisemia sebesar 2,2 kali

dengan jumlah responden 36 responden (57,1) bila

dibandingkan dengan responden yang ekskresi urat urin 24 jam 600 mg dengan jumlah
responden yaitu 27 responden (42,9). Hasil analisis secara statistic menunjukan nilai
16 | P a g e

p=0,03(p0,05) yang berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada


hubungan bermakna antara ekskresi urat urin 24 jam dengan kadar asam urat darah pada
pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13
2.5.12 Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan salah satu sumber purin, etanol dalam alkohol meningkatkan
produksi asam urat dengan menyebabkan peningkatan omset nukleotida adenin.
Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa sesudah injeksi etanol terjadi peningkatan
produksi nukleotide dan asam urat melalui perubahan ATP dimana terjadi peningkatan
degradasi adenosine triphospat menjadi adenosine monofosfat yang merupakan prekusor
asam urat. Konversi alkohol menjadi asam laktat akan menurunkan ekskresi asam urat
melalui mekanisme inhibisi kompetitif akskresi asam urat oleh tubulus proksimal karena
penghambatan transportasi urat oleh laktat21.
Menurut Penelitian Setyo Tri Wardhani Astuti dkk (2014) diketahui bahwa
sebagian besar 30 (75,0%) responden tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, terdapat
23 (57,5%) responden yang memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 7 (17,5%)
responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai
nilai p-value sebesar 0,032 (p<0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan bermkna antara faktor minuman alkohol dengan kadar asam
urat darah pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya21.
2.5.13 DM (Diabetes Melitus)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit menahun yang di tandai dengan kadar
gula dalam darah melebihi normal dan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang di sebabkan oleh defisiensi hormon insulin secara relatif atau absolut.
Apabila dibiarkan tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi vaskuler jangka
panjang seperti meningkatnya kadar asam urat dalam darah.13
Menurut penelitian Tina Purwaningsih dari Universitas Diponogoro Semarang
yang diambil dari pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal (2009).
Responden dengan kadar gula puasa >160mg/dl memiliki risiko sebesar 2,6 kali lebih
besar dengan jumlah responden yaitu 42 responden (66,7) di bandingkan dengan
17 | P a g e

responden yang kadar gula puasa 160mg/dl dengan jumlah responden yaitu 34
responden (54,0%). Hasil analisis secara statistik nilai p=0,05 (p0,05) yang berarti H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kadar gula darah puasa
dengan hiperurisemia pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.13

18 | P a g e

Kerangka Teori

Gagal ginjal

Hipertensi

Ph Urin

Eksresi urin 24
jam

DM
Usia
Diet tinggi purin
Pengetahuan

Kadar Asam Urat


Alkohol

Riwayat
keluarga

Jenis
kelamin
Dislipdemia
Obesitas

Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen

Jenis kelamin
Usia
Riwayat keluarga

Peningkatan asam urat dalam


darah

Tingkat pengetahuan
Diet
Obesitas
Hipertensi

Bab III
19 | P a g e

Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross-Sectional mengenai gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang berhubungan
pada pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru pada Oktober 2016.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Sumber data berasal dari data primer yang didapat melalui kuesioner yang diisi
pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.
3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Target
Semua pengunjung Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat.
3.4.2 Popalasi Terjangkau
Semua pengunjung Puskesmas yang datang ke Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat
pada periode Oktober 2016.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat periode Oktober
2016 yang berusia antara 30-70 tahun dan bersedia menjadi Subjek.
3.5.2

Kriteria Eksklusi

Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat periode oktober 2016

yang sedang mendapat terapi asam urat yang teratur.


Pengunjung yang tidak bersedia untuk menjadi Subjek dan Subjek yang tidak
mengembalikan kuesioner.

3.6 Sampel
3.6.1

Besar Sampel
20 | P a g e

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan terhadap
semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru,

Tabel 3.1. Nilai Proporsi Variabel Bebas


No.

Variabel Bebas

Peneliti

Jenis kelamin

Jilly

Usia

Riwayat Keluarga

Tempat

dan

p(variable)

N1

N2

Manado 2015

56,6%

94,366

103,796

Tina

Tegal 2009

39,7%

91, 964

101,156

Cindy

Manado 2015

78,8%

64,176

70,587

Tingkat Pengetahuan Tina

Manado 2016

37,8%

90,322

99,354

Diet

Tina

Tegal 2009

50,8%

96, 015

105, 611

Obesitas

Tina

Tegal 2009

46,0%

95,425

104,962

Hipertensi

Tina

Tegal 2009

76,2%

69,669

76,626

Tahun

Besar sampel ditentukan melalui rumus seperti di bawah maka, didapatkan besar
sampel penelitian sebagai berikut:
N1 =

( Z ) p . q
L

N2 = N1 + (10%.N1)
N1 = jumlah sampel minimal
N2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subyek
penelitian yang mungkin keluar atau drop out)
Z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5% didapatkan Z
pada kurva normal = 1,96

21 | P a g e

p = Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu proporsi diet menurut penelitian Tina
Purwanngsih tahun 2009 adalah 50,8%. Proporsi ini diambil oleh karena besar
proporsi paling mendekati nilai 50%. Sehingga p = 50,8% = 0,508
q= 100% - p = 100% - 50,8% = 49,2%
L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%
0.235116x3.8416
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :
N1 = (1,96)2 x 0,508x 0,492
( 0,1)2
N1 = 96,01
Untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out,
maka dihitung :
N2 = 96,01+ (10% x 96,01)
N2 = 105,61 dibulatkan menjadi 106 orang
Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 106 orang.
3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sebanyak 106 orang pengunjung Puskesmas yang memenuhi kriteria
dilakukan pada periode oktober 2016 sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.7 Cara Kerja
Langkah-langkah pengambilan sampel :

Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.


Menentukan jumlah sampel minimal yaitu 106 pengunjung Puskesmas Kelurahan

Jelambar Baru periode Oktober 2016.


Menghubungi kepala Puskesmas Kecamatan Palmerah yang menjadi daerah penelitian

untuk melaporkan tujuan dan meminta izin untuk mengadakan penelitian tersebut.
Melakukan pengumpulan data primer yang didapatkan melalui pengisian kuesioner,
pemeriksaan kadar asam urat darah, pengukuran tekanan darah dan pengukuran berat
badan

. Pengumpulan data primer ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai

gambaran kadar asam urat darah dan faktor faktor berhubungan pada pengunjung

puskesmas.
Melakukan editing, verifikasi coding, dan tabulasi terhadap data primer milik responden

yang sudah dikumpulkan.


Melakukan analisis dan interpretasi data dengan program Computer Statistical Package
for Social Sciense version 20 (SPSS).
22 | P a g e

Penulisan laporan penelitian.


Pelaporan penelitian.

3.8 Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel independen (tidak
terikat).
3.8.1 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini berupa riwayat keluarga, jenis kelamin, usia,
diet tinggi purin, obesitas, hipertensi dan tingkat pengetahuan.
3.8.2 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar asam urat darah.

3.9 Definisi Operasional


3.9.1

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua orang yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan
Jelambar Baru periode Oktober 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.

3.9.2 Kadar asam urat darah


3.9.2.1 Definisi

:. Jumlah kadar asam urat dalam darah kapiler yang teruji dengan

stik kemudian terbaca oleh angka yang diukur dengan menggunakan alat ukur
digital asam urat dinyatakan dalam satuan mg/dl.
3.9.2.2 Alat Ukur

: Alat ukur gula darah sewaktu digital bermerk EasyTouch GCU

yang dilengkapi dengan Uric Acid stick


3.9.2.3 Cara Pengukuran: Sampel diambil dari darah perifer yang diperoleh dengan cara
penusukan dijari tangan III-IV sebelah kiri dengan menggunakan jarum steril,
dimasukkan ke dalam Uric Acid stick yang terpasang pada alat ukur asam urat
darah digital. Nilai Asam urat akan ditunjukkan oleh alat tersebut dalam waktu
10 detik. Nilai Asam Urat darah kemudian dicatat.
3.9.2.4 Hasil Ukur:

Normal Pria 2-7 mg/dl, wanita 2-6 mg/dl


Tinggi Pria > 7 mg/dl, wanita > 6 mg/dl
23 | P a g e

3.9.2.5 Skala Ukur: Numerik Interval


Kategori
Normal Pria 2-7 mg/dl, wanita 2-6 mg/dl
Tinggi Pria > 7 mg/dl, wanita > 6 mg/dl

3.9.3

Coding
0
1

Jenis Kelamin

3.9.3.1 Definisi : Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak seorang
lahir
3.9.3.2 Alat Ukur

: Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak

seorang lahir
3.9.3.3 Cara Ukur: Mengambil data jenis kelamin yang tertera pada KTP
3.9.3.4 Hasil Ukur:

3.9.3.5

Laki-laki
Perempuan

Skala Ukur :
Kategori

Koding

Perempuan

Laki-laki

3.9.4 Usia
3.9.4.1 Definisi

: Lama waktu hidup tanggal/bulan/tahun sejak responden

dilahirkan sampai dengan tanggal/bulan/tahun waktu dilakukanya


pengambilan data penelitian dari Subjek yang

berkunjung ke

Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru


3.9.4.2 Alat Ukur : Kuesioner, KTP
3.9.4.3 Cara Ukur : Pengambilan data dengan kuesioner
24 | P a g e

3.9.4.4 Hasil Ukur

30- 50 Tahun
51-70 Tahun

3.9.4.5 Hasil Ukur: Kategorik - Ordinal


Kategori

Koding

30-50 Tahun

51- 70 Tahun

3.9.5 Riwayat Keluarga


3.9.4.1 Definisi : Adanya anggota keluarga subjek penelitian yang mengalami peningkatan
Asam Urat
3.9.5.2 Alat Ukur : Kuesioner
3.9.5.3 Cara Ukur: Pengambilan data dengan kuesioner
3.9.5.4 Hasil Ukur

Tidak ada

Ada

3.9.5.5 Hasil Ukur: Kategorik- Nominal


Kategori

Koding

Tidak ada

Ada

3.9.6 Tingkat Pengetahuan


3.9.6.1 Definisi

:Informasi yang diketahui atau disadari subjek terhadap asam urat

3.9.6.3 Alat Ukur : Kuesioner


3.9.6.3 Cara Pengukuran: Pengambilan data dengan kuesioner
25 | P a g e

3.9.6.4

Hasil Ukur :

Kurang
Cukup
Baik

3.9.6.5 Skala Ukur: Kategorik-ordinal


Kategori
Kurang
Cukup

Coding
1
2

Baik

3.9.7 Diet Tinggi Purin


3.9.7.1 Definisi: JumlahmakanandanjenismakananpurinyangdikonsumsiolehSubjek
yangberkunjungkePuskesmasKelurahanJelambarBaru.
3.9.7.2 Alat Ukur : Kuesioner,
3.9.7.3 Cara Pengukuran: pengisian kuesioner oleh responden
3.9.7.4 Hasil Ukur :

Lebih
Cukup
Kurang

3.9.7.5 Skala Ukur : Kategorik - Ordinal

3.9.8

Kategori
Lebih
Cukup

Coding
1
2

Kurang

Obesitas

26 | P a g e

3.9.8.1 Definisi : Ketidak seimbangan tinggi dan berat badan yang disebabkan oleh
penumpukan lemak dalam tubuh dimana IMT 25

kg/m2

pada pengunjung

Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru28


3.9.8.2 Alat Ukur :Timbangan dan microtoise
3.9.8.3 Cara pengukuran : Untuk mengukur berat badan, Subjek diminta berdiri di atas alat
timbangan yang sudah ditera dan diletakkan pada alas yang datar. Pastikan jarum
timbangan berada pada angka nol. Subjek diminta menggunakan pakaian seminimal
mungkin tanpa alas kaki dan berdiri tegak. Pembacaan hasil berat badan dengan
ketelitian sebesar 0,1 kg. Untuk mengukur tinggi badan, subjek diminta berdiri tegak,
kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding
tempat microtoise dipasang, serta pandangan lurus ke depan dan tangan dalam posisi
tergantung bebas, kedua kaki dirapatkan. Pastikan alat geser berada tepat di tengah
kepala responden dan pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis
merah, sejajar dengan mata yang mengukur. Pembacaan hasil tinggi badan dengan
ketelitian sebesar 0,1 cm, kemudian satuan tinggi badan diubah dari cm ke m. Indeks
massa tubuh (IMT) ditentukan dengan menghitung berat badan dalam kilogram (kg)
dibagi tinggi dalam kuadrat (m2). Dikatakan tidak obesitas jika IMT < 25. Dikatakan
3.9.8.4

obesitas jika IMT 25.


Hasil Ukur :
Obesitas
Tidak obesitas

3.9.8.5 Skala Ukur : Kategorik - nominal


Kategori

Koding

Tidak obesitas

Obesitas

3.9.9 Hipertensi
3.9.9.1 Definisi

: Subjek dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah

diastolik 90 mmHg dengan dua kali pengukuran pada posisi berbaring atau subjek
dengan riwayat hipertensi dan sedang minum obat antihipertensi29
27 | P a g e

3.9.8.2

Alat Ukur : Tensimeter, wawancara langsung

3.9.9.2 Cara Ukur : Tekanan darah diukur pada lengan kanan atas dengan posisi duduk
menggunakan sfignomanometer setinggi jantung secara 2 kali dalam interval 5 menit
dan minimal istirahat 10 menit sebelum dilakukan pengukuran.
3.9.9.3 Hasil Ukur :

Hipertensi
Tidak Hipertensi

3.9.9.4 Skala Ukur : Kategorik- Nominal


Kategori

Koding

Hipertensi

Tidak hipertensi

3.10 Pengelolaan Data, Analisis, dan Penyajian Data, Interpretasi Data, dan Pelaporan
Data
3.10.1 Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, verifikasi dan coding,
kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program SPSS.
Pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 20
yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau selelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan catatan untuk memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri dari beberapa kategori.
3. Entri Data
Entri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
3.10.2 Analisis Data
28 | P a g e

Data yang telah diolah, disajikan, dianalisis program SPSS v.20. Terhadap data yang
telah diolah dilakukan analisis data sesuai dengan cara uji statistik menggunakan uji T-Test
unpaired untuk data dengan distribusi normal dan Mann-Whitney untuk data dengan distribusi
tidak normal. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen
dan independen. Karena rancangan penelitian ini adalah studi cross-sectional, hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen.
Untuk membuktikan bahwa 1 variabel bebas dan 1 variabel independen memiliki
hubungan maka akan dilakukan analisis data dengan menggunankan T-Test unpaired dan
Mann-Whitney. Pada kedua tes ini, jika hasil p <0.05, maka Ho ditolak yang berarti ada
hubungan dan jika p >0.05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan.

3.10.3 Penyajian Data


Data yang didapat disajikan secara tekstular, grafikal, dan tubular.
3.10.4 Interpretasi Data.
Data dinterpretasikan secara deskriptif analitik antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.
3.10.5 Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan dipresentasikan
dihadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada bulan Oktober 2016 dalam Forum
Pendidikan Ilmu Kesehatan Komunitas FK UKRIDA.
3.11

Etika Penelitian
Pada penelitian ini, semua data yang didapatkan dari Puskemas Kecamatan Palmerah akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

3.12 Sarana Penelitian


3.12.1 Tenaga
Penelitian dilakukan oleh 3 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Masyarakat, dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu dosen IKM.
3.12.2 Fasilitas

29 | P a g e

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, buku registrasi
Puskesmas Kecamatan Palmerah, komputer, printer, program SPSS 20, internet, dan
alat tulis.

BAB IV
Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Jelambar baru dengan pengambilan sampel pada
tanggal 10-12 Oktober 2016, didapatkan sampel sebanyak 106 orang pengunjung yang berusia
30 sampai 70 tahun dan bersedia jadi responden. Hasil penelitian ini, kami sajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sebaran kadar asam urat darah pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di
puskesmas jelambar baru periode oktober 2016

Variabel
Kadar asam urat darah

Minimum- Maksimum
2.7- 13.6

Mean
5.584

Median
5.300

SD
1.855

Tabel 4.2 Sebaran riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, diet tinggi purin, obesitas,
hipertensi, dan Tingkat pengetahuan pada pengunjung usia 30 sampai 70 di Puskesmas
Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016

Variabel
Riwayat keluarga

Frekuensi

Presentase (%)
30 | P a g e

75

70.8

31

29.2

Perempuan
Laki-laki

71

67.0

35

33.0

30-50
51-70

62

58.5

44

41.5

19

17.9

18

17.0

69

65.1

56

52.8

50

47.2

34

32.1

72

67.9

43

40.6

35

33.0

28

26.4

Tidak ada
Ada

Jenis kelamin

Usia

Diet

Tinggi
Cukup
Rendah

Obesitas

Tidak obesitas
Obesitas

Hipertensi

Hipertensi
Tidak hipertensi

Tingkat pengetahuan

Kurang
Cukup
Baik

31 | P a g e

BAB V
Pembahasan

5.1 Sebaran kadar asam urat darah pada pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di
Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016
Pada tabel 4.1 didapatkan bahwa sebaran rata-rata kadar asam urat darah pada
pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru usia 30-70 tahun yang diukur
menggunakan uric acid test adalah 5.584 mg/dl dengan nilai kadar asam urat darah
minimum 2.7 mg/dl dan maksimum 13.6 mg/dl.
5.2 Analisis Bivariat antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah pada
pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru
periode Oktober 2016
Sebaran riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah pada

pengunjung

Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni ada
riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah tinggi dan tidak ada riwayat keluarga
dengan kadar asam urat darah tinggi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
dari 106 pengunjung puseksmas, didapatkan 31 orang pengunjung atau

29,2%

mempunyai riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah tinggi dan 75 orang
pengunjung atau 70,8% tidak mempunyai riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah
tinggi.
Hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-test dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,271
32 | P a g e

(p>0,05) yang berarti H0 gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata kadar asam
urat darah antara pengunjung puskesmas yang tidak ada riwayat keluarga dengan kadar
asam urat tinggi dan yang ada riwayat keluarga dengan kadar asam urat tinggi di
puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini berlawanan dengan penelitian Cindy Cicilia Bangunang yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kadar asam
urat darah pada pasien yang berkunjung di puskesmas Paniki Bawah.
5.3 Analisis Bivariat antara jenis kelamin

dengan kadar asam urat darah pada

pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru


periode Oktober 2016
Sebaran jenis kelamin dengan kadar asam urat darah pada pengunjung puskesmas
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan
perempuan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung
puseksmas, didapatkan 71 orang pengunjung atau 67,0% berjenis kelamin perempuan dan
35 orang pengunjung atau 33,0 % berjenis kelamin laki-laki.
Hubungan antara jenis kelamin dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-test dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,606
(p>0,05) yang berarti H0 gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata kadar asam
urat darah antara pengunjung puskesmas yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar
asam urat darah. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tina Purwaningsih yang menunjukan bahwa proporsi responden yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak yang memiliki kadar asam urat darah tinggi dibandingkan
dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar asam urat
darah.
5.4 Analisis Bivariat antara usia dengan kadar asam urat darah pada pengunjung usia
30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru periode Oktober 2016
33 | P a g e

Sebaran usia

dengan kadar asam urat darah

pada pengunjung Puskesmas

Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni usia 30 sampai 50
tahun dan usia 51 sampai 70 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari
106 pengunjung puseksmas, didapatkan 62 orang pengunjung atau 58,5% mempunyai
rentang usia 30 sampai 50 tahun dan 44 orang pengunjung atau 41,5% mempunyai
rentang usia 51 sampai 70 tahun.

Hubungan antara usia dengan kadar asam urat darah diuji dengan menggunakan
uji T-test dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,000 (p<0,05) yang
berarti H0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat darah antara
pengunjung puskesmas yang berusia 30 sampai 50 tahun dengan pengunjung puskesmas
yang berusia 51-70 tahun. di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jilly Priskila liaso
yang menyatakan bahwa kelompok usia >40 tahun memiliki kadar asam urat darah yang
tinggi dibandingkan dengan kelompok usia 40 tahun, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar asam urat darah
pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tina Purwaningsih
yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar
asam urat darah pada pengunjung Rumah Sakit Umum Kardina Kota Tegal.
5.5 Analisis Bivariat antara diet

purin dengan kadar asam urat darah pada

pengunjung usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru


periode Oktober 2016
Sebaran diet purin dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Puskesmas
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 3 kategori yakni tinggi, cukup dan
rendah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung puseksmas,
didapatkan 19 orang pengunjung atau 17,9 % yang mengkonsumsi diet tinggi purina, 18
orang pengunjung atau 17,0% mengkonsumsi diet cukup purin, 69 orang pengunjung
atau 65,1% mengkonsumsi diet rendah purin.
34 | P a g e

Hubungan antara diet purin

dengan kadar asam urat darah diuji dengan

menggunakan uji Anova dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar
0,000 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat
darah antara pengunjung puskesmas yang mengkonsumsi diet tinggi, cukup, dan rendah
purin di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Runtuwene

yang

menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan purin dengan kadar asam
urat darah di puskesmas Rurukan Kota Tomohon.
5.6 Analisis Bivariat antara obesitas dengan kadar asam urat darah pada pengunjung
usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru periode Oktober
2016
Sebaran obesitas dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Puskesmas
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni obesitas dan tidak
obesitas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung
puseksmas, didapatkan 56 orang pengunjung atau 52,8% yang termasuk dalam kelompok
tidak obesitas dan 50 orang pengunjung atau 47,2% yang termasuk dalam kelompok
obesitas.
Hubungan antara obesitas dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-tes dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,716
(p>0,05) yang berarti H0 gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata kadar asam
urat darah antara pengunjung puskesmas yang termasuk kelompok obesitas dan yang
tidak obesitas di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini Setyoningsih di
RSUP Dr Kariadi Semarang yang menunjukan bahwa ada hubungan antara obesitas
dengan peningkatan kadar asam urat darah. Selain itu berdasarkan penelitian Rini
Setyoningsih membuktikan bahwa orang dengan IMT > 25 kg/m2 (kategori obesitas)
mempunyai resiko 3,5 kali untuk mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan IMT
<25 kg/m2. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria yang
menunjukan bahwa resiko orang obesitas 2 kali lebih tinggi untuk mengalami
hiperurisemia dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

35 | P a g e

5.7 Analisis Bivariat antara hipertensi dengan kadar asam urat darah pada pengunjung
usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar baru periode Oktober
2016
Sebaran hipertensi dengan kadar asam urat darah pada pengunjung Puskesmas
Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 2 kategori yakni hipertensi dan tidak
hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung
puseksmas, didapatkan 34 orang pengunjung atau 32,1% mempunyai hipertensi dan 72
orang pengunjung atau 67,9% tidak mempunyai hpertensi.
Hubungan antara hipertensi dengan kadar asam urat darah diuji dengan
menggunakan uji T-tes dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar 0,000
(p<0,05) yang berarti H0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat darah
antara pengunjung puskesmas yang mempunyai hipertensi dan yang tidak mempunyai
hipertensi di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tina Purwaningsih yang yang menunjukan bahwa
orang yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg memiliki resiko lebih besar terhadap
kejadian hiperurisemia sebesar 5,2 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki
tekanan darah 140/90 mmHg sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara hipertensi dengan kadar asam urat darah
5.8 Analisis Bivariat antara tingkat pengetahuan

dengan kadar asam urat darah

pengunjung usaia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru


periode Oktober 2016
Sebaran tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat darah pada pengunjung
Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016 dibagi menjadi 3 kategori yakni kurang,
cukup, dan baik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 106 pengunjung
puseksmas, didapatkan 43 orang pengunjung atau 40,6 % mempunyai tingkat
pengetahuan kurang, 35 orang pengunjung atau 33,0% mempunyai tingkat pengetahuan
cukup dan 28 orang pengunjung atau 26,4% mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
36 | P a g e

Hubungan antara diet purin

dengan kadar asam urat darah diuji dengan

menggunakan uji Anova dan didapatkan nilai p untuk kadar asam urat darah sebesar
0,008 (p<0,05) yang berarti H 0 ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata kadar asam urat
darah antara pengunjung puskesmas yang mempunyai tingkat pengetahui kurang, cukup
dan baik di Puskesmas Jelambar Baru periode Oktober 2016.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Runtuwene yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Tingkat pengetahuan
dengan kadar asam urat darah.
Bab VI
Penutup

6.1.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai gambaran kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang
berhubungan pada pengunjung puskesmas usia 30 sampai 70 tahun di Puskesmas Kelurahan
Jelambar Baru periode Oktober 2016 yang menggunakan 106 sampel ditemukan sebaran
rata-rata kadar asam urat darah pada pengunjung usia 30 sampai 70 tahun yang diukur
menggunakan alat ukur digital asam urat adalah 5.584 mg/dl. Pada subjek yang diteliti,
29.2% subjek memiliki riwayat penyakit asam urat dalam keluarga, 67.0% berjenis kelamin
perempuan, 41.5% berusia 51-70 tahun, 17.9% subjek dengan diet tinggi asam urat, 47.2%
tergolong obesitas, 32.1% memiliki hipertensi, 40.6% bertingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia, diet,
hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat darah pengunjung usia 30-70
tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016 dan tidak terdapat
hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin dan obesitas dengan kadar asam urat darah
pengunjung usia 30-70 tahun di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru periode Oktober 2016.

6.2.

Saran
Dari penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan hal berikut.
6.2.1. Bagi Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru
Mengadakan penyuluhan rutin bagi warga di wilayah kerja Puskesmas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat darah dan gejala-gejala yang

37 | P a g e

timbul akibat ketidaknormalan kadar asam urat darah serta upaya pencegahan
terhadar penyakit asam urat.
6.2.2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian menggunakan
sampel yang lebih besar sehingga dapat melihat hubungan riwayat keluarga,
jenis kelamin, usia, diet, obesitas, hipertensi dan tingkat pengetahuan dengan
kadar asam urat darah.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai
data dasar penelitiannya.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan
variabel berbeda ataupun desain penelitian yang lain.

38 | P a g e

DAFTAR ISI
1. Conger JD, In : Acute Uric acid Nephropathy, US National Library of Medicine, National
Institute of Health, United States of America. Downloaded on October 2014 from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2195258.
2. Hidayat R. Gout dan hiperurisemia. Medicinus. Edisi Juni-Agustus 2009; 22:47-50.
3. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Gout dan Hiperuresemia dalam lecture note
kedokteran klinis. Jakarta: 2007.h.212-15
4. Mandal A. Stages of gout dalam News Medical Life Sciences. Di akses dari: newsmedical.net. pada tanggal 4 Oktober 2016
5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Survailence Penyakit Tidak Menular pada
Puskesmas dan Rumah Sakit di Jawa Tengah, Semarang;2007.
6. Rahmah NF, Mukaddas A, Safarudin. Profil penggunaan obat pada pasien gout dan
hiperurisemia di RSU Anutapura Palu. Journal of Pharmacy Vol.3(1) Palu: Universitas
Tadulako; 4 March 2016.h.64-9.
7. Luk AJ and Simkin PA, Epidemiologi of

Hyperuricemia and Gout, The American

Journal of Managed Care,Vol 11, 2005:11:43542.


8. Dianati MA. Gout and hyperuricemia. http://juke.kedokteran.unila.ac.id. Pada tanggal 28
September 2016.
9. Wortmann RL. Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. Dalam: Isselbacher KJ,
Braunwald E, Wilson JD. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi ke-16. New
York: McGraw Hill;2005.
10. Soeroso J, Juliasih. Hiperuresemia dan gout artritis, dalam; Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Surabaya: fakultas kedokteran univeritas airlangga;2011.h.242-6.
11. Kumala M. Peran Gizi dalam Penatalaksanaan Hiperusemia dan Pirai.Damianus Journal
of Medicine.2010;121-8.
39 | P a g e

12. Qazy Y. hyperuricemia. dalam : emedicine.medscape.com. diakses pada: 4 Oktober 2016.


13. Purwaningsih T. Faktor-faktor resiko hiperurisemia. Sstudi kasus di RSU Kardinah Kota
Tegal. Semarang: Universitas Diponegoro;2009.
14. Lioso PJ, Sondakh RC, Ratag BT. Hubungan antara umur, jenis kelamin dan indeks
massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di
puskesmas paniki bawah kota manado. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi;2015.
15. Saag KG, Choi H. Epidemilogy, risk factors and lifestyle modifications for gout. Arthritis
Research and Therapy 2008, 8 (Suppl 1):S2

[Open Acces]. Available at:

http://www.arthritis-research.com. By on January 19,2009.


16. Bangunang CC, Kapantow GHM, Joseph WBS. Hubungan antara riwayat keluarga dan
konsumsi alkohol dengan kadar asam urat darah pada pasien yang datang berkunjung di
puskesmas paniki bawah kecamatan mapanget kota manado. Manado: Fakultas kesehatan
masyarakat universitas sam ratulangi;2015.
17. Runtuwene Y, Purba RB, Kereh PS. Asupan purin dan tingkat pengetahuan dengan kadar
asam urat di puskesmas rurukan kota tomohon. Manado: Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Manado.2016.
18. Landa LR, Momongan N. Hubungan Asupan Protein dan Riwayat Keluarga Dengan
Kadar Asam Urat Pada Staff Dosen dan Pegawai Falkutas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado; 2014
19. Stefanus, E.I, Arthritiss Gout, In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, Jakarta, 2006:121820.
20. Luk AJ and Simkin PA, Epidemiologi of
Hyperuricemia and Gout, The American
Journal of Managed Care,Vol 11, 2005:11:43542.
21. Dina EB. Kegemukan dan hiperurisemia pada warga rw 13 kelurahan bakti jaya
kecamatan sukmajaya depok [Skripsi].Jember: FK Universitas Jember;2005.
22. Irgi, Hiperurisemia, Jurnal Ilmu Kesehatan, (http//www.perusda.com), diakses 28
septmber 2016.
23. Purwati S, Rahayu S, Salimar. Perencanaan menu untuk penderita kegemukan. Jakarta:PT
Penebar Swadaya;2000.h.27-8.
24. Setyoningsih R. Faktoy-fakto yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia pada
pasien rawat jalan RSUP. Dr. Kariadi Semarang.Semarang : Fakultas Kedokteran
universitas Diponegoro;2009.
25. Assob.JCN, Ngowe MN, Nsagha DS dkk. The Relationship between Uric Acid and
Hyepertension in Adults in Fako Division, SW Region Cameroon;2014

40 | P a g e

26. Pranata PB. Hubungan kadar asam urat dalam darah paa penderita penyakit gagal ginjal
kronik dengan kejadian artritis gout di rsud dr. moewardi. Fakultas kedokteran
Universitas muhammadiyah surakarta:2013.
27. Janis OF, Uric Acid Tests, Jurnal Ilmu Kesehatan (online) Vol 3, No 4
(http://www.aheatthyme.com, 2005,diakses 26 Februari 2009).
28. Obesity. Diakses dari www.nhs.uk. Pada tanggal 8 Oktober 2016
29. Reference card from the Seventh Report of Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Threatment of High Blood Pressure (JNC7). Di akses dari
nhlbi.nih.gov. pada 7 Oktober 2016

41 | P a g e

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Gambaran Kadar Asam Urat Darah dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Oktober 2016

No. Subjek**

Tanggal pengisian kuisioner

Data Subjek
Nama Subjek

Alamat Subjek

Umur

: (

) tahun
42 | P a g e

Tinggi Badan Subjek **)

: (

) cm

Berat Badan Subjek **)

: (

) kg

IMT**)

: (

) kg/m2

Tekanan Darah

Jenis Kelamin

mmHg
1. Laki-laki
2. Perempuan

**) Tidak diisi oleh subjek

Isilah dan beri tanda (x) pada jawaban yang tersedia!

Riwayat keluarga
.
.

Apakah anggota keluarga anda ada yang mengalami penyakit asam urat?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, siapa dikeluarga anda yang menderita penyakit asam urat?

a. Ayah
e. Kakek dari pihak ibu
b. Ibu
f. Nenek dari pihak ibu
c. Kakek dari pihak ayah
g. Saudara kandung
d. Nenek dari pihak ayah
Hipertensi
1. Apakah anda mempunyai riwayat tekanan darah tinggi atau sedang meminum obat darah tinggi?
a. Ya
b. Tidak

Pengetahuan Tentang Asam Urat


Isilah dan beri tanda (x) pada jawaban yang tersedia!

1. Apakah gejala awal dari penyakit asam urat itu?


a. Nyeri, bengkak dan kemerahan pada daerah
persendian terutama pada malam hari atau
pagi hari setelah bangun tidur
b. Nyeri pada seluruh tubuh
2. Bagian tubuh mana yang sering terkena asam urat?

c. Tidak dapat meggerakan tangan dan


kaki (lumpuh)
d. Tidak tahu

43 | P a g e

a. Sendi
b. Ginjal

c. Paru-paru
d. Tidak tahu

3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit asam urat?
a. Menghindari memakan jeroan
b. Memakan tempe dan tahu dengan porsi yang

c. Sering memakan daging-dagingan


d. Tidak tahu

banyak
4. Makanan apa saja yang harus dihindari oleh penderita penyakit Asam urat?
a. Daging- dagingan
b. Tempe

c. Tahu
d. Tidak tahu

5. Apa yang anda lakukan jika terkena penyakit asam urat?


a. Periksa ke dokter
b. Minum jamu pegel linu

c. Pergi ketukang urut


d. Tidak tahu

Formulir Kuesioner Frekuensi Pangan


(Food Frequency Questioner)

Lingkari dan isi kolom yang sesuai dengan kebiasaan anda dalam mengkonsumsi makanan (dalam 1 minggu
terakhir)

No

1
2
3
4
5
6
7
8

Bahan Makanan

Jeroan
Daging bebek
Ikan laut
Kerang
Daging sapi
Daging ayam
Udang
Tempe

Waktu

1
1
1
1
1
1
1
1

Harian

Mingguan

(Kali/hari)

(Kali/mggu)

2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4
4
4

5
5
5
5
5
5
5
5

6
6
6
6
6
6
6
6

1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4
4
4

5
5
5
5
5
5
5
5

Ukuran

Rerata

Rerata

Total

Rumah

asupan per

frekuensi

Asupan

Tangga

hari*

per hari*

Harian*

6
6
6
6
6
6
6
6
44 | P a g e

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Tahu
Bayam
Daun Singkong
Kangkung
Daun dan Melinjo
Nasi
Ubi
Singkong
Keju
Telur

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

* = diisi oleh peneliti


Koding
Riwayat keluarga
Kategori

Koding

Tidak ada

Ada

Jenis kelamin
Kategori

Koding

Perempuan

Laki-laki

Usia
Kategori

Koding

30-50 Tahun

51-70 Tahun

Diet
Kategori

Koding

Tinggi

Cukup

Rendah

Obesitas
45 | P a g e

Kategori

Koding

Tidak obesitas

Obesitas

Hiperetensi
Kategori

Koding

Hipertensi

Tidak hipertensi

Tingkat Pengetahuan
Kategori

Koding

Kurang

Cukup
Baik

2
3

46 | P a g e

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


kadar asam urat
N

106
Mean

5.584

Normal Parametersa,b
Std. Deviation

Most Extreme Differences

1.8546

Absolute

.101

Positive

.089

Negative

-.101

Kolmogorov-Smirnov Z

1.036

Asymp. Sig. (2-tailed)

.233

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Tabel frekuensi kadar asam urat darah

Statistics
Kadar asam urat
Valid

106

N
Missing

Mean

5.584

Median

5.300

Std. Deviation

1.8546

Variance

3.440

Minimum

2.7

47 | P a g e

Maximum

Percentiles

13.6
25

4.250

50

5.300

75

6.650

48 | P a g e

Frequency Table

diet
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tinggi

19

17.9

17.9

17.9

cukup

18

17.0

17.0

34.9

rendah

69

65.1

65.1

100.0

106

100.0

100.0

Valid

Total

obesitas
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

tidak obesitas

56

52.8

52.8

52.8

obesitas

50

47.2

47.2

100.0

106

100.0

100.0

Total

riwayat keluarga
Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak ada

75

70.8

70.8

70.8

ada

31

29.2

29.2

100.0

Total

106

100.0

100.0

jenis kelamin

49 | P a g e

Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

perempuan

71

67.0

67.0

67.0

laki-laki

35

33.0

33.0

100.0

106

100.0

100.0

Total

Pengetahuan
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

kurang

43

40.6

40.6

40.6

cukup

35

33.0

33.0

73.6

baik

28

26.4

26.4

100.0

Total

106

100.0

100.0

Valid

tekanan darah
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

hipertensi

34

32.1

32.1

32.1

tidak hipertensi

72

67.9

67.9

100.0

106

100.0

100.0

Total

usia
Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

30-50 tahun

62

58.5

58.5

58.5

51-70 tahun

44

41.5

41.5

100.0

106

100.0

100.0

Total

50 | P a g e

Bar Chart

51 | P a g e

52 | P a g e

53 | P a g e

54 | P a g e

T-Test
Group Statistics
riwayat keluarga

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

tidak ada

75

5.456

1.7515

.2022

Ada

31

5.894

2.0813

.3738

kadar asam urat

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality of

Variances

Means

Equal variances assumed


kadar asam urat

Equal variances not


assumed

Sig.

.621

.433

df

-1.106

104

-1.029

48.449

55 | P a g e

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error
Difference

Equal variances assumed

.271

-.4375

.3956

Equal variances not assumed

.308

-.4375

.4250

kadar asam urat

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
Lower

Upper

Equal variances assumed

-1.2220

.3469

Equal variances not assumed

-1.2919

.4168

kadar asam urat

T-Test

Group Statistics
jenis kelamin

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

perempuan

71

5.518

1.9670

.2334

laki-laki

35

5.717

1.6215

.2741

kadar asam urat

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality of

Variances

Means

Sig.

df

56 | P a g e

Equal variances assumed


kadar asam urat

.074

.786

Equal variances not


assumed

-.517

104

-.552

80.618

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error
Difference

Equal variances assumed

.606

-.1988

.3844

Equal variances not assumed

.582

-.1988

.3600

kadar asam urat

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
Lower

Upper

Equal variances assumed

-.9611

.5634

Equal variances not assumed

-.9152

.5175

kadar asam urat

T-Test
Group Statistics
usia

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

30-50 tahun

62

5.047

1.4450

.1835

51-70 tahun

44

6.341

2.1058

.3175

kadar asam urat

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality of

Variances

Means

Sig.

df

57 | P a g e

Equal variances assumed


kadar asam urat

1.763

.187

Equal variances not


assumed

-3.754

104

-3.529

70.955

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error
Difference

Equal variances assumed

.000

-1.2941

.3447

Equal variances not assumed

.001

-1.2941

.3667

kadar asam urat

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
Lower

Upper

Equal variances assumed

-1.9777

-.6105

Equal variances not assumed

-2.0253

-.5630

kadar asam urat

Oneway
ANOVA
kadar asam urat
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups

df

Mean Square

86.772

43.386

274.390

103

2.664

F
16.286

Sig.
.000

58 | P a g e

361.163

105

Total

T-Test
Group Statistics
obesitas

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

tidak obesitas

56

5.646

1.8627

.2489

obesitas

50

5.514

1.8619

.2633

kadar asam urat

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality of

Variances

Means

Equal variances assumed


kadar asam urat

Sig.

.202

.654

Equal variances not


assumed

df

.365

104

.365

102.665

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error
Difference

Equal variances assumed

.716

.1324

.3624

Equal variances not assumed

.716

.1324

.3623

kadar asam urat

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means

59 | P a g e

95% Confidence Interval of the Difference


Lower

Upper

Equal variances assumed

-.5861

.8510

Equal variances not assumed

-.5862

.8511

kadar asam urat

T-Test

Group Statistics
tekanan darah

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

hipertensi

34

6.738

2.1657

.3714

tidak hipertensi

72

5.039

1.4027

.1653

kadar asam urat

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality of

Variances

Means

kadar asam urat

Equal variances assumed

Sig.

1.323

.253

4.853

df

104

60 | P a g e

Equal variances not

4.180

assumed

46.520

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error
Difference

Equal variances assumed

.000

1.6993

.3501

Equal variances not assumed

.000

1.6993

.4065

kadar asam urat

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Equal variances assumed

Upper
1.0050

2.3937

.8813

2.5174

kadar asam urat


Equal variances not assumed

Oneway

ANOVA
kadar asam urat
Sum of Squares
Between Groups

df

Mean Square

32.400

16.200

Within Groups

328.763

103

3.192

Total

361.163

105

No

Nama

Diet

Obesitas

F
5.075

Riwayat
keluarga

Sig.
.008

Umur

Jenis
kelamin

61 | P a g e

Teka
da

Ny. Rodhiana

428,4
9

25,7

tidak ada

32

perempuan

120/80

Tn. Suparman

318,2
9

28,0

tidak ada

38

Lak-laki

110/70

Ny. Euis

214,1
8

24,9

tidak ada

37

perempuan

120/80

Ny. Rodhia

439,8
6

34,6

tidak ada

46

perempuan

150/100

Ny. Erni

1096,
72

24,1

tidak ada

49

perempuan

140/90

Ny. Enti

495,2

17,8

tidak ada

53

perempuan

110/70

Ny. Anggiah

270,1
67

25,0

tidak ada

43

perempuan

130/70

Tn Kosashi

496,3
2

20,1

tidak ada

39

laki-laki

110/80

Ny. Eha

403,5
8

25,7

ada

57

perempuan

120/80

10

Ny. Ai Eli

426,9
75

28,9

ada

59

perempuan

130/80

11

Ny. Puput Indriani

518,2
05

33,7

ada

37

perempuan

110/80

12

Ny. Naraiyah

341.7
9

20,2

tidak ada

47

perempuan

140/100

13

Ny. Sulbiah

1557.
75

24,8

ada

47

perempuan

150/90

14

Tn Sutardi

381.6
5

20,8

tidak ada

43

laki-laki

120/80

15

Ny. Asmi

875,2
1

21,9

tidak ada

70

perempuan

140/90

16

Tn. Mulyono

391,8
8

24,9

tidak ada

47

laki-laki

120/80

17

Ny. Sulasri

172,2
8

29,2

tidak ada

32

perempuan

120/70

18

Ny. Oci

1147,
65

19,6

tidak ada

38

perempuan

140/90

62 | P a g e

19

Ny. Watem

390,6
3

26,2

tidak ada

56

perempuan

120/80

20

Ny. Suheni

1005,
62

20,9

tidak ada

65

perempuan

130/80

21

Ny. Seliana

1577.
02

21,6

tidak ada

48

perempuan

110/70

22

Ny. Yuyun

223.7
1

27,2

tidak ada

30

perempuan

120/80

23

Ny. Sumsiah

367.8
9

26,1

tidak ada

38

perempuan

120/80

24

Tn. Alfontianto

262.9

24,7

tidak ada

69

laki-laki

120/80

25

Ny. Mio Kim Lim

93.41

28,0

tidak ada

68

perempuan

130/80

26

Tn. Kwet phien

58.27

35,2

tidak ada

69

laki-laki

140/90

27

Ny. Umaya

610.9
4

34,1

ada

52

perempuan

130/80

28

Ny. Saadah

760.5
9

26,1

tidak ada

69

perempuan

150/90

29

Ny. Erawati

604.0
3

27,4

tidak ada

42

perempuan

120/80

30

Ny. Nung

361.2

28,3

tidak ada

33

perempuan

120/80

31

Ny. Asmawati

1437.
01

19,6

tidak ada

55

perempuan

140/90

32

Ny. Salakah

1192.
63

22,5

tidak ada

70

perempuan

140/90

33

Tn. Tristanto

414.2
6

19,5

tidak ada

44

laki-laki

110/70

34

Ny. Suraya

72.81

23,3

tidak ada

55

perempuan

120/80

35

Tn. Sanusi

459.9
1

27,5

tidak ada

63

laki-laki

170/90

36

Tn. Andreas

849.6
5

17,6

tidak ada

58

laki-laki

120/70

37

Tn Yanuar

828.2
1

31,0

ada

49

laki-laki

120/80

38

Ny. Atik Rodhia

249

27,3

tidak ada

38

perempuan

120/80

39

Tn. Irwan

174

31,8

tidak ada

36

laki-laki

120/80

40

Ny.Tarti

292

25,7

tidak ada

42

perempuan

120/80

63 | P a g e

41

Tn. Firmansyah

638

29,0

tidak ada

42

laki-laki

130/80

42

Ny. Julaiha

58

28,8

ada

35

perempuan

150/100

43

Ny. Dian

1053

34,9

ada

43

perempuan

120/80

44

Ny. Washira

139.1
1

22,2

tidak ada

44

perempuan

130/80

45

Ny. Maya

621.5

23,4

ada

34

perempuan

120/80

46

Ny. Siti aisah

582.7
6

24,6

ada

40

perempuan

130/80

47

Ny. Nengsih

297.1
4

28,4

ada

42

perempuan

160/90

48

Ny. Sri warsiti

196.8

19,5

tidak ada

44

perempuan

100/80

49

Tn. Sutinoh

1083.
95

19,8

tidak ada

52

laki-laki

120/80

50

Ny. Sri Irianti

448.8
3

30,3

ada

55

perempuan

130/90

51

Ny. Aminah

429.7
5

27,1

tidak ada

61

perempuan

130/80

52

Ny. Maya

17.5

29,5

ada

39

perempuan

130/80

53

Ny. Wati

393.8

23,0

tidak ada

37

perempuan

120/80

54

Ny. Iing

223.1
9

26,3

tidak ada

51

perempuan

150/100

55

Tn Abdul Gajar

2751

24,2

tidak ada

70

laki-laki

140/90

56

Ny. Idah Fandah

1076.
1

24,8

tidak ada

60

perempuan

140/90

57

Tn. Rasta

355.5

30,4

tidak ada

45

laki-laki

120/80

58

Ny. Mardiah

380.8

25,1

ada

42

perempuan

120/70

59

Ny. Jaminah

428,8
9

27,8

tidak ada

70

perempuan

130/80

60

Tn. Sukanto bin


Sanusi

368

16,2

tidak ada

63

laki-laki

110/70

61

Ny. Parno

469,7
5

24,8

tidak ada

64

perempuan

130/90

62

Ny. Nuyani

512

18,1

tidak ada

56

perempuan

110/80

63

Ny. Suwarti

424

21,9

ada

65

perempuan

120/80

64 | P a g e

64

Ny. Nursanti

523,7
5

24,7

ada

40

perempuan

110/80

65

Ny. Suhaeni

330

17,2

tidak ada

37

perempuan

110/80

66

Tn. Arwo sumarto

678,2
5

18,6

tidak ada

69

laki-laki

160/70

67

Tn. Suganto

582

18,7

tidak ada

45

laki-laki

120/80

68

Ny. Idayati

318,2
9

21,9

ada

44

perempuan

120/90

69

Ny. Neng

610.9
4

27,7

tidak ada

31

perempuan

110/80

70

Tn. Sadeli

174.8
7

23,0

ada

57

laki-laki

160/90

71

Tn. Jainal ahdini

587.3
6

24,6

tidak ada

48

laki-laki

140/90

72

Ny. Wiwit setiawati

289.4
1

26,6

ada

33

perempuan

120/70

73

Ny. Eli

348

23,0

ada

62

perempuan

120/80

74

Tn Giman

228

21,9

tidak ada

70

laki-laki

120/80

75

Ny. Tinah

543

35,4

tidak ada

36

perempuan

120/80

76

Tn. Tjoe TjawNjan

700

15,6

tidak ada

60

laki-laki

110/70

77

Ny. Lina Widayanti

733

22,1

tidak ada

36

perempuan

120/80

78

Ny. Maimunah

1040

25,1

ada

65

perempuan

140/90

79

Ny. Siti Mudijah

1154

31,6

ada

48

perempuan

120/80

80

Tn. Basuki

519,5

28,1

tidak ada

47

laki-laki

150/100

81

Tn. Norman

700

28,4

ada

58

laki-laki

140/90

82

Tn Budi

849.6
5

22,3

ada

51

laki-laki

120/80

83

Ny. Sukini

1053

28,9

tidak ada

65

perempuan

150/100

84

Ny. Shindy

348

22,4

tidak ada

34

perempuan

120/80

85

Ny. Puput

523,7
5

26,7

ada

58

perempuan

140/90

86

Tn. Jaya

582

23,0

tidak ada

31

laki-laki

120/80

87

Ny. Mery

582.7

21,4

ada

35

perempuan

120/80

65 | P a g e

6
88

Tn. Yanuar

587.3
6

23,1

tidak ada

36

laki-laki

110/70

89

Tn. Edi Suyanto

638

28,2

tidak ada

59

laki-laki

160/110

90

Ny. Maria

424

23,0

tidak ada

55

perempuan

110/80

91

Ny. Amel

1437.
01

26,2

tidak ada

52

perempuan

140/90

92

Ny. Vivianti

330

30,2

ada

45

perempuan

120/80

93

Ny. Mariana

512

24.6

tidak ada

39

perempuan

110/70

94

Tn. Indraka

610.9
4

25.7

tidak ada

49

laki-laki

130/80

95

Tn. Sentono

1192.
63

23.1

tidak ada

55

laki-laki

140/90

96

Ny. Sarwinah

1437.
01

19.8

ada

56

perempuan

140/90

97

Tn. Bagus

678,2
5

22.4

tidak ada

42

laki-laki

130/80

98

Tn. Susilo

355.5

21

tidak ada

38

laki-laki

120/80

99

Ny. Irianti

1083.
95

26.3

tidak ada

42

perempuan

130/70

10
0

Ny. Kencana

393.8

24.1

tidak ada

35

perempuan

120/70

10
1

Ny. Imanistya

733

23.1

ada

33

perempuan

140/90

10
2

Ny. Marsiana

1577.
02

27.2

tidak ada

60

perempuan

150/100

10
3

Tn. mulyono

495,2

25.9

tidak ada

54

laki-laki

140/90

10
4

Tn. Setyoadi

875,2
1

29.3

ada

38

laki-laki

130/80

10
5

Tn. Raskito

459.9
1

20.8

tidak ada

41

laki-laki

120/80

10
6

Ny. Lisa Lilianti

426,9
75

22.9

tidak ada

32

perempuan

110/80

66 | P a g e

67 | P a g e

You might also like