Professional Documents
Culture Documents
- Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya
bersifat karsinogenik.
- Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
- Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak
berwarna.
- Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
- Metanol (alcohol kayu), alcohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil
alkohol.
- Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang
paling sederhana.
- Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsurunsur tertentu.
- Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
- Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga
digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
- Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus.
- Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil.
E.
Dampak rokok
Saat ini, rokok telah mulai dikonsumsi oleh para remaja bahkan juga anak-anak. Hal ini
memunculkan keprihatinan mengingat bahaya rokok bagi seseorang. Kenakalan remaja identik
juga dengan remaja yang merokok. Kebanyakan remaja nakal dan remaja yang suka tawuran
adalah perokok.
Bahaya rokok terutama adalah bagi kesehatan. Kita tahu bahwa rokok mengandung banyak
sekali racun dan nikotin yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit, kanker paru,
impotensi dan bahkan serangan jantung. Semakin dini seseorang mengkonsumsi rokok maka
semakin banyak racun yang terkumpul di tubuhnya. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan fisik
atau menyebabkan serangan penyakit pada masa dewasa atau masa tuanya. Padahal masa remaja
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang penting.
Selain kesehatan, rokok juga berdampak kurang baik bagi perkembangan psikologis remaja.
Rokok identik dengan pergaulan remaja yang lebih rentan terhadap kenakalan daripada
pergaulan remaja tanpa rokok. Pergaulan remaja dengan rokok cenderung memberi remaja
pemikiran bahwa rokok bisa menjadi pelarian akan tiap masalah. Remaja kemudian akan
merokok ketika mendapat masalah dalam hidupnya. Di dalam rokok memang mengandung zat
yang bisa membuat perokok merasa lebih baik namun tentunya hal ini juga menyebabkan
kecanduan. Kecanduan akan rokok terbilang sulit untuk diatasi.
Pergaulan remaja dalam lingkungan perokok juga dapat mengantarkan pada kenakalan remaja
yang lebih besar lagi yakni penggunaan obat terlarang dan pergaulan bebas. Menghisap rokok
yang sebenarnya adalah obat terlarang bisa saja dialami. Dengan demikian, remaja bisa dengan
mudah masuk dalam pengaruh obat terlarang dan mengalami kecanduan. Selain itu, rokok juga
menyebabkan remaja menjadi lebih boros karena harus mengeluarkan uang secara rutin untuk
membeli rokok. Apalagi jika sudah terkena pergaulan remaja yang negatif, bisa-bisa anak
berusaha mengambil harta orang tuanya.
Oleh sebab itu, perkenalkanlah sejak dini mengenai bahaya rokok bagi remaja Anda. Hal ini
setidaknya membuat remaja berpikir dua kali untuk menjadi kecanduan. Berikan nasihat untuk
menghindari pergaulan dengan remaja perokok lainnya. Rokok memang membuat diri menjadi
lebih enak untuk sementara namun dapat berdampak fatal nantinya.
F. Upaya pencegahan
Sebagian besar perokok yang udah atau berniat untuk menghentikan kebiasaan merokok perlu
menggunakan cara mereka sendiri. Para perokok ringan, yang sangat berkeinginan untuk untuk
menghentikan kebiasaan merokok, akan dapat berhasil dalam usaha mereka bila menggunakan
cara mereka sendiri yang paling sesuai untuk mereka.
Setiap orang yang ingin berhenti merokok memerlukan suatu cara yang sesuai untuk masingmasing. Hasil studi baru-baru ini di Inggris menunjukkan bahwa 69% perokok dewasa ingin
berhenti merokok. Nikotin adalah zat yang paling membuat orang ketagihan sehingga berhenti
merokok tidaklah mudah walaupun motifasinya amat tinggi. Perokok menyadari bahwa upaya
awal untuk menghentikan kebiasaan merokok seringkali tidak berhasil sehingga perokok yang
ingin berhenti harus siap untuk melakukan usaha berkali kali. Upaya berulang kali ini penting
artinya karena akan berupa intervensi awal. Setiap orang harus mencoba berbagai teknik
intervensi untuk menentukan mana yang paling sesuai, dengan menyadari bahwa mungkin
diperlukan tiga sampai empat kali percobaan sebelum menemukan cara yang sesuai. Harus
dijelaskan kepada setiap perokok yang berupaya untuk menghentikan kebiasaannya bahwa gagal
sekali dan mengulangi kembali bukanlah berarti kegagalan program, melainkan hanya suatu
hambatan kecil menuju suatu langkah yang akhirnya menuju keberhasilan.
Model tahapan perubahan dari Prochaska dan DiClemente penting bagi perokok yang jelas
kurang termotivasi untuk secara aktif melaksanakan suatu program menghentikan kebiasaan
merokok. Model ini, yang berawal dari praa-kontemplasi ke kontemplasi kemudian periaan dan
akhirnya tindakan, mencakup lingkup yang luas dari posisi para perokok. Petugas kesehatan,
penyuluh kesehatan, peraturan perundang undangan dan dukungan sosial, perlu mendorong
kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Walaupun suatu Intervensi tidak membuat
perokok berhasil menghentikan kebiasaan merokok sepenuhnya, mungkin saja ia sudah maju
dari tahap pra-kontemplasi ke kontemplasi. Dengan intervensi berikutnya si perokok akan dapat
maju lebih jauh lagi sampai ke persiapan dan akhirnya ke tindakan dan menghentikan kebiasaan
merokok; upaya berulangkali dengan pelajaran yang diperoleh pada tiap tahap dan setiap tahap
mengarah pada sasaran akhir yaitu berhenti sepenuhnya.
Pada tahap pre-kontemplasi perokok memerlukan informasi, pada tahap persiapan dan tahap
tindakan perokok perlu menentukan suatu program dan menetapkan tanggal untuk berhenti
merokok. Para professional dalam bidang kesehatan perlu mengetahui tahap-tahap ini dan harus
siap melaksanakan tindakan yang proaktif dan positif, pertama untuk membuat si perokok
meningkat sampai ke tahap tindakan, kemudian untuk membantu si perokok agar berhasil
menyelesaikan program menghentikan kebiasaan merokok.
Seringkali program menghentikan kebiasaan merokok mahal biayanya atau tidak dapat dijangkau
oleh sebagian besar penduduk. Oleh karena itu para petugas pemeliharaan kesehatan, keluarga
dan teman menjadi mekanisme pendukung bagi sebagian besar perokok yang ingin berhenti
merokok. program umum yang dapat direkomendasikan oleh para profesional pemeliharaan
kesehatan tidak memerlukan biaya atau tambahan, selain keinginan kuat dari para perokok serta
keluarga dan teman-teman.
G. Strateginya adalah sebagai berikut:
Tetapkan hati untuk berhenti merokok, pelajari dan tetapkan motivasi tertentu dan keinginan
untuk berhenti.
Bicara dengan seorang klinisi, bahas cara pengobatan dan strategi untuk mengatasi keinginan
merokok kembali, maksimalkan kesempatan untuk berhasil.
Tetapkan hari untuk berhenti merokok, jangan berusaha mengurangi rokok secara bertahap,
tetapi berhenti total setelah tanggal yang telah ditetapkan.
Singkirkan semua peralatan yang berkaitan dengan tembakau dan bersihkan semua pakaian dan
mobil sebelum tanggal yang ditetapkan, segeralah berhenti merokok di rumah dan di dalam
mobil, jangan pergi ke tempat-tempat yang menimbulkan godaan untuk merokok.
Jangan kuatir diet sampai sepenuhnya berhenti merokok.
Pastikan dan minta dukungan dari rekan sekerja, teman dan keluarga untuk mendorong upaya
berhenti merokok dan terus berhenti.
Sebagai orang tua, sadarilah contoh yang Anda berikan kepada anak-anak.
Pelajari bagaimana menghindari atau mengatasi keadaan dan perilaku yang membuat Anda
berhenti merokok.
Suatu gabungan antara sejumlah intervensi menghapus kebiasaan merokok dapat membawa hasil
yang baik. Terapi perilaku rasa seringkali tidak dapat mendorong perhentian kebiasaan
merokok, sehingga pemakaian obat pengganti nikotin atau terapi pemakaian obat-obatan nonnikotin akan lebih membantu bagi si perokok. Karena perokok sudah ketagihan nikotin, obat
pengganti nikotin berbentuk pil, "koyo" atau permen karet, akan memuaskan kebutuhan perokok
atau nikotin. Terapi dengan pengganti nikotin telah terbukti dua kali lebih berhasil-guna dalam
menghentikan kebiasaan merokok disbanding dengan upaya tanpa cara itu. Bagi kebanyakan
orang yang berhasil berhenti merokok, terapi dengan pengganti nikotin membuat mereka mampu
mengatasi gejala putus obat (gejala putus nikotin) dan membuat alat bantu psikologis maupun
fisiologis dalam upaya menghentikan kebiasaan merokok. Terapi farmakologis non-nikotin
seperti bupropin, berfungsi melalui berbagai cara disbanding dengan pengganti nikotin dan juga
telah terbukti dua kali lebih berhasil dalam membantu perokok berhenti merokok. Terapi
perilaku dapat membantu perokok mengatasi motivasi sosial untuk merokok. Sebelum menjalani
upaya berhenti merokok, seorang perokok harus menyadari tentang kemungkinan timbulnya
gejala putus obat, berupa sifat lekas marah, ketidak-sabaran, sikap bermusuhan, kecemasan, rasa
tertekan, kesulitan berkonsentrasi, sulit tidur dan bertambahnya nafsu makan dan kenaikan berat
badan.