Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
A. MATERIALITAS
1. Konsep Materialitas
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan
jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa
laporan keuangan auditan adalah akurat
2. Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan Keuangan?
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan
adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi
yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua
transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara
semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan
keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut:
a. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam
laporan
keuangan
beserta
pengungkapannya
telah
dicatat,
diringkas,
pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan. Selama pelaksanaan
audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.
Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu,
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
4. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor
menggunakan
materialitas
dalam
perencanaan
audit,
kedua
pada
saat
alokasi,
auditor
terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan
untuk memverifikasi akun tersebut
7. Hubungan Antara Materialitas dan Bukti Audit
Jika materialitas rendah jumlah salah saji yang kecil dapat mempengaruhi
keputusan pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti audit
kompoten dalam jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi jumlah salah saji
besar baru dapat mempegaruhi keputusan pemakai informasi keuangan, auditor
perlu mengumpulkan bukti audit kompoten dalam jumlah sedikit. Berbagai
kemungkinan antara materialitas, bukti audit, dan resiko audit digambarkan sebagai
berikut:
risiko
audit
auditor
dapat
diperluas yang membagi risiko deteksi menjadi dua komponen. AP untuk risiko
prosedur analitis dan TD untuk risiko yang berkaitan dengan risiko pengujian
terinci/ pengujian transaksi atau pengujian saldo. Oleh karena itu, hubungan
antara komponen-komponen risiko audit dapat diekspresikan sebagai berikut:
AR = IR x CR x AP x TD
Ketika model risiko audit digunakan dalam tahap perencanaan untuk
menentukan risiko deteksi yang direncanakan atas suatu asersi, CR seringkali
didasarkan pada tingkat risiko pengendalian yang direncanakan auditor untuk
dinilai. Jika selanjutnya ditentukan bahwa tingkat aktual dari risiko pengendalian
suatu untuk suatu asersi berbeda dari tingkat yang direncanakan maka model
dapat diaplikasikan ulang dengan menggunakan tingkt aktual yang dinilai untuk
CR. Risiko deteksi yang direvisi kemudian digunakan dalam menyelesaikan
rancangan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian saldo.
b. Matriks Komponen Risiko
Studi mengenai matriks komponen risiko menunjukkan bahwa hal tersebut
konsisten dengan model risiko audit, yaitu bahwa tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima berhubungan secara terbalik dengan penilaian risiko bawaan,
risiko
pengendalian,
dan
risiko
prosedur
analitis.
Matriks
tersebut
mengasumsikan bahwa risiko audit dibatasi pada suatu tingkat yang rendah.
Jika risiko bawaan dinilai pada tingkat yang tinggi, risiko pengendalian yang
rendah, dan risiko prosedur analitis pada tingkat yang rendah, maka pengujian
substantif yag lain mungkin tidak diperlukan.
2. Menilai Komponen Resiko Audit
Dalam rangka untuk mengimplementasikan model ini auditor harus memahami
faktor-faktor yang memperngaruhi penilaian risiko bawaan, risiko pengendalian dan
risiko prosedur analitis.
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Penilaian risiko bawaan merupakan pertimbangan mengenai hal-hal yang
mungkin memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua
atau banyak akun dan hal-hal ang hanya berkaitan dengan asersi spesitifk untk
suatu akun spesifik.
Risiko bawaan dapat lebih besar untuk beberapa asersi daripada untuk asersiasersi lainnya. Risiko bawaan muncul secara independent dari audit laporan
keuangan. Oleh karena itu, auditor tidak dapat mengubah tingkat actual dari
risiko bawaan. Akan tetapi, auditor dapat mengubah tingkat risiko bawaan yang
dinilai.
untuk
dinilai
dengan
mempertimbangkan:
1. Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh
2. Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur
risiko
pengendalian
c. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
1. Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh
2. Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti
mengenai penyajian wajar dari suatu asersi.
d. Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan
prosedur lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.
Pedoman audit AICPA mengenai Consideration of Internal Control Structur in a
Financial Statement Audit memperkalkan dua strategi audit utama yang ekuivalen
dengan (1) suatu pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian rincian
dan (2) suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah.
a. Suatu Pendekatan Substantif Utama dengan Penekanan terhadap Pengujian
Terinci
Menurut pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian terinci
(primarily
substantive
approach
emphasizing
tests
of
details),
auditor
Strategi ini juga dapat dipilih ketika auditor menyimpulkan bahwa biaya
melaksanakan prosedur tambahan untuk memperoleh suatu pemahaman yang
lebih mendalam mengenai pengendalian intern dan pengujian pengendalian
untuk mendukung tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah akan melebihi
biaya pelaksanaan substantif yang lebih luas. Kondisi tersebut dapat
berhubungan dengan esersi untuk akun-akun yang memiliki populasi relatif kecil
atau transaksi yang tidak sering terjadi.
b. Suatu Tingkat Risiko Pengendalian yang Dinilai Lebih Rendah
Menurut pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (lower
assessed level of control risk), auditor mensfesifikasikan komponen-komponen
dari strategi audit sebagai berikut :
1. Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai
pada tingkat yang tinggi.
2. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat sedang atau rendah.
3. Rencanakan pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendalian
komputer yang berada dalam sistem klien.
4. Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas
berdasarkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada
tingkat sedang atau tinggi.
Auditor dapat memilih strategi ini ketika ia percaya bahwa pengendalian yang
berhubungan dengan suatu asersi telah dirancang dengan baik dan berjalan dengan
sangat efektif. Selain itu, auditor harus percaya bahwa biaya pelaksanaan prosedur
yang lebih luas untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern,
termasuk
aspek
komputer
dari
pengendalian
intern,
dan
untuk
menguji
pengendalian akan lebih besar daripada yang diimbangi oleh penghematan biaya
dari pelaksanaan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit.
2. Strategi Audit Tambahan
a. Pendekatan Substantif Utama yang Menekankan Pada Prosedur Analitis
Menurut pendekatan substantive utama yang menekankan pada prosedur
analitis, auditor menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit berikut:
a) Memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis klien yang
releven dengan asersi
b) Auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti kompeten dari
prosedur analitis untuk mendukung suatu penilaian risiko sedang atau
rendah dari bukti tersebut.
c) Gunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai
d) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai
bagian relevan dari pengendalian intern.
Pembiayaan
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.
Ikarosalia.
2012.
Materialitas
dan
Risiko
Audit.
(online)
(http://rudiirawantofeuh.blogspot.com/2014/04/materialitas-risiko-audit-strategi.html.
diakses pada tanggal 22 Oktober 2014)
Mulyadi., Puradiredja, Kanaka. 1998. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Syamsidiq.
2012.
Materialitas,
Risiko
Audit
dan
Strategi
Audit
Awal.
(online)