Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
PUTU SANTIKA DEWI
(P07120213027)
1.1.
Definisi
Sindrom gawat napas pada neonatus (SGNN), dalam bahasa Inggris
disebut neonatal respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan
gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernapasan
lebih dari 60 kali per menit; sianosis; merintih waktu ekspirasi (expiratory
grunting); dan retraksi di daerah epigastrium, suprasternal, intekostal pada saat
inspirasi. Bila di dengar dengan stetoskop akan terdengar penurunan masukan
udara dalam paru.
Istilah SGNN merupakan istilah umum yang menunjukkan terdapatnya
kumpulan gejala tersebut pada neonatus. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya
kelainan di dalam atau di luar paru. Beberapa kelainan paru yang menunjukkan
sindrom ini adalah pneumotoraks/pneumomediastinum, penyakit membran
hialin (PMH), pneumonia aspirasi, dan sindrom Wilson-mikity (Ngastiyah,
2005).
Salah satu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah idiopatic
respiratory distress syndrome (IRDS) atau disebut juga penyakit membran hialin
(PMH).
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD) (Suriadierita Yulianni,
2006).
Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan
ibu. Semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua
usia kehamilan, semakin rendah kejadian RDS (Asrining Surasmi, dkk, 2003).
PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari
28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayi
yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan
frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur
kehamilan 37 minggu, kehamilan multi janin, persalinan seksio sesaria,
persalinan cepat, asfiksia, stress dingin dan adanya riwayat bahwa bayi
sebelumnya terkena, insidens tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit
putih (Nelson, 1999).
Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
1.3.
untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan
faktor kritis dalam terjadinya RDS. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya
tersebut terutama disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
pembalikan parsial sirkulasi, darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri
melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan vektilisasi
pulmonal yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksi
vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme anaerobik. Metabolisme anaerobik
menghasilkan timbunan asam laktat sehingga terjadi asidosis metabolik pada
bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi ke organ vital.
Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yang
menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin.
Fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu
lapisan yang disebut membran hialin. Membran hialin ini melapisi alveoli dan
menghambat pertukaran gas.
Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbon
dioksida dari sisa pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik. Penurunan
pH menyebabkan vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan penurunan
sirkulasi paru dan perfusi alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan
menurun tajam, serta materi yang diperlukan untuk produksi surfaktan tidak
mengalir ke dalam alveoli.
Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi
normal, asfiksia, hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam hubungannya
dengan hipovolemia, hipotensi dan stress dingin dapat menekan sintesis
surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigen
Primer
1.4.
WOC
Bayi1.5.
prematur
Perdarahan antepartum,
Ibu diabetes
hipertensi hipotensi
1.6.
(pada ibu)
Pembentukan
Hiperinsulinemia
1.7.
Gangguan perfusi darah
membran
janin
1.8. hialin
uterus
surfaktan paru
Sirkulasi
utero
plasenter
1.9.
belum sempurna
kurang baik
Imaturitas paru
1.10.
Bayi prematur; dismaturitas
1.11.Pertumbuhan surfaktan paru belum matang
1.12.
1.13.
1.14. menurun
Surfaktan
Janin tidak dapat menjaga
rongga paru tetap
mengembang
Sekunder
Seksio sesaria
Pengeluaran
hormon stress oleh
Mengalir
ibuke janin
pematangan paru
bayi yang berisi air
Asfiksia
neonatorum
Resusitasi
neonatus
Janin kekurangan
O2 dan kadar CO2
Gangguan
meningkat
perfusi
Menekan sintesis
surfaktan
Pemberian kadar
akibat
OTrauma
2 yang tinggi
kadar O2 yang
tinggi
Pneumotorak,
sindrom wilson,
mikity
Insufisiensi pada
bayi prematur
Aspirasi mekonium
(pneumonia aspirasi)
Kontriksi vaskularisasi
pulmonal
Masukan oral
tidak adekuat/
menyusu buruk
Dispena
Takipnea
Apnea
Retraksi dinding
MK : Perubahan
dada
Pernapasan cuping nutrisi kurang
dari kebutuhan
hidung
tubuh
Mengorok
Kelemahan
MK : Pola nafas tidak
efektif, intoleransi aktivitas
P oksigenasi jaringan
Metabolisme anaerob
Timbunan asam laktat
Peningkatan
Asidosis metabolik
metabolisme
(membutuhkan
Kurangnya cadangan
glikogen lebih
glikogen dan lemak coklat
banyak
Hipoglikemia
Asidosis respiratorik
Transudasi alveoli
Pe pH dan PaO2
Pembentukan fibrin
Membran hialin
melapisi alveoli
Vasokontriksi berat
Menghambat
pertukaran gas
Pe sirkulasi paru
dan pulmonal
Penurunan curah
jantung
Mnya perfusi ke
organ vital
MK : Resti penurunan
curah jantung
Peningkatan pulmonary
vaskular resistence (PVR)
Retensi CO2
Paru
Hipoperfusi
jaringan paru
Pembalikan parsial
sirkulasi darah janin
Menya aliran
darah pulonal
MK : kerusakan
pertukaran gas
MK : Termoregulasi
tidak efektif
Iskemia Gangguan
fungsi
serebral
Pe kesadaran
Kelemahan otot
Dilatasi pupil
Kejang
Letargi
MK :
Resti
cidera
atelektasis dan perfusi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan
gambaran klinis seperti dispnea atau hiperpneu, sianosis karena saturasi O2 yang
menurun dan karena pirau vena-arteri dalam paru atau jantung, retraksi
suprasternal, epigastrium, interkostal dan respiratory grunting. Selain tanda
gangguan pernapasan, ditemukan gejala lain misalnya bradikardia (sering
ditemukan pada penderita penyakit membran hialin berat), hipotensi,
kardiomegali, pitting oedema terutama di daerah dorsal tangan/kaki, hipotermia,
tonus otot yang menurun, gejala sentral dapat terlihat bila terjadi komplikasi
(Staf Pengajar IKA, FKUI, 1985).
1.18.
1.19. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gambaran radiologis
1.20. Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan
foto rontgen toraks. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang diobati dan mempunyai
10
11
1.39.
1.40.
13
1.42.
1.41.
ASUHAN KEPERAWATAN RDS
(RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)
1.43.
1.44.
3.1. Pengkajian
1. Identitas klien
1.45. Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama, tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat maternal
1.46.
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti
perdarahan plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau
intrapartus.
b. Status infant saat lahir
1.47.
Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi
asfiksia), bayi lahir melalui operasi caesar.
3. Data dasar pengkajian
a. Cardiovaskuler
Bradikardia (< 100 x/i) dengan hipoksemia berat
Murmur sistolik
Denyut jantung DBN
b. Integumen
Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral
Pitting edema pada tangan dan kaki
Mottling
c. Neurologis
Immobilitas, kelemahan
Penurunan suhu tubuh
d. Pulmonary
Takipnea (> 60 x/i, mungkin 30-100 x/i)
Nafas grunting
Pernapasan cuping hidung
Pernapasan dangkal
Retraksi suprasternal dan substernal
Sianosis
Penurunan suara napas, crakles, episode apnea
e. Status behavioral
14
Letargi
4. Pemeriksaan Doagnostik
a. Sert rontgen dada : untuk melihat densitas atelektasi dan elevasi
diafragma dengan over distensi duktus alveolar
b. Bronchogram udara : untuk menentukan ventilasi jalan napas
c. Data laboratorium :
Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan
3.2.
maturitas paru
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
Tingkat phospatydylinositol
AGD : PaO2 < 50 mmHg, PaCO2 > 50 mmHg, saturasi oksigen 92%-
94%, pH 7,3-7,45.
Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release potassium dari
1.49.
1.50.
Data
No
1.53. 1.54.
DO :
1 - Hiperkapnea
- Hipoksia
- Takipnea
- Sianosis
- Letargi
- Dispnea
- GDA abnormal
- Pucat
1.55.
1.51.
Etiologi
1.52.
Masalah
1.56.
Surfaktan
1.79.
Kerusaka
1.57.
n pertukaran gas
1.58.
Tegangan permukaan alveolus
1.59.
1.60.
Ketidakseimbangan infasi saat inspirasi
1.61.
1.62.
Kolaps alveoli
1.63.
1.64.
Gangguan ventilasi pulmonal
1.65.
1.66. CO2
Peningkatan
Retensio
Hipoksia
1.67.
pulmonary
vaskular resistance
1.68.
Kerusakan endotel
Asidosis
1.69.
dan epitel duktus
respiratorik
arteriousus
Hipoperfusi
1.70.
jaringan paru
1.71.
Vasokonstriksi
Transudasi alveoli
1.72.
Menurunkan aliran
Penurunan
Pembentukan
sirkulasi paru dan darah pulmonal
fibrin
perfusi alveolar
15
Membran hialin
melapisi alveoli
1.73.
1.74.
1.75.
1.76.
Kerusakan
1.77.
pertukaran gas
1.78.
1.80. 1.81.
DO :
1.83.
Surfaktan menurun
2 - Dispnea; takipnea
1.84.
- Periode apnea
1.85.
Janin tidak dapat menjaga rongga paru tetap
- Pernapasan
1.86.
Mengembang
cuping hidung
1.87.
- Retraksi dinding
1.88.
Usaha inspirasi lebih kuat
dada
1.89.
- Sianosis
- Sukar bernapas
- Mendengkur
- Dispnea
- Napas grunting
- Retraksi dinding dada
- Kelelahan
- Kelelahan
1.82.
- Pernapasan cuping hidung
1.90.
1.91.
1.92.
MK : pola nafas
tidak efektif
1.93.
1.95. 1.96.
DO :
1.98.
Metabolisme anaerob
3 - Hipotermia
1.99.
- Letargi
1.100. Timbunan asam laktat
- Menangis buruk
1.101. Asidosis metabolik
- Aterosianosis
1.102.
- Takipnea; apnea
1.103. Kurangnya cadangan glikogen dan lemak
- Turgor kulit
coklat
buruk
1.104.
- Hipoglikemia
1.105. Respons menggigil pada bayi kurang/tidak ada
1.97.
1.106.
1.107. Bayi kehilangan panas tubuh/tidak dapat
meningkatkan panas tubuh
1.108.
1.109.
1.110. tidak efektif
MK : Termoregulasi
1.111.
1.113.1.114. DO :
1.116. Kolaps paru
4 - Bradikardia
1.117.
- Sianosis umum
1.118. Gangguan ventilasi pulmonal
- Pucat
1.119.
Hipoksia
- Hipotensi
1.120.
Peningkatan PVR
- Dispnea
1.121.
Kontriksi
- Edema perifer
1.122.
Pembalikan
parsial
vaskularisasi
- Lelah
1.123.
pulmonal
sirkulasi darah
janin
Penurunan
oksigenasi
jaringan
Penurunan curah
jantung
16
1.94.
Pola
napas tidak efektif
1.112. Termoreg
ulasi tidak efektif
1.132. Risiko
tinggi penurunan
curah jantung
Murmur sistolik
1.115.
1.124.
1.125.
1.126.
1.127.
1.128.
1.129.
1.130.
1.131.
MK : Penurunan
curah jantung
1.133.
3.3. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar
surfaktan, ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan,
keterbatasan pengembangan otot.
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penurunan lemak subkutan,
peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
ventilasi pulmonal
1.134.
1.135.
17
1.1.
N
1.7.
1
1.2.
Diagnosa
Keperawatan
1.8.
1.3.
K
etidakefektifan Pola nafas
1.9.
Batasan Karakteristik
:
Respiratory status :
Ventilation
1.46.
Setelah dilakukan
1.10.
Bradipnea
1.11.
Dispnea
1.12.
Fase ekspirasi
memanjang
1.13.
1.14.
Ortopnea
Penggunaan otot
bantu pernafasan
1.15.
Penggunaan posisi
tiga titik
1.16.
Peningkatan
diameter anterior-posterior
1.17.
Penurunan kapasitas
kriteria :
1.47.
Irama pernafasan
vital
1.18.
Penurunan tekanan
ekspirasi
1.19.
Penurunan tekanan
inspirasi
1.20.
Penurunan ventilasi
semenit
1.21.
Pernafasan bibir
1.22.
Pernafasan cuping
hidung
1.23.
Pernafasan ekskursi
dada
1.24.
Takipnea
1.26.
1.27.
Faktor yang
berhubungan
18
1.5.
1.6.
Intervensi
(NIC)
NIC
1.53.
Oxygen Therapy
1.54.
trakea
1.55.
1.56.
1.57.
1.58.
1.59.
1.60.
hipoventilasi
1.63.
Monitor tingkat kecem
1.137.
1.138.
DAFTAR PUSTAKA
1.139.
19