You are on page 1of 30

TUGAS RESUME EPIDEMIOLOGI

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

KELAS A - 2015
ANGGOTA :

1. Sri Gama Apriani 25010115120002


2. Adhi Safitri

25010115120021

3. Rini Fajarani

25010115120036

4. Monalisa

25010115120043

5. Afina Permatasari 25010115120061

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


DEFINISI RAP
Deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agent causal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian.
ISTILAH- ISTILAH RAP
1. Stimulus penyakit adalah interaksi antara inang, agen penyakit, dan lingkungan yang
memicu proses penyakit
2. Periode pre-patogenesis adalah periode saat terjadinya stimulus penyakit sampai
terjadinya respon tubuh
3. Periode patogenesis adalah periode dari mulainya respons sampai proses berhenti karena
sembuh atau mati
4. Masa inkubasi adalah periode waktu dari pemaparan sampai timbulnya gejala penyakit
5. Masa induksi waktu yang dibutuhkan oleh suatu pemaparan untuk mencapai dosis yang
cukup untuk menimbulkan reaksi.
6. Masa menular adalah periode waktu penderita penyakit dapat menularkan penyakitnya.
7. Window periode adalah periode subklinis namun mampu menularkan penyakit
MANFAAT RIWAYAT PENYAKIT
Dari riwayat alamiah penyakit diperoleh beberapa informasi penting seperti :
1. Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan selama perjalanan suatu
penyakit untuk menyebabkan seseorang jatuh sakit
2. Kelengkapan keluhan (symptom) yang menjadi bahan informasi dalam menegakkan
diagnosis
3. Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh pederita
4. Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya

5. Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah dideteksi
lokasi kejadian penyakit
6. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan
penyakit, khususnya untuk pembunuhan kuman penyakit

POLA PENYEBARAN PENYAKIT


Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai setelah membuat seseorang sakit, tetapi
cenderung untuk menyebarkan bibit penyakit. Setelah menyelesaikan riwayatnya pada suatu
rngkaian kejadian sehingga seseorang jatuh sakit, pada saat yang sama penyakit bersama dengan
kumannya dapat berpindah dan menyebar kepada orang lain/masyarakat.
Dalam proses perjalanan penyakit, kuman memulai aksinya dengan memasuki pintu
masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian jika ingin berpindah ke
penderita yang baru lagi akan keluar melalui pintu tertentu (portal of exit). Pintu masuk dan
keluarnya kuman tergantung pada jenis penyakitnya, misalnya kulit, saluran pencernaan, saluran
pernafasan atau saluran kemih.
TAHAP RIWAYAT ALAMIAH
1. Tahap Prepatogenesis
Periode saat terjadinya stimulus penyakit sampai terjadinya respons dari tubuh. Stimulus
penyakit adalah interaksi antara inang, agen penyakit dan lingkungan. Interaksi antara
tiga faktor tersebut disebut Segitiga Ekologis atau Segitiga Epidemiologis.
2. Tahap Patogenesis
Reaksi penjamu terhadap faktor stimulasi penyakit. Bia disebut juga sebagai tahap
perjalanan penyakit dalam badan host. Patogenesis dini -> perubahan menjadi nyata ->
penyakit berkembang -> penyembuhan/kematian.

TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT


Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai
dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan
penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat
dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu
dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat
disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan
patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai
tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :
1.

Pencegahan tingkat dasar (Priemodial Prevention)

2.

Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

3.

Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)

4.

Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)


Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih

dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam
keadaan pathogenesis atau penyakit sudah tampak. Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang
dilakukan pada setiap tingkat itu meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut :
1.

Pencegahan tingkat awal (primodial prevention)

2.

Pemantapan status kesehatan (underlying condition)


Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

Promosi kesehatan (health promotion)


Contoh : pendidikan/ penyuluhan kesehatan, keturunan & KB , nasehat perkawinan,
pemeriksaan berkala
Perlindungan khusus
Contoh : imunisasi, perlindungan tumbuh-kembang anak, perlindungan terhadap
kecelakaan, perlindungan terhadap alergen, perlindungan terhadap karsinogen.

3.

Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)


1. Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
2. Contoh : screening, pemeriksaan serologis, pemeriksaan selektif berkala.

4.

Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)


3. Disability Limitation
Mencegah agar penyakit tidak berlanjut menjadi lebih parah, tidak timbul cacad atau
kematian.
Rehabilitasi (rehabilitation)
Contoh :
Rehabilitasi klinis-fisik-medis
Rehabilitasi pekerjaan
Rehabilitasi psikososial
Pemberian pekerjaan sesuai
Tingkat pencegahan dan kelompok targetnya menurut fase penyakit
Tingkat pencegahan
primordial

Fase penyakit
Kondisi normal kesehatan

Kelompok target
Populasi total dan kelompok

terpilih
factor Populasi total dan kelompok

Primary

Keterpaparan

secondary
Tertiary

penyebab khusus
terpilih dan individu sehat
Fase patogenesitas awal
Pasien
Fase lanjut (pengobatan dan Pasien
rehabilitasi)

DAFTAR PUSTAKA

Budioro. 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Semarang : Badan Penerbit


Universitas Diponegoro.
Bustan. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta

SOAL & JAWABAN


1. Tahap pada riwayat alamiah penyakit, dimana perubahan patologis pada individu meningkat
sehingga timbul tanda dan gejala klinis, yaitu ....
a. Induksi

b. Promosi

c. Ekspresi

d. Inkubasi

e. Laten

2. Upaya pencegahan meliputi pencegahan aneka akibat penyakit yang tidak diinginkan, seperti
kematian dini, kecacatan, disfungsi sisa, komplikasi, rekurensi, yaitu ....
a. Pencegahan Penyakit
b. Pencegahan Premordial
c. Pencegahan Primer
d. Pencegahan Sekunder
e. Pencegahan Tersier
3. Contoh pencegahan sekunder , yaitu .....
a. Pemakaian alat bantu untuk berjalan terhadap pasien yang menderita patah tulang pada
kakinya.
b. Pemberian imunisasi kepada balita di posyandu
c. Pemakaian helm dan kacamata saat berkerja sebagai buruh bangunan
d. Pemeriksaan serologis
e. Pemberitahuan atau pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja dengan
poster.
4. Contoh upaya pencegahan primer, yaitu :
a. X - Ray Massal
b. Penyuluhan Kesehatan
c. Pemberian makanan khusus
d. A dan B
e. B dan C
5. Contoh penyakit dengan masa inkubasi pendek dan durasi pendek , yaitu .....
a. Korela
b. B dan C
c. Skizofenia
d. Sifilis
e. A dan C

TUGAS RESUME EPIDEMIOLOGI

UKURAN - UKURAN FREKUENSI YANG DIGUNAKAN


DALAM EPIDEMIOLOGI

KELAS A - 2015
ANGGOTA :

1. Sri Gama Apriani 2501011512002


2. Adhi Safitri

25010115120021

3. Rini Fajarani

25010115120036

4. Monalisa

25010115120043

5. Afina Permatasari 25010115120061

Ukuran Frekuensi Penyakit


1. Definisi
a) Epidemiologi
Last (1988) Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan kesehatan
yang terkait keadaan atau peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi studi ini
untuk mengendalikan masalah kesehatan. Epidemiologi merupakan suatu ilmu

yang lebih banyak menggunakan nilai-nilai kuantitatif dalam mengukur nilai


kuantitas. epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu empirik kuantitatif, yang
banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi
penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari hubungannya dengan
penyakit.
b) Frekuensi
Istilah frekuensi biasanya ditemukan dalam topik getaran dan
gelombang.Secara umum, frekuensi adalah banyaknya sesuatu yang terjadi setiap
satuan waktu yang diberikan. Frekeunsi yang dimaksudkan di sini menunjuk
kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia.
2. Ukuran ukuran frekuensi peristiwa kesehatan
a) Bentuk penyajian/tipe kuantitas matematis
Enumerasi/hitungan/angka mutlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia enumerasi adalah
pencacahan satu per satu atau penjumlahan. Enumerasi atau angka mutlak
adalah nilai suatu bilangan riil tanpa tanda plus atau minus. Ini berarti
angka mutlak merupakan jumlah kasar atau frekuensi. Enumerasi lebih
ditujukan untuk penanganan kesalahan proses input, output maupun proses
pengolahan data. Misal: 20 kasus, 111 kasus dsb
Contoh penyajian dalam bentuk angka mutlak adalah dari hasil
pengukuran anemia pada ibu hamil dari suatu daerah ditemukan jumlah
penderita anemia sebanyak 31 orang. Segera dapat dilihat bahwa
keeterangan yang dimilikinya sangat terbatas, sehingga data yang

diperoleh kurang dirasakan manfaatnya.


Rasio
Rasio adalah perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara
numerator (pembilang) dan denominator (penyebut). Nilai rasio didapat
dengan membagikan kuantitas dengan kuantitas yang lain. Misal:

a
b

dimana a = wanita, dan b = pria. Pembilang boleh berbeda dengan


penyebut, atau penyebut mungkin tidak memuat pembilang. Jenis rasio :

3. Rasio yang mempunyai satuan, misalnya: Jumlah dokter per


100.000 penduduk, atau Jumlah kematian bayi selama setahun per
1.000 kelahiran hidup.
4. Rasio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan
penyebutnya mempunyai satuan yang sama, misalnya: Rasio antara
satu proporsi dengan proporsi lain atau rasio antara
satu rate dengan rate yang lain, contohnya Relative Risk dan Odds

Ratio
Proporsi
Digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam
populasinya. Proporsi Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan
dari pembilang dan penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.Nilai
proporsi antara 0 dan 1. Apabila menggunakan angka dasar 100 maka
20
100 =0,5 100 =50
40
Jadi, ada 20 kasus dari 40 orang.
Rate
Rate adalah perbandingan antara jumlah kejadian terhadap jumlah
desebut presentase. Contoh:

penduduk yang mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut yang


menyangkut interval waktu tertentu. Rate merupakan konsep yang lebih
kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang terdahulu. Cara
menghitung rate adalah dengan membagi numerator dengan denominator
kemudian mengalikannya dengan suatu konstanta (tetapan), dengan rumus
umum:
rate=

numerator
F
denominator

Keterangan
Numerator adalah jumlah orang atau individu yang mengalami
peristiwa.
Denominator adalah jumlah populasi berisiko (jumlah total orang
atau keseluruhan individu yang mungkin mengalami peristiwa).
F adalah faktor pengali, biasanya kelipatan 10, mengkonversi rate
dari suatu fraksi ke suatu jumlah keseluruhan.

Ciri-ciri dari rate : Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu,
besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0 sampai
tak terhingga.
b) Tipe ukuran yang digunanakan dalam epidemiologi
Ukuran-ukuran frekuensi penyakit
Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai factor,
diantaranya factor person atau orang, yng dinilai di sini adalah dari aspek
jumlah atau fekuensi orang yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain
itu factor place atu tempat adalah faktor yang berkaitan dengan darimana
orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal. Dalam
epidemiologi, ada tiga ukuran penyakit yang harus dibedakan, yaitu:
I. Insiden
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru
suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu
kelompok msyarakat. Angka insidenb ini hanya dapat di hitung
pada suatu penelitian yang bersifat longitudinal karena untuk
menghitung angka insiden diperlukan dua angka yakni jumlah
penderita baru dan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut.
incidance rate pada umumnya di paaki dalam mengukur
besar atau ferkuensi dari penyakit infeksi yang di alami suatu
kelompok masyarakat. Bila suatu kelompok masyarakat
mempunyai incidance rate ayng lebih tinggi dari suatu kelompok
masyarakat yang lain, maka ini berarti kelomppok pertama tedi
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan kejadian
tertentu (penyakit infeksi) di banding kelompok dua.
Manfaat dari insiden antara lain:
Merupakan alat ukur untuk penelitian etiologi suatu

penyakit baik akut maupun kronis


Merupakan indikator yang baik untuk mengestimasi suatu
resiko oleh karena insidens mengukur secara langsung
peluang bahwa seseorang yang sehat akan menjadi sakit

Insidens rate yang tinggi dari suatu penyakit menunjukkan

resiko yang tinggi untuk mendapatkan penyakit tersebut


Insidens memberikan informasi mengenai efektifitas dari
suatu pencegahan atau intervensi terhadap suatu penyakit

Insiden dibagi menjadi 2, yaitu:


Insiden kumulatif/attack rate/proporsi insiden
Attack rate adalah jumlah pennderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu saat terjadi wabah atau
kejadain luar biasa di bandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang
sama dalam persen atau permil

Rumus attack rate:


attack rate=

jumlahkasusinsidensselamaperiodewaktutertentu
jumlahorangberesikopadapermulaanwaktu

Densitas insidens/insiden rate


Insiden rate adalah jumlah penderita beru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungakin
terkena penyakit tersaebut pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan dalam persen atau permil. Rumus inside
Rumus insiden rate:
insiden rate=

jumlahkasusinsidenterjadidalamperiodewaktu
jumlahorangwaktu

II. Prevalen
Prevalens adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit
pada saat tertentu. Ciri pravalens meliputi berbentuk proporsi,
tidak mempunyai satuan, dan besarnya antara 0 dan 1 Prevalen
berguna untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada suatu

waktu tertentu.. Dibidang kesehatan ukuran prevalens member


informasi tentang pengobatan, jumlah tempat tidur dan peralatan
rumah sakit yang dibutuhkan, sehingga berguna dalam
perencanaan fasilitas kesehatan dan ketenagaan.
Jenis-jenis prevalen:
Prevalen titik/proporsi prevalen
Prevalens titik in menjelaskan bahwa seorang individu
menjadi kasus pada suatu titik waktu, nilainya antara 0 dan
1
Rumus prevalen titik:
prevalen titik=

jumlahkasusyangadapadasatutitikdalamwaktu
totaljumlahorangpadawaktu

Pevalen periode
Prevalen periode adalah seorang individu berada dalam
keadaan sakit kapan saja selama satu periode waktu.
Rumus prevalen periode
prevalen periode=

jumlahkasusyangadaselamasuatuperiodewaktu
jumlahorangselamaperiode

III. Mortalitas
Merefleksikan jumlah kematian dalam suatu populasi
Ukuran-ukuran dalam mortalitas:
Death to Case Ratio (DTCR)
DTCR=

(kematiandaripenyakittertentuselamaperiodetertentu)
(kasusbarudaripenyakityangdiidentifikasiselamaperiodeyangsama)

Post Neonatal Mortality Rate (PNMR)

PNMR=

(bayiyangmeninggalumur 28 harisampai 11 bulan)


(ba yiyanglahir hidup)

Maternal Mortality Rate (MMR)


MMR=

(kematianibuolehsebabyangberkaitandengankehamilan , kelahirandannifas)
( bayiyanglahir hidup)

Infant Mortality Rate (IMR)


IMR=

(bayiyangmeninggal)
(bayiyanglahir hidup)

Neonatal Mortality Rate (NMR)


NMR=

(kematianbayiumurdalam28 haripertamakehidupannya )
(bayiyang lahir hidup)

Case Fatality Rate (CFR)


CFR=

(meninggaldiantarakasusinsidens)
( jumlahkasusinsidens)

Propotionate Mortality (PM)


PM =

(kematiankarenasebabtertentu)
(kematiansemuasebab)

Propotionate Mortality Ratio (PMR)


PMR=

PM grup
PM grup

3.

Ukuran-ukuran asosiasi
Merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu
eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit
Memasukkan suatu perbandingan frekuensi penyakit antara dua
atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur
Beberapa ukuran assosiasi digunakan untuk mengestimasi efek
5. Ukuran-ukuran dampak
Ukuran dampak digunakan untuk merefleksikan dampak suatu faktor
pada frekuensi atau risiko dari suatu masalah kesehatan serta
merefleksikan kelebihan jumlah kasus karena suatu faktor atau jumlah
kasus yang dapat dicegah oleh eksposur (pemajan)
Ukuran dampak dibagi menjadi:
Ukuran perbedaan dampak
Fraksi efek

DAFTAR PUSTAKA

Saraswati, Lintang Dian. Ukuran-ukuran Frekuensi yang digunakan dalam


Epidemiologi. Power Point Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro, Semarang .
Singgih, Nurul Wandasari . Ukuran Dampak dalam Epidemiologi.
PowerPoint Program Study Kesehatan MasyarakatUniveristas Esa
Unggul, Jakarta , 2012/2013.
Noor, Nur Nasry. Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta , 2008.
Bustan. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta, 2006

SOAL & JAWABAN

1. Jumlah penduduk Jakarta pertengahan tahun 2012 berjumlah 11.000.000 orang. Pada tahun
tersebut terdapat kematian 200.000 oran. Angka Kematian Kasarnya adalah.....
a. 20
b. 25
c. 18
d. 15
e. 16
Jawaban :

CDR = D X 1000 / P
= 200.000 X 1000 / 11.000.000 = 18,18 = 18 Jiwa

2. Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk sebanyak 100.000 orang rentan terhadap penyakit
dan ditemukan lapiran penderita baru pada bulan Januari 50 orang, Februari 100 orang, Juni 150
orang, dan September 10 orang, serta Desember 90 orang. Nilai insidensi adalah .....
a. 0,5 %
b. 0,66 %
c. 0,4%
d. 0,3 %
e. 0,1 %
Jawaban :

Insidensi Rate = (50 + 100 + 150 + 10 + 90 ) X 100 % / 100.000


= 0,4 %

3. Manfaat insidensi rate , kecuali ......


a. Untuk mengetahui masalaha kesehatan
b. Untuk mengetahui resiko dari masalah yang dihadapi
c. Untuk mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan fasilitas kesehatan untuk
penanggulangan penyakit
d. Untuk mengetahui rasio jenis kelamin , rasio anak perempuan, dan rasio beban tanggungan.
e. Untuk mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan fasilitas kesehatan untuk
pencegahan
4. Ukuran frekuensi epidemiologi mencakup....
a. Ukuran masalah penyakit atau angka kesakitan dan masalah kematian atau angka kematian
b. Ukuran masalah kepadatan suatu daerah
c. Ukuran masalah Angka Kecukupan Gizi
d. Ukuran tendensi tengah penduduk
e. Ukuran persebaran penduduk dan perubahan penduduk suatu daerah

5. Angka Insidensi meliputi ....

a. Insidensi rate, attack rate, secondary attack rate


b. Insidensi rate, rasio jenis kelamin, attack rate
c. Prevalence rate, CDR, NMR
d. Insidensi rate, attack rate , NMR
e. Insidensi rate , CDR, Secondary attack rate

TUGAS RESUME EPIDEMIOLOGI

SCREENING / PENYARINGAN

KELAS A - 2015
ANGGOTA :

1. Sri Gama Apriani 2501011512002


2. Adhi Safitri

25010115120021

3. Rini Fajarani

25010115120036

4. Monalisa

25010115120043

5. Afina Permatasari 250101151200

SCREENING

1.

DEFINISI SCREENING

- Screening atau Penyaringan adalah upaya mendeteksi / mencari penderita dengan penyakit
tertentu ( terutama penyakit menahun ) dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan
berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sakit dan
yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan. ( Suparyanto,
2010 )
- Screening atau penyaringan kasus ( Uji Tapis ) adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit
yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan
cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin
tidak menderita.
- Screening untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang - orang asimptomatik untuk
mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau diperkirakan
tidak mengidap penyakit ( as likely or unlikely to have the disease ) yang menjadi obejk
screening.
- Uji screening dapat memisahkan orang yang nampaknya sehat tapi kemungkinan mempunyai
penyakit ( tes + ) dan orang yang kemungkinan tidak mempunyai penyakit ( tes - ).
- Uji screening tidaklah bersifat diagnostik tapi mendeteksi penyakit sedini mungkin. Orang orang dengan temuan positif atau mencurigakan harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis dan
pengobatannya.
- Orang dengan test screening (+) --------- dirujuk ------------ pemeriksaan
2.

TUJUAN SCREENING

Untuk mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya.


Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit, dengan pengobatan dini terhadap
kasus - kasus yang ditemukan, tetapi lebih diutamkan penyakit non - infeksi. Dalam konteks
ini, penyakit adalah setiap karakteristik anatomi ( misalnya kanker atau arteriosklerosis ) ,
fisiologi ( misalnya hipertensi dan hipelipidemia ), ataupun perilaku ( misalnya kebiasaan
merokok ) yang berkaitan dengan peningkatan gangguan kesehatan yang serius ataupun
kematian.
Untuk mencegah meluasnya penyakit, khusus penyakit menular.
Untuk memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi. Misalnya menghitung
insiden, prevalensi distribusi dan trend.

Untuk memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang sifat - sifat suatu penyakit,
sehingga mereka selalu waspada dan mereka selalu mengadakan pengamatan terhadap
(waspada mulai dini).
Untuk mendidik masyarakat melakukan general check up
Prescriptive Screening , sebagai landasan petunjuk / anjuran terhadap individu. Misalnya : tes
tuberkulin (+) dianjurkan profilaksis INH.

3.

SASARAN SCREENING

Mencari atau mengidentifikasi orang - oran tanpa gejala klinis yang muncul ( asimptoma
tik ) yang nantinya akan diklasifikasikan dalam kategori yang diperkirakan mengidap
atau tidak mengidap penyakit ( as likely or unlikely to have the disease ).
Penderita penyakit menular atau penyakit infeksi.
Penderita penyakit kronis atau menahun.
Orang - orang yang beresiko tinggi sebagai penderita.

4.

TINGKATAN PREVENSI PENYAKIT

5.

SYARAT SCREENING/KRITERIA SCREENING/ KRITERIA DALAM


MENYUSUN PRORAM SCREENING/PRINSIP PELAKSANAAN SCREENING

1. Masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting ( mobiditas dan mortalitas )


2. Prevalensi penyakit cukup tinggi
3. Harus ada cara screening yang cocok ( sederhana, murah dan aman)
4. Harus ada fasilitas Dx, biaya dan pengobatan yang efektif untuk kasus yang positif
5. Paham atau mengetahui dengan pasti Riwayat Alamiah Penyakit
6. Akurasi Uji screening
7. Beban penderitaan yang ditimbulkan
8. Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
9. Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
10. Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
11. Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
12. Ada SOP tentang penyakit tersebut
13. Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa screening
14. Penemuan kasus terus menerus
15. harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit tersebut serta
penemuan penderita secara berkesinambungan dapat dilaksanakan.
- KRITERIA UNTUK MELAKSANAKAN SCREENING
1. Sifat Penyakit
* Serius
* Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
* Priode yang panjang diantara tanda-tanda pertama sampai timbulnya penyakit
2. Uji Diagnostik
* Sensitif dan Spesifik
* Sederhana dan murah
* Aman dan dapat diterima
* Reliable
* Fasilitas adekwat
3. Diagnosis dan Pengobatan
* Efektif dan dapat diterima
* Pengobatan yang aman telah tersedia.
6.

KEUNTUNGAN PELAKSANAAN SCREENING

- dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah dan dilakukan secara efektif
- Lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk
usaha penanggulangannya.
- cukup sederhana dan relatiif mudah

- Mempunyai sifat fleksibilitas yang cukup dalam penerapannya.

7.

EFEK SCREENING

Jika pengobatan dini tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit, usia saat terjadinya
stadium lanjut penyakit atau kematian tidak akan berubah, walalupun ada perolehan lead time,
yaitu periode dari saat deteksi penyakit ( dengan screening) sampai dengan saat diagnosis
seharusnya dibuat jika tidak ada screening.
8.

BENTUK UJI SCREENING

1. Pertanyaan anamnesis, misalnya; apakah anda merokok ?


2. Pemeriksaan fisik , misalnya pemeriksaan klinis payudara
3. Prosedur , misalnya sigmoidoskopi
4. Uji Laboratorium , misalnya Pemeriksaan Ht
9.
1.

JENIS SCREENING
Opportunistik screening
Adalah penjaringan yang dilakukan pada pasien yang datang untuk memeriksakan

kesehatannya
2. Mass Screening
Adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan populasi secarakeseluruhan),
misalnya X - Ray Massal
3.

Selectiv Screening
Adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu, misalnya kelompok penduduk

wanita 40 tahun untuk Ca Serviks


4. Single Disease Screening
Adalah screening yang dilakukan pada satu jenis penyakit saja
5. Multiphasic Screening
Adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode tertentu, untuk
mengetahui kemungkinan beberapa penyakit ( Kombinasi beberapa pemeriksaan / multipletest
/procedure )
6. Chase Finding Screning
Adalah screening yang dilakukan karena penemuan kasus baru
7. Penyaringan Yang Ditargetkan
Penyaringan yang dilakukan pada kelompok-kelompok yang terkena paparanyang spesifik.
8. Periodic Health Examination
Pemeriksaan kesehatan berkala untuk staff eksekutif

10.

METODOLOGI EPIDEMIOLOGI UNTUK MENILAI SCREENING

- Tes Screening yang baik , harus memiliki kriteria berikut ini :


1. Sensitifitas dan Spesifisitas ( Sensitif dan Spesifik )
2. Sederhana dan biaya murah
3. Valid
4. Akurat
5. Presis
6. Reprodusibel
7. aman
8. dapat diterima oleh pasien dan klinikus
A. Validitas :
Tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yang benar sakit dan mana yang
tidak sakit. Validitas ditentukan dengan melakukan pemeriksaan diluar tes penyaringan untuk
diagnostik pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu yang digunakan pada setiap
pemeriksaan diagnostik lebih besar daripada yan dibutukan dpada penyarina.
Dua komponen validitas adalah sensitifitas dan spesifisitas.
1. Sensifisitas
Kemampuan dari suatu tes penyaringan yan secara benar menempatkan mereka yang
betul - betul menderita pada kelompok penderita. Dengan hasil tes positif dan benar sakit.
Rumus :

2. Spesifisitas
Kemampuan daripada tes tersebut yang secara benar menempatkan mereka yang betul betul tidak menderita pada kelompok sehat atau kemampuan menemukan yang tidak menderita
penyakit. Dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.
Rumus :

Untuk kepentingan validitas diperlukan beberapa perhitungan tertentu , yaitu :

Tabel 1. Perhitungan Validitas


keterangan tambahan :
True Post ( TP )
False Negatif ( FN )
False Positif ( FP )
True Negatif ( TN )

Rumus :
Sensitifitas : (TP / TP + FN ) x 100%
Spesifisitas : (TN / TN + FP ) x 100%
*Semakin tinggi sensitifitas test, akan makin tinggi FN
*Semakin tinggi spesifitisitas test, akan makin tinggi FP
Penjelasan tabel 1 :
a. Positif sebenarnya (TP) , yaitu mereka yang oleh tes screening dinyatakan menderita
dan yang kemudian didukung oleh diagnosis klinis yang positif
b. Positif palsu (FP) , yaitu mereka yang oleh tes screening dinyatakan menderita, tetapi
pada diagnosis klinis dinyatakan sehat / negatif
c. Negatif Sebenarnya (TN) , yaitu mereka yang pada tes screening dinyatakan sehat dan
pada diagnosis klinis ternyata betul sehat
d. Negatif Palsu (FN), yaitu mereka yang pada tes screening dinyatakan sehat, tetapi oleh
diagnosis klinis ternyata menderita.
Penilaian hasil screening dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas mempunyai
beberapa kelemahan sebagai berikut :

a. Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas ya atau tidak
b. Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan
spesifisitas setelah penyakit di diagnosis, sedangkan tujuan screening adalah mendeteksi
penyakit yang belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan alat tes yang digunakan.
B. Predictive Values / Nilai Ramal
Besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai sensifisitas dan spesifisitas serta
prevalensi terhadap proporsi penduduk yang menderita.
Selain sensitifitas dan spesifisitas , ada juga predictive value, yang terdiri dari PPV/PV+ (
Postive Predictive Value ) dan NPV/PV- ( Negative Predictive Value ).
- PPV : Proporsi yang sakit di antara yang hasil ujinya positif.
Rumus : PPV atau PV+ = (TP / TP+FP ) x 100%
- NPV : Proporsi yang tidak sakit diantara yang hasil ujinya negatif
Rumus : NPV atau PV- = (TN / TN+ FN ) x 100%
C. Reliabilitas
Kemampuan suatu tes memberikan hasil yang sama / konsisten bila tes diterapkan lebih
dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi :
a. Variasi cara screening : stabilitas alat, fluktuasi keadaan (demam)
b. Kesalahan / perbedaan pengamat: pengamat beda / pengamat sama dengan hasil yang
beda.
Upaya meningkatkan reliabilitas :
a. Pembakuan /standarisasi cara screening
b. Peningkatan ketrampilan pengamat
c. Pengamatan yang cermat pada setiap nilai pengamatan
d. Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
e. Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga
bervariasi / bertingkat.

D. Penyaringan Bertingkat
Bentuk penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan dua jenis tes terhadap satu
penyakit tertentu. Penyaringan bertingkat dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk seri
dan bentuk paralel.
- Bentuk Seri ialah penyaringan yang menggunakan dua macam tes secara bersamaan
sehingga seseorang dapat dinyatakan positif, apabila hasil tes memberikan asil positif pada kedua
tes penyaringan yang selanjutnya diadakan pemeriksaan klinis untuk diagnosis.

- Bentuk Paralel ialah penyaringan denan dua macam tes terhadap satu penyakit tertentu
dan bai mereka yang positif pada salah satu tes penyaringan tersebut, dapat dinyatakan positif
dan dilanjutkan denan pemeriksaan klinis untu diagnosis.
D. Derajat Screening (yied)
Kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga
dapat ditegakkan diagnosis pasti serta pengobatan dini.
Derajat penyaringan ditentukan ole beberapa faktor tertentu :
a. Tingkat sensitivitas tes penyaringan
b. Besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakat
c. Frekuensi penyaringan dalam masyarakat
d. Konsep sehat serta kehidupan kesehatan masyarakat sehari - hari

DAFTAR PUSTAKA

Bustan. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.


Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta

Noor . Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta , 1997.


Ammirudin, Ridwan , dkk. Epidemiologi Dasar. Modul Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ha
sanudin, Makassar, 2011.

Epidemiologi Kebidanan. elearning.gunadarma.ac.id . Diunduh pada tanggal 21 Mar


et 2016 , pukul 09.00 WIB.

SOAL & JAWABAN


1. Screening adalah..............
a. Upaya pemeriksaan secara dini hanya untuk orang tertentu saja.
b. Upaya pengobatan untuk penderita penyakit yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
c. Upaya pendiagnosisan masyarakat yang menderita penyakit tertentu.
d. Upaya pemeriksaan secara dini penderita penyakit dalam masyarakat dengan serangkaian tes
e. Upaya kesehatan yang bersifat diagnostik
2. Spesifisitasi adalah .......
a.
TP / TP + FN

b.
c.
d.
e.

TN / TN + FP
TP/ TP+ FP
TN/ TP + FP
TP / TN + FN

Keterangan

TP

True Positif = Positif sebenarnya

TN

True Negatif= Positif palsu

FN

False Negatif = Negatif Palsu

FP

False Positif = Negatif Sebenarnya

3. Sensitifitas suatu uji diagnostik adalah....


a.
Proporsi yang hasil ujinya positif di antara yang sehat
b.
Proporsi yang hasil ujinya negatif di antara yang sehat
c.
Proporsi yang hasil ujinya positif di antara yang sakit
d.
Proporsi yang hasil ujinya negatif di antara yang sakit
e.
Proporsi yang sehat di antara yang hasil ujinya negatif
4. Salah satu efek screening adalah perolehan lead time yang memiliki arti yaitu, ........
a.
b.
c.
d.
e.

Periode dari saat awitan penyakit (secara subklinis) sampai dengan saat diagnosis
seharusnya dibuat jika tidak ada screening
Periode dari saat awitan penyakit ( secara subklinis ) sampai dengan saat deteksi
penyakit ( dengan screening )
Periode dari saat deteksi penyakit ( dengan screening ) sampai dengan saat diag
nosis seharusnya dibuat jika tidak ada screening.
Periode dari saat diagnosis seharusnsya dibuat jika tidak ada screening sampai
dengan saat kematian jika tidak ada screening
Periode dari saat deteksi penyakit sampai dengan saat penderita dinyatakan sem
buh.

Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) di antara pengunjung RS Jantung XYZ adalah
70%. Uji toleransi pembebanan fisik (exercise tolerance test) terhadap 1462 pengunjung RS
memberikan hasil positif pada 932 orang. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap mereka yang uji
toleransinya positif, menunjukkan bahwa hanya 818 orang yang benar - benar menderita PJK.
5. Sensitifitas uji toleransi pembebanan fisik untuk mendeteksi PJK adalah :
a. 20 %
b. 26%
c. 74%
d. 80%
e. 57%

Jawaban :
Jumlah pengunjung RS Jantung XYZ = 1462
Prevalensi PJK diantara pengunjung RS = 70 %
Hasil uji positif = 932 orang
Status Uji positif = 818 orang
Hasil Uji Toleransi
Pembebanan Fisik

Status Penyakit
Positif ( + )

Negatif ( - )

Positif ( + )

818

114

Negatif (- )

205

325

Jumlah

1023

439

Prevalensi = P = (TP + FN) x 100 % / TP + FN + TN + FP


70 % = (818 + c ) x 100 % / 1462
70 = ( 818 + c ) x 100 / 1462
7/10 = (818 + c ) / 1462
7 x 1462 / 10 = 818 + c
10234 = (818 + c )x 10
10234 = 8180 + 10c
2054 = 10c
c = 205,4
c = 205
Sensitifitas = TP x 100 % / ( TP + FN )
= 818 x 100 % / 818 + 205
= 818 x 100 % / 1023
= 79,96 %
= 80 %

You might also like