You are on page 1of 24

BAB III

DASAR TEORI
Penyemenan casing 13 3/8 ini dikategorikan sebagai primary cementing
karena operasi penyemenan yang dilakukan pertama kali setelah casing
diturunkan ke dalam sumur. Sebelum membahas tentang proses penyemenan dual
stage casing 13 3/8 maka terlebih dahulu harus melihat proses persiapan dan
penyemenan itu sendiri serta teori teori dasar yang berkaitan.
3.1

Teori Dasar Penyemenan


Pemasangan casing pada pemboran sumur migas merupakan suatu faktor

yang paling utama dan penting yang dimana casing tersebut harus disemen
sebagai media untuk memproduksi fluida dari lapisan produktif ke permukaan.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary
Cementing (penyemenan utama) dan Secondary Cementing atau Remedial
Cementing (penyemenan kedua atau penyemenan perbaikan). Primary Cementing,
penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah casing di turunkan ke dalam
sumur, sedangkan Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak.
Primary cementing dapat dilakukan dengan 4 metode penyemenan, yaitu:
-

Perkins system

Poor boy system

Stage system

Liner system

Sedangkan secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

16

Squeeze Cementing
Remedial Cementing
Plug-back Cementing

Adapun Metode yang digunakan untuk penyemenan casing 13 3/8 ini


menggunakan metode Stage system
3.2

Klasifikasi Semen Pemboran


Semen yang digunakan untuk penyemenan sumur migas (semen Portland)

terbagi menjadi berbagai kelas menurut standar API (American Petroleum


Institute), yaitu:
-

Kelas A, semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 feet (1830
feet) dan tidak memerlukan properties khusus. Mirip dengan type I semen
ASTM.

Kelas B, digunakan sampai kedalaman 6000 feet, dengan sulphate


resistance sedang sampai tinggi. Mirip dengan type II semen ASTM dan

kandungan C A yang lebih rendah dibanding dengan semen kelas A.


-

Kelas C, juga digunakan sampai kedalaman 6000 feet dan dalam kondisi
penyemenan yang memerlukan early strength. Tersedia dalam tiga tahap
sulphate resistance dan ekuivalen dengan semen type III ASTM. Untuk
mencapai early strength yang tinggi, dibutuhkan kandungan C3S dan surface
area yang relatif tinggi.

Kelas D, digunakan pada kedalaman dari 6000 feet sampai 10000 feet
(3050 m) dalam kondisi temperatur dan tekanan yang cukup tinggi.

17

Kelas E, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 14000 feet (4270
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi.

Kelas F, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 16000 feet (4880
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.

Kelas G + Kelas H, digunakan sebagai basic well cement dari permukaan


sampai kedalaman 8000 feet (2440 m). Bisa ditambahkan accelerator dan
retarder untuk berbagai kondisi temperatur dan kedalaman sumur.

3.3

Sifat-Sifat Bubur Semen


Bubur semen yang dibuat haruslah disesuaikan dengan sifat-sifat formasi

yang akan disemen. Beberapa sifat-sifat tersebut antara lain :


-

Strength
Merupakan kekuatan semen untuk mengikat formasi dengan casing.

bubur semen setelah berada pada tempat yang diinginkan dalam lubang bor,
diharapkan mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan formasi di tempat
tersebut. Umumnya diambil suatu patokan, bila strength mencapai 500 psi dengan
WOC (waiting on cement) 24 jam, maka strength sudah dianggap baik.
-

Water cement ratio (WCR)


Merupakan perbandingan antara air dengan bubuk semen saat membuat

bubur semen. Kadar air dalam bubur semen tidak boleh terlalu banyak maupun
terlalu sedikit. Jika kadar air dalam semen tinggi maka akan menyebabkan
terbentuknya kantung-kantung semen yang membuat ikatan semen tidak kuat.
Namun bila kadar air dalam semen terlalu rendah maka akan mengakibatkan
semen lebih kental dan saat pemompaannya dalam annulus, dapat merekahkan
formasi. Batas konsistensi minimum dari bubur semen adalah 30 poise. Kalau
18

kadar air yang dicampurkan lebih kecil dari kadar minimumnya, maka kekentalan
bubur semen akan menjadi besar dan akan menyebabkan gesekan-gesekan (friksi)
yang cukup besar di annulus sewaktu suspensi semen di pompakan, juga dapat
menaikkan tekanan di annulus dan hal ini akan memperbesar terjadinya pecah
formasi. Kadar minimum air adalah jumlah air yang dapat dicampurkan dalam
semen tanpa menyebabkan pemisahan air bebas lebih besar dari 2,5 ml jika slurry
tersebut dalam tabung 250 ml didiamkan selama 2 jam.
Kalau jumlah air lebih besar dari maximum maka akan terjadi pengendapan
semen sehingga akan terdapat kantong-kantong air di dalam semen sehingga
kekuatannya akan menurun.
-

Berat jenis semen


Berat jenis atau densitas semen sangat berpengaruh terhadap perhitungan

tekanan hidrolik bubur semen. Bila formasi tidak cukup kuat untuk menahan
tekanan dari bubur semen maka akan menyebabkan rekahnya formasi. Tekanan
hidrostatis ini akan menekan formasi. Bila formasi tidak bisa menahan tekanan ini
maka formasi akan rekah dan bubur semen akan masuk kedalam rekahan tersebut.
Berat jenis bubur semen tergantung dari besarnya campuran antara bubuk semen,
air dan additive. Rumus campuran tersebut seperti dibawah ini :
Gbk + Gw + Ga
BJbs = V bk +V w +V a

....................................................................... (3.1)

Keterangan :
BJbs = berat jenis bubur semen
Gw = berat air
Vbk = volume bubuk semen
Va = volume additive
Gbk = berat bubuk semen
Ga = berat additive
19

Vw

= volume air

Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :

Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender.


Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume suspensi
semen, seperti : pozzolan.
Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila tekanan

formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau
material-material pemberat ke dalam suspensi, seperti : barite.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan
volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di lapangan
dengan menggunakan alat pressurized mud balance
-

Thickening time
Adalah waktu yang diperlukan oleh bubur semen untuk mencapai

konsistensi 100 poise. Konsistensi 100 poise merupakan batasan dimana bubur
semen tidak dapat dipompakan lagi karena sudah mengeras dan tidak bisa di
pompakan lagi. Kalau tidak bubur semen tidak akan mencapai tempat yang dituju
dan akan mengeras didalam casing. Untuk memperpanjang thickening time adalah
dengan jalan menambahkan additive ke dalam bubur semen. Dalam penyemenan,
sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas. Hanya dalam
pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip sehingga penggunaan unit
konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi
penyemenan dengan viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran).
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolom penyemenan yang
panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus

20

diperpanjang. Untuk memperpanjang atau memperlambat thickening time perlu


tambahkan retarder ke dalam suspensi semen, seperti :
-

Kalsium lignosulfonat
Carboxymethyl
Hydroxyethyl cellulose
Senyawa-senyawa asam organik
Filtration loss properties
Kehilangan cairan (air) pada bubur semen bertemu dengan lapisan yang

permeable bila mud cake nya telah dihilangkan, cairan yang masuk kedalam
formasi tersebut disebut dengan filtrat. Filtrat ini tidak boleh terlalu besar sebab
akan membuat semen kehilangan kadar air. Kehilangan kadar air yang terlalu
besar ini disebut flash set. Bila suspensi semen mengalami flash set maka akan
mengakibatkan friksi (gesekan) di annulus dan juga dapat mengakibatkan
pecahnya formasi. Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat
filter press pada kondisi temperature sirkulasi dengan tekanan 1000 psi
Perforating qualities
Semen dengan strength yang terlalu keras tidak baik diperforasi karena
semen akan remuk. Dianjurkan untuk melakukan perforasi sebelum semen benarbenar sudah keras. Untuk itu disarankan menggunakan semen yang strengthnya
kurang pada kolom yang akan diperforasi. Pengaturan dari strength ini dapat
diatur dengan penambahan additive.
3.4

Aditif Semen
Sistem semen Portland ada yang di desain sampai temperatur 3711 C (7001 F)

misalnya untuk sumur-sumur geothermal. Ada juga yang di desain untuk tekanan
30.000 psi misalnya untuk sumur-sumur yang dalam. Kondisi sumur memang
mempengaruhi dalam pemilihan jenis semen namun sangat jarang memilih bubuk

21

semen hanya tergantung dari kondisi sumur saja (seperti temperatur, tekanan dan
kedalaman). Ada faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi dalam
pembuatan suspensi semen, seperti waktu dan biaya. Selain itu pembuatan
suspensi semen harus memperhatikan juga sifat dari suspensi semen tersebut.
Oleh karena itu perlu ditambah aditif ke dalam net semen agar dicapai hasil
penyemenan yang diinginkan. Umumnya aditif terbagi dalam 8 kategori, yaitu :

- Accelerator
- Retarder
- Extender
- Weighting agent
- Dispersant
- Fluid-loss control agent
- Lost circulation agent
- Specially additives
Accelerator
Accelerator adalah additif yang dapat mempercepat proses pengerasan

suspensi semen (thickening time). Selain itu dapat juga mempercepat naiknnya
strength semen dan mengimbangi aditif lain seperti dispersant dan fluid-loss
control agent agar tidak tertunda proses pengerasan suspensi semennya. Sumursumur yang dangkal seringkali menggunakan accelerator agar mempercepat
proses thickening time karena umumnya sumur dangkal mempunyai temperatur
dan tekanan yang rendah dan jarak yang dicapai tidak terlalu jauh atau dalam.
Contoh aditif yang berlaku sebagai accelerator adalah kalsium klorida, sodium
klorida, sodium silikat dan air laut.

Retarder
Retarder adalah aditif yang dapat memperlambat proses thickening time,

sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai target

22

kedalaman yang diinginkan. Retarder sering digunakan dalam menyemen casing


pada sumur-sumur yang dalam, sumur-sumur yang mempunyai temperatur tinggi
atau untuk kolom penyemenan yang panjang. Aditif yang berlaku sebagai retarder
antara lain seperti lignosulfonat, senyawa asam organik dan CMHEC.

Extender
Extender adalah aditif yang berfungsi untuk menaikan volume suspensi

semen, yang berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen tersebut.


Pada umumnya penambahan extender kedalam suspensi semen diikuti dengan
penambahan air. Yang termasuk extender antara lain seperti bentonite, attapulgite,
sodium silikat, pozzolan, perlite dan gilsonite.

Weighting Agents
Weighting agents adalah aditif-aditif yang berfungsi menaikkan densitas

suspensi semen. Umumnya weighting agents digunakan pada sumur-sumur yang


mempunyai tekanan formasi yang tinggi. Aditif-aditif yang termasuk kedalam
weighting agents adalah hematite, ilmenite, barite dan pasir.

Dispersant
Dispersant adalah aditif yang dapat mengurangi viskositas suspensi semen.

Pengurangan viskositas atau friksi terjadi karena dispersant mempunyai sifat


sebagai thinner (pengencer). Hal ini menyebabkan suspensi semen menjadi encer,
sehingga dapat mengalir dengan aliran turbulen. Aditif yang termasuk dispersant
yaitu polymelamine sulfonate dan polynaphtalena sulfonate.

Fluid-Loss Control Agents

23

Fluid-loss control agents adalah aditif-aditif yang berfungsi mencegah


hilangnya fasa liquid semen kedalam formasi, sehingga terjaga kandungan cairan
pada suspensi semen. Aditif-aditif yang termasuk ke dalam fluid-loss control
agents diantaranya polymer, CMHEC dan latex.

Lost Circulation Agents


Merupakan aditif-aditif yang mengontrol hilangnya suspensi semen ke

dalam formasi yang berongga. Aditif yang termasuk kedalam lost circulation
agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gipsum, bentonite dan nut shell.

Special Additives
Ada bermacam-macam aditif lainnya yang dikelompokkan sebagai special

additives, diantaranya silica, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam agents
dll.
3.5

Peralatan Cementing
Peralatan cementing yang digunakan pada suatu pemboran terbagi menjadi

dua bagian yaitu surface equipment (peralatan diatas permukaan) dan subsurface
equipment (peralatan dibawah perrnkaan) dan ke dua bagian peralatan tersebut
memiki masing-masing fungsi yang berbeda. Peralatan cementing harus dalam
keadaan yang siap difungsikan saat proses penyemen berlangsung maka untuk
menjaga peralatan dilakukan pemeliharaan secara berkala.
3.5.1 Peralatan Di Atas Permukaan

24

Surface equlpment merupakan suatu peralatan-peralatan yang digunakan


diatas permukaan selama proses cementing berlangsung. Berikut ini akan dibahas
komponen-komponen surface equipment saat penyemenan berlangsung.
1. Cementing Unit
Cementing unit merupakan suatu unit pompa yang memompakan slurry
dan lumpur pendorong dalam proses penyemenan. Biasanya pihak ketiga dalam
operasi pemboran yang menyediakan cementing unit.
Jenis Jenis cementing unit adalah:
a. Truck mounted cementing unit
b. Marine cementing unit
c. Skid mounted cementing unit

Gambar 3.1 Skid Mounted Cementing Unit

2. Cutting Bottle
Cutting bottle merupakan alat berbentuk corong yang berfungsi sebagai
wadah atau tempat untuk pertama kalinya semen sebelum diolah dan dikirim ke
pit tank/silo.

25

Gambar 3.2 Cutting Bottle


3. Pit Tank/Silo
Alat berjumlah delapan buah pit tank/silo dan memiliki masing-masing
kapasitas ukuran, enam buah berkapasitas 1000 cuft, satu buah berkapasitas 1200
cuft dan satu buah lagi berkapasitas 860 cuft, pit tank/silo berfungsi untuk
menampung bubuk semen.

26

Gambar 3.3 Silo


4. Batch Mixer
Batch mixer merupakan alat pengaduk chemical untuk komposisi bubur
semen (slurry), baik chemical komposisi single slurry dan double slurry.

Gambar 3.4 Batch Mixer

5. Water Tank

27

Water tank merupakan alat penampung air untuk keperluan mixing. Water
tank berjumlah 4 buah dengan kapasitas berkisaran antara 200 bbl untuk water
tank I, 300 bbl untuk water tank II, 500 bbl untuk water tank III dan 400 bbl
untuk water tank cadangan.

Gambar 3.5 Water Tank


6. Displacement Tank
Displacement tank sebagai tanki yang menampung chemical dan air untuk
komposisi bubur semen (slurry), yang sebelumnya di tampung di batch mixer dan
water tank.

28

Gambar 3.6 Displacement Tank


7. Mixing Bowl
Tempat dimana Water, Slurry cement dan additive berkumpul sebelum menuju
mixing tank.
8. Mix Tube
Tempat dimana water, semen kering dan additive di aduk dan di resirkulasi
sebelum dipompa menuju ke sumur. Mempunyai alat pengaduk dibagian
bawahnya untuk mencampur semua bahan additif dan air dengan slurry.

29

Gambar 3.7 Mix Tube

Cementing Head
Cementing head merupakan alat untuk memasukkan slurry semen ke dalam

lubang bor. Cementing head mempunyai 2 katup yang berfungsi sebagai tempat
masuknya slurry serta displacement dan tempat untuk menjatuhkan top plug dan
bottom plug.

Gambar 3.8 Cementing Head


3.5.2 Peralatan Bawah Permukaan
1. Casing

30

Casing adalah pipa selubung yang fungsinya melindungi lubang bor dan
pengaruh luar (Air formasi dan tekanan) serta melindungi lubang bor
dari caving dan memisahkan formasi satu dengan yang lainnya serta memperkuat
dinding lubang bor bersama semen. Casing memiliki berbagai macam ukuran dan
kapasitas tertentu diantaranya conductor casing, surface casing, intermeadiate
casing dan production casing.
Jenis Jenis Casing:
a.

Conductor casing

b. Surface casing
c.

Intermidiate casing

d. Liner casing
e.

Production casing

2. Centralizer
Adalah alat untuk menempatkan casing tepat di tengah-tengah lubang sumur
agar diperoleh jarak yang sama antara dinding casing dengan dinding lubang
sumur.

31

Gambar 3.9 Centralizer


3.

Scratcher
Adalah peralatan pembersih dinding lubang sumur dan mud cake sehingga

semen dapat melekat langsung pada dinding formasi dan dapat menghindarkan
channeling (lubang saluran diantara semen dan formasi)

Gambar 3.10 Scratcher


4.

Running Tool
Berfungsi sebagai pengantar liner/casing ke dalam lubang yang disambung

dengan setting nut dari liner adapter receptackle dan berfungsi juga untuk jalur
penyemenan untuk liner. Alat ini terdiri dari kelly setting tool, stinger, swab cup
assembly, plug launcher dan wiper plug.
32

3.11 Running Tool


5.

Receptackle
Berfungsi sebagai penyambung antara casing dengan running tool dan juga

untuk tempat dudukan dari tie-back liner untuk penyemenan tahap kedua.

3.12 Receptackle
6.

Casing Shoe
Casing shoe adalah peralatan yang dipasang pada ujung bawah rangkaian

casing. Bentuknya adalah bulat lonjong. Kegunaannya adalah untuk menuntun


rangkaian casing agar tidak tersangkut disaat menurunkan ke dasar lubang.

33

Gambar 3.13 Casing Shoe


7.

Shoetrack
Shoe track adalah satu sampai dua batang casing yang dipasang antara

casing shoe dengan casing collar. Fungsinya adalah untuik menampung bubur
semen yang terkontaminasi. Kalau bubur semen yang terkontaminasi sampai
masuk ke annulus casing dengan lubang, kualitas semen akan tidak baik.
8.

Float Collar
Dilengkapi dengan valve untuk mencegah tekanan balik dari formasi

kepermukaan. Juga sebagai tempat duduknya atau menahan bottom plug dan top
plug.

Gambar 3.14 Float Collar


9.

Float Shoe

34

Float shoe mempunyai fungsi untuk mencegah adanya tekanan balik seperti
blowout, mencegah aliran balik dari semen setelah selesai penyemenan, dan
memperkecil beban menara. Float shoe mempunyai sifat drilliable atau dapat di
bor kembali.

Gambar 3.15 Float Shoe


3.6

Proses Penyemenan Dual Stage


Bubuk semen tiap sak yang telah dipotong dimasukkan ke dalam cement

silo melalui cutting bottle, kemudian dipompakan oleh kompresor dengan melalui
rock catcher terlebih dahulu untuk menangkap gumpalan semen sebelum masuk
ke dalam cement silo. Selanjutnya bubuk semen dari cement silo dipompakan
melalui surge can ke dalam slurry tube (mix tube) untuk diaduk dan dicampur
dengan campuran air dan aditif yang telah dicampur terlebih dahulu menggunakan
batch mixer yang kemudian di pompakan ke dalam slurry tube (terlebih dahulu
melalui displacement tank sebagai alat ukur volume additive) sampai menjadi
bubur semen. Setelah itu bubur semen dihitung berat jenisnya dan dipompakan ke
dalam sumur dengan menggunakan cement pump skid unit melalui cementing line
2 inch.

35

Gambar 3.16 Skema Mixing


Setelah semen di pompakan melalui cementing line menuju cementing
head, semen akan masuk ke stinger yang dipasang dengan running tool. Setelah
semen masuk bersama bottom plug maka top plug yang di dorong oleh
displacement akan mendorong semen hingga terjadi bumping (membran bottom
plug pecah) agar semen keluar dari float shoe menuju lubang. Setelah selesai
cabut running tool dan tunggu semen kering (TSK).
3.7

Perhitungan Penyemenan
Keberhasilan job penyemenan sangat ditentukan dalam perhitungan-

perhitungan dalam rencana penyemenan. Banyaknya volume bubur semen yang


akan dibutuhkan pada penyemenan casing dapat dihitung dengan menggunakan
data caliper log dan ukuran pahat yang digunakan.
Diameter lubang yang diambil dari caliper log umumnya lebih mendekati
keadaan lubang yang sebenarnya, sehingga perhitungan dapat lebih teliti
dibandingkan dengan perhitungan yang menggunakan diameter ukuran pahat,

36

sebab dinding lubang bor tidak rata dan umumnya terjadi runtuhan dinding
lubang. Walaupun demikian dalam menghitung volume bubur semen yang
diperlukan, masih digunakan safety yang biasa disebut excess. Untuk diameter
lubang yang diambil dari diameter pahat, besar excess-nya antar 50% sampai
100% , sedangkan yang diambil dari caliper log antara 10% sampai 30%.
Pada primary cementing, perhitungan yang dilakukan antaranya adalah
menghitung banyaknya volume slurry, menghitung volume absolute, menghitung
densitas dan menghitung densitas dan yield semen, menghitung berapa sack
semen yang diperlukan, menghitung berapa campuran air yang diperlukan,
menghitung berapa material additif yang diperlukan dan menghitung volume
displacement untuk mendorong semen.
III.7.1 Menghitung Volume Slurry
Jumlah dari volume slurry semen tahap pertama yang akan digunakan
ditentukan dengan menghitung volume annulus antara exist casing dengan
previous casing lalu ditambah dengan volume annulus antara exist casing dengan
open hole ditambah excess, lalu ditambah dengan volume didalam shoetrack.
Sedangkan untuk volume slurry tahap kedua ditentukan dengan menghitung
volume exist casing dengan previous casing. Volume slurry semen dapat dihitung
menggunakan rumus berikut.

Volume annulus exist casing dengan previous casing


2

(ID 1) (OD 2)
L ...................................................................................(3.2)
1029,4

37

Volume annulus exist casing-open hole


OD 2

2
(OH )2

....................................................................................................(3.3)

Volume shoe track


2
(ID 2)
L ...................................................................................................(3.4)
1029.4

Total volume slurry


vol casingcasing+vol OH casing+ vol shoe track

.................................(3.5)

Dimana :
ID1 : inside diameter casing previous, inch
ID2 : inside diameter exist casing. Inch
OD2 : outsitde diameter exist casing, inch
L : Panjang annulus yang akan disemen, feet
%excess : persentase excess
3.7.2 Menghitung Sack Yang Diperlukan
Banyaknya sacks yang dibutuhkan dalam penyemenan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
sacks of cement =

Total volume slurry


.........................................................(3.6)
Yield slurry

Dimana : Sacks of cement : banyak sack yang dibutuhkan, sack


Total volume slurry: Total volume slurry, cuft
Yield slurry : Yield slurry, cuft/sack
3.7.3 Material Aditif Yang Diperlukan
Total material additive yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

38

additive bubuk=%bwoc berat semen sacks of cement ..........................(3.7)


additive cair=konsentrasi additive cair sacks of cement .........................(3.8)

Dimana : Material Additive Bubuk : Total material additive bubuk, lb


%BWOC : By Weight Of Cement (Konsentrasi), %
berat semen : berat semen/sack, lb/sack
Sacks Of Cement : Total sacks semen yang digunakan, sack
Material Additive Cair : Total material additive cair, gal
Konsentrasi additive cair : konsentrasi additive cair, gal/sack
3.7.4 Displacement Volume
Total Displacement Volume adalah total volume lumpur yang akan
digunakan untuk mendorong plug. Displacement Volume dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
ID 2

.........................................................................(3.9)
2

displacement volume=
Dimana : Displacement Volume : volume pendorong plug, bbl, cuft
ID2 : Diameter dalam exist casing, inch
L : Panjang dari permukaan ke float collar, ft

39

You might also like