You are on page 1of 9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

Indoprogress.Com (/)

/ Analisis(http://indoprogress.com/harian/analisis/),Lainnya(http://indoprogress.com/topik/lainnya/),
Mahasiswa(http://indoprogress.com/topik/mahasiswa/),Pendidikan
(http://indoprogress.com/topik/pendidikan/),Pergerakan(http://indoprogress.com/topik/pergerakan/),Politik
(http://indoprogress.com/topik/politik/)
/ ApaKabarMahasiswa?

ApaKabarMahasiswa?
2 November 2015
Eko Prasetyo (/penulis/eko-prasetyo/)
Harian Indoprogress (/kanal)

Pikiran adalah bunga: ujaran adalah kuncup; dan tindakan adalah buah di dalamnya. (Ralph
Waldo Emerson)

Aku tidak mengajarkan kekerasan, tetapi apabila jempol kakiku diinjak, aku wajib
membalasnya. (Malcolm X)

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

1/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

BIARKAN aku bercerita tentang masa lalu. Masa dimana aku pernah menjadi sepertimu. Menjadi

Indoprogress.Com (/)

mahasiswa yang menggenggam harapan. Bukan hanya untuk bekerja atau menjadi sarjana.
Melainkan untuk ikut mengubah jalannya sejarah.
Kala itu kampus tak semegah seperti sekarang. Pos satpam hampir tak ada. Dosen mirip dengan
mahasiswa. Bedanya mereka berusia lebih tua. Hanya itu, karena dalam soal bacaan kami
berlomba. Terlebih kalau soal analisa. Kami tak sepintar dosen tapi kami sering membantah
gagasannya. Kelas bukan tempat orang berdoa dimana yang ada hanya diam dan menganggukangguk. Kelas menjadi ruang pertarungan ide, dimana tiap pikiran diadu untuk dicari mana yang
lebih sesuai. Mungkin itu sebabnya kampus, buat kami, bukan tempat untuk belajar saja melainkan
juga medan berlaga. Bertarung dengan kekuasaan yang otoriter dan berdebat dengan ide yang
konservatif. Itulah sebabnya kami betah berada di sana. Aku selesaikan kuliahku tujuh tahun. Itu
lumayan cepat karena yang lain bisa sampai 10 tahun. Kampus mirip tempat dimana waktu dan
usia melintas dengan perlahan. Maka aku mengenal kampusku begitu rinci: nama tukang parkir,
yang jaga kantin hingga nama-nama pegawainya.
Wajar kalau cinta bersemi di sana. Syair jatuh cinta bisa ditulis dimana saja. Alamat cinta itu bisa
kemana-mana: kadang jatuh pada seorang gadis pintar, kerapkali jatuh pada gadis yang jadi idola,
tapi juga bisa mekar di pundak gadis saleh. Cinta di usia mahasiswa seperti mencoba hidup dalam
belantara petualangan dan harapan. Kita mencintai bukan saja karena rupa tapi ide serta gagasan
yang serupa. Puisi, gitar dan buku adalah senjatanya. Lewat puisi rayuan itu bicara dengan katakata indah yang berterbangan. Gitar membuat cinta jadi sebuah jembatan melodi. Kemudian buku
membuat cinta seperti sebuah lembaran cerita yang tak habis-habisnya. Itulah mengapa hidup
mahasiswa tempo dulu padat dengan kisah romantika: di balik bangunan kampus ada banyak
kisah indah yang terkubur. Hanya cinta kami bisa meluas kemana-mana. Cinta kami pada keadilan
membuat kami kerapkali menggugat tatanan. Cinta kami untuk kebenaran membuat kami
bertarung melawan kezaliman. Cinta kami pada kemanusiaan membuat kami mudah sekali bangkit
nyalinya saat melihat ketimpangan. Cinta adalah kata yang tepat untuk melukis betapa imaginatif
dan tidak realistiknya kami.
Kini apakah suasananya tetap sama? Sayangnya, aku tak melihat lagi kelas yang padat oleh debat.
Kuliah dilalui dengan cara sederhana: datang-dengarkan lalu pulang. Tak ada yang terlambat
masuk kelas dan tak ada yang tertinggal ketika pulang. Mirip tontonan bioskop ketimbang kuliah.
Kini anak-anak muda bercanda di kantin atau berpetualang dengan gadgetnya. Kampus makin
padat sekaligus kian sesak. Mereka duduk bersama tapi tak menyapa. Mereka berdekatan tapi tak
berteguran. Yang luas adalah tempat parkir dan selalu diberi spanduk untuk keluar bawa karcis
atau STNK. Kerapkali aku bingung ini kampus atau kantor Satlantas. Busanamu indah dan menarik.
HP yang kaubawa bisa tiga, dua bahkan empat. Motor dan mobil yang kamu pakai selalu keluaran
baru. Bersanding dengan kekasih seakan kalian jadi pasangan sehidup semati. Jika hidup tetap
bersama dan kalau mati segera cari ganti. Kudengar juga kalian terampil mencari uang segala.
Training wirausaha telah membuat cita-citamu dangkal: menjadi jutawan. Hidup dengan keyakinan
mendapat untung dengan iman yang bermodal uang. Muda lalu kaya terus berkeluarga. Kemudian

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

2/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

pelan-pelan mati dengan penyakit yang mudah diduga. Sungguh potret hidup normal dan wajar.
Padahal kehidupan sekelilingmu sedang tak berjalan normal. Jika kau perhatikan situasi sosial lagi
berjalan penuh sengketa. Normalkah keadaan kalau kekuasaan dipegang oleh orang-orang itu
melulu? Wajarkah kondisi bangsa kalau aparat negara seenaknya menembaki rakyatnya sendiri?
Bisakah bangsa disebut beradab kalau pejabat bisa berasal dari penjahat dan penjahat bisa jadi
pejabat? Dan betapa bahayanya kalau kampus tidak mengenalkan keadaan itu pada kalian?
Itulah yang membuat kita jadi bangsa yang berhenti di tempat. Dihitung sejak merdeka kita
menginjak usia 70 tahun. Dibanding negeri tetangga yang usianya lebih muda kita kalah jauh. Soal
swasembada beras kita kalah dengan Vietnam. Urusan pendidikan kita kalah dengan Singapura.
Tentang kedaulatan ekonomi kita jauh dari Malaysia. Padahal semua negara itu tak banyak punya
kekayaan alam. Semua negara itu berdiri jauh setelah kita baca Proklamasi. Vietnam malah
mengukir kisah pedihnya dalam lm Rambo. Populasi penduduknya kalah jauh dengan yang kita
punya. Partai politik mereka tak sebanyak yang kita miliki. Komisi pengawas negara jumlahnya tak
sebesar yang kita dapatkan. Andai kita mengalahkan mereka, itu tetap dalam kategori yang buruk:
angka korupsi dan tingkat kesenjangan sosial. Korupsi sudah seperti kegiatan sehari-hari dan
kesenjangan sosial jadi ancaman saat ini. Dulu kita sempat optimis ada KPK yang menangkap para
pejabat yang kegilaanya menumpuk harta. Ada yang ditangkap basah dan ada yang ditangkap
karena kesaksian teman-temanya sendiri. Tapi sekarang KPK seperti sangkar hantu: para
komisionernya dikriminalisasi untuk soal-soal menggelikan dan kewenanganya mau dicopot pelanpelan. Lalu kesenjangan sosial terus dibiarkan dengan memberi pupuk bagi para hartawan dan
tetesan kecil bantuan buat yang miskin. Kita seperti menjadi bangsa yang bolak-balik hanya rindu
akan gur tauladan dan kenyataan pahit seperti sebuah takdir. Tapi benarkah tak ada jalan keluar
dari kerumitan ini semua?
Tidakkah kalian percaya kalau negeri ini dulu diproklamirkan oleh dua orang mahasiswa? Yang satu
namanya Ir Soekarno dan wakilnya Drs Moh Hatta. Yang satu anak tekhnik dan satunya anak
ekonomi. Yang satu seorang orator dan satunya administrator. Keduanya ditemani oleh banyak
mahasiswa yang cakap dan punya banyak mimpi. Sjahrir meski tak tuntas kuliah tapi
pengetahuanya kaya, Amir Sjarifuddin pintar dan berani, Moh Natsir saleh dan sederhana, Haji
Agus Salim berwibawa dan santun, Tan Malaka nekat dan petualang. Sederet nama lain bisa dijejer
untuk memberi bukti kalau bangsa ini didirikan oleh anak-anak muda yang usianya masih
mahasiswa. Tampang mereka tak jauh dengan kebanyakan mahasiswa semester awal: lucu, nekat
dan punya pikiran besar. Seperti benih, pikiran mereka dirawat melalui tiga dunia: dunia
pergerakan, pendidikan dan pergaulan. Pergerakan mengajarkan arti pengorbanan, pendidikan
menanam budaya pengetahuan dan pergaulan mencipta solidaritas. Tiga-tiganya menempa jiwa,
membentuk pengalaman dan meneguhkan tekad. Kita hampir tak pernah tahu berapa IP
Soekarno, apakah Sjahrir rajin kuliah tidak atau bagaimana Hatta merias dirinya sebelum
berangkat ke kampus. Informasi itu terlalu sederhana untuk orang yang punya kegelisahan seperti
mereka. Mustinya lukisan gagasan mereka disebar luaskan melalui pendidikan tinggi. Kisah mereka
sebagai mahasiswa harusnya jadi mata kuliah utama. Pastilah pada masa itu kampus jadi tempat

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

3/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

untuk menanam ide-ide segar dan menantang. Masa dimana kampus berisi lalu lintas gagasan
indah. Masa dimana kampus jadi tempat untuk menempa kader-kader militan. Kini mampukah
kampus mengantarkan itu semua?

(http://indoprogress.com/wp-content/uploads/2015/11/eko.jpg)Foto diambil dari

thpardede.wordpress.com

Aku bisa bilang mungkin dan pasti bisa! Lihat mimpimu waktu tinggal di kampus ini. Apa hanya
pekerjaan yang kalian butuhkan? Tentu tak hanya itu. Apakah kalian kuliah hanya ingin
menumpuk-numpuk uang? Pasti tak seperti itu. Kalian kuliah karena memang ada kebutuhan
untuk menjawab tantangan zaman. Kalian kuliah karena memang ada mimpi besar yang mau
diwujudkan. Mimpi itu bukan sekedar bekerja dan punya jabatan. Mimpi itu tak hanya untuk jadi
sarjana. Mimpi itu seperti apa yang dikatakan Kahlil Gibran kamu bukanlah apa yang kamu capai
tapi apa yang kamu impikan untuk kamu capai. Kini tidakkah kamu ingin negeri ini berdiri dia tas
tugu kehormatan? Tak ada pencuri yang berani jadi pejabat dan tak ada pejabat yang nekat
mencuri uang rakyat. Tak ada kekerasan, pembunuhan atau pemenjaraan gara-gara tuduhan dan
prasangka? Tidakkah kamu ingin pendidikan ini melahirkan para petualang pengetahuan seperti
Hawking? Seorang yang kini punya keinginan untuk menjawab apakah UFO itu ada? Bukankah
kamu ingin kita juga melahirkan pemimpin yang berani seperti Soekarno atau Hugo Chavez atau
Fidel Castro: yang berani berdiri di atas kehormatan dan kedaulatan bangsanya sendiri? Keduanya
berani menentang negara raksasa karena kebijakanya yang durjana. Kita ingin negeri ini menjelma
dengan prestasi besar dan luhur. Sebab kelahiran bangsa ini diprakarsai bukan oleh politisi culas
apalagi aparat korup, melainkan geliat anak-anak muda yang berani, kreatif dan radikal.

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

4/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

Buktinya sudah ada dan jejaknya telah ditanam. Soal urusan lm kita punya banyak anak muda
yang jadi sutradara, penulis hingga pemain yang raih penghargaan dimana-mana. Soal urusan
pengetahuan kita punya anak-anak muda yang menang olimpiade, duduk sebagai ilmuwan
ternama dan punya banyak temuan mutakhir. Soal kebudayaan banyak anak muda yang telah jadi
duta kesenian, pelukis ternama, penulis terkenal hingga para perupa yang mendunia. Hanya satu
soal yang kita krisis dan langka: politisi muda yang pintar, berani dan punya gagasan alternatif. Ada
anak muda tapi jadi politisi yang berujung hidupnya di penjara. Sangkaan untuknya menyedihkan:
korupsi. Selayaknya kampus menyumbang kontribusi untuk menghidupkan sosok politisi muda.
Sosok yang bisa dibesarkan melalui kemampuan untuk peduli, terlibat dalam perkara kemanusiaan
hingga membela soal-soal berkait dengan ditebangnya hak-hak rakyat. Tak tahukah kamu bahwa di
Papua sana perjuangan untuk menuntut keadilan bisa berakhir dengan peluru? Apa kamu tak
dengar kalau di Kulonprogo ada warga yang menolak pendirian tambang pasir besi dan bandara?
Sudahkah kamu paham jika korban lumpur Lapindo puluhan tahun silam masih belum dapat ganti
rugi penuh? Sadarkah kamu jika di Rembang tuntutan rakyat untuk menolak pabrik semen
dipatahkan oleh putusan pengadilan? Dan salah satu penyokong putusan itu adalah kesaksian
dosen di kampus kalian sendiri!? Biar kalau diurutkan sesungguhnya kita sedang menghadapi
suasana dimana rakyat kecil masih kesusahan untuk menggapai keadilan.
Keadilan tak bisa ditunda oleh janji apalagi kesepakatan. Keadilan dihadirkan dengan perjuangan,
pertarungan dan perebutan. Tak mungkin rakyat kecil hanya jadi saksi melulu atas kemajuan
pembangunan. Tak bisa lagi tanah atau sawah rakyat disita untuk sekedar kepentingan pabrik dan
industri. Juga tak mungkin lagi membiarkan perusahaan seenaknya menekan buruh dan tak
memberi upah yang layak untuk mereka. Lebih tak mungkin lagi membiarkan warga yang
menuntut keadilan dengan sangkaan separatis apalagi teroris. Hukum tak bisa tegak kalau hanya
menerkam mereka yang posisi kelas sosialnya ada di bawah. Hukum sebaiknya dibangun untuk
meneguhkan keadilan: menyeret para penjahat kemanusiaan dan memberi hukuman untuk
mereka yang berkuasa tapi sewenang-wenang. Itu semua tak bisa terwujud kalau kampus tak
pernah menaruh kesadaran mahasiswa untuk terlibat dan tergerak mengubah keadaan. Itu tak
mungkin dapat terealisasi kalau kampus hanya padat dengan kuliah, aturan dan pelatihan menjadi
jutawan. Saatnya kampus mengubah peranan: diawali dengan dukungan agar mahasiswa terlibat
organisasi, membiarkan mereka untuk sering mengunjungi yang miskin dan menceburkan mereka
dalam wilayah yang bahaya. Wilayah dimana rakyat mempertaruhkan nyawa untuk membela hak
miliknya. Kalau kampus mampu mengantarkan itu kita tidak hanya melahirkan sarjana tapi orang
mulia: dimana mereka mau mengorbankan diri untuk kepentingan yang lebih besar ketimbang
dirinya-sendiri.
Menariknya kampus punya agenda berbeda. Mereka tak mau mahasiswa tinggal lama di sana. Kini
meluncur aturan tentang batas waktu kuliah. Kini terbit kebijakan tentang sistem pembayaran.
Belakangan muncul pula aturan soal pakaian yang sopan. Seakan kampus seperti ruang kendali
keamanan: mahasiswa dipantau kedisiplinan, dikontrol pikiran dan dikendalikan geraknya. Tak
hanya itu kampus kemudian membuat kompetisi apa saja: lomba debat, lomba usaha hingga

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

5/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

lomba pidato. Para juaranya wajahnya dipasang di baliho depan kampus. Seakan-akan itulah yang
dikehendaki dari kampus pada mahasiswa, jadi juara lomba apa saja. Tak mirip dengan Sekolah
Dasar tapi jauh lebih bebas anak anak TK. Kalau tak percaya bandingkan fotomu semasa kuliah
dengan waktu dirimu kecil: sungguh sangat berbeda. Satunya riang dan nekat sedang satunya
kelihatan kuatir dan cemas. Jika kamu sadar sebenarnya bukan pendidikan tinggi yang kamu
nikmati tapi belenggu imaginasi yang sedang kamu hadapi. Maka waktunya kamu menolak untuk
dipenjara. Jangan mudah percaya dengan apa yang selalu dikatakan oleh mereka dan jangan
gampang patuh dengan aturan yang dibuat mereka. Kampus bukan tempat yang menjamin
sepenuhnya masa depan melainkan tempat dimana mimpi dan keyakinamu sedang
dipertaruhkan. Dalam sejarah pendidikan kaum pembangkang biasanya lebih berhasil dalam
hidupnya ketimbang mereka yang memilih patuh dan percaya. Maka jika boleh aku sarankan:
lakukan petualangan sejak hari ini untuk menikmati betapa memukaunya menjadi mahasiswa.
Biarkan dirimu terlibat dalam gerakan karena dari sana kamu akan mencicipi beda kompromi
dengan berani.
Jadilah dirimu seperti Soekarno yang percaya bahwa ilmu tekhnik bukan untuk membangun
gedung saja tapi membangun jiwa rakyat yang sedang ditindas. Jadilah seperti Hatta yang
mempelajari ilmu ekonomi untuk melahirkan konsep koperasi. Kalau mungkin bacalah Che
Guevara yang mendapat pengetahuan medis untuk jadi bahan dasar revolusi. Tengoklah kisah
Fidel Castro yang menjadikan pengetahuan hukum sebagai dasar untuk menentang kediktatoran.
Mereka menanam perubahan sedari muda dengan meyakini kalau tugas kuliah bukan untuk
datang dan mendapat gelar. Mereka meluncur menjadi sosok yang tak mau ditundukkan oleh
aturan dan malah mencoba untuk melawanya. Soekarno menentang rektornya sendiri, Hatta
melawan pemerintah Belanda yang biayai kampusnya dan Guevara malah menjatuhkan tahta
penguasa. Pengetahuan di pendidikan tinggi jadi kekuatan yang membebaskan. Membebaskan
rakyat dari belenggu ketidak-adilan, kemiskinan dan kebodohan. Keadaan yang hari-hari ini makin
mengkuatirkan dan kita menyaksikan dengan terang-terangan. Membunuh karena kebutuhan,
bunuh diri karena putus asa dan protes karena terus didzalimi. Bisakah kamu diam dan tenang
duduk di bangku kuliah ketika di luar ruanganmu ada banyak rakyat menjerit, luka dan terus
berharap kedatanganmu? Saatnya kamu membuat sejarah sebagaimana dulu Soekarno dan Hatta
membuatnya. Saatnya kamu tidak menjadi seperti mereka: para sarjana yang hidupnya hanya
untuk mengkhianati nuraninya dan rakyatnya sendiri. Jangan biarkan kalian hidup seperti
keinginan mereka: patuh, taat dan lulus secepat yang mereka kira. Karena tokh mereka hanya jadi
seperti sekarang ini; memerintah, membuat aturan dan menakut-nakuti masa depan. Genggam
erat mimpi perubahan karena kalian telah jadi mahasiswa. Jadilah seperti dulu para mahasiswa
yang membebaskan dan memerdekakan negeri ini.***


4.05k

10

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

6/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

6Comments

Indoprogress

Recommend 20

Share

Login

SortbyNewest

Jointhediscussion
LukasLumbantobing8monthsago

Pendapatsaya:Adasajayangmaumenjadiperubahanitu,tapitidakmaumenjadikaumkiri
(Tidakmestimenjadisosialisuntukmembelarakyatbukan?)
Pepatahinimungkinperludiingat:1000jalankeRoma.
Sebuahperubahanbisadilakukandenganbanyakcara.Tidakmestiberdemodijalanan..

Reply Share
RezhaTaufani9monthsago

Kebetulanmelihatfenomenayangsesuaidenganhalhalyangdicantumkan.Sedihdibuatnya,
tapiterbangunresolusidariairmataseorangpemudasederhana.
1

Reply Share

RyoGerhana9monthsago

Sebuahironiketikasayamenganggukangguksetujumembacaartikelinidarigadgetsaya
ketikasantaidikantinkampus,berpakaianrapi,danbersiapbimbinganskripsidemilulustepat
waktu...
2

Reply Share

MazPandji9monthsago

Setelahmembacatulisanini,apakahpenulisberharapadaAnakkuliahaanygakantergerak?
Berdirimenjadipemberontakterhadapketakutanmerekasendiriakanmasadepannya?Naif.

Reply Share
CecepFebriBahari>MazPandji9monthsago

Kaubilangbegitu,karnasistemsekolahsudahberencanamembuatmubegitu.Bodoh

Reply Share
EdhitaMartono>MazPandji9monthsago

setiaporangpunyatujuannyamasingmasing.tanpamelupakanbahwausahatetaplah
penting.Pesimis
1

Reply Share

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

7/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

ALSOONINDOPROGRESS

EmpatTipsdanTrikuntukAnakPapua
AgarSelamatdiPerantauan
13comments13daysago

LigiaJudithGiayKarenatidakada

keterangandimanapun,sebagaipenulisbiar
saklarifikasisatuhal:ARTIKELINISATIR,
tujuannyamemangbukanuntuk

AntaraIslamiSimbolikdanIslami
Substantif
1comment2monthsago

AliLuarbiasatulisannyaPak:)

KapitalismeversusIklim
4comments2monthsago

larrybensonpostingAndamemilikisemua

jenismasalahkeuangan?Apakahu
membutuhkanpinjamanuntukmelunasiutang?
Andaberadadalamkrisis

OrdeBarudanBudayaAntiIntelektual
3comments2monthsago

calimaqninkgeSetujuPakSamsar....saya

jdipengennangis,"tetaplayakdiperjuangkan".
Asamlambungsayakumatgara2artikel2di
webini...hahaha...

Tentang IndoPROGRESS
IndoPROGRESSadalahmediapemikiranprogresifyangmenawarkanruanguntukbertukargagasandan
pengalamanpolitikpraktis...Selengkapnya(/tentangkami)

Kirim Donasi
Dukungkamimenyajikankontensitusyanglebihbaiklagibagipublik.Salurkandonasidansupportsebagaibukti
dukungan...Selengkapnya(/kirimdonasi)

Kirim Tulisan
JadilahbagiandariperubahandenganikutberdiskusidanberdebatdiIndoPROGRESS.Kirimtulisan,podcastdan
videokarya...Selengkapnya(/kirimtulisan)

Berlangganan Konten
DaftarkanemailAndauntukmenerimaupdatekontenkami
Ketikalamatemail...

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

Subscribe!

8/9

7/31/2016

ApaKabarMahasiswa?Indoprogress

Redaksi(/redaksi)Tentang(/tentangkami)Donasi(/kirimdonasi)Kontak(/kontak)Kontribusi(/kirimtulisan)
IPPress(/ippress)LaporanKeuangan(/laporankeuangan/)
KontendikelolaolehIndoprogress(/)@20062016
DesainsitusolehPryspry.com(http://pryspry.com)

http://indoprogress.com/2015/11/apakabarmahasiswa/

9/9

You might also like