Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1 Pendahuluan
Kista adalah tumor jaringan lunak yang membentuk ruang dibatasi oleh
epitel dan berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein.
Kista tidak selalu tumor atau neoplasma, tetapi mempunyai pengaruh lokal serupa
dengan yang disebabkan oleh tumor serta dapat berlokasi dibagian mana saja dari
tubuh. Kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo
disebut ganglion. Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon atau melekat
pada suatu sendi, namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur
apapun.1
Ukuran ganglion bervariasi, dapat bertambah besar atau mengecil seiring
berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu, kadang dapat mengalami
inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras seperti batu akibat
tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang didiagnosis sebagai
tonjolan tulang.2
Penyebab ganglion tidak diketahui. Faktor predisposisi penyebab seperti
degenerasi mukoid, atau adanya suatu trauma pada gabungan jaringan saraf atau
selubung tendon yang pecah dan membentuk kista kecil, yang kemudian
bergabung menjadi lebih besar sehingga membentuk suatu massa.2
Beberapa tempat yang lazim didapatkannya ganglion adalah pergelangan
tangan, meliputi bagian punggung tangan (dorsal wrist ganglion), pada telapak
tangan (volar wrist ganglion), atau kadang pada daerah ibu jari. Ganglion terbesar
terletak dibelakang lutut dan biasa disebut Bakers cyst.1
Bakers cyst merupakan lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut.
Kista ini memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di aspek
posteromedial lutut. Bakers cyst adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
cairan dari sendi lutut yang menonjol di bagian belakang lutut (popliteal space).2
Bakers cysts biasanya terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada
anak anak. Kista ini jarang bermanifes sendirian dan sering ditemukan berkaitan
dengan patologi intra-artikular dan kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis,
meniscus tears, dan rheumatoid arthritis. Pada anak-anak, Bakers cyst hanya
sedikit yang terkait dengan kondisi tersebut dan lebih sering ditemukan tidak
sengaja selama pemeriksaan fisik rutin.1
BAB 2
LAPORAN KASUS
1.1
Identitas Pasien
Nama
: SR
Umur
: 10 Tahun
1.2
Alamat
: Ds.Geudong, Baktiya
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Nomor RM
: 41.66.79
Masuk RS
: 29 Juli 2015
Keluar RS
: 3 Agustus 2015
Anamnesis
1. Keluhan Utama
namun ada rasa tidak nyaman terutama saat berjalan sehingga terkadang
pasien merasa kaku. Benjolan tidak pernah mengecil, konsistensi lembut,
permukaan licin dan tidak dapat digerakkan. Benjolan tidak berwarna,
tidak bermata dan tidak mengeluarkan cairan.
Dari anamnesis pasien menyangkal adanya riwayat trauma
atau terjatuh sehingga menimbulkan benjolan. Pasien tidak mengeluhkan
adanya demam, penurunan berat badan dan benjolan di daerah lainnya.
Pasien mengaku sering bermain bola. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Dokter mendiagnosis pasien dengan Bakers cyst dan menyarankan untuk
dilakukan operasi pengangkatan benjolan pada tgl 30 juli 2015. Pasien
menjalani rawatan sejak tgl 29 juli 2015 di ruang bedah pria RSU Cut
Meutia.
3. Riwayat Penyakit terdahulu
: Pasien
tidak
memiliki
riwayat
gangguan sendi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
1.3
Pemeriksaan Fisik
A. Status present
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Nadi
: 72 kali/menit
Laju pernapasan
: 18 kali/menit
Suhu
: 36,70C
Berat badan
: 28 kg
B. Status generalisata
1. Kepala
- Bentuk kepala
: Normocephalik
- Mata
- Hidung
- Mulut
- Telinga
- Leher
2. Thoraks
Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: Tidak dilakukan
- Auskultasi
3. Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4. Genitalia
Dalam batas normal (dbn)
5. Ekstremitas
- Superior
- Inferior
C. Status lokalisata
Regio popliteal sinistra
- Look
- Feel
- Move
Diagnosis Banding
Soft Tissue Tumor
1.5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 29 Juli 2015
1.6
Bleeding Time
: 115menit
(N: <5)
Cloting Time
: 745menit
(N: 5-11)
Hemoglobin
: 12,7 g%
(N: L.13-18)
LED
:-
Eritrosit
: 4,6 x 105/mm3
(N: 4,5-6,5)
Leukosit
: 7,0 x 103/mm3
(N: 4-11)
Hematokrit
: 42,7 %
(N: 37-47)
Trombosit
: 193 x 103/mm3
(N: 150-450)
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Cefotaxime 500 mg/12 jam
- Ketorolac 15 mg/8 jam
- Ranitidin amp/12 jam
Operatif:
- Eksisi Bakers cyst
1.8
Laporan Operasi
1. Tanggal 30 Juli 2015, pukul 11.30 wib operasi dimulai
2. Pasien dengan posisi prone dalam general anastesi
3. Dilakukan desinfeksi dengan povidone iodin dan alkohol 70%
4. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
5. Dilakukan insisi S dari atas massa pada popliteal sinistra diperdalam lapis
demi lapis melewati subkutis sampai dengan massa kista
6. Didapatkan massa kenyal, batas tegas, ukuran 5x4 cm, warna putih
kecoklatan dan mudah pecah
7. Kista dibebaskan dari jaringan sekitarnya sampai dengan pangkal kista
dan dilakukan pengangkatan massa tumor beserta kantongnya
8. Kontrol perdarahan dan lapangan operasi ditutup lapis per lapis
Prognosis
Quad ad vitam
: ad bonam
30/07/15
KU: Baik
Bakers
S: CM
cyst
P
- IVFD RL 20
gtt/menit
RR: 18x/i
- Persiapan
HR: 72x/i
operasi
T: 36,70C
Lab(29/7/15)
Popliteal (S):
BT: 115menit
- Tumor 5x4 cm
CT: 745menit
- Hiperemis (-),
Hb: 12,7 g%
warm (-),
Puasa
- Move (+)
KU: Baik
Bakers
S: CM
cyst
- Eksisi Bakers
cyst
RR: 17x/i
- IVFD RL 20
HR: 72x/i
gtt/menit
T: 36,90C
- Cefotaxime
10
benjolan (-)
- Demam (-)
- BAB & BAK (+)
Popliteal (S):
500 mg/12
- Tumor 5x4 cm
jam
- Hiperemis (-),
- Ketorolac 15
warm (-),
mg/8 jam
- Move (+)
31/07/15
- Nyeri di daerah
KU: Baik
Post op
amp/12 jam
- IVFD RL 20
operasi
- Lutut kiri tidak
S: CM
Bakers
gtt/menit
RR: 18x/i
cyst
kiri terbatas
Demam (-)
Mual/muntah (-)
Pusing (-)
BAB & BAK (+)
- Cefotaxime
HR: 72x/i
500 mg/12
T: 36,90C
jam
Popliteal (S):
- Ketorolac 15
dibalut perban
mg/8 jam
- Ranitidin
- Nyeri di daerah
KU: Baik
Post op
amp/12 jam
- IVFD RL 20
operasi (+)
- Gatal daerah
S: CM
Bakers
gtt/menit
RR: 18x/i
cyst
operasi (+)
- Lutut kiri sudah
dapat ditekuk dan
pergerakan kaki
02/08/15
- Ranitidin
kiri terbatas
Demam (-)
Mual/muntah (-)
Pusing (-)
BAB & BAK (+)
- Cefotaxime
HR: 80x/i
500 mg/12
T: 36,60C
jam
- Ketorolac 15
mg/8 jam
hiperemis (-),
- Ranitidin
warm (-)
amp/12 jam
- GV
- Nyeri di daerah
KU: Baik
Post op
- IVFD RL 20
operasi (-)
- Gatal daerah
S: CM
Bakers
gtt/menit
RR: 18x/i
cyst
operasi (+)
- Lutut kiri dapat
ditekuk dan
- Cefotaxime
HR: 72x/i
500 mg/12
T: 36,50C
jam
11
- Ketorolac 15
pergerakan kaki
03/08/15
kiri membaik
Demam (-)
Mual/muntah (-)
Pusing (-)
BAB & BAK (+)
mg/8 jam
hiperemis (-),
- Ranitidin
warm (-)
amp/12 jam
- GV
- Nyeri+gatal di
KU: Baik
Post op
- GV
S: CM
Bakers
- PBJ
RR: 18x/i
cyst
ditekuk dan
pergerakan kaki
kiri membaik
- BAB & BAK (+)
HR: 72x/i
T: 36,70C
Popliteal (S): luka
bersih, pus (-),
hiperemis (-)
12
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi Bakers cyst
Pada tahun 1840, Adam pertama kali mendeskripsikan tentang kista
popliteal. Dr William Baker pada tahun 1877 mendiskripsikan pembengkakkan di
fosa poplitea dan menyimpulkan bahwa temuan ini akibat sekunder dari keluarnya
cairan dari sendi lutut. Sejak saat itu namanya secara eponim digunakan untuk
kista poplitea. Bakers cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan dari bursa
gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior diantara
tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus semimembranosus
serta mempunyai saluran hubungan dengan sendi lutut. Bakers cyst merupakan
lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut.3,4
2.3 Etiologi
Bakers cyst adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi
lutut yang menonjol di bagian belakang lutut (popliteal space). Penyebab
penumpukan cairan sendi termasuk radang sendi rheumatoid, osteoartritis dan
terlalu banyak menggunakan lutut. Pada mayoritas kasus, pasien dengan Bakers
cyst telah memiliki permasalahan pada sendi lutut sebelumnya seperti artritis atau
cartilage tear, yang menyebabkan lutut memproduksi terlalu banyak cairan yang
akhirnya akan menimbulkan Bakers cyst. 5
2.4 Klasifikasi
Bakers cyst dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu primer
(idiopatik)
dan
sekunder.
Bakers
cyst
primer
jika
distensi
bursa
semimembranosus dengan sendi lutut tidak terkait dengan penyakit sendi lain dan
13
14
saluran
hubungan
antara
sendi
lutut
dan
bursa
15
Bursa ini berhubungan dengan kapsula sendi lutut melalui celah melintang
pada kapsula posterior setinggi kondilus medial femoralis, di mana tendon
gastrocnemius menyatu dengan kapsula sendi. Celah berbentuk horisontal
berukuran 4-24 mm. Hubungan antara bursa dan kapsula sendi hampir tidak
terdapat pada anak-anak, dan terdapatnya celah ini meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Integritas kapsula sendi menurun sesuai dengan usia, dan
menurut teorinya celah tersebut merupakan akibat dari rupturnya kapsula sendi
karena proses degenerasi. Rauschning mengamati bahwa, ketika tidak ditemukan
celah, terlihat kapsula sendi menipis di daerah yang sama dengan celah dan
Bakers cysts adalah herniasi dari sinovium, seperti yang didalilkan oleh Baker.
Adanya hubungan antara bursa gastrocnemio-semimembranosus dan kapsula
sendi, memungkinkan terjadinya gerakan cairan sinovial diantara dua ruangan
(telah diperlihatkan pada arthrography). Mekanisme seperti katub memungkinkan
cairan hanya mengalir searah yaitu dari sendi ke dalam bursa.3,4,9
16
17
gangguan
pada
fleksi
dan
ekstensi
penuh
lutut,
pseudotromboflebitis akibat kebocoran atau ruptur dari kista dan deep vein
trombosis akibat kompresi langsung pada arteri dan vena poplitea.4,10
18
19
axis view. D. Bakers cyst pada long axis view memiliki gambaran bulat di ujung
proksimal
dan
distal-nya(panah).
Panah
melengkung
menunjukkan
20
Gambar 2.5 Bakers cyst (kepala panah) dengan cairan (panah hitam)( diantara
tendon semimembranosus (panah lengkung putih) dan medial head gastrocnemius
tendon( panah terbuka). Komponen subgastrocnemius (asterisk) dari Bakers cyst.
M = muskulus gastrocnemius medial.3
2.9 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk Bakers cyst adalah Ganglion cys. Ganglion cyst
adalah massa kistik jinak berisi bahan koloid yang dibatasi oleh jaringan ikat
padat tanpa lapisan sinovial disekitar sendi atau tendon sheats. Isi bahan koloid
berupa cairan gelatin yang kaya akan hyaluronic acid dan mukopolisakarida.
Ganglion cysts merupakan lesi akibat dari degenerasi myxoid jaringan ikat yang
berkaitan dengan kapsula sendi dan tendon sheaths. Paling sering di bagian dorsal
pergelangan tangan, tetapi ganglion cysts dapat ditemukan di tempat lain di dalam
tubuh, termasuk di dalam dan sekitar sendi lutut. Jarang ganglion cysts muncul
intramuskular.11
Bakers cyst harus dibedakan dari tonjolan abnormal yang muncul di
lipatan sendi lutut seperti Deep Vein Thrombosis (DVT) dan Popliteal artery
aneurysm.
dengan adanya nyeri pada betis, bengkak dan kemerahan harus dibedakan dengan
Bakers cyst akut yang mengalami ruptur karena menunjukkan gejala yang sama.5
2.10 Terapi
Ada banyak pilihan terapi untuk Bakers cyst, yang ditentukan oleh
penyebab yang mendasari dan kondisi terkait. Kadang-kadang tanpa pengobatan
atau tindakan suportif sederhana menghasilkan resolusi spontan kista atau
21
pengurangan gejala yang terkait. Jika tidak, teknik invasif minimal dan bedah
merupakan alternatif terapi.3
Aspirasi dipandu USG dengan injeksi kortikosteroid adalah prosedur
dengan risiko relatif rendah dan cukup berhasil untuk pengobatan osteoarthritis
lutut dengan Bakers cyst. Pada penelitian Acebes et al, pasien dengan
osteoarthritis lutut dengan Bakers cyst yang memperlihatkan gejala disuntik
intra-artikuler dengan kortikosteroid setelah aspirasi kista. Pada follow-up 4
minggu kemudian, peneliti mengamati penurunan yang signifikan dalam nyeri
lutut dan pembengkakan serta penurunan yang signifikan dalam ukuran kista.
Tetapi metode ini kurang efektif jika kista merupakan kista kompleks yaitu
dengan septasi atau temuan abnormal lainnya. Dari satu penelitian dikatakan
bahwa terlihat tanda-tanda kista kambuh pada pasien pada 6 bulan follow-up.
Kista kompleks mungkin sulit untuk aspirasi dan penyuntikkannya karena adanya
septasi dan debris intrakistik dan ini bisa mengganggu hasil prosedur.3
22
23
24
2.12 Prognosis
Bakers cyst dapat hilang secara spontan tanpa dilakukan tindakan medis
apapun. Namun, ada beberapa kasus dapat muncul kembali walaupun telah
dilakukan pembedahan atau aspirasi.5
25
BAB 3
KESIMPULAN
Bakers cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan dari bursa
gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior diantara
tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus semimembranosus
dan mempunyai saluran hubungan dengan sendi lutut. Bakers cysts biasanya
terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak anak. Kista ini jarang
bermanifes sendirian dan sering ditemukan berkaitan dengan patologi intraartikular dan kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis, meniscus tears, dan
rheumatoid arthritis. Pada anak-anak, Bakers cyst hanya sedikit yang terkait
dengan kondisi tersebut dan lebih sering ditemukan tidak sengaja selama
pemeriksaan fisik rutin.
Diagnosis berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Namun, karena
gejala dari Bakers cyst terkadang menyerupai penyakit lain seperti Deep Vein
Thrombosis dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti USG dan MRI.
Ada dua jenis terapi yang dapat dilakukan untuk Bakers cyst yang tidak
dapat hilang spontan. Pertama adalah tindakan non bedah yaitu aspirasi untuk
mengurangi ukuran kista kemudian injeksi intraartikular glukokortikoid. Kedua
adalah tindakan bedah dengan membuang Bakers cyst dan memeperbaiki lubang
di lapisan sendi tempat kista menerobos.
Bakers cyst dapat hilang secara spontan tanpa dilakukan tindakan medis
apapun. Namun, ada beberapa kasus dapat muncul kembali walaupun telah
dilakukan pembedahan atau aspirasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3: Sistem organ dan
tindak bedahnya. Jakarta: EGC; 2010; 1017-18
2. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal: Penyakit Degeneratif pada
Tendon. Jakarta: Salemba Medika; 2014; 337-38
3. Herman AM, Marzo JM. Popliteal Cysts: A Current Review. Orthopedics. 2014;
37(8): e678-84
4. Tsang JPK, Yuen MK. Sonography of Bakers Cyst (Popliteal Cyst): the Typical
and Atypical Features. Hong Kong J Radiol. 2011;14:200-6
5. Clark GB. Popliteal (Bakers) Cysts of the Knee. Journal of prolotherapy. 2010;
2(2): 396
6. Chen CK, Lew HL, Liao RIH. Ultrasound-Guided Diagnosis and Aspiration of
Bakers Cyst. M. J. Phys. Rehabil. 2012; 91 (11): 1002-04
7. Alessi S, Depaoli R, Canepari M, Bartolucci F, Zacchino M, Draghi F. Bakers
cyst in pediatric patients: Ultrasonographic characteristics. Journal of
Ultrasound . 2012; 15:76e-81
8. Neubauer H, Morbach H, Schwarz T, Wirth C, Girschick H, Beer M. Clinical
Study Popliteal Cysts in Paediatric Patients: Clinical Characteristics and
Imaging Features on Ultrasound and MRI. Arthritis. 2011
9. Traistaru R, Popescu R, Gruia C, Rogoveanu O. A complex assessment of
patients with knee osteoarthritis and Bakers cyst: observational study. Rom J
Morphol Embryol. 2013; 54(3):593601
10.Liao ST, Chiou CS, Chang CC. Pathology associated to the Baker's cysts: a
musculoskeletal ultrasound study. Clin Rheumato. 2010; 29:1043-47
11. Garg S, Al-Jabri T, Mutnal S, Moftah F. A giant ganglion cyst of the
semimembranosus tendon: a case report. Cases Journal . 2009; 2(8305): 1-3
12 Mertinoli C, Bianchi S. Ultrasound of the Musculoskeletal System. Germany.
Springer. 2007.
27