You are on page 1of 27

BAB 1

PENDAHULUAN
2.1 Pendahuluan
Kista adalah tumor jaringan lunak yang membentuk ruang dibatasi oleh
epitel dan berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein.
Kista tidak selalu tumor atau neoplasma, tetapi mempunyai pengaruh lokal serupa
dengan yang disebabkan oleh tumor serta dapat berlokasi dibagian mana saja dari
tubuh. Kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo
disebut ganglion. Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon atau melekat
pada suatu sendi, namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur
apapun.1
Ukuran ganglion bervariasi, dapat bertambah besar atau mengecil seiring
berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu, kadang dapat mengalami
inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras seperti batu akibat
tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang didiagnosis sebagai
tonjolan tulang.2
Penyebab ganglion tidak diketahui. Faktor predisposisi penyebab seperti
degenerasi mukoid, atau adanya suatu trauma pada gabungan jaringan saraf atau
selubung tendon yang pecah dan membentuk kista kecil, yang kemudian
bergabung menjadi lebih besar sehingga membentuk suatu massa.2
Beberapa tempat yang lazim didapatkannya ganglion adalah pergelangan
tangan, meliputi bagian punggung tangan (dorsal wrist ganglion), pada telapak

tangan (volar wrist ganglion), atau kadang pada daerah ibu jari. Ganglion terbesar
terletak dibelakang lutut dan biasa disebut Bakers cyst.1
Bakers cyst merupakan lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut.
Kista ini memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di aspek
posteromedial lutut. Bakers cyst adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
cairan dari sendi lutut yang menonjol di bagian belakang lutut (popliteal space).2
Bakers cysts biasanya terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada
anak anak. Kista ini jarang bermanifes sendirian dan sering ditemukan berkaitan
dengan patologi intra-artikular dan kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis,
meniscus tears, dan rheumatoid arthritis. Pada anak-anak, Bakers cyst hanya
sedikit yang terkait dengan kondisi tersebut dan lebih sering ditemukan tidak
sengaja selama pemeriksaan fisik rutin.1

BAB 2
LAPORAN KASUS
1.1

Identitas Pasien
Nama

: SR

Umur

: 10 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

1.2

Alamat

: Ds.Geudong, Baktiya

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Suku

: Aceh

Nomor RM

: 41.66.79

Masuk RS

: 29 Juli 2015

Keluar RS

: 3 Agustus 2015

Anamnesis
1. Keluhan Utama

: Benjolan pada lipat lutut kiri

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang dibawa oleh keluarganya ke Poliklinik Bedah


RSU Cut Meutia pada tgl 27 Juli 2015 dengan keluhan terdapat benjolan
dibagian lipatan lutut kiri. Pasien maupun keluarga pasien tidak
mengetahui sejak kapan benjolan tersebut mulai muncul, namun benjolan
dirasa semakin membesar secara perlahan dan menetap sejak 1 bulan
SMRS. Awalnya berukuran kira-kira sebesar kelereng dan sekarang
sebesar bola pingpong. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan,

namun ada rasa tidak nyaman terutama saat berjalan sehingga terkadang
pasien merasa kaku. Benjolan tidak pernah mengecil, konsistensi lembut,
permukaan licin dan tidak dapat digerakkan. Benjolan tidak berwarna,
tidak bermata dan tidak mengeluarkan cairan.
Dari anamnesis pasien menyangkal adanya riwayat trauma
atau terjatuh sehingga menimbulkan benjolan. Pasien tidak mengeluhkan
adanya demam, penurunan berat badan dan benjolan di daerah lainnya.
Pasien mengaku sering bermain bola. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Dokter mendiagnosis pasien dengan Bakers cyst dan menyarankan untuk
dilakukan operasi pengangkatan benjolan pada tgl 30 juli 2015. Pasien
menjalani rawatan sejak tgl 29 juli 2015 di ruang bedah pria RSU Cut
Meutia.
3. Riwayat Penyakit terdahulu

: Pasien

tidak

memiliki

riwayat

gangguan sendi
4. Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada keluarga yang pernah


mengalami keluhan serupa

1.3

Pemeriksaan Fisik
A. Status present
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Kompos Mentis

Nadi

: 72 kali/menit

Laju pernapasan

: 18 kali/menit

Suhu

: 36,70C

Berat badan

: 28 kg

B. Status generalisata
1. Kepala
- Bentuk kepala

: Normocephalik

- Mata

: Konjungtiva anemis (-), pupil isokor,


diameter 2 mm, refleks cahaya +/+

- Hidung

: Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)

- Mulut

: Bibir kering, sianosis (-)

- Telinga

: Simetris, liang lapang, serumen (-)

- Leher

: Tidak ada massa atau pembesaran KGB

2. Thoraks
Paru
- Inspeksi

: Simetris dalam keadaan statis maupun dinamis

- Palpasi

: Stem fremitus normal kiri dan kanan

- Perkusi

: Sonor seluruh lapangan paru

- Auskultasi

: Suara napas vesikuler pada seluruh lapang


paru, wheezing (-), ronki (-)

Jantung
- Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

- Perkusi

: Tidak dilakukan

- Auskultasi

: Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-),


gallop (-)

3. Abdomen
- Inspeksi

: Simetris, datar, distensi (-)

- Palpasi

: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,


darm contour (-), darm steifung (-), ballotement
(-)
shifting dulness (-)

Perkusi
Auskultasi

: Timpani, shifting dulness (-)


: Peristaltik (+) normal

4. Genitalia
Dalam batas normal (dbn)
5. Ekstremitas
- Superior

: Edema (-/-), Sianosis (-/-)

- Inferior

: Massa pada poplitea sinistra

C. Status lokalisata
Regio popliteal sinistra
- Look

: Tampak benjolan sebanyak 1 buah, tidak hiperemis, tidak


mengeluarkan cairan, warna sama dengan kulit sekitar.

- Feel

: Konsistensi kenyal, fluktuasi (-), nyeri tekan (-), tidak


dapat digerakkan, melekat pada dasar, batas kurang jelas,
ukuran 5x4 cm, arteri poplitea dan dorsalis pedis teraba.

- Move

:Kaki pasien masih dapat digerakkan dan dipakai berjalan,


tetapi terasa tidak nyaman dan kadang terasa kaku.

Gambar 1.1 Tumor a/r popliteal sinistra


1.4

Diagnosis Banding
Soft Tissue Tumor

: Kista ganglion popliteal sinistra (Bakers cyst)


Lipoma
Deep Vein Thrombosis
Popliteal artery aneurisma

1.5

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 29 Juli 2015

1.6

Bleeding Time

: 115menit

(N: <5)

Cloting Time

: 745menit

(N: 5-11)

Hemoglobin

: 12,7 g%

(N: L.13-18)

LED

:-

Eritrosit

: 4,6 x 105/mm3

(N: 4,5-6,5)

Leukosit

: 7,0 x 103/mm3

(N: 4-11)

Hematokrit

: 42,7 %

(N: 37-47)

Trombosit

: 193 x 103/mm3

(N: 150-450)

Diagnosis Kerja

Kista ganglion popliteal sinistra (Bakers cyst)


1.7

Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Cefotaxime 500 mg/12 jam
- Ketorolac 15 mg/8 jam
- Ranitidin amp/12 jam
Operatif:
- Eksisi Bakers cyst

1.8

Laporan Operasi
1. Tanggal 30 Juli 2015, pukul 11.30 wib operasi dimulai
2. Pasien dengan posisi prone dalam general anastesi
3. Dilakukan desinfeksi dengan povidone iodin dan alkohol 70%
4. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
5. Dilakukan insisi S dari atas massa pada popliteal sinistra diperdalam lapis
demi lapis melewati subkutis sampai dengan massa kista
6. Didapatkan massa kenyal, batas tegas, ukuran 5x4 cm, warna putih
kecoklatan dan mudah pecah
7. Kista dibebaskan dari jaringan sekitarnya sampai dengan pangkal kista
dan dilakukan pengangkatan massa tumor beserta kantongnya
8. Kontrol perdarahan dan lapangan operasi ditutup lapis per lapis

Gambar 1.2 Posisi prone, GA, desinfeksi

Gambar 1.4 Insisi tumor

Gambar 1.3 Pola insisi S

Gambar 1.5 Eksisi tumor

Gambar 1.6 Hecting daerah operasi

Gambar 1.7 Perban daerah operasi

Gambar 1.8 Hasil eksisi Bakers cyst


1.9

Prognosis
Quad ad vitam

: ad bonam

Quad ad functionam : ad bonam


Quad ad sanactionam : ad bonam
1.10 Follow Up
Tanggal

29/07/2015 - Linu dan kaku di


lipatan lutut kiri
- Pergerakan kaki
kiri terbatas dan
tidak nyaman
- Nyeri di daerah
benjolan (-)
- Demam (-)
- BAB & BAK (+)

30/07/15

- Linu dan kaku di


lipatan lutut kiri
- Pergerakan kaki
kiri terbatas dan
tidak nyaman
- Nyeri di daerah

KU: Baik

Bakers

S: CM

cyst

P
- IVFD RL 20
gtt/menit

RR: 18x/i

- Persiapan

HR: 72x/i

operasi

T: 36,70C

Lab(29/7/15)

Popliteal (S):

BT: 115menit

- Tumor 5x4 cm

CT: 745menit

- Hiperemis (-),

Hb: 12,7 g%

warm (-),

Puasa

- Move (+)
KU: Baik

Bakers

S: CM

cyst

- Eksisi Bakers
cyst

RR: 17x/i

- IVFD RL 20

HR: 72x/i

gtt/menit

T: 36,90C

- Cefotaxime

10

benjolan (-)
- Demam (-)
- BAB & BAK (+)

Popliteal (S):

500 mg/12

- Tumor 5x4 cm

jam

- Hiperemis (-),

- Ketorolac 15

warm (-),

mg/8 jam

- Move (+)
31/07/15

- Nyeri di daerah

KU: Baik

Post op

amp/12 jam
- IVFD RL 20

operasi
- Lutut kiri tidak

S: CM

Bakers

gtt/menit

RR: 18x/i

cyst

dapat ditekuk dan


pergerakan kaki
01/08/15

kiri terbatas
Demam (-)
Mual/muntah (-)
Pusing (-)
BAB & BAK (+)

- Cefotaxime

HR: 72x/i

500 mg/12

T: 36,90C

jam

Popliteal (S):

- Ketorolac 15

dibalut perban

mg/8 jam
- Ranitidin

- Nyeri di daerah

KU: Baik

Post op

amp/12 jam
- IVFD RL 20

operasi (+)
- Gatal daerah

S: CM

Bakers

gtt/menit

RR: 18x/i

cyst

operasi (+)
- Lutut kiri sudah
dapat ditekuk dan
pergerakan kaki
02/08/15

- Ranitidin

kiri terbatas
Demam (-)
Mual/muntah (-)
Pusing (-)
BAB & BAK (+)

- Cefotaxime

HR: 80x/i

500 mg/12

T: 36,60C

jam

Popliteal (S): luka

- Ketorolac 15

bersih, pus (-),

mg/8 jam

hiperemis (-),

- Ranitidin

warm (-)

amp/12 jam
- GV

- Nyeri di daerah

KU: Baik

Post op

- IVFD RL 20

operasi (-)
- Gatal daerah

S: CM

Bakers

gtt/menit

RR: 18x/i

cyst

operasi (+)
- Lutut kiri dapat
ditekuk dan

- Cefotaxime

HR: 72x/i

500 mg/12

T: 36,50C

jam

Popliteal (S): luka

11

- Ketorolac 15

pergerakan kaki
03/08/15

kiri membaik
Demam (-)
Mual/muntah (-)
Pusing (-)
BAB & BAK (+)

bersih, pus (-),

mg/8 jam

hiperemis (-),

- Ranitidin

warm (-)

amp/12 jam
- GV

- Nyeri+gatal di

KU: Baik

Post op

- GV

daerah operasi (-)


- Lutut kiri dapat

S: CM

Bakers

- PBJ

RR: 18x/i

cyst

ditekuk dan
pergerakan kaki
kiri membaik
- BAB & BAK (+)

HR: 72x/i
T: 36,70C
Popliteal (S): luka
bersih, pus (-),
hiperemis (-)

12

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi Bakers cyst
Pada tahun 1840, Adam pertama kali mendeskripsikan tentang kista
popliteal. Dr William Baker pada tahun 1877 mendiskripsikan pembengkakkan di
fosa poplitea dan menyimpulkan bahwa temuan ini akibat sekunder dari keluarnya
cairan dari sendi lutut. Sejak saat itu namanya secara eponim digunakan untuk
kista poplitea. Bakers cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan dari bursa
gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior diantara
tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus semimembranosus
serta mempunyai saluran hubungan dengan sendi lutut. Bakers cyst merupakan
lesi kistik yang paling sering di sekitar sendi lutut.3,4
2.3 Etiologi
Bakers cyst adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi
lutut yang menonjol di bagian belakang lutut (popliteal space). Penyebab
penumpukan cairan sendi termasuk radang sendi rheumatoid, osteoartritis dan
terlalu banyak menggunakan lutut. Pada mayoritas kasus, pasien dengan Bakers
cyst telah memiliki permasalahan pada sendi lutut sebelumnya seperti artritis atau
cartilage tear, yang menyebabkan lutut memproduksi terlalu banyak cairan yang
akhirnya akan menimbulkan Bakers cyst. 5
2.4 Klasifikasi
Bakers cyst dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu primer
(idiopatik)

dan

sekunder.

Bakers

cyst

primer

jika

distensi

bursa

semimembranosus dengan sendi lutut tidak terkait dengan penyakit sendi lain dan

13

tidak terdapat hubungan antara bursa semimembranosus-gastrocnemius dan


rongga sendi lutut. Kista primer jarang terjadi dan terutama terjadi pada anakanak. Bakers cyst sekunder jika terkait dengan penyakit sendi lain dan terdapat
hubungan yang terbuka antara bursa semimembranosus-gastrocnemius dan rongga
sendi lutut. Sebagian besar Bakers cyst adalah kista sekunder dan terkait dengan
penyakit degeneratif sendi lutut.6
2.5 Epidemiologi
Bakers cysts merupakan kejadian yang biasanya terjadi pada orang
dewasa dan jarang pada anak anak. Kista ini jarang bermanifes sendirian dan
sering ditemukan berkaitan dengan patologi intra-artikular dan kondisi inflamasi,
seperti osteoarthritis, meniscus tears, dan rheumatoid arthritis. Pada anak-anak,
Bakers cyst hanya sedikit yang terkait dengan kondisi tersebut dan lebih sering
ditemukan tidak sengaja selama pemeriksaan fisik rutin. Insiden Bakers cyst
bervariasi tergantung pada kelainan sendi lutut lain yang terkait. Pada suatu
penelitian dapat diidentifikasi adanya Bakers cyst sebanyak 4,7% - 37% pada
sendi lutut tanpa gejala pada orang dewasa. Penelitian lain memperlihatkan bahwa
Bakers cyst dapat diidentifikasi sebanyak 42% dari pasien dengan osteoarthritis
dan 48% pasien dengan rheumatoid arthritis pada pemeriksaan ultrasonografi.
Prevalensi Bakers cyst secara signifikan lebih tinggi pada usia diatas 50 tahun,
tanpa kecenderungan untuk ras atau jenis kelamin.3,4,7
Bakers cyst jarang terjadi pada anak-anak. Pada anak, prevalensi popliteal
cysts mencapai 6,3%. Bentuk idiopatik terjadi pada anak antara usia 2 sampai 14
tahun, dan dua kali lebih sering pada laki-laki. Biasanya tanpa gejala, tetapi dapat

14

menyebabkan ketidaknyamanan dan keterbatasan gerakan. Bakers cyst juga


didapatkan pada anak dengan juvenile rheumatoid arthritis, 61% terdapat kista dan
terdapat hubungan dengan effusi sendi.8
2.6 Patofisiologi
Patogenesis timbulnya Bakers cyst pada orang dewasa berkaitan dengan
adanya

saluran

hubungan

antara

sendi

lutut

dan

bursa

gastrocnemiosemimembranosus, serta berkaitan dengan mekanika cairan. Bursa


gastrocnemio-semimembranosus terletak diantara tendon gastrocnemius dan
muskulus semimembranosus dan merupakan gambaran anatomi normal.

Gambar 2.1 Anatomi lutut regio medial

15

Bursa ini berhubungan dengan kapsula sendi lutut melalui celah melintang
pada kapsula posterior setinggi kondilus medial femoralis, di mana tendon
gastrocnemius menyatu dengan kapsula sendi. Celah berbentuk horisontal
berukuran 4-24 mm. Hubungan antara bursa dan kapsula sendi hampir tidak
terdapat pada anak-anak, dan terdapatnya celah ini meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Integritas kapsula sendi menurun sesuai dengan usia, dan
menurut teorinya celah tersebut merupakan akibat dari rupturnya kapsula sendi
karena proses degenerasi. Rauschning mengamati bahwa, ketika tidak ditemukan
celah, terlihat kapsula sendi menipis di daerah yang sama dengan celah dan
Bakers cysts adalah herniasi dari sinovium, seperti yang didalilkan oleh Baker.
Adanya hubungan antara bursa gastrocnemio-semimembranosus dan kapsula
sendi, memungkinkan terjadinya gerakan cairan sinovial diantara dua ruangan
(telah diperlihatkan pada arthrography). Mekanisme seperti katub memungkinkan
cairan hanya mengalir searah yaitu dari sendi ke dalam bursa.3,4,9

Gambar 2.2 Gambaran skematis potongan koronal lutut posterior


(Courtesy of Prof Dr med. CJ Wirth, Hannover, Jerman)

16

Gambar 2.2 a Gambaran skematis potongan koronal lutut posterior


menggambarkan hubungan anatomi Bakers cyst (BC) dengan medial head of the
gastrocnemius muscle (MHG) dan otot semimembranosus dan tendon (SM) pada
bidang koronal. b Fotografi regio poplitea pada pasien dengan kista Baker
memperlihatkan pembengkakan jaringan lunak pada aspek inferomedial lutut
posterior. C.Tampilan bedah Gross dari Bakers cyst (BC) menggambarkan
hubungannya dengan medial head of the gastrocnemius muscle (MHG).12
Bakers cyst biasanya bukan merupakan kelainan tersendiri, kista ini
umumnya terkait dengan kelainan intra-artikular. Kelainan intra-artikuler
menyebakan adanyan effusi sendi yang meningkatkan tekanan dalam ruang sendi.
Effusi sendi dan fibrin dipompa dari sendi lutut ke kista, fibrin berfungsi sebagai
katup satu arah yang memblokir kembalinya efusi ke dalam sendi lutut. Efusi
yang terjebak dengan viskositas normal di dalam kista diserap melalui membran
semipermeabel, meninggalkan konsentrat fibrin. Hal ini menjelaskan sulitnya
aspirasi isi kista yang kental dan lengket tersebut.3,4,9
Bakers cyst pada anak-anak bisa idiopatik, berkaitan dengan juvenile
rheumatoid arthritis atau hemophilia. Bakers cyst pada juvenile rheumatoid
arthritis berkaitan dengan effusi sendi lutut. Masih terjadi kontroversi tentang
apakah Bakers cyst pada anak-anak berhubungan dengan kapsula sendi.
Beberapa peneliti meyakini bahwa kista terjadi karena iritasi bursal primer
daripada perluasan abnormalitas sendi.8

17

2.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari Bakers cyst bervariasi. Pada anak-anak, kista ini
paling sering merupakan temuan insidental pada pemeriksaan fisik karena tidak
bergejala. Tetapi dapat juga menimbulkan rasa tidak nyaman, gerakan terbatas dan
teraba massa di regio poplitea yang nyeri. Presentasi klinis pada pasien dewasa
dapat berupa nyeri samar-samar lutut posterior, pembengkakan atau massa lokal,
dan terasa tegang di daerah poplitea. Gejala dan temuan fisik lainnya sering
berkaitan dengan kelainan yang terkait dengan kista, seperti meniskus tear atau
arthritis. Pembesaran progresif dari Bakers cyst dapat
menyebabkan

gangguan

pada

fleksi

dan

ekstensi

penuh

lutut,

pseudotromboflebitis akibat kebocoran atau ruptur dari kista dan deep vein
trombosis akibat kompresi langsung pada arteri dan vena poplitea.4,10

Gambar 2.3 Backers cyst

18

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. USG
USG adalah alat pencitraan non-invasif, mudah tersedia, akurat, dan hemat
biaya untuk mendiagnosis patologi jaringan lunak di regio lutut temasuk Bakers
cyst. USG memungkinkan penilaian jenis lesi, ukuran kista, hubungannya dengan
otot yang berdekatan, tendon, pembuluh darah dan adanya septasi intrakistik.
Kelemahan USG adalah kurang sensitif terhadap lesi intra-artikular sehingga
diperlukan pencitraan lebih lanjut untuk mengkonfirmasi adanya kerusakan
internal yang terkait.6

Gambar 2.4 USG Bakers cyst


Gambar 2.2 USG Bakers cyst. A, pemindaian Bakers cyst pada
transversalxis view. B. Pada longitudinal axis view, Bakers cyst tampak sebagai
lesi kistik anechoic atau hypoechoic batas tegas berbentuk bulan sabit dengan
peningkatan akustik posterior (panah). Sebuah neck berisi cairan (panah terbuka)
sangat penting untuk diagnosis kista Baker. C. Pemindaian Bakers cyst pada long

19

axis view. D. Bakers cyst pada long axis view memiliki gambaran bulat di ujung
proksimal

dan

distal-nya(panah).

Panah

melengkung

menunjukkan

semimembranosus; j, medial head of the gastrocnemius; +, body of the Bakers


cyst; * basis Bakers cyst.6
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dianggap sebagai Gold standart dalam visualisasi dan karakterisasi
massa lutut. MRI dapat mengkonfirmasi, sifat unilocular dan kistik dari kista
poplitea jinak, mengevaluasi hubungannya dengan struktur anatomi di sendi dan
jaringan sekitarnya dan menggambarkan patologi intra-artikular yang terkait.
Selain itu, MRI bersifat non-invasif dan tidak melibatkan paparan radiasi. Bakers
cyst dapat dilihat dari edema dengan intensitas sinyal tinggi di jaringan lunak yang
berdekatan.3

Gambar 2.5 MRI Bakers cyst

20

Gambar 2.5 Bakers cyst (kepala panah) dengan cairan (panah hitam)( diantara
tendon semimembranosus (panah lengkung putih) dan medial head gastrocnemius
tendon( panah terbuka). Komponen subgastrocnemius (asterisk) dari Bakers cyst.
M = muskulus gastrocnemius medial.3
2.9 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk Bakers cyst adalah Ganglion cys. Ganglion cyst
adalah massa kistik jinak berisi bahan koloid yang dibatasi oleh jaringan ikat
padat tanpa lapisan sinovial disekitar sendi atau tendon sheats. Isi bahan koloid
berupa cairan gelatin yang kaya akan hyaluronic acid dan mukopolisakarida.
Ganglion cysts merupakan lesi akibat dari degenerasi myxoid jaringan ikat yang
berkaitan dengan kapsula sendi dan tendon sheaths. Paling sering di bagian dorsal
pergelangan tangan, tetapi ganglion cysts dapat ditemukan di tempat lain di dalam
tubuh, termasuk di dalam dan sekitar sendi lutut. Jarang ganglion cysts muncul
intramuskular.11
Bakers cyst harus dibedakan dari tonjolan abnormal yang muncul di
lipatan sendi lutut seperti Deep Vein Thrombosis (DVT) dan Popliteal artery
aneurysm.

Deep Vein Thrombosis (DVT) dengan thrombophlebitis ditandai

dengan adanya nyeri pada betis, bengkak dan kemerahan harus dibedakan dengan
Bakers cyst akut yang mengalami ruptur karena menunjukkan gejala yang sama.5
2.10 Terapi
Ada banyak pilihan terapi untuk Bakers cyst, yang ditentukan oleh
penyebab yang mendasari dan kondisi terkait. Kadang-kadang tanpa pengobatan
atau tindakan suportif sederhana menghasilkan resolusi spontan kista atau

21

pengurangan gejala yang terkait. Jika tidak, teknik invasif minimal dan bedah
merupakan alternatif terapi.3
Aspirasi dipandu USG dengan injeksi kortikosteroid adalah prosedur
dengan risiko relatif rendah dan cukup berhasil untuk pengobatan osteoarthritis
lutut dengan Bakers cyst. Pada penelitian Acebes et al, pasien dengan
osteoarthritis lutut dengan Bakers cyst yang memperlihatkan gejala disuntik
intra-artikuler dengan kortikosteroid setelah aspirasi kista. Pada follow-up 4
minggu kemudian, peneliti mengamati penurunan yang signifikan dalam nyeri
lutut dan pembengkakan serta penurunan yang signifikan dalam ukuran kista.
Tetapi metode ini kurang efektif jika kista merupakan kista kompleks yaitu
dengan septasi atau temuan abnormal lainnya. Dari satu penelitian dikatakan
bahwa terlihat tanda-tanda kista kambuh pada pasien pada 6 bulan follow-up.
Kista kompleks mungkin sulit untuk aspirasi dan penyuntikkannya karena adanya
septasi dan debris intrakistik dan ini bisa mengganggu hasil prosedur.3

22

Gambar 2.6. Aspirasi Bakers cyst dipandu USG


Gambar 2.6. Aspirasi Bakers cyst dipandu USG. A, Transducer diletakkan
sesuai arah longitudinal kista dan jarum untuk aspirasi cairan ditusukkan ke dalam
kista dengan arah sejajar. B, Dengan panduan USG, jarum dimasukkan sampai ke
pusat kista dilanjutkan aspirasi cairan. C, Drainasi komplit kista dikonfirmasi
dengan USG. Panah terbuka: menunjukan jarum aspirasi.3
Metode yang lain untuk terapi adalah sclerotherapy. Metode ini
menggunakan cara mengiritasi/membuat sklerosis dengan memberikan agen
sklerosing seperti etanol, fenol, tetrasiklin, kelompok Streptococcus pyogenes dan
lainnya. Dari satu penelitian disebutkan bahwa ukuran kista menurun secara
signifikan pada MRI setelah lebih dari 7 bulan setelah injeksi serial agen
sclerosing (12,5% dekstrosa dan natrium morrhuate).3

23

Meskipun terdapat tindakan konservatif dan minimal invasif untuk


mengobati beberapa kondisi yang berhubungan dengan Bakers cyst, tidak semua
dapat membaik tanpa intervensi invasif. Secara historis, eksisi terbuka
menimbulkan kekambuhan sangat tinggi. Eksisi terbuka juga dikaitkan dengan
morbiditas dan adanya komplikasi akibat diperlukannya sayatan berbentuk Z atau
S di daerah poplitea. Saat ini, prosedur arthroscopic yang paling sering digunakan
untuk mengobati kondisi yang berhubungan dengan Bakers cyst dan mengatasi
kista secara langsung. Pendekatan lain dengan cara arthroscopic mode standar
untuk patologi intra-artikular kemudian hubungan katup antara sendi dan kista
diperbaiki sehingga pada aliran cairannya pada saluran hubungan antara
sendi dan kista menjadi dua arah dan bursa gastrocnemio-semimembranosus
menjadi normal. Hasilnya cukup baik dengan mengecilnya ukuran kista dan
terjadi resolusi pada follow-up.3
2.11 Komplikasi
Tekanan dari pembengakakn Bakers cyst dapat menekan dan menutup
jalan vena popliteal yang menyebabkan edema tungkai bawah dan trombosis vena
dalam. Kista yang ruptur menyebabkan nyeri akut pada tungkai, bengkak, dan
kemerahan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan
berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu terdapat resiko
infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan saraf atau pembuluh darah.5

24

2.12 Prognosis
Bakers cyst dapat hilang secara spontan tanpa dilakukan tindakan medis
apapun. Namun, ada beberapa kasus dapat muncul kembali walaupun telah
dilakukan pembedahan atau aspirasi.5

25

BAB 3
KESIMPULAN
Bakers cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan dari bursa
gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior diantara
tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus semimembranosus
dan mempunyai saluran hubungan dengan sendi lutut. Bakers cysts biasanya
terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak anak. Kista ini jarang
bermanifes sendirian dan sering ditemukan berkaitan dengan patologi intraartikular dan kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis, meniscus tears, dan
rheumatoid arthritis. Pada anak-anak, Bakers cyst hanya sedikit yang terkait
dengan kondisi tersebut dan lebih sering ditemukan tidak sengaja selama
pemeriksaan fisik rutin.
Diagnosis berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Namun, karena
gejala dari Bakers cyst terkadang menyerupai penyakit lain seperti Deep Vein
Thrombosis dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti USG dan MRI.
Ada dua jenis terapi yang dapat dilakukan untuk Bakers cyst yang tidak
dapat hilang spontan. Pertama adalah tindakan non bedah yaitu aspirasi untuk
mengurangi ukuran kista kemudian injeksi intraartikular glukokortikoid. Kedua
adalah tindakan bedah dengan membuang Bakers cyst dan memeperbaiki lubang
di lapisan sendi tempat kista menerobos.
Bakers cyst dapat hilang secara spontan tanpa dilakukan tindakan medis
apapun. Namun, ada beberapa kasus dapat muncul kembali walaupun telah
dilakukan pembedahan atau aspirasi.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3: Sistem organ dan
tindak bedahnya. Jakarta: EGC; 2010; 1017-18
2. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal: Penyakit Degeneratif pada
Tendon. Jakarta: Salemba Medika; 2014; 337-38
3. Herman AM, Marzo JM. Popliteal Cysts: A Current Review. Orthopedics. 2014;
37(8): e678-84
4. Tsang JPK, Yuen MK. Sonography of Bakers Cyst (Popliteal Cyst): the Typical
and Atypical Features. Hong Kong J Radiol. 2011;14:200-6
5. Clark GB. Popliteal (Bakers) Cysts of the Knee. Journal of prolotherapy. 2010;
2(2): 396
6. Chen CK, Lew HL, Liao RIH. Ultrasound-Guided Diagnosis and Aspiration of
Bakers Cyst. M. J. Phys. Rehabil. 2012; 91 (11): 1002-04
7. Alessi S, Depaoli R, Canepari M, Bartolucci F, Zacchino M, Draghi F. Bakers
cyst in pediatric patients: Ultrasonographic characteristics. Journal of
Ultrasound . 2012; 15:76e-81
8. Neubauer H, Morbach H, Schwarz T, Wirth C, Girschick H, Beer M. Clinical
Study Popliteal Cysts in Paediatric Patients: Clinical Characteristics and
Imaging Features on Ultrasound and MRI. Arthritis. 2011
9. Traistaru R, Popescu R, Gruia C, Rogoveanu O. A complex assessment of
patients with knee osteoarthritis and Bakers cyst: observational study. Rom J
Morphol Embryol. 2013; 54(3):593601
10.Liao ST, Chiou CS, Chang CC. Pathology associated to the Baker's cysts: a
musculoskeletal ultrasound study. Clin Rheumato. 2010; 29:1043-47
11. Garg S, Al-Jabri T, Mutnal S, Moftah F. A giant ganglion cyst of the
semimembranosus tendon: a case report. Cases Journal . 2009; 2(8305): 1-3
12 Mertinoli C, Bianchi S. Ultrasound of the Musculoskeletal System. Germany.
Springer. 2007.
27

You might also like