Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi
toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum. Sedangkan
konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai
konjungtivitis musiman
atau
BAB II
LAPORAN KASUS
: An. D
Umur
: 10 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Syamtalira Bayu
Tanggal anamnesa
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Kedua mata merah dan gatal sejak 1 bulan terakhir.
namun ibu pasien tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun,
walaupun sudah menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini
pun sudah sering dirasa hilang timbul.
Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan
sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal, terasa ada yang
mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-), mata berair terus
menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-).
2.2.3 Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas untuk keluhan mata
merah dan gatal pada kedua matanya. Kemudian oleh dokter puskesmas ia diberi
obat tetes mata dan obat minum, namun ibu pasien tidak tahu obat apa yang
diberikan oleh dokter tersebut. Karena sejak 3x berobat ulang ke puskesmas
namun keluhan tidak hilang akan ibu pasien membawa pasien untuk kembali
berobat ke dokter spesialis mata.
: 38 kg
TB
: 143 cm
IMT
: 18, 58 (baik)
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
TD
Nadi
: 72 x/menit
RR
: 21 x/menit
Suhu
: Afebris
Kepala
Mata
THT
Mulut
Leher
Thoraks
: Normocephal
: Status Oftalmologi
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
Abdomen
: Tidak ada keluhan
Endokrin
: Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
OD
6/6
OS
6/6
CC
Kedudukan Bola Mata
Ortoforia
Posisi
Ortoforia
- Duksi
Baik
Baik
- Versi
Baik
Baik
Trantas
dot
Inj.
Konjungtival
Jernih
Jerni
h
Inj.
Konjungtival
jernih
jernih
Superior
Palpebra
(-), edema
Hiperemis
Hiperemis
(-),
edema
(+),
Hiperemis
(-),
Anemis (-), Papil (-), folikel (-), Anemis (-), Papil (-), folikel
lytiasis (-)
tarsus Licin (+),
Hiperemis
(-),
inferior
Anemis (-), Papil (-), folikel (-), Anemis (-), Papil (-), folikel
Konjungtiva bulbi
lytiasis (-)
(-), lytiasis (-)
Injeksi konjungtiva (+), Injeksi Injeksi
konjungtiva
(+),
jar.
Silier
Kornea
+
Jernih
Edema
Ulkus
Perforasi
(-),
Makula
Leukoria
Pigmen iris
Laserasi
Bekas jahitan
Jaringan fibrovaskuler
Penebalan berwarna putih
Limbus Kornea
+
kemerahan
Trantas dot
Arcus sinilis
Bekas jahitan
Jaringan fibrovaskuler
Sklera
-
Sklera biru
Ikterik
Hiperemis
Volume
Fler
COA
Sedang
Sedang
Warna
Iris
Cokelat
Cokelat
Kripta
Normal
Normal
Prolaps
Bentuk
Pupil
Bulat
Bulat
Isokoria
Isokor
Isokor
Ukuran
3 mm
3 mm
RCL
+
Lensa
Jernih
Tampak penebalan di
+
Jernih
Tampak penebalan di
RCTL
Kejernihan
PEMERIKSAAN
SLIT
LAMP
susu kemerahan
Tekanan Intra Okuler
Normal
Palpasi
Tonometer Schiotz
VISUAL FIELD
FUNDUSKOPI
Diagnosis Banding
- Konjungtivitis kataral sub akut
- Konjungtivitis flikten
- Konjungtivitis atopi
2.6
Anjuran Pemeriksaan
2.7
Darah rutin
Kultur
Penatalaksanaan
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
TIDAK DILAKUKAN
TIDAK DILAKUKAN
2.5
susu kemerahan
Terapi Suportif :
- Kompres dingin pada mata dan menggunakan kacamata hitam
Medikamentosa
Anti histamin topical ED (Cendo conver)
Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred)
Anti histamin sistemik: Cetirizin 2 x 1 tab
Tetes mata artifisial ED (Cendo Lyteers)
2.8
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
dan epitel basal, di dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah
epitel terdapat stroma konjuntiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang
mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat.
Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri dari kelenjar Krause (ditepi atas
tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Arteri- arteri konjungtiva berasal dari
a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya beranastomosis. Yang berasal
dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera
dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang
mengelilingi kornea.
Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus
yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra.
Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe.
Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di
forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan
pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi
kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi
nasal menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu
basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme
atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu
keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease.
Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi
epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada
11
12
3. 2 Pendahuluan
Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan
13
vernalis
adalah
konjungtivitis
akibat
reaksi
kornea
ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan
dengan kapiler ditengahnya.
14
degenarasi
epitel
15
erat
kaitannya
dengan
timbulnya
sehingga
konjungtiva
tampak
buram
dan
tidak
berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe
disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak
jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai
keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan
perubahan akibat vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada
tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi
dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cell limbus.
Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada
penderita keratokonjungtivitis dan dikemudian hari berisiko timbulnya pterigium
pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang dengan cepat
akan mengalami degenerasi. 1,2,4
16
3. 7 Gambaran Histopatologik
Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dala
m kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil
yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta
diantara
papil
serta
pseudomembran
milky
white.
Pembentukan papil
ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan
sel mast. Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 pasien dengan
konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan
infiltrasi limfosit dan sel plasma pada konjungtiva. Proliferasi limfosit akan
membentuk beberapa nodul limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik
dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam
kekambuhan konjungtivitis.
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas.
Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada
beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Fase vaskular
dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase,
peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara
keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis.
Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai
dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan
mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel
yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil,
17
lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel
yang kemudian akan mengalami keratinisasi.6,7
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel
(acanthosis). Horner-Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar
terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel
PMN dan limfosit. 6,7
bila berada
dilapangan
terbuka
yang
panas
terik. Biasanya
terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan
terdapat
banyak
papilla
halus
di
konjungtiva
tarsalis
inferior.
Konjungtiva palpebra superior sering terdapat papilla raksasa mirip batu kali.
Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung
berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran
18
fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro
turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan
gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada
kornea dekat papilla limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih yang terlihat di
limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari
penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan
limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada
konjungtiva
krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak
konjungtiva.1,2
Gambaran klinis konjungtivitis vernal:
molor).
Kelainan pada palpebra
Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva
tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil
19
putih
penumpukan
susu,
kemerah-merahan,
eosinofil
dan
seperti
merupakan
hal
lilin.
yang
aktif.
Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial
difus khas ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea
yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para
sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang
ringan. Kadang juga didapatkan pannus, yang tidak menutupi seluruh
permukaan kornea, sering berupa mikropannus. Penyakit ini mungkin
juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan
pengobatan khusus, karena tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik
terhadap terapi standar.
3. 9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan
laboratorium
yang
dilakukan
berupa
kerokan
konjungtiva
20
eosinofil
dan
kaca
mata
untuk
mengurangi
kontak
dengan
21
22
non-steroid)
yang
bekerja
sebagai
penghambat
enzim
23
5. Tindakan Bedah
Terapi bedah yang dapat dilakukan adalah otograf konjungtiva dan krio
terapi, namun kelemahan kedua terapi ini dapat menyebabkan terjadinya sikatriks,
trikiasis, defisiensi air mata dan entropion. Keratotomi superfisial dapat dilakukan
untuk reepitelisasi kornea. Tata laksana yang diberikan pada pasien ini adalah
menghindari penyebab dengan cara mengurangi frekuensi bermain di luar rumah,
menjaga
kebersihan
lingkungan,
memakai
kacamata
hitam,
diberikan
24
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, dilaporkan seorang anak laki-laki, usia 10 tahun, datang
dengan keluhan kedua mata terasa merah dan gatal sejak 1 bulan terakhir.
Awalnya pasien bermain di lapangan pada siang hari, kemudian pasien mulai
merasakan keluhan-keluhan tersebut. Keluhan ini sudah sering dirasakan jika
pasien bermain di bawah terik matahari. Sebelumnya pasien sudah tiga kali
berobat ke puskesmas, diberi obat tetes mata dan obat minum namun ibu pasien
tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun, walaupun sudah
menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini pun sudah
sering dirasa hilang timbul.
25
26
pemberian kortikosteroid topikal hal ini sesuai dengan literatur serta pemberian
tetes mata artifisial.
Untuk prognosis pada kasus ini adalah baik walaupun dapat terjadi
rekurensi jika pasien tidak menghindari faktor risiko terhadap peyakit ini.
BAB V
KESIMPULAN
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas
(tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal
terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis
vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan
berhenti sebelum usia20.Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret
mukus yang kentaldan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang
spesifik adalah Trantas dots dan cobble stone. Terdapat dua bentuk dari
konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk limbal. Konjungtivitis
vernalis
pada
umumnya
tidak
mengancam
penglihatan,
namun
dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa
27
diobati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan
menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat
diberikan menghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di daerah mata,
memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein,
antihistamin,
NSAID,
steroid,
stabilisator
sel mast,
dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 1,2,6
DAFTAR PUSTAKA
28
dari
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
html. (Diakses 23 Agustus 2016)
7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 23
Agustus 2016)
8. Siti Budiati Widyastuti. Konjungtivitis vernalis. Sari Pediatri. Vol.5. No. 4.
29