You are on page 1of 15

42

BAB IV
DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN

4.1

Umum
Kebutuhan akan perlindungan bangunan akibat sambaran petir sangatlah

penting diperlukan untuk gedung. Oleh sebab itu, sebelum bangunan didirikan
perlu dilakukan perencanaan instalansi proteksi penangkal petir yang teliti.
Dimulai dari perencanaan peralatan hingga perlindungan terhadap bangunan
tersebut. Perencanaan instalansi proteksi penangkal petir harus sesuai klasifikasi
bangunan gedung, apakah bangunan gedung termasuk dalam kriteria yang tidak
perlu, dianjurkan, atau sangat perlu dalam pemasangan instalansi penangkal petir.
Pemasangan instalansi penangkal petir harus sesuai standar PUIPP yang diberikan
oleh pemerintah Indonesia dalam mendirikan bangunan guna menjaga
keselamatan.

4.2

Kriteria Kebutuhan Instalansi Penangkal Petir


Besar kebutuhan gedung akan instalansi penangkal petir ditentukan oleh

besarnya kemungkinan kerusakan, serta bahaya yang ditimbulkan bila bangunan


tersambar petir. Besarnya kebutuhan instalansi penangkal petir ditentukan
berdasarkan indeks-indeks pada tabel di bawah ini.
42

43

Tabel 4.1 Penggunaan bangunan (A)


Penggunaan dan Isi bangunan

Indeks
A
Bangunan dan isinya jarang digunakan, seperti gudang, dan menara
0
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal orang,
1
seperti toko, rumah tinggal dan ruko
Bangunan yang mempunyai isi cukup penting dan dihuni cukupa
2
banyak orang, seperti pabrik, kantor, dan gedung pemerintahan
Bangunan yang berisi banyak sekali orang, seperti bioskop, stadion
olahraga dan apartemen, bangunan-bangunan bertingkat.
Bangunan dengan tingkat fungsional yang penting, seperti PLTU,
menara kontrol lapangan udara, PLTN dam museum
Instalansi gas,rumah sakit dan pertamina
Bangunan yang mudah meledak

3
4
5
15

Tabel 4.2 Kontruksi Bangunan (B)


Indeks
Kontruksi Bangunan
B
Bangunan kayu dengan atap bukan logam
0
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan
atap bukan logam
1
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan
atap logam
2
Bangunan dengan semua kontruksi dari logam
3

Tabel 4.3 Situasi Bangunan (C)


Situasi Bangunan
Indeks C
Ditanah datar pada semua ketinggian
0
Diatas bukit sampai 3/4 tinggi bukit atau dipegunungan sampai
ketinggian 1000 m
1
Di puncak gunung atau pegunungan lebih dari 1000 m
2

44

Tabel 4.4 Tinggi Bangunan (D)


Tinggi Bangunan (m)
6
12
17
25
35
50
70
100
140
200

Indeks
D
0
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 4.5 Pengaruh Kilat (E)


Jumlah
Sambaran/Tahun
2
4
8
16
32
64
128
256

Indeks
E
0
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 4.6 Perkiraan Bahaya (PB)


Perkiraan Bahaya
(PB)
Dibawah
Sama dengan
Sama dengan
Sama dengan
Sama dengan
Lebih dari

Indeks
(PB)
11
11
12
13
14
14

Penggunaan
Tidak perlu
Tidak perlu
Dianjurkan
Dianjurkan
Sangat dianjurkan
Sangat dianjurkan

45

4.3

Data Bangunan PT. Graha Menara Hijau


Gedung PT. Graha Menara Hijau terletak di Jl. MT. Haryono Kav 33.

Kecamatan pancoran Jakarta Selatan. Letak geografis berada pada titik 06 14 LS


dan 106 51 BT. Gedung PT. Graha Menara Hijau di bangun pada tahun 1993
dan mulai beroperasi tahun 1994. Gedung ini didirikan di atas tanah liat berpasir
pada daerah tanah datar dengan pondasi konstruksi beton bertulang dan atap yang
tidak terbuat dari logam. Semula gedung ini bernama PT. Kiani Murni dan
berganti hak kepemilikan menjadi PT. Graha Menara Hijau. Gedung ini memiliki
14 lantai dengan ketinggian 60 meter, panjang gedung 57 meter dan lebar 47
meter. Adapun data-data bangunan sebagai berikut :

Fasilitas Gedung: Halaman parkir kendaraan di dalam/luar gedung, Fire


alarm sistem, dan BAS (Building Automatic System).

Utilitas : Telepon (215 SST ex Telkom), Telex (9 Lines), PABX


(Philips,analog), Listrik (1200KVA ex PLN), Genset (2x1000KVA ex
Caterpillar), AC (Split 8 buah), Central 3 Chiller @200 ton, ex Carrier,
Lift, STP (Sewage treatmeant plant), perlengkapan keamanan.

Infrastruktur : Saluran induk air limbah, air bersih dan kotor.

Luas lahan 4.090

Luas/lantai dengan rincian pada tabel 4.7 berikut :

46

Tabel 4.7 Luas per lantai


Lantai
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
GF
SB
B

4.4

Semi
Gross
853. 10
853. 10
853. 10
853. 10
853. 10
853. 10
853. 10
853. 10
923. 18
1003.44
1112.17
827.73
1037.71
616.5
405.35
38.26

Utility

Total

139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
139.61
257.88
263.13
2327.55
2848.2

992.71
992.71
992.71
992.71
992.71
992.71
992.71
992.71
1062.79
1143.05
1251.78
967.34
1295.59
879.63
2732.9
2886.46

Data Peralatan Penangkal Petir


PT. Graha Menara Hijau menggunakan sistem penangkal petir zeus

dengan sistem perlindungan (Rolling sphere). Batang finial penangkal petir yang
digunakan terbuat dari tembaga sebanyak 1 buah. Dipasang pada atap gedung
dengan ketinggian 10 meter. Hantaran penyalur yang digunakan kabel coil
tembaga (coex 35mm) yang terhubung lansung pada bak kontrol (grounding), lalu
dihubungkan dengan kawat tembaga yang ditanam pada kedalaman 5 m dengan
luas penampang 60 mm.

47

Gambar 4.1 Penangkal Petir Zeus

4.5

Perhitungan Kebutuhan Instalansi Penangkal Petir Pada PT. Graha

Menara Hijau
Besar kebutuhan suatu bangunan akan instalansi penangkal petir
ditentukan oleh besarnya perkiraan bahaya yang terjadi apabila bangunan tersebut
tersambar petir. Untuk memenuhi kebutuhan instalansi penangkal petir pada
PT.Graha Menara Hijau. Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.1 dan
berdasarkan data-data pada tabel 4.1 sampai 4.5 adalah sebagai berikut :

48

PB = A + B + C + D + E
PB = 3 + 1 + 0 + 6,5 + 6
PB = 16,5
Dari hasil yang diperoleh (16,5) dan merujuk pada tabel 4.6 menujukan
bahwa tingkat akan instalansi penangkal petir pada PT. Graha Menara Hijau
sangat diperlukan. Sesuai dengan PUIPP yang telah ditetapkan oleh Standart
Nasional Indonesia. Apabila bangunan ini tidak dilengkapi dengan sistem
penangkal petir, maka akan menimbulkan bahaya bagi orang-orang dan peralatan
listrik yang berada didalam gedung tersebut.

4.6

Perhitungan Kerapatan Sambaran Petir ke Tanah/Tahun


Kerapatan sambaran petir ke tanah/tahun adalah jumlah sambaran petir ke

tanah yang terjadi yang luasnya dalam satuan

. Untuk mengetahui jumlah

kerapatan sambaran petir ketanah/tahun. Dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan 3.2 dan berdasarkan data pada tabel 3.3 sebagai berikut :
= 0,15 x
= 0,15 x 260
= 39 Sambaran/

/tahun

Dari hasil yang sudah diperoleh dapat diketahui bahwa di Indonesia dengan
intensitas 260 hari guruh/tahun, maka akan terjadi kerapatan sambaran petir
sebanyak 39 Sambaran/

/tahun.

49

4.7

Perhitungan Parameter Petir


Dalam melakukan perhitungan parameter petir ini berkaitan erat dengan

nilai kepadatan sambaran petir ke tanah (Ng), Arus puncak petir (i), Muatan arus
petir (Q), kecuraman arus petir (di/dt)maks.
1. Kepadatan sambaran petir ke tanah/

Kepadatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh jumlah hari


guruh/tahun yang terjadi pada suatu daerah tersebut. Untuk mengetahui
besar nilai kepadatan sambaran petir ke tanah/

. Dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.3 dan berdasarkan data pada tabel 3.5 sebagai
berikut :

= 0.04 x 12
= 16,8 Sambaran/

/tahun

Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa besar nilai kerapatan pada
suatu daerah adalah 16,8 Sambaran/

/tahun pada suatu daerah.

2. Arus Puncak Petir.


Arus puncak petir merupakan parameter penting untuk menentukan besar
tegangan yang terjadi pada saat terjadi sambaran petir. Besar arus puncak
petir dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 3.4 dengan nilai
kepadatan sambaran petir 16,8 sambaran/

I = 29,5 x 2,33
I = 68,8 KA

/tahun sebagai berikut :

50

Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh dapat diketahui nilai arus puncak
petir saat terjadi sambaran petir adalah sebesar 68,8 KA.
3. Muatan Arus Petir
Dari hasil perhitungan arus puncak petir yang sudah diperoleh. Dalam
menentukan besar muatan arus petir dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.5 dengan nilai arus puncak petir sebesar 68,8 KA adalah
sebagai berikut :
Q = 1.13 x

(C)

Q = 1.13 x (68,8

(C)

Q = 1.13 x 8,28 (C)


Q = 9,37 Coloumb
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa besar muatan
arus listrik yang terjadi sebesar 9,37 Coloumb.
4. Kecuraman Arus Petir Maksimum
Kecuraman arus petir maksimum adalah tegangan induksi elektromagnetis
pada penghantar yang dilalui arus petir. Besar tegangan arus petir
maksimum dapat ditentukan dengan mengunakan persamaan 3.6 dengan
nilai arus petir 68,8 KA sebagai berikut :
Ka/

(di/dt

= 1,2 x

(di/dt

= 1,2 x

(di/dt

= 1,2 x 19,3 Ka/s

(di/dt

= 23,2 Ka/s

Ka/s

Dari hasil yang sudah diperoleh dapat diketahui besar arus maksimum
yang menggalir pada penghantar sebesar 23,2 Ka/s.

51

4.8

Perhitungan Menentukan Luas Daerah Sambaran Petir


Gedung PT.Graha Menara Hijau terletak di daerah Jakarta selatan dan

berada antara 06 14 LS dan 106 51 BT . Dengan luas lahan 4090


memiliki tinggi gedung 60 m, panjang 57 m dan lebar 47 m. Dengan intensitas Ikl
126 seperti yang tedapat pada tabel 3.5.
Menurut R.H.Golde dalam mencari luas daerah yang menarik untuk
sambaran petir dapat ditentukan dengan beberapa persamaan berikut :

Menghitung luas daerah bangunan yang menarik sambaran petir. Dihitung


dengan menggunakan persamaan 3.7 dan berdasarkan data bangunan yang
sudah diperoleh sebagai berikut :

FE = 2679 + 24960 + 45216


FE = 72.855
FE = 0,072855
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui luas daerah pada bangunan yang
menarik terjadinya sambaran petir adalah seluas 0,072855

Menentukan jumlah sambaran petir/hari/

berdasarkan letak garis

lintang geografis bangunan yang bersangkutan. Dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan 3.8 berdasarkan data garis lintang gedung
P.T.Graha Menara Hijau seperti berikut :

52

Ne

= (0,1 + 0,35 sin ) (0,4 0,2) [

Ne

= (0,1 + 0,35 sin 6,14) (0,4 0,2) [

Ne

= (0,1 + 0,0374) (0,4 0,2)

Ne

= 0,1374 (0,4 0,2)

Ne

= 0,054 0,0274 Sambaran petir/hari/

]
]

Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa besar intensitas sambaran
petir berdasarkan garis lintang bangunan relatif rendah, yaitu sebesar 0,054
0,0274 Sambaran petir/hari/

Untuk menentukan jumlah sambaran petir/tahun/

dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan 3.9 dan hasil yang sudah didapat dari
jumlah sambaran petir berdasarkan garis lintang, yaitu sebagai berikut :
F

= Ne . IKL
= (0,054 0,0274) x 126

F1

= 0,054 x 126
= 6,8 Sambaran petir/tahun/

F2

dan,

= 0,0274 x 126
= 3,4 Sambaran petir/tahun/

Dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat diketahui, bahwa jumlah


sambaran petir yang terjadi pada P.T Graha Menara Hijau sebanyak 3-7
kali Sambaran petir/tahun/

Untuk menghitung besar kemungkinan bangunan gedung tersambar petir.


Dapat dihitung dengan menggunakan persaman 3.10. Dengan nilai
kemungkinan pertama (

sebanyak 6,8 sambaran petir/tahun/

dan

53

kemungkinan kedua ( ) sebanyak 3,4 sambaran petir/tahun/

adalah

seperti berikut :
Np = Fe x
Untuk kemungkinan pertama ( )
Np = Fe x
Np = 0,072855 x 6,8
Np = 0,4954 Sambaran petir/tahun
Untuk kemungkinan kedua (
Np = Fe x
Np = 0,072855 x 3,4
Np = 0,2477 Sambaran petir/tahun
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan. Diketahui bahwa
dengan intensitas sambaran petir maksimal 6,8 Sambaran petir/tahun/
Kemungkinan pertama gedung tersambar petir sebanyak 0,4954 Sambaran
petir/tahun.
Sedangkan untuk kemungkinan kedua dengan intensitas 3,4
Sambaran petir/tahun/

. Gedung memilki intensitas sambaran petir

sebanyak 0,2477 Sambaran petir/tahun.

4.9

Perhitungan Luas Perlindungan Penangkal Petir


Dari data yang diketahui luas rincian atap bangunan gedung P.T.Graha

Menara Hijau seluas 992,71 m. Dengan ketinggian penangkal petir 66 m dari


permukaan tanah, maka berdasarkan tabel 3.8 dengan ketinggian gedung 60 m
jari-jari penangkal petir adalah (60m). Berdasarkan metode elektrogeometri untuk

54

mencari luas dan keliling perlindungan bola gelinding. Dihitung dengan


menggunakan beberapa persamaan sebagai berikut :

Untuk menghitung luas perlindungan bola gelinding dihitung dengan


menggunakan persaman 3.11 seperti berikut :
L=
L = 3,14 (60)
L = 11304 m

Jadi luas perlindungan penangkal petir pada atap gedung sebesar 11304 m dan
sudah mampu melindungi atap bangunan gedung dari sambaran petir.

Untuk menghitung keliling perlindungan bola gelinding terhadap gedung.


Dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 3.12 adalah berikut :
L=4
L = 4 x 3,14 (60)
L = 45216 m

Dari hasil perhitungan yang diperoleh diketahui luas keliling perlindungan bola
gelinding terhadap gedung sebesar 4521 m. Besar perlindungan penangkal petir
sudah mampu melindungi seluruh area keliling bangunan gedung P.T.Graha
Menara Hijau yang memiliki luas area sebesar 4090 m.

55

4.10

Pengukuran Tahanan Pembumian


Pengukuran tahanan pembumian dilakukan untuk mengetahui besar

tahanan pembumian pada area gedung. Besar tahanan pembumian dapat


ditentukan menggunakan persamaan 3.13 dan berdasarkan data pada tabel 3.9
serta data peralatan penangkal petir yang sudah diperoleh, maka perhitungannya
sebagai berikut :

R=

R=
R = 12,5
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa besar tahanan pembumian pada
area bangunan gedung P.T.Graha Menara Hijau sebesar 12,5 .

4.11

Pengukuran Jarak Aman Pentanahan

Pengukuran jarak aman pentanahan dilakukan untuk menetralisir efek-efek yang


timbul dari arus petir yang dikebumikan. Jarak aman pentanahan dapat dihitung
dengan menggunakan persaman 3.14 dan hasil dari tahanan pembumian adalah
sebagai berikut :

D=

.R

D=

x 12,5

D = 2,5 meter.

56

Jadi jarak aman pembumian pada gedung P.T.Graha Menara Hijau minimal
sedalam 2,5 meter. Dan sistem pentanahan yang dilakukan oleh P.T.Graha
Menara Hijau dengan menanam batang elektroda sedalam 5 meter sudah
memenuhi syarat keamanan.

You might also like