Professional Documents
Culture Documents
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
PENDAHULUAN
berkisar antara 1-2,4%. Dari rata-rata prevalensi (1,7%), diperkirakan lebih dari
7 juta penduduk Indonesia mengidap sirosis hepatis (Anonim, 2008).
Menurut Ali (2004), angka kasus penyakit hati menahun di Indonesia
sangat tinggi. Jika tidak segera diobati, penyakit itu dapat berkembang menjadi
sirosis atau kanker hati, sekitar 20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati
menahun. Angka ini merupakan perhitungan dari prevalensi penderita dengan
infeksi hepatitis B di Indonesia yang berkisar 5-10 persen dan hepatitis C
sekitar 2-3 persen. Dalam perjalanan penyakitnya, 20-40 persen dari jumlah
penderita penyakit hati menahun itu akan menjadi sirosis hati dalam waktu
sekitar 15 tahun, tergantung sudah berapa lama seseorang menderita hepatitis
menahun itu.
Sirosis hepatis merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh
dunia termasuk di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum
laki laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2-4 : 1 dengan umur
rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya sekitar
40-49 tahun (Hadi, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan
C. Etiologi
Menurut Rizki (2008), adapun etiologi dari Cirrosis Hepatis adalah sebagai
berikut :
1.
Virus Hepatitis B dan C.
2.
Alkohol.
3.
Kelainan metabolik, misalnya hemokromatosis, penyakit wilson, non
4.
5.
6.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis
antara lain :
1. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan selselnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi
tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi
sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
parut
menyebabkan
pengerutan
jaringan
hati.
Apabila dapat
dengan
konsekuensi
bahwa
organ-organ
ini menjadi
tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan
dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.
Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dyspepsia kronis dan
konstipasi atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami
penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk dirongga peritoneal akan
menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting
dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring
telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru
kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan
keseluruhan tubuh.
3. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam
pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita
sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok
serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh
darah diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian
bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah
kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau hemoroid
tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan
yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan
menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi
untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus
gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis ringan;
sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan
esofagus.
4. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati
yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi
predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan
menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
5. Defisiensi Vitamin dan Anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin
tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda
defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena
3. Hepatoma
4. Asites
5. Peritonitis bakterial spontan
6. Kegagalan hati (hepatoselular)
7. Sindrom hepatorenal
suara,
dari
ketukan-ketukanyang
dilakukan
dengan
menggunakanjari tangan, dimana salah satu jari tangan dari ttangan yang
lainnya menjadi pengetuk.
5. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi pada
abdomen
yaitu
bertujuan
untuk
Interferon alfa
Ribavirin
Furosemide
Ceftriaxone
Ciprofloxacin
Efek Terapi
Meningkatkan
efek
pankreatitis
dan
hepatotoksik.
Sebagai
antibodi/tanggapan
terhadap sel asing seperti
virus, bakteri, parasit.
Sebagai antibodi terhadap
viris.
Untuk membuang cairan
yang berlebihan.
Mengobati dan mencegah
infeksi yang disebabkan
oleh bakteri atau virus.
Mengobati infeksi.
Efek samping
Mual, muntah, diare,
sakit kepala, demam.
Demam,
menggigil,
sakit kepala,nyeri otot.
2. Non Farmakologi
a. Tirah baring (bed rest) dimaksudkan agar tidak banyak bergerak serta
meminimalkan gerakan.
b. Diet rendah garam 0.5 g/hari, maksimal asupan cairan 1.5 l/hari. Hal
ini disebabkan karena garam dapat meningkatkan cairan tubuh.
c. Parasentesis, memasukan suatu kanula kedalam rongga peritoneum
untuk mengeluarkan cairan asites.
d. Trasnjungular Intrahepatik Partosystemic Shunt (TIPS)
I.
II.
Biodata
Nama
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk RS
No. RM
Ruangan/Kelas/Bed
Tanggal Pengkajian
Dx Medis
Penanggung Jawab
Hub. Dengan Klien
Pekerjaan
Alamat
: Tn. N
: Laki-laki
: Menikah
: Islam
: Sarjana
: PNS
: Jln. Sisingamangaraja No. 42
: 1 juni 2015
: 00.86.25
: ruang Dahlia I (XV), kamar 19
: 15 juni 2015
: Cirrosis Hepatis
: Ny. N
: istri
: Ibu Rumah Tangga
: Jln. Sisingamangaraja No. 42
Keluhan Utama
Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti di tusuk-tusuk dan terasa
penuh diperut bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah serta serta tidak ada nafsu makan.
III.
S
T
aktivitas.
: - Region
Dibagian abdomen kanan atas.
- Bagaimana penyebarannya :
Nyeri tidak menyebar.
: - Saverity
Pasien tidak dapat beraktivitas karena nyari yang dirasakan.
: - Time
Nyeri timbul sewaktu-waktu dalam 24 jam/hari, nyeri hebat pada
malam hari.
IV. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Penyakit yang pernah dialami : Hepatitis B.
Tindakan yang sudah pernah dilakukan : dirawat di Rumah Sakit Herna,
V.
Medan.
Riwayat operasi : Tidak ada.
Lama Hari Rawat : 3 minggu.
Riwayat alergi : Indomie dan ikan tongkol.
Riwayat Kesehatan Kelurga
Orang tua : tidak ada masalah.
Saudara kandung : tidak ada masalah.
Penyakti keturunan : tidak ada.
Anggota keluarga yang meninggal dan penyebabnya : ayah kandung
meninggal karena hipertensi.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Tinggal satu rumah
VI.
Riwayat Psikososial
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Persepsi pasien akan penyakit : klien mengatakan takut tidak sembuh.
Body image : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya.
Ideal diri : pasien ingin segera sembuh dan pulang sehingga dapat bekerja seperti
biasanya.