You are on page 1of 42

MAKALAH

PENGANTAR BISNIS
motivasi,kepemimpinan dan hubungan industrial

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. HERU SURONO
2. M.SUPIYAN NOOR
3. YUPEN HELRAPANI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepadaAllah SWTatas segala
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.judul
yang dalam makalah ini adalah motivasi,kepemimpinan dalam industrial.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen ,serta pihak-pihak yang membantu Penulis, baik langsung maupun
tidak langsung dalam pelaksanaan penulisan. Demikian penulisan
makalah ini sampaikan semoga bermanfaat

Pangkalanbun, 09 september 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulis....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAAN..............................................................................................3
A. Motivasi..............................................................................................................4
B. Teori-teori motivasi............................................................................................7
C. Kepemimpinan..................................................................................................10
D. Peran kepemimpinan........................................................................................11
E. Teori-teori kepemimpinan................................................................................13
F. Macam-macam
kepemimpinan.................................................................16

gaya

G. Hubungan Industrial..........................................................................................30
H. Prinsip Industrial...............................................................................................33
BAB III PENUTUP........................................................................................................34
A.
Kesimpulan..............................................................................................
........34

B.
Saran........................................................................................................
........35
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................36

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional Indonesia menuju negara maju tidak lepas
dari pembangunan di bidang industrial, yang diarahkan pada tercap
ainya kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup bagi seluruh
warga Indonesia.Pembangunan indusrtial akan terwujud apabila
faktor-faktor
berkembang

penunjang
secara

motivasi
optimal,

,kepemimpinan
seperti

tersedia

yarakat
dan

terpenuhinyakebutuhan masyarakat akan kinerja yang bermutu,


aman dan berkha. Untuk dapatmencapai hal tersebut maka
perlu dipelukan dengan dengan motivasi,kepemimpinan dalama
indusrtial.
Salah satu faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan
dalam pencapaian tujuan adalah kinerja karyawan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, antara lain;
kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja. Peran
penting pemimpin perusahaan dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan antara lain melalui pembentukan mental bekerja yang


baik dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap
pekerjaannya. Budaya organisasi ditentukan oleh kondisi kerja
antara karyawan. Jika sering terjadi konflik kerja antara karyawan
yang

mengakibatkan

kondisi

kerja

kurang

baik

akan

mempengaruhi kinerja karyawan. Motivasi merupakan kekuatan,


baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong dirinya untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Bertolak dari uraian diatas, yang melatarbelakangi untuk memilih
judul Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Patco Elektronik
Teknologi Gobel Industrial Complex
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian

dari

motivasi,kepemimpinan

dalam

hubungan industri ?
2. Apa saja teori-teori nya ?
3. Apa prinsip dari hubungan industri?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui motivasi,kepemimpinan dalam hubungan
industri?

2. Untuk Mengetahui teori-teori ?


3. Mengetahui hubungan industri?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

MOTIVASI
Motivasi merupakan kekuatan psikologis yang menentukan arah,
intensitas atau tingkat usaha dan tingkat ketekunan seorang
individu

(pegawai)

dalam

mencapai

tujuannya

sehingga

melahirkan perilaku tertentu. Motivasipun serangkaian sikap dan


nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal
spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut
merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk
mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan.
Dorongan tersebut terdiri dari 2 komponen yaitu arah perilaku
(kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan perilaku (seberapa
kuat usaha individu dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan
unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian
dari hubungan internal dan eksternal.
Pada dasarnya motivasi dapat memacu seorang individu untuk
bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka, hal ini akan
meningkatkan produktivitas kerja sehingga berpengaruh pada
pencapaian tujuan. Amini (2004), menyatakan motivasi adalah

kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah


tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah

hal

yang

menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,


supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Sopiah

(2008),

menyatakan

pada

dasarnya

terdapat

tiga

karakteristik pokok motivasi, yaitu usaha, kemauan yang kuat, dan


arah atau tujuan.
Pada umumnya motivasi dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu
motivasi ekstrinsik, seperti motivasi yang datang dari luar diri para
pekerja, dapat berupa imbalan ataupun hukuman (reward and
punishment), sedangkan motivasi intrinsik, seperti motivasi yang
datang dari dalam diri pekerja.
1. Motivasi ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah
berfungsinya

karena

motif-motif

adanya

yang

rangsangan

aktif
dari

dan
luar.

Sebagai Contoh seseorang itu belajar karena tahu besok paginya


akan ada ujian dengan harapan akan mendapat nilai yang baik,
sehingga ia akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang

penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi


ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah.
Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya,
tidak secara langsung berhubungan dengan esensi apa yang
dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
belajar di mulai dan di teruskan berdasarkan dorongan dari luar
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
2. Motivasi Interinstik
Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri
setiap individu suadah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sebagai Contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada
yang menyuruh atau mendorongnya, karena ia sudah rajin mencari
buku-buku untuk dibacanya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan
memiliki

tujuan

untuk

menjadi

orang

yang

terdidik,

berpengetahuan, ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya


jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah dengan

belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak


mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu
bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri
dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol atau
seremonial.
B. TEORI-TEORI MOTIVASI
Motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya
yang tinggi ke arah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan
oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan
indivisual, Sementara motivasi umum bersangkutan dengan upaya
ke arah setiap tujuan.
Setiap teori motivasi berusaha untuk menguraikan apa sebenarnya
manusia dan manusia dapat menjadi seperti apa. Dengan alasan ini,
bisa dikatakan bahwa sebuah teori motivasi mempunyai isi dalam
bentuk pandangan tertentu mengenai manusia. Teori tentang

motivasi dikelompokan dua aspek, yaitu teori kepuasan dan


motivasi proses.
1. Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan
dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan
berperilaku dengan cara tertentu. Teori kepuasan tersebut
dipelopori

oleh

F.W.Taylor, Abraham

Maslow,

David

McClelland, Frederick Hezberg, Clayton P Alderfer dan Douglas


McGregor (dalam Sutrisno, 2009).
1) Taylor dengan teori motivasi konvensional
Teori motivasi konvensional ini termasuk content theory, karena
teori ini memfokuskan pada anggapan bahwa keinginan untuk
pemenuhan kebutuhannya menyebabkan orang mau bekerja keras.
Dengan teori ini dapat disebutkan bahwa seseorang akan mau
berbuat atau tidak berbuat didorong oleh ada atau tidak adanya
imbalan yang akan diperoleh yang bersangkutan

C. KEPEMIMPINAN
kepemimpinan adalah suatu proses memotivasi pihak lain untuk
bekerja sesuai tujuan tertentu. Hal ini menyangkut kemampuan
dalam mempengaruhi perilaku orang lain untuk bertindak sesuai
yang diharapkan.
Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja adalah
kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para
bawahanya dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan
yang penting karena pimpinan itulah yang akan mengerakkan dan
mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus
merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah karena harus
memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda.
Umumnya kekuasaan meliputi sifat-sifat yang berhubungan
dengan orang dan posisi yang didudukinya, yang merupakan dasar
kekuatan bagi pemimpin untuk mempengaruhi orang lain. Dalam
manajemen,

kekuasaan

meliputi

kemampuan

seseorang

mendapatkan sumber daya, menggunakan sumber daya serta

10

menggerakan sumber daya apa yang tersedia untuk dapat mencapai


tujuan perusahaan atau organisasi.
Seorang pemimpin harus mengetahui betul fungsi pemimpin dan
sekaligus mengetahui unsur-unsur kepemimpinan sebagai aktivitas
mempengaruhi,

kemampuan

mengajak,

mengarahkan,

menciptakan dan mencetuskan ide. Kepemimpinan merupakan


kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki
oleh seseorang atau badan hukum yang menyebabkan terjadinya
gerak pada warga masyarakat.
D. PERAN KEPEMIMPINAN
Tiap oraganisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia dan
menyadari bahwa masalah manusia yang utama adalah masalah
kepemimpinan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan
pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan
ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman intuisi,
dan kecakapan praktis. Kepemimpinan itu dipandang sebagai
pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu
dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang
dipandang sebagai syarat suksesnya seoran gpemimpin. Dalam
11

tingkatan ilmiyah kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi,


bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang.
Maka diadakanlah suatu analisa tentan gunsur-unsur dan fungsi
yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang
diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam
situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa
pembahasan besar. Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin yang
dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan
peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik
berat beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang membuat
rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok
serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan,
bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan
koordinator bagi kelompoknya. Fungsi yang utama adalah
membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara
lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin
dapat memberikan

12

bantuan-bantuan yang khas. Yaitu :


Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang
baik.
Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedurprosedur kerja.
Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama
dengan kelompok.
Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar
dari pengalaman.

E. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Secara garis besar pendekatan teori kepemimpinan dibagi atas tiga
aspek, yaitu teori sifat, teori perilaku dan teori kepemimpinan
situasional.
1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)

13

Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk


mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian,
dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami.
Ratusan studi tentang sifat/ciri telah dilakukan, namun sifatsifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan
konsisten

dengan

keberhasilan

kepemimpinan

seseorang.

Penelitian mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan


tentang bagaimana sifat/ciri itu berinteraksi sebagai suatu
integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi
menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan bagi
keberhasilan seorang pemimpin. Menurut Mictchel dan larson
dalam Riduan (2009), operasional variabel kinerja dosen menjadi
lima dimensi: yaitu, kemampuan, prakarsa inisiatif, ketepatan
waktu, kualitas hasil kerja dan komunikasi.
2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an,
penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh
suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan

14

studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut


menggunakan

kuesioner

untuk

mengukur

perilaku

yang

berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan.


Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku
tersebut

dihubungkan

dengan

kriteria

tentang

efektivitas

kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Penelitipeneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau
lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati,
satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian
mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
3. Teori Situasional
Teori situasi mencoba mengembangkan kepemimpinan
sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Dalam pandangan ini, hanya
peminpin yang mengetahui situasi dan kebutuhan organisasi yang
dapat menjadi pemimpin yang efektif. Teori situasi kontingensi
berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam segala

15

situasi. Menurut model ini, pemimpin yang efektif karena


pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk
melaksanakan, dan kepuasan pengikut.

16

F.

MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN


1.Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada
diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat
banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat
terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara
sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan
bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam
gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah
seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia
memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan
hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan
cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan
oleh pimpinan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis
adalah sebagai berikut: Wewenang mutlak terpusat pada

17

pemimpin Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin; Kebijakan


selalu dibuat oleh pemimpin; Komunikasi berlangsung satu arah
dari pimpinan kepada bawahan; Pengawasan terhadap sikap,
tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan
secara ketat; Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk
memberikan saran pertimbangan atau pendapat; Lebih banyak
kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna
dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan,
ancaman, dan hukuman. 2.Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya

kepemimpinan

demokratis

adalah

kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan
dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya
kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan
dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif.
Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan

18

tindakan keputusan bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:


a.Wewenang pemimpin tidak mutlak;
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan;
c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan;
d.Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi
antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan;
e.Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;
f. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;
g. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,
pertimbangan atau pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan
diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada intruksi;
h.Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya
saling percaya, saling menghormati.
3.

Gaya Kepemimpinan Delegatif Gaya Kepemimpinan

delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin memberikan

19

arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan


anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri
(MacGrefor, 2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas
prilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin. Dengan demikian maka gaya kepemimpinan seorang
pemimpin

sangat

dipengaruhi

oleh

karakter

pribadinya.

Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang


dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki
kemampuan, agar dapat menjalankan kegiatannya yang untuk
sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan dengan
berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok
dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan
motivasi yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak terlalu
banyak memberikan instruksi kepada bawahannya, bahkan
pemimpin

lebih

banyak

memberikan

bawahannya.
4.Gaya Kepemimpinan Birokratis

20

dukungan

kepada

Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat memimpin berdasarkan


peraturan.

Perilaku

pemimpin

ditandai

dengan

keketatan

pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak


buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat
keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku
tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada
pimpinan dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi
dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari ketentuan yang ada.
Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah
sebagai berikut:
a.Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan
seluruh pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk
melaksanakannya;
b. Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan
melakukan tugas;
c.Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak
menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang telah
ditentukan.

21

5.Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Gaya ini mendorong


kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi
dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini
hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat
kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran
cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit
sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan
anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut: Bawahan
diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugastugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai
produser; Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugastugasnya diberikan hadiah atau penghargaan, di samping adanya
sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan;
Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik
secara umum manajer bertindak cukup baik; Manajer
menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-

22

tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan


kebebasan untuk memberikan pendapatannya.
6.Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian Adalah gaya
pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas
dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter
tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan
oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya

ini

akan

diproyeksikan

dalam

bagaimana

ia

memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat


tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang
dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang
datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
7.

Gaya

Kepemimpinan

kepemimpinan

Demokratis

demokratis

adalah

gaya

Democratic

Gaya

pemimpin

yang

memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap

23

ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu


tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab
para bawahannya. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe
kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Di sini seorang
pemimpin

selalu

mengadakan

hubungan

dengan

yang

dipimpinnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan


hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang
konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan
informasi yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaankebijaksanaan selanjutnya. 8. Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu
menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya
kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan
dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan
model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong
Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang

24

kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang orang yang datang


ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan
ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya,
si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
9.Gaya Kepemimpinan Diplomatis Kelebihan gaya kepemimpinan
diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya.
Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin
dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan
jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan
lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin
dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan
sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak
menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan
seringkali

hal

inilah

yang

meninggalkan si pemimpin.

25

membuat

para

pengikutnya

10.Gaya Kepemimpinan Otoriter Tipe kepemimpinan yang otoriter


biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang
diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka
kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam
bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan
tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah
suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya
sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah
diperhatikan. Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di
pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu
menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah
hasil.

Langkah

langkahnya

penuh

perhitungan

dan

sistematis.Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin


dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan
tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau
dimakan adalah prinsip hidupnya.

26

11.

Gaya

Kepemiminan

Moralis

Kelebihan

dari

gaya

kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan


sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati
Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang
orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala
kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah
emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa
tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat
menyenangkan dan bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya
akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena
melalui gaya kepemimpinan seperti ini

permasalahan dapat di

selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga


hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
12.Gaya Kepemimpinan Administratif Gaya kepemimpinan tipe ini
terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya
konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko
dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan

27

seperti ini jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita
bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation, Routine
change, serta Limited change.
13. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya
kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan
pada proses analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi
yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan
menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka
panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal
serta kuantitatif. 14.Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya
kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian
yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan
dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih
terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul
dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga
muncul kesimpulan yang memuaskan. 15.Gaya kepemimpinan
entrepreneur. Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian

28

kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan


pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini
biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar yang
tinggi.
16. Gaya Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan visioner, adalah
pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja
dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota
perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan
usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Kepemimpinan
Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner
setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana
dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu: 1.Seorang pemimpin
visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara
efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi.
Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan guidance,
encouragement, and motivation. 2.Seorang pemimpin visioner
harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan
bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini

29

termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan


orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran
penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan). 3.Seorang
pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan
mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa.
Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi
untuk

menghasilkan

dan

mempertahankan

kesempurnaan

pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan


organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). 4.
Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan
"ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan
ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data
untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan
lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber
daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan
kebutuhan dan perubahan ini. Dalam era turbulensi lingkungan
seperti sekarang ini, setiap pemimpin harus siap dan dituntut
mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada

30

gaya

kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin harus mampu


mengelola perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya
organiasi yang tidak lagi kondusif dan produktif. Pemimpin harus
mempunyai visi yang tajam, pandai mengelola keragaman dan
mendorong

terus

proses

pembelajaran

karena

dinamika

perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin ketat.

G. INDUSTRIAL
Hubungan industrial adalah hubungan semua pihak yang terkait
atau berkepentingan atas proses produksi barang atau jasa di suatu
perusahaan Hubungan Industrial atau Ketenagakerjaan mencakup
semua aspek hubungan antara pekerja dengan pemberi kerja dalam
lingkungan kerja. Fokus dari hubungan industrial adalah untuk
menciptakan hubungan efektif antara seorang pekerja dengan
pekerja
secara sederhana Hubungan Industrial dapat diartikan sebagai
suatu corak atau sistem pergaulan atau sikap dan perilaku yang

31

terbentuk di antara pelaku proses produksi barang dan jasa, yaitu


pekerja, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.
hubungan Industrial di Indonesia tidak terlepas dari praktik
hubungan industrial di tingkat internasional. Pada saat itu
berkembang dua jenis hubungan industrial, yaitu yang berdasarkan
Marxisme dan Komunisme, dengan penekanan pada politik
daripada sosial ekonomi karena memiliki visi perjuangan
kemerdekaan.
hubungan Industrial setelah kemerdekaan mulai terpolarisasi
dengan sistem serikat pekerja yang pluralistis sehingga hubungan
industrial baik berdasarkan Marxisme maupun Komunisme
berkembang pesat.
Pihak yang berkepentingan

dalam

setiap

perusahaan

(Stakeholders):
1. Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili oleh
pihak manajemen
2. Para pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh
3. Supplier atau perusahaan pemasok

32

4. Konsumen atau para pengguna produk/jasa


5. Perusahaan Pengguna
6. Masyarakat sekitar
7. Pemerintah

Menurut UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 angka


16, Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan industrial adalah
hubungan antara semua pihak yang terkait atau berkepentingan
atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu perusahaan.
Hubungan industrial tersebut harus dicipatkan sedemikian rupa
agar aman, harmonis, serasi dan sejalan, agar perusahaan dapat

33

terus

meningkatkan

produktivitasnya

untuk

meningkatkan

kesejahteraan tersebut.

H. Prinsip hubungan industrial


1. Kepentingan Bersama: Pengusaha, pekerja/buruh, masyarakat, dan
pemerintah
2. Kemitraan

yang

pengusaha

saling

sebagai

menguntungan:

mitra

yang

saling

Pekerja/buruh

dan

tergantung

dan

membutuhkan
3. Hubungan fungsional dan pembagian tugas
4. Kekeluargaan
5. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman bekerja
6. Peningkatan produktivitas
7. Peningkatan kesejahteraan bersama
34

35

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah ini kami menyimpulkan Pembangunan nasional
Indonesia

menuju

negara

maju

tidak

lepas

dari pembangunan di bidang industrial, yang diarahkan pada tercap


ainya kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup bagi seluruh
warga Indonesia.Pembangunan indusrtial akan terwujud apabila
faktor-faktor
berkembang

penunjang
secara

motivasi
optimal,

,kepemimpinan
seperti

tersedia

yarakat
dan

terpenuhinyakebutuhan masyarakat akan kinerja yang bermutu,


aman dan berkha. Untuk dapatmencapai hal tersebut maka
perlu dipelukan dengan dengan motivasi,kepemimpinan dalama
indusrtial.

B. SARAN

36

Alhamdulilllah dengan selesainya makalah ini kami harap dapat


bermanfaat

bagi

pembaca.

Makalah

ini

dari

jauh

dari

kesempurnaan maka dari itu kami sebagai penyusun makalah


berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

C.

37

DAFTAR PUSTAKA

www.gajimu.com Home Hukum Tenaga Kerja Serikat Pekerja


https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_industrial
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28234/4/Chapter%20II.pdf
www.wawasanpendidikan.com Artikel Pendidikan

38

You might also like