You are on page 1of 10

Nama Peserta

Nama Wahana
Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi

: dr. Ni Kadek Pranita Santhi


: RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram
: Vertigo Perifer + Hipertensi Grade II
: 25 Desember 2015
: Ny. G. A
No. RM
:
: 7 Januari 2016
Nama Pendamping :
dr. Ni Gusti Made Noviani
Tempat Presentasi
: Aula RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram
Objektif Presentasi : Tatalaksana Vertigo Vestibular Perifer
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Bahan bahasan:
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas:
Data pasien
:

Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Ny. G.A , 37 tahun, Perempuan, Jl.
No. RM: 030013
Raya Tanjung, Gunung Sari, Lombok
Barat
Nama Klinik: RSAD Wirabhakti
Terdaftar sejak: 25 Desember
Telp:
Tk IV Mataram
2015
Deskripsi: Perempuan, 37 tahun, pusing berputar sejak 4 jam sebelum MRS, mual
(+), Muntah (+), Riwayat HT tidak terkontrol
Tujuan: Untuk Mengetahui Penatalaksanaan yang tepat pada kasus vertigo perifer
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran klinis: Pusing berputar 4 jam sebelum MRS, pusing memberat
bila membuka mata dan pada perubahan posisi, mual (+), muntah (+), riwayat
hipertensi
2. Riwayat Pengobatan: Belum mendapatkan pengobatan untuk keluhan pusing, tidak
3.
4.
5.
6.

terkontrol dalam minum obat anti hipertensi.


Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien sudah 3x mengalami hal serupa selama setahun
Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Lain-lain: Saat ini sedang ada kegiatan keagamaan di rumahnya.
Daftar Pustaka:
1. Baehr, M. Frotscher, M. Diagnosis Topik Neurologi Duus: Nervus Vestibulokokhlearis,
Sistem Vestibuler. Edisi 4. Jakarta. EGC. 2010.
2. Mardjono, M. Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar : Nervus Oktavus, Gangguan
Keseimbangan. Jakarta. Dian Rakyat.
3. Lumbantobing, S.M. Vertigo. Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2007.
4. Wahyudi, K.T. Vertigo. Jakarta. CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012. Vissited at 5 Januari
2016. [ www.kalbemed.com/Portals/6/06_198Vertigo.pdf]
1

Hasil Pembelajaran:
1. Penatalaksanaan Vertigo
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif
Pasien perempuan, 37 tahun, mengeluh pusing berputar sejak tadi siang, 4 jam sebelum
MRS. Pusing berputar ini hingga menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktifitasnya dan
hanya bisa berbaring di tempat tidur. Setiap kali pusing kumat, dirasakan selama kurang lebih 1
2 menit. Biasanya keluhan ini muncul karena pasien kelelahan, dan memberat bila pasien
membuka mata, terpapar cahaya terang, serta mengalami perubahan posisi. Keluhan membaik
bila pasien beristirahat dan menutup matanya. Pasien tidak dikeluhkan kehilangan kesadaran,
saat terjadi serangan.
Selain pusing pasien juga mengeluhkan mual dan muntah bila serangan pusing tersebut
kambuh. Sejak tadi siang pasien sudah muntah sebanyak 2x. Akibat mual muntah ini, pasien
mengeluhkan nyeri pada ulu hatinya, dan juga mulut terasa asam. Pasien menyangkal keluhan
pendengaran berkurang, keluar cairan dari telinga, telinga berdenging, penglihatan ganda dan
kabur, kejang, nyeri kepala, kelemahan anggota tubuh, atupun kesemutan.
Selama setahun terakhir pasien telah mengalami 3 kali serangan pusing berputar. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, namun tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan.

2. Objektif
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Status Generalis:
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: E4V5M6
Tanda Vital
:
Frekuensi Nadi
: 98 kali/menit
Frekuensi Pernafasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,5 0 C
Tekanan darah
: 160/100 mmHg
Kepala
Mata

: Bentuk dan ukuran dalam batas Normal


: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

Telinga

3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)


: Bentuk normal, simetris, MAE lapang dan serumen (-/-). Fungsi

Hidung
Tenggorokan
Thorax

pendenganran kesan normal


: Bentuk normal, tidak ada septum deviasi
: Faring hiperemi (-), tonsil T1/T1
: Inspeksi : simetris (+), retraksi subkostae (-), gerakan napas
simetris
Palpasi: gerakan napas simetris
Perkusi: sonor +/+, batas jantung normal
Auskultasi:

Abdomen

Ekstremitas

Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/ Jantung : S1 S2, tunggal, reguler, murmur (-).
: Inspeksi
: distensi (-)
Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan epigastik (+), hepar lien tidak

teraba
: Akral hangat (+), Oedema (-)

Status Neurologis:

Sikap tubuh : normal

Gerakan abnormal (-)

Motorik: 5/5/5/5

Refleks: tidak dievaluasi


3

Fungsi sensorik: tidak dievaluasi

Tes koordinasi dan keseimbangan:

Nistagmus: -/
Tes romberg: tidak dilakukan

Stepping test: tidak dilakukan

Pointing test: tidak dilakukan

Manuver Hallpike: tidak dilakukan

3. Assesment
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien, dapat
ditegakkan diagnosis pada pasien adalah Vertigo Vestibular Perifer suspect BPPV dengan
Hipertensi Grade II.
Adapun anamnesis yang mendukung diagnosa adalah, adanya keluhan pusing yang berputar
yang muncul secara episodik dan mendadak. Hal ini biasa terjadi pada pasien dengan vertigo
vestibular tipe perifer. Sedangkan pada vertigo vestibular tipe sentral keluhan pusing biasanya
konstan. Vertigo vestibular perifer sering menimbulkan mual hingga muntah, dan hal ini juga
dikeluhkan oleh pasien. Pada pasien tidak dikeluhkan adanya defisit neurologis berupa
kelemahan anggota tubuh, diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas ataupun fungsi motorik.
Berdasarkan hal tersebut kuat dugaan pasien mengalami vertigo vestibular tipe perifer.
Pada pasien keluhan pusing biasanya muncul akibat kelelahan, ataupun adanya perubahan
posisi kepala yang cepat. Keluhan pusing ini biasanya akan membaik setelah 1 2 menit. Pada
vertigo perifer tipe vertigo posisi atau benign paroxysmal positioning vertigo (BPPV) keluhan
pusing akan muncul bila penderita mengalami perubahan posisi kepala yang cepat, dimana
biasanya dari posisi kepala yang mendongak menghadap keatas atau menoleh ke satu sisi,
dengan telinga yang terkena berada di sisi atas, misalnya ketika pasien berubah posisi di tempat
tidur. Keluhan pusing akan segera hilang setelah 10 60 detik. Hal inilah yang dikeluhkan oleh
pasien, sehingga kemungkinan pasien mengalami vertigo vestibular perifer tipe BPPV. Pada
pasien tidak dikeluhkan adanya gangguan pendengaran, baik penurunan pendengaran ataupun
tinitus, sehingga kecil kemungkinan pasien mengalami Mennierre dissease. Pada mennierre
dissease memiliki trias klasik berupa vertigo dengan nausea dan muntah, tuli, dan tinnitus.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya peningkatan tekanan darah yaitu sebesar 160/100
mmHg, dimana tanda tersebut mengarahkan pada dugaan pasien mengalami hipertensi grade II.
Selain itu, hal tersebut dikuatkan dengan pernyataan dari keluarga pasien yang menyatakan
4

pasien memiliki riwayat hipertensi, namun tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya defisit neurologis, sehingga kecil kemungkinan pasien mengalami vertigo
sentral. Pada pasien vertigo memang sebaiknya dilakukan beberapa pemeriksaan keseimbangan
dan tes koordinasi yang sederhana, seperti tes romberg, tes melangkah ditempat (stepping test),
tes salah tunjuk (Past-Pointing), dan Manuver Nylen-Barany atau Hallpike. Pada pasien tidak
dilakukan pemeriksaan ini karena pasien masih merasakan pusing yang berat.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka diagnosis pada pasien ini dapat ditegakkan sebagai
Vertigo Vestibular Perifer tipe BPPV dengan Hipertensi Grade II.
4. Plan
Diagnosis:
Beberapa pemeriksaan penunjang dalam hal ini di antaranya adalah pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, tes toleransi glukosa). Pemeriksaan penunjang dengan CT-scan,
MRI, atau angiografi dilakukan untuk menilai struktur organ dan ada tidaknya gangguan
aliran darah, misalnya pada vertigo sentral.
Pengobatan:
Medikamentosa

IVFD RL 20 tpm
Inj. Difenhidramin 10mg/12jam i.v
Inj. Ondansentron 1 amp/ 8jam i.v
P.o Betahistine 3 x 6 mg (1 tab)
P.o Omeprazole 2 x 1 caps
P.o Domperidone 3 x 10 mg

P.o Captopril 3 x 25 mg
Pendidikan:

Tenangkan pikiran
Jika akan merubah posisi tubuh pelan-pelan
Jika hendak berbaring, sebaiknya mata tertutup dan merebahkan diri pelan-pelan.
Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap (stasioner)
Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak
Latihan dengan Metode Brandt-Daroff
Pasien diharapkan mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur
Pasien disarankan mengontol/memeriksa tekanan darahnya tiap bulan di fasilitas
kesehatan primer terdekat.
5

Konsultasi:
Pasien dan keluarga diberikan penjelasan bahwa keadaan pasien saat ini bisa diatasi di
fasilitas kesehatan primer. Akan tetapi bila nantinya ditemukan adanya defisit neurologis,
seperti lemas setengah badan, penglihatan ganda, pusing berputar hingga tidak sadarkan diri,
taupun kejang, maka pasien harus segera dibawa ke IGD dan akan di konsultasikan ke dokter
spesialis saraf.
Kegiatan
Tatalaksana
hipertensi
KIE

vertigo

Periode
dan 3 hari MRS
Selama perawatan

Hasil yang diharapkan


Tampak perbaikan klinis
Pasien mendapat edukasi tentang
penyakit vertigo dan hipertensi, serta
latihan yang bisa dilakukan selama
dirumah untuk mengurangi vertigo.

MANAJEMEN VERTIGO
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala
yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat
dianjurkan untuk mengurangi keluhan vertigo. Pada penyakit Meniere, misalnya, pengurangan
asupan garam dan penggunaan diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik.
Untuk BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), dapat dicoba dengan bedside maneuver
yang disebut dengan Epley particle repositioning maneuver, seperti pada gambar di bawah ini:

Penatalaksanaan Medikamentosa:
Secara umum, penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama: (i) mengeliminasi
keluhan vertigo, (ii) memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi
gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat yang dapat digunakan
untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:

1. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan vertigo, yang
paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua preparat tersebut dapat
juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai
supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral
memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama
berupa gejala-gejala penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori
dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala penghambatan
muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut kering, konstipasi, dan gangguan
berkemih.
2. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo yang paling
banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya adalah difenhidramin,
siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan pro-metazin. Mekanisme antihistamin sebagai
supresan vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai efek
terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga mempunyai potensi dalam
mencegah dan memperbaiki motion sickness. Efek sedasi merupakan efek samping utama
dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama
kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam (misalnya, meklozin).
3. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di beberapa
negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek
antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada
mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral,
betahistin diserap dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam.
efek samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
4. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada pasien
dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik merupakan neuroleptik. Efek
antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa
8

antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama
kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin
digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari
antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan
yang berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,
distonia akut, dan sebagainya.
5. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat khusus pada
reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan terjadi melalui mekanisme
sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi vestibuler.
Efek farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan,
relaksasi otot, amnesia anterograd, serta antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang
sering digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
6. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam sistem
vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat kanal
kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan
penghambat kanal kalsium yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini
juga digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata
flunarizin dan sinarizin mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihis-tamin-1.
Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang
panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih
dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka
pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan.
Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi
efek samping ini lebih banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
7. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara hati-hati
karena adanya efek adiksi.

8. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai antivertigo tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai prekrusor neuromediator yang
memengaruhi aktivasi vestibuler aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai
antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di
antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di tempat injeksi.
9. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai efek antivertigo di
antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis dopaminergik), dan ondansetron.

10

You might also like