You are on page 1of 9

Nama Peserta

Nama Wahana
Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi

: dr. Ni Kadek Pranita Santhi


: RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram
: Herpes Zoster
: 5 Desember 2015
: Tn. G. S
No. RM
: 002263
:
Nama Pendamping :
dr. Ni Gusti Made Noviani
dr. Fifin Fauziah
Tempat Presentasi
: Aula RSAD Wirabhakti Tk IV Mataram
Objektif Presentasi : Diagnosis Banding dan Penatalaksanaan Herpes Zoster
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Managemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Bahan bahasan:
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas:
Data pasien
:

Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Tn. G. S, 38 th, Laki-laki, Asrama
No. RM: 002263
Gebang
Nama Klinik: RSAD Wirabhakti
Terdaftar sejak: 5 Desember
Telp:
Tk IV Mataram
2015
Deskripsi: Laki-laki, 42th, mengeluhkan muncul bintil-bintil pada lengan atas tangan
kiri sejak 3 hr yang lalu
Tujuan: Untuk Mengetahui Diagnosis banding dan Penatalaksanaan Herpes Zoster
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran klinis: Bintil-bintil berisi air, bergerombol, pada lengan atas
2.
3.
4.
5.
6.

tangan kiri, nyeri (+), gatal (+), pegal (+), meriang (+)
Riwayat Pengobatan: Pasien minum Parasetamol untuk mengurangi gejala meriang.
Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien pernah mengalami cacar air saat masih SD
Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat pekerjaan: PNS Bek Ang
Lain-lain: Sejak 3 hari terakhir daya tahan tubuh pasien menurun
Daftar Pustaka:
1. Ronny P. Handoko. Penyakit Virus. Dalam: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. Hlm 110 2.
2. Camila K Janniger. Herpes Zoster. [Cited 8 Mei 2014. Updated 28 April 2014]. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1132465-overview#aw2aab6b2b2
3. Straus S, et all. Varicella and Herpes Zoster. In: Freedberg I, Eisen A, Wolff K, Austen F,
Goldsmith L, Katz S (eds). Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7 th ed. New
York: McGraw-Hill Professional; 2008. p. 1885 98.
1

4. Eastern JS, Elston DM. Herpes Zoster. [ Cited 8 Mei 2014. Updated 11 mei 2011]. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1132465
5. Siregar. Herpes Zoster. Dalam: Siregar. Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta: EGC;
2005. Hlm. 84 5.
6. Sularsito SA, Djuanda S. Dematitis. Dalam: Djuanda, S. Hamzah, M. Aisah, S. editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2011. hlm 129-150.
7. Daili SF, B Indriatmi W. Infeksi Virus Herpes. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2002.
8. Schalock C.P, Hsu T.S, Arndt, K.A. Viral Infection of the Skin. In : Lippincotts Primary Care
Dermatology. Philadelphia : Walter Kluwer Health. 2011 .p. 148 -151.

9. Camila K Janniger. Herpes Zoster. [Cited 8 Mei 2014. Updated 28 April 2014]. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1132465-workup#a0756
10. Richard J., et. all. Management of herpes zoster and post-herpetic neuralgia now and in the
future. Journal of Clinical Virology 2010;48:S20-S28.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Banding dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

Rangkuman Pembelajaran Porto Folio


1. Subyektif
Keluhan Utama : Bintil bergerombol pada lengan atas tangan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bintil bergerombol pada lengan atas tangan kiri muncul sejak 3 hari yang lalu. Bintil
awalnya muncul hanya satu buah dan kemudian bertambah banyak dan bergerombol pada
lengan atas tangan kiri saja. Bintil-bintil tersebut berisi cairan yang awalnya berwarna
bening, dan kemudian berubah menjadi keruh. Saat bintil-bintil tersebut pecah, kulit lengan
atas tangan kiri yang terkena cairan itu akan timbul bintil-bintil yang baru, dan bintil yang
telah pecah tersebut akan menimbulkan keropeng. Saat pasien merasa meriang, bintil baru
akan muncul di lengan atas tangan kirinya. Bintil juga dirasakan gatal dan nyeri pada lengan
atas tangan kiri saja.
Pasien mengatakan bahwa sejak 1 minggu terakhir ini, banyak kegiatan baik di rumah
ataupun di kantor. Beberapa rekan kerja pasien banyak yang terserang flu. Pasien sering
merasa kelelahan selama seminggu terakhir ini. Kemudian muncullah bintil-bintil pada
lengan atas tangan kirinya. Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan kulit di bagian lain,
tidak mengeluhkan kelemahan untuk menggerakkan lengan, hanya saja tangannya terkadang
terasa pegal. Pasien mengatakan pernah mengalami cacar air saat ia masih SD.
2. Obyektif
Status Generalis
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 37,30C
Status Dermatologi
Distribusi: Regional
Regio: Brachialis sinistra
UKK: Vesikel, berdinding kendur, mudah pecah, berbentuk lentikuler, susunan
bergabung sesuai dermatom nervus brachialis, multiple, distribusi unilateral, dengan

konsistensi lunak, disertai erosi yang ditutupi oleh krusta berwarna kekuningan
hingga coklat.
3. Assesment
A. Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel
unilateral oleh reaktivasi virus Varisela-zoster, sesuai dengan dermatomanya. Virus varicella
zoster bertanggung jawab untuk dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varisela atau
chickenpox (cacar air) dan Herpes zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi
pertama kali pada individu yang berkontak dengan virus varicella zoster. Virus varisela zoster
dapat mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama Herpes
zoster atau Shingles. Pada usia di bawah 45 tahun, insidens herpes zoster adalah 1 dari 1000,
semakin meningkat pada usia lebih tua.
B. Patogenesis
Pada herpes zoster patogenesisnya belum semua diketahui. Selama terjadinya varicella,
virus berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensoris dan
ditransportasikan secara centripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada
ganglion tersebut terjadi infeksi laten, latensi ini menandakan virus dapat bertahan seumur
hidup hospes, dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus.
Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan imunitas. Pada
saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali bermultipikasi sehingga terjadi reaksi radang dan
merusak ganglion sensoris. Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang
otak dan melalui syaraf sensoris akan sampai ke kulit dan akan timbul gejala klinis.

Gambar 1. Patogenesis Herpes Zoster


C. Gambaran Klinis dan Diagnosis
Lesi herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa. Herpes
zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu sistemik
(demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu akan timbul
eritema yang berubah menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang edema dan
eritematosa. Vesikel tersebut berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi
pustul dan krusta. Jika mengandung darah disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Jika
disertai dengan ulkus dengan sikatriks, menandakan infeksi sekunder.
Masa tunas dari virus ini sekitar 7-12 hari, masa aktif berupa lesi baru yang tetap timbul,
berlangsung seminggu, dan masa resolusi berlangsung 1-2 minggu. Selain gejala kulit,
kelenjar getah bening regional juga dapat membesar. Penyakit ini lokalisasinya unilateral dan
dermatomal sesuai persarafan. Saraf yang paling sering terkena adalah nervus trigeminal,
fasialis, otikus, C3, T3, T5, L1, dan L2. Jika terkena saraf tepi jarang timbul kelainan
motorik, sedangkan pada saraf pusat sering dapat timbul gangguan motorik akibat struktur
anatomisnya. Gejala khas lainnya adalah hipestesi pada daerah yang terkena.
Penegakan diagnosis herpes zoster umumnya didasari gambaran klinis. Komponen utama
dalam penegakan diagnosis adalah terdapatnya (1) gejala prodromal berupa nyeri, (2)
distribusi yang khas dermatomal, (3) vesikel berkelompok, atau dalam beberapa kasus
ditemukan papul, (4) beberapa kelompok lesi mengisi dermatom, terutama dimana terdapat
nervus sensorik, (5) tidak ada riwayat ruam serupa pada distribusi yang sama (menyingkirkan
5

herpes simpleks zosteriformis), (6) nyeri dan allodinia (nyeri yang timbul dengan stimulus
yang secara normal tidak menimbulkan nyeri) pada daerah ruam.
Pemeriksaan penunjang pada kasus herpes zoster adalah pemeriksaan percobaan tzanck
dan dapat ditemukan sel datia berinti banyak (Gambar 2). Pemeriksaan tzanck
mengkonfirmasi bahwa lesi tersebut merupakan lesi herpetik tetapi tidak dapat membedakan
antara virus varisela-zoster dan virus herpes lainnya. Selanjutnya, tes ini memiliki
keterbatasan dalam sensitifitas dibandingkan dengan metode diagnostik lainnya, seperti
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).

Gambar 2. Sel datia berinti banyak pada pemeriksaan Tzanck

D. Diagnosis Banding Herpes Zooster


1. Varisela
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan infeksi primer virus
varisela-zoster (VVZ). Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan sangat menular,
dapat melalui kontak langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui udara ( droplet
infection). Masa inkubasi pada pasien imunokompeten 10-21 hari, sedangkan pada
pasien imunokompromais lebih singkat, yakni kurang dari 14 hari. Pada anak kecil
imunokompeten jarang terdapat gejala prodromal, kadang hanya demam dan malese
ringan bersamaan dengan timbulnya lesi kulit. Pada pubertas dan dewasa biasanya
terdapat gejala prodromal berupa demam, kedinginan, malese, nyeri kepala, anoreksia,
nyeri punggung, dan atau nyeri tenggorokan 2-3 hari sebelum lesi kulit timbul. Lesi
kulit awalnya timbul di wajah dan skalp, kemudian menyebar cepat ke badan dan
6

sedikit ke ekstremitas sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Gatal biasanya


timbul selama vesikel masih terbentuk. Lesi awal berupa makula eritematosa yang
cepat menjadi papul,vesikel, pustul, dan krusta dalam beberapa hari. Gambaran khas
adalah terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada pasien
imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat bula, serta nekrotik.
Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain super-infeksi bakterial, pneumonia, varisela,
ensefalitis/meningoensefalitis varisela.
2. Herpes simplex
Manifestasi umum infeksi Herpes simplex virus (HSV) adalah lenting pada bibir
(herpes labialis, cold sores, fever blisters) dan infeksi herpes genital. Setelah beberapa
hari terjadinya sensasi seperti terbakar sebagai gejala prodromal, timbul sekelompok
vesikel yang akan cepat pecah sehingga terbentuk ulkus dangkal. Infeksi primer dapat
disertai gejala konstitusi berupa demam, lesu, dan anoreksia yang berlangsung sampai
3 minggu. Bila terjadi rekurensi, gejala yang ada lebih ringan, biasanya tanpa gejala
konstitusi dan menghilang dalam waktu 7 hari. Pada sebagian besar orang, dapat
disertai sensasi terbakar selama beberapa hari. Rekurensi dapat dipicu oleh pajanan
terhadap matahari (herpes labialis) trauma (misalnya gigitan pada bibir atau hubungan
seksual), dan demam. Orang dengan defisiensi imun misalnya pada infeksi HIV dapat
terjadi infeksi yang lebih parah dan rekurensi yang lebih sering. Herpes genital dapat
menjadi kronik, menetap beberapa bulan, berupa ulkus yang dapat meliputi bagian
besar daerah genital dan kulit sekitarnya, menyebabkan nyeri hebat. Infeksi HSV dapat
menular melalui kontak langsung. Infeksi ini sangat mudah menular terutama bila
terdapat lesi, dan pasien dapat melepaskan virusnya meskipun sedang dalam keadaan
asimtomatik.
E. Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan herpes zoster adalah mempercepat proses penyembuhan,
mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut dan kronik, serta mengurangi risiko
komplikasi. Untuk terapi simtomatik terhadap keluhan nyeri dapat diberikan analgetik
golongan NSAID seperti asam mefenamat 3 x 500mg per hari, indometasin 3 x 25 mg per
hari, atau ibuprofen 3 x 400 mg per hari. Kemudian untuk infeksi sekunder dapat diberikan
7

antibiotik. Sedangkan pemberian antiviral sistemik direkomendasikan untuk pasien


berikut:
1. Infeksi menyerang bagian kepala dan leher, terutama mata (herpes zoster oftalmikus).
Bila tidak diterapi dengan baik, pasien dapat mengalami keratitis yang akan
menyebabkan penurunan tajam penglihatan dan komplikasi ocular lainnya
2. Pasien berusia lebih dari 40 tahun.
3. Herpes zoster diseminata (dermatom yang terlibat multipel) direkomendasikan
pemberian antiviral intravena
4. Pasien yang imunokompromais seperti koinfeksi HIV, pasien kemoterapi, dan pasca
transplantasi organ atau bone marrow. Pada pasien HIV, terapi dilanjutkan hingga
seluruh krusta hilang untuk mengurangi risiko relaps; dan
5. Pasien dengan dermatitis atopik berat
Obat antiviral yang dapat diberikan adalah asiklovir atau modifikasinya, seperti
valasiklovir, famsiklovir, pensiklovir. Obat antiviral terbukti efektif bila diberikan pada
tiga hari pertama sejak munculnya lesi, efektivitas pemberian di atas 3 hari sejauh ini
belum diketahui. Dosis asiklovir adalah 5 x 800mg per hari dan umumnya diberikan
selama 7-10 hari. Sediaan asiklovir pada umumnya adalah tablet 200 mg dan tablet 400
mg. Pilihan antiviral lainnya adalah valasiklovir 3 x 1000mg per hari, famsiklovir atau
pensiklovir 3 x 250 mg per hari, ketiganya memiliki waktu paruh lebih panjang dari
asiklovir. Obat diberikan terus bila lesi masih tetap timbul dan dihentikan 2 hari setelah
lesi baru tidak timbul lagi.
Untuk pengobatan topikal, pada lesi vesikular dapat diberikan bedak untuk pencegahan
pecahnya vesikel. Bila vesikel sudah pecah dapat diberikan antibiotik topical untuk
mencegah infeksi sekunder. Bila lesi bersifat erosif dan basah dapat dilakukan kompres
terbuka.
Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar tidak terjadi
infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi
lebih sulit untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi
sekunder. Selanjutnya pasien tetap dianjurkan mandi, mandi dapat meredakan gatal. Untuk
mengurangi gatal dapat pula menggunakan anti histamin.
Pasien dengan komplikasi neuralgia postherpetic dapat diberikan terapi kombinasi atau
tunggal dengan pilihan sebagai berikut:

1. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dengan dosis 10-25 mg per hari pada
malam hari;
2. Gabapentin bila pemberian antidepresan tidak berhasil. Dosis gabapentin 100300mg per hari;
3. Penambahan opiat kerja pendek, bila nyeri tidak tertangani dengan gabapentin
atau antidepresan trisiklik saja;
4. Kapsaicin topical pada kulit yang intak (lesi telah sembuh), pemberiannya dapat
menimbulkan sensasi terbakar; dan
5. Lidocaine patch 5% jangka pendek.
F. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
4. Plan
Diagnosis
Herpes Zoster
Penatalaksanaan
Herpes zoster
Asiklovir, 5 x 800 mg p.o selama 7 hari
Gentamisin salep kulit 2 x 1 ue
Cetirizin 1x10mg
Vit B comp 1x1
Edukasi: mengurangi sementara aktivitas fisik, jangan digaruk walaupun terasa
sedikit gatal, hindari lenting yang pecah, jangan berdekatan dengan anak-anak
atau orang lain yang belum pernah mengalami cacar air sebelumnya. Konsumsi
obat harus teratur.
Kontrol kembali ke dokter dalam waktu 7 hari
Neuralgia akibat herpes zoster
Asam mefenamat 3 x 500 mg p.o jika nyeri

You might also like