You are on page 1of 9

Asuhan Keperawatan Striktur Uretra (KMB)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
barokah-Nya, Makalah Asuhan Keperawatan dengan gangguan system perkemihan Striktur
Uretra ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
berbagai pihak yang ikut membantu baik langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah diberikan oleh dosen mata kuliah
keperawatan medical bedah (KMB) oleh ibu Ika Nurwahyuni s.kep. NS untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kurikulum pendidikan keperawatan.
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dan masyarakat
umum dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
perkemihan dan mengaplikasikan pada tatanan klinik baik dirumah akit, pusat-pusat
pelayanan kesehatan maupun dimasyarakat melalui upaya home health care, sehingga
tercapai pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang professional dan berkualitas.
Penulis menyadari makalah ini maih terdapat kekurangan baik materi maupun
penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya, semoga dengan terbitnya ilmu yang dapat memberikan khazanah dan
bermanfaat bagi semuanya. Amien.
Tolitoli, 16 April 2013
Penulis
Rustam
Risnawati
Nusriadi
Rahmayana

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
A.
B.
C.
D.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI.2
TINJAUAN TEORI MEDIS
PENGERTIAN..3
ETIOLOGI3
PATOFISIOLOGI.3
GEJALA KLINIK.....5
KOMPLIKASI..5
TEST DIAGNOSTIK...4
PENATALAKSANAAN..4
TINJAUAN TEORI MEDIS
PENGKAJIAN..6
DIAGNOSA KEPERAWATAN...8
INTERVENSI DAN RASIONAL.....9
EVALUASI..13
DAFTAR PUSTAKA...................................................15

TINJAUAN TEORI MEDIS

a.
b.
c.
d.
e.

1. Pengertian
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan
kontriksi. ( Toto Suharyanto, Abdul Majid Hal 271 )
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan
kontraksi.
(C. Smeltzer, Suzanne ;2002hal 1468)
2. Etiologi
Penyebab striktur uretra umumnya adalah cedera uretral, diantaranya :
Cidera akibat insersi peralatan bedah selama operasi transurethral, pemasnagan kateter atau
prosedur sistoskopi.
Cedera akibat peregangan.
Cedera yang berhubungan dengan kecelakaan.
Uretritis gonorhoe yang tidak ditangani.
Abnormalitas congenital.
3. Patofisiologi
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa
pada uretra merupakan lanjutan dari mukosabuli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri
dari epitelkolumnar, kecuali pada daerah dekatorifisium eksterna epitelnya skuamosa dan
berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis,
artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringanikat) yang tidak sama dengan
semula.
Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga
terjadi striktur uretra.
4. Gejala klinik
a. kekuatan pancaran urin berkurang
b. jumlah urin berkurang
c. retensi urin
d. menimbulkan gejala infeksi misalnya sistitis, prostatitis, dan pielonefritis, karena striktura
uretra menyebabkan urin mengalir balik.
5. Komplikasi
Striktur uretra menyebabkan retensi urin di dalam kantung kemih.Penumpukan urin
dalam kantung kemih beresiko tinggi untuk terjadinya infeksi,yang dapat menyebab ke
kantung kemih, prostat, dan ginjal. Abses di atas lokasistriktur juga dapat terjadi, sehingga
menyebabkan kerusakan uretra dan jaringandi bawahnya.Selain itu, resiko terjadinya batu
kandung kemih juga meningkat, timbulgejala sulit ejakulasi, fistula uretrokutaneus
(hubungan abnormal antara uretradengan kulit), dan gagal ginjal (jarang).
6. Test diagnostic
1.
Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7
atau lebih besar, bakteria.
2.
Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
3.
BUN/kreatin: meningkat

4.
Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui
panjangnya penyempitan uretra dibuat fotoiolar (sisto) uretrografi.
5.
Uroflowmetri: untuk mengetahui derasnya pancaransaat miksi
6.
Uretroskopi: Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
7. Penatalaksanaan
Penanganan dapat mencakup dilatasi secara bertahap terhadap area yang menyempit
( menggunakan logam yang kuat atau bougies ) atau secara bedah.
Jika striktur menghambat pasase kateter, maka menggunakan beberapa filiform
bougies untuk membuka jalan. Ketika salah satu bougie mampu mencapai kandung kemih,
kemudian dilakukan fiksasi, dan urine di drainase dari kandung kemih. Jalan yang telah
terbuka tersebut kemudian didilatasi dengan menggunakan alat pendilitasi yang mengikuti
filiform sebagai petunjuk.
Setelah dilatasi dapat dilakukan rendam duduk menggunakan air panas dan analgesic
non-narkotik untuk mengendalikan nyeri. Pemberian antimicrobial ( antibiotic ) diresepkan
untuk beberapa hari setelah dilatasi.
Eksisi bedah atau uretroplasti diperlukan untuk kasus yang parah. Sistostomi
suprapubis mungkin diperlukan untuk beberapa pasien.

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan system perkemihan dengan melakukan anamnesa
keperawatan dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostic.
a. Anamnesis
Anamnesa pada klien dengan gangguan system perkemihan mencakup tanda dan gejala yang
cenderung kearah penyakit pada saluran kemih. Yang meliputi:
1) Rasa nyeri
Rasa nyeri akibat ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan distensi mendadak pada
kapsula ginjal. Nyeri ginjal dapat dirasakan sebagai rasa sakit yang tumpul pada sudut

2)

3)

4)
a.
b.
c.
(1)
(2)
(3)
d.
(1)
(2)
(3)
e.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
f.
g.
h.
i.

kostovertebral ( daerah yang berbentuk oleh selubung iga dan kolumna vertebralis ) dan rasa
sakit ini dapat menjalar sampai ke umbilicus.
Kelainan ureter akan menimbulkan rasa nyeri didaerah punggung dan menjalar ke
abdomen, paha bagian atas, testis atau labium. Nyeri dibagian pinggang yang menjalar ke
abdomen bawah ataau epigastrium, dan sering disertai mual, muntah, serta ilius paralitik
dapat menunjukkan adanya kolik renal.
Nyeri kandung kemih dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau infeksi
kandung kemih. Sering dijumpai perasaan ingin berkemih, tenesmus ( nyeri ketika
mengejan ), dan disuria terminal ( nyeri pada akhir berkemih ).
Nyeri meatus uretra akan terjadi pada iritasi kandung kemih atau uretra yang
disebabkan oleh infeksi ( uretritis ), trauma atau adanya baenda asing dalam saluran
perkemihan bagian anterior ( depan ).
Perubahan pada eliminasi ( pengeluaran ) urin
Eliminasi urin atau mikturisi biasanya tanpa nyeri dengan frekuensi 5-6 kali sehari dan
kadang kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu membentuk dan mengeluarkan
urin sebanyak 200-1500 ml dalam waktu 24 jam.
Masalah umum yang menyertai eliminasi urin adalah keluhan sering berkemih,
inkontinensia ( tidak mampu menahan kemih ), poliuria ( sering berkemih ), oliguria ( sedikit
berkemih ), dan hematuria ( air kemih mengandung darah ).
Gejala gastrointestinal ( saluran pencernaan )
Hubungan anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput pancreas, hati dan kandung
empedu dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal. Kedekatan ginjal kiri dengan kolon,
lambung, dan pancreas limpa juga menimbulkn gejala intestinal. Gejala ini mencakup mual,
muntah, diare, gangguan rasa nyaman abdomen dan ilius paralitik.
Riwayat keperawatan
pengkajian riwayat keperawatan harus mencakup informasi yang berhubungan dengan fungsi
ginjal dan saluran perkemihan:
Keluhan utama klien atau alas an utama mengapa dating kerumah sakit atau dokter/perawat.
Adanya rasa nyeri: lokasi, karakter, durasi dan factor yang memicunya.
Riwayat infeksi saluran perkemihan:
Terapi dan perawatan dirumah sakit yang pernah dialami.
Adanya gejala panas atau menggigil
Riwayat penggunaan kateter atau sistoskopi sebelumnya.
Gejala kelainan buang air kemih
Disuria: nyeri pada saat akan berkemih, kapan keluhan ini terjadi.
Hesistansi: nyeri selama dan sesudah berkemih
Inkontinensia
Riwayat salah satu keadaan berikut ini:
Hematuri: perubahan warna atau volume urin.
Nokturi ( sering berkemih di malam hari , kapan dimulainya.
Riwayat penyakit pada masa anak-anak sepertiimpetigo atau sindrom nefrotik.
Riwayat batu ginjal
Riwayat penyakit diabetetes mellitus , hipertensi, trauma abdomen, cedera medulla spinalis,
atau kelainan neurologi lain.
Adanya riwayat lesi pada genital atau penyakit menular seksual.
Riwayat penggunaan obat-obatan.
Riwayat merokok.
Riwayat penyalagunaan obat atau alcohol.

b. Pemeriksaan Fisik

1)

2)
a)
b)
c)
d)

Gangguan fungsi ginjal mempengaruhi semua system tubuh, sehingga diperlukn pengkajian
yang menyeluruh. Disamping itu, pengkajian tersebut secara spesifik harus berfokus pada
saluran perkemihan.
Tehnik pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan system perkemihan:
Inspeksi
Inspeksi pada daerah muka dan ekstermitas. Untuk menemukan gejala edema yang
menunjukkan retensi caiaran.
Inspeksi daerah inguinal untuk menemukan pembesaran nodus limfatikus, hernia inguinal
atau femoral.
Palpasi
Palpasi dapat langsung membantu menentukan ukuran dan mobilitas ginjal.
Tehnik palpasi pada ginjal adalah sebagai berikut:
Atur posisi klien terlentang atau supinasi, pemeriksaan meletakkan salah satu tangannya
dibelakang pinggang klien dengan jari-jari tangan yang tidak mengenai iga bagian bawah.
Tangan yang lain ( telapak tangan menghadap ke bawah ) ditempatkan disebelah anterior
( depan ) ginjal dengan jari-jari tangan tepat diatas umbilicus.
Klien diminta untuk menarik nafas dalam dan tangan pemeriksa yang berada disebelah
anterior ditekan kedepan.
Rasakan bahwa tangan menyentuh kutub ginjal yang licin dan bulat diantara kedua belah
tangan; ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan yang kiri.

2. Diagnose keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi urine
b. Perubahan eliminasi urin b/d stimulasi kandung kemih, iritasi ginjal atau uretra, obstruksi
mekanik, inflamasi atau trauma jaringan
c. Retensi urine ( akut/kronik ) b/d obstruksi mekanik, pembesaran prostat, ketidakmampuan
kandung kemih untuk bermkontraksi secara adekuat.
d. Nyeri akut b/d iritasi mukosa kandubg kemih, spasme otot, trauma jaringan peningkatan
frekuensi / dorongan kontraksi uretra
e. Perubahan nutrisi ( resiko tinggi ) : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
mual/muntah, peningkatan kebutuhan metabolik, pembatasan diet.
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d kurang terpajaan
informasi, salah mengartikan informasi, tidak mengenal sumber informasi
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi urine
Perencanaan dan implementasi
Rasional

Pantau nadi dan tekanan darah, serta central

Takikardi dan hipertensi terjadi karena


Venous pressure
( CVP )

kegagalan

ginjal

pemberian

cairan

mengeluarkan
berlebihan

urin;
selama

pengobatan hipovolemia;perubahan fase


oliguri.

Batasi cairan sesuai indikasi

Manajemen

cairan

diukur

untuk

menggantikan pengeluaran dari semua


sumber ditambah insensible water loss.

Membantu menghindari periode tanpa

Rencanakan pengantian variasi cairan daalam cairan; menurunkan rasa haus.


pemberian. Berikan minuman yang disukai.

Kelebihan cairan dapat menimbulkan


edema paru dan gagal jantung yang

Auskultasi paru dan bunyi jantung.

dibuktikan adanya suara paru tambahan dan

bunyi jantung ekstra.


Kateterisasi mengeluarkan
saluran

Pasang atau pertahankan kateter sesuai indikasi.

bawah

dan

obstruksi

memudahkan

pengawasan akurat pengeluaran urin.

Pantau hasil-hasil pemeriksaan laboratorium

Mengkaji adanya disfungsi ginjal,


seperti BUN, kreatinin, elektrolit, Hb/Ht.
hipo/hipernatremia, hipo/hiperkalemia, dan
adanya anemia.

Kolaborasi

pemberian

obat

diuretic

( furosemid/lasix ).

Kolaborasi

melebarkan

menurunkan

lumen

tubular,

hiperkalemia,

dan

meningkatkan pengeluaran urine.

Untuk

pemberian

Untuk

melebarkan

obat menurunkan

lumen

tubular,

hiperkalemia,

dan

meningkatkan pengeluaran urine.

antihipertensi
( catapres,metildopa, prazosin )

Kolaborasi

pemberian

obat

antihipertensi

Diberikan untuk mengatasi hipertensi


akibat dari kelebihan volume cairan.

( catapres, metildopa, prazosin ).


b. Perubahan eliminasi urin b/d obstruksi mekanik
Perencanaan Dan Implementasi
Rasional

Pantau masukan dan pengeluaran serta

Memberikan informasi tentang fungsi ginjal


karakteristik urin.

dan adanya komplikasi. Contoh infeksi dan

perdarahan.
Kaji adanya keluhan nyeri kandung kemih:

Dorong untuk meningkatkan pemasukan palpasi adanya distensi suprapubik, dan


perhatikan penurunan haluaran urin dan adanya
cairan.
edema periorbital.

Peningkatan

BUN

dan

kreatinin

serta

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium : elektrolit menandakan disfungsi ginjal.

Diamox dapat meningkatkan pH urin; HCT


elektrolit, BUN, kreatinin.
Kolaborasi pemberian obat sesuai dengan digunakan untuk mencegah statis urin; K atau
Na fosfat untuk menurunkan pembentukan
indikasi ( misalnya diamox, HCT, kalium atau
batu fosfat; biknat untuk mencegah
natrium fosfat, biknat, dan antibiotic.
pembentukan batu kalkuli akibat alkalinisasi
urin; dan antibiotic untuk mengobati infeksi.

Memudahkan pemantauan akurat pengeluaran


urin.

Pasang atau pertahankan kateter sesuai

Supaya klien siap dan tidak cemas.

indikasi.

Siapakan klien untuk prosedur pemeriksaan


endoskopi.

c.

Retensi urine ( akut/kronik ) b/d obstruksi mekanik


Perencanaan dan implementasi
Rasional

Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam

Meminimalkan
dan saat ada keinginan.

urine

dan

distensiberlebihan pada kandung kemih.

Observasi aliran urin perhatikan ukuran dan

kekuatan.

retensi

Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan


pilihan intervensi.

Anjurkan klien untukminum sampai 300 ml

Peningkatan cairan mempertahankan perfusi


ginjal serta kandung kemih dari bakteri.

sehari, jika masih toleransi.

Perkusi/palpasi area suprapubik.

Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea


suprapubik.

Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan

Pantau tanda vital, edema, perubahan mental penurunan eliminsi cairan dan akumulasi sisa

dan timbang berat badan tiap hari.

toksik.
Meningkatkan
edema,dan

Berikan rendam duduk sesuai indikasi.

relaksasi

dapat

otot,penurunan

meningkatkan

upaya

berkemih.

Kateterisasi

untuk

residu

urin

pertahankan kateter sesuai indikasi.


Irigasi kateter sesuai indikasi

dan

Menghilangkan / mencegah retensi urin.

Mempertahankan patensi aliran urine.

d. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretra


Perencanaan dan implementasi
Rasional

Kaji nyeri, perhatikan lokasi dan

Nyeri tajam, intermiten sekitar kateter


intensitas nyeri.

menunjukkan spasme kandung kemih.

Menurunkan

tegangan

otot,

Berikan rasa nyaman ( sentuhan memfokuskan kembali perhatian, dan


dapat meningkatkan kemampuan koping.
terapiutik
perubahan
posisi,
pijatan/kompres hangat pada punggung)
dan dorong penggunaan tehnik relaksasi (
latihan nafas dalam, visualisasi atau

imagery).

e.

Menurunkan rasa nyeri akut dan


meningkatkan

relaksasi

otot.

Anti

Kolaborasi pemberian obat analgetik, spasmodic dapat menurunkan spasme


otot. Sedangkan kortikosteroid dapat
antispasmodic dan kortokosteroid.
menurunkan edema jaringan.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d kurang terpajaan
informasi, salah mengartikan informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Perencanaan dan implementasi
rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang proses
Memberikan dasar pengetahuan dimana klien
penyakit, prognosis dan pengobatan yang dapat membuat pilihan informasi.
belum diketahui.

Meningkatkan pengetahuan klien tentang

Diskusikan tentang proses penyakit, prognosis penyakitnya,


dan pemeriksaan dan pengobatan yang akan pengobatan.
diberikan.

prognosis

dan

program

4. Evaluasi Keperawatan
a. Haluaran urine tepat, dengan berat jenis ( hasil pemeriksaan laboratorium ) mendekati
normal; berat badan stabil; tanda vital dalam batas normal; tidak ada edema.
b. Buang air kecil dengan pola dan jumlah yang normal tanpa adanya obstruksi
c. Buang air kecil yang cukup dan tak teraba adanya distensi kandung kemih.
d. Rasa nyeri klien hilang atau berkurang atau terkontrol dengan menunjukkan keterampilan
relaksasi, tampak rileks dan istirahat/ tidur dengan nyaman.
e. Klien menyatakan mengetahui proses penyakit, prognosis dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperwtan Medical Bedah, Jakarta, 1997.
Suharyanto Toto, Madjid Abdul, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Perkemihan, Jakarta, 2009.
www. Google. com

You might also like