Professional Documents
Culture Documents
I
DENGAN DIAGNOSA TYPHOID DI RUANGAN E2
RSUD DR. A DADI TJOKRODIPO BANDAR LAMPUNG
NAMA KELOMPOK :
AGUS MURNIATI
ANGGA FERI SAPUTRA
BIL ATIA INDA MELIA
FADILA WIDYA SARI
IFAN RIANDA
INDRA WATI
JEFRI IVAL
KHUSNA FAUZIAH
LILI SURYATI
NURMA ANDRIANI
OKTA SETYAWATI
RISKA FITRIA YULIANTO
VERRA ANGGRAINI
WAHYUDA PUTRA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRODI D III KEPERAWATAN
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2016
JL. MAKAM KH. GHALIB NO. 112 PRINGSEWU LAMPUNG
TELP 072922537
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul
DEMAM TYPHOID ini bertujuan sebagai salah satu wadah dalam proses pembelajaran di
akademi keperawatan stikes muhammadiyah pringsewu lampung.
Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi kepada para pembaca
untuk memahami tentang penyakit typhoid.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa hasil dari proses pembuatan makalah
inimasih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis senantiasa untuk menerima
saran dan kritikkan dari berbagai pihak. Utamanya dari CI dan dosen demi penyempurnaan
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Bandar Lampung,
Penulis
Mei 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demam typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sitemik yang disebabkan oleh
salmonella thypiyang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak didaerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk,kesehatan pengolahan makanan yang masih rendah
(simanjuntak, c.h, 2009)
Besarnya angka pasti kasus demamtyphoid di duniasangat sulit ditentukan karena
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data
world healt organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam typhoid diseluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap
tahun. Insidens rate demam typhoid di asia selatan dan tenggara termasuk china pada
tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia
masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan pertahun dengan rata-rata kasus pertahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka
kematian demam typhoid di indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%
(Nainggolan, R, 2011)
Berdasarkan laporan ditjen pelayanan medis depkes RI pada tahun 2008, demam typhoid
menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasienrawat inap rumah sakit di
indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15% urutan ketiga ditempati
oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009)
Apabila demam typhoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian. Seperti, perdarahan usus,
kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru) dan
kelainan pada otak. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya demam typhoid dan
menurunkan angka kejadian,harus memperhatikan sanitasi lingkungan, pola makan yang
sehat dan rajin mencuci tangan terutama sebelum dan setelah makan.
Alasan kami memilih kasus demam typhoid ini adalah dikarenakan dirumah sakit DR. A.
DADI TJOKRODIPO demam Thypoid Salah satu penyakit yang cukup sering kita jumpai
yang diderita oleh pasien baik anak-anak maupun orang dewasa. Karena termasuk dalam
10 besar penyakit terbanyak diruang rawat inap di E2.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa definisi dari demam typhoid ?
1.2.2 Apa etiologi dari demam typhoid ?
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.2.10
1.3 TUJUAN
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui demamtyphoid dan asuhan keperawatan pada pasien demam
typhoid.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Mengetahui anatomi dan disiologi usus halus.
1.3.2.2 Mengetahui definisi dari demam typhoid.
1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari demam typhoid.
1.3.2.4 Mengetahui patofisiologi dari demam typhoid.
1.3.2.5 Mengetahui manifestasi klinis dari demam typhoid.
1.3.2.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari demam typhoid.
1.3.2.7 Mengetahui penatalaksanaan medis dari demam typhoid.
1.3.2.8 Mengetahui komplikasi dari demam typhoid.
1.3.2.9 Mengetahui cara mencegah demam typhoid.
1.3.2.10 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typhoid.
1.4 MANFAAT
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami pengertian dan
asuhan keperawatan dari demam typhoid. Dan dapat mencegah terjadinya penyakit
tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga kita sebagai perawat mampu bertindak
sesuai dengan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi (Mansjoer, A, 2009).
Tifoid ialah penyakit infeksi akut biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
(Ngastiyah, 2014)
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi, 2006). Tifoid adalah penyakit
infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan
para typhus abdominalis (Seoparman, 2007).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Anatomi Fisiologi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor
(usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang
biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum,
panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan
absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah
dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
a. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding ususu kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usu melepaskan lendir
(yangmelumasi isis usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan pecahan
makanan yang dicerna).dinding usus juga melepaskan sejumlah enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitidial) dan lapisan
serosa.Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum (usus kosong) dan ileum
(usus penyerapan).
1. Duodenum (usus dua belas jari)
Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum
ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri
ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus
wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.
2. Yeyenum (usus kosong)
Yeyenum atau usus kososng adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas
jari dan usus penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kososng. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh
limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Yeyenum diturunkan dari kata sifat jejenu yang berarti "lapar" dalam bahasa inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa laton, jejenus yang berarti "kososng".
3. Ileum (usus penyerapan)
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaa manusia, memiliki panjang sekitar] 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) san berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu`
Absorbsi
Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus
melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah
dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan
jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan
ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak
yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke
dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami
beberapa perubahan. Fungsi usus halus : Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna
untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran saluran limfe. Menyerap protein
dalam bentuk asam amino. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida. Didalam usus
halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan.
Enzim yang bekerja ialah :
1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
3. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
4. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida.
5. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
Hepar merupakan organ terbesar di dalam tubuh , berwarna coklat kemerahan, beratnya 1
kg, berperan penting dalam metabolisme dan penetralan obat Kandung Empedu
merupakan organ berbentuk buah pir, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan
bawah hati, berwarna hijau gelap, berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan lemak
(Syair, H. 2010)
2.2 Etiologi
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida)
b. Antigen (flagella)
c. Antigen VI dan protein membran hialin
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Wong ,2003).
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37oC dan mati
pada suhu 54,4oC (Simanjuntak, C. H, 2009).
2.3 Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada pathogenesisi typhoid, karena membantu proses inflamasi local pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonellaa typhi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leokosit pada jaringan yang meradang.
Dalam minggu pertama : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan
dan gnagguan kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu
kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain
nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian
ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri
tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan
sampai berat seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau
awal minggu kedua. Merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman
salmonella.
Berikut gejala Klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasuskasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
a. Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi
akut pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.
b. Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam,
bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan
tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada
orang Indonesia.
c. Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah. Lidah
ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada
abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar
disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin
pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis
sampai
samnolen.
Jarang
stupor,
koma
atau
gelisah.
hemolitik.
Komplikasi paru. Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
Komplikasi hepar dan kandung empedu, Hepatitis dan kolesistitis
Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis
Komplikasi neuropsikiatrik. Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer,
sindrom, katatoni (Widodo, D. 2007).
thypi,
klien
membuat
antibodi
atau
aglutinin
yaitu
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa,
makin
tinggi
titernya
makin
besar
klien
menderita
tifoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella
typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti
demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum
menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan
SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam
tifoid diklasifikasikan atas:
1 Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan
hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya
2
Tanggal:
PEMBIMBING AKADEMIK
BAB IV
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan keterampilan dasar praktek klinik (KDPK) ini telah disahkan sebagai tugas
Laporan keterampilan dasar praktik klinik(KDPK) Mahasiswa akademi keperawatan STIKES
Muhammadiyah Pringsewu-Lampung tahun 2016
Bandar Lampung,
Mei 2016
PEMBIMBING AKADEMIK
(IIN HANDAYANI,S.KEP.)
NIP 1997 0214 2016 012002
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta
Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nainggolan, R. 2011. Karakteristik Penderita Demam Tifoid. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Umum
Simanjuntak, C. H, 2009. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.
Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Soegijianto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta: Salemba Medika
Soeparman. (2007). Ilmu Penyakit Dalam Edisi I, Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian
Tanggal masuk RS
Jam pengkajian
Tempat praktik
Tempat/ruang
1.
a.
b.
c.
: 05 Mei 2016
: 04 Mei 2016
: 09.00 WIB
: RS DR. A. DADI TJOKRODIPO
: E2
: An. I
: 07 Februari 2004 / 12 tahun
: Perempuan
: Islam
: SMP
: Jl. Basuki Rahmat, Kasuari
: Tn. M
: 40 tahun
: Islam
: Supir
: SLTP
: Ny. N
: 36 tahun
: Islam
: IRT
: SMK
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan saat ini
Alasan masuk RS
Klien datang ke RSUD Dr. A. DADI TJOKRODIPO BANDAR LAMPUNG diantar oleh
keluarganya melalui IGD pada tanggal 4 mei 2016 pukul 18.57 WIB dengan keluhan
demam 6 hari yang lalu, demam naik turun, muntah 4 x/hari, selama 2 hari mual,
batuk pilek 3 hari, BAB cair 1 x (pagi), setelah dilakukan pemeriksaan fisik:
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 35 x/menit
S : 38,3 OC
Keluhan utama : demam
Klien mengeluh demam. Demam meningkat dimalam hari dan menurun di pagi dan
siang hari. Demam dirasakan diseluruh tubuh, suhu 38,3oC. demam dirasa 5 jam.
Demam dirasakan tidak menentu. (siang/sore/malam)
Keluhan penyerta :
Mual, muntah, batuk, pusing.
b. Riwayat kesehatan masalalu
Penyakit yang pernah dialami
Ibu klien mengatakan anaknya pernah mengalami demam 2 bulan yang lalu. Ibu klien
mengatakan anaknya tidak pernah kejang, tidak pernah mimisan. Ibu klien mengatakan
diasuh oleh orang tuanya sendiri. Ibu klien mengatakan anaknya serig bermain dengn
teman-temannya.
2. Pola cultural
Ibu klien mengatakan anaknya menggunakan bahasa Indonesia untuk sehari-hari dank
lien merupakan suku jawa.
3. Lingkungan fisik tempat tinggal
Ibu klien mengatakan lingkungan fiisk tempata tinggalnya cukup bersih, terdapat
ventilasi setiap ruangan, mempunyao wc, dan sumber air bersih.
3. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi
- Sebelum sakit
: ibu klien mengatakan anaknya makan 3x/hari dengan
-
7 gelas/hari.
Saat sakit
: ibu klien mengatakan anaknya minum air mineral 6: ibu klien mengatakan anaknya minum air mineral 2-
d. Pola tidur
- Sebelum sakit
- Saat sakit
dimalam hari pasien rewel karena demam dan pasien jarang tidur siang.
e. Pola hygiene tubuh :
- Sebelum sakit
mandi
sikat gigi
keramas
- Saat sakit
: 2x sehari
: 2x sehari
: 2 hari sekali
: ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mandi
selama di rawat, hanya di lab basah, gigi dan rambut klien tampak kotor
f. Pola aktifitas
- Sebelum sakit
Saat sakit
PEMERIKSAAN FISIK
Pengukuran Pertumbuhan
Tinggi badan
: 148 cm
BB sebelum sakit
: 41 kg
BB saat sakit
: 39 kg
b.
1.
2.
-
Keadaan Umum
Tingkat kesadaran : composmetis
Tanda tanda vital
:
TD
: 100/70 mmHg
S
: 38,3 oC
RR
: 35x/menit
N
: 88x/menit
e. Sirkulasi cerebral
GCS : 15, E : 4 V : 5 M : 6 reaksi pupil terhadap cahaya baik, tidak ada kelainan bunyi
jantung, terdapat nyeri dada, tidak ada distansi vena jugularis.
f. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien kotor, tidak ada kesulitan menelan, klien mual, klien muntah,
terdapat nyeri perut dibagian epigstrium dengan skala nyeri 4, bising usus 10x/menit
tidak terdapat pembesaran hati dan limfa. Keadaan anus normal tidak memiliki
hemoroid.
g. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada tremor.
h. Sistem urogenital
Tidak ada kelainan bntuk genetalia, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada pembesaran
pola berkemih, tidak terpasang kateter.
i. Sistem integumen
Keadaan ramut kuat, kulit kepala kotor, kuku klien sedikit kotor, keadaan kulit elastis,
warna kulit sawo matang, tidak terdapat luka.
j. Sistem muskoloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam bergerak, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang
dan sendi.
k. Sistem imunologi
Tidak ada pembesaran getah bening.
7. TES DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal
: 04 Mei 2016
Jenis pemeriksaan : darah lengkap dan widal
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN
Leukosit
Leukosit Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Eritrosit
HASIL
3960
80
11
9
5.260.000
Hemoglobin
11.0
Hematokrit
33.6
NILAI NORMAL
5000-1000 /uL
50-70 %
20-40 %
2-8 %
L : 4,4-5,5 x 106/uL
P : 3,5-4,5 x 106/uL
L : 13,5-18,0 gr/dL
P : 12,0-16,0 gr/dL
L : 40-54 %
Trombosit
P : 38-47 %
150-400 x 103/uL
34400
NILAI
NORMAL
H
O
Antigen
Paratyphi A O
Antigen
Paratyphi B O
Antigen
8.
1.
2.
3.
4.
5.
HASIL
Negatif
PEMERIKSAAN
Hbs Ag
Anti Dengue
IgG IgM
1/160
Negatif
1/320
Negatif
1/160
Negatif
TERAPI / PENGOBATAN
Ceftriaxone
Ranitidine
Ondansentron
Paracetamol
Infuse KA EN 3B
Dengue
NILAI
HASIL
NORMAL
Negatif
IgG:
Negatif
Negatif
IgM :
NS-1
Negatif
Negatif
Antigen
Anti HIV
NonReaktif
: 1 gr/ 12 jam
: 2,5 mg/12 jam
: 4 mg/ 24 jam
: 3 x 500 mg/ 8 jam
: 20 tts/menit ( macro)
9. DATA FOKUS
Data subjektif :
Ibu klien mengatakan anaknya demam
Ibu klien mengatakan demam anaknya meningkat dimalam hari
Ibu klien mengatakan anaknya demam seperti menggigil
Ibu klien mengatakan demam anaknya berlangsung secara terus-menerus 6 hari yang
lalu
Ibu klien
mengatakan
demam
anaknya
dirasakan
tidak
menentu
siang,sore,malam)
Ibu klien mengatakan anaknya merasakan nyeri pada epigastrium
Ibu klien mengatakan anaknya muntah-muntah
Ibu klien mengatakan anaknya mual
Ibu klien mengatakan anaknya makan 3x/hari 5 sendok makan porsinya
Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan
(pagi,
Ibu klien mengatakan bb anaknya turun 2kg dari 41kg menjadi 39kg
Data objektif :
Kulit teraba hangat
Suhu 38,3 oC
Klien terlihat menggigil
Hasil laboratorium leukosit 3960/uL
Muka klien terlihat merah
Klien terlihat lemas
Klien terlihat menangis saat menahan nyeri
Skala nyeri 3 dari rentang 0-5
Muntah 4 kali dalam sehari 500cc
Klien terlihat mual
Klien hanya menghabiskan 5 sendok makan tiap porsi yang disediakan di rs
BB klien turun dari 41kg menjadi 39kg
DATA PENUNJANG
MASALAH
Hipertermi
DS:
PENYEBAB
Infeksi virus
bakteri
typhosa
menggigil
Ibu klien
mengatakan
demam
salmonella
anaknya
mengatakan
tidak
demam
menentu
anaknya
(
pagi,
siang,sore,malam)
DO:
2.
DS:
Nyeri
pada
epigastrium
3.
DS:
Pemasukan
PERIORITAS MASALAH
1.Hipertermi
2.Gangguan rasa nyaman
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus bakteri salmonella typhosa
2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan nyeri pada epigastrium
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekuat.
RENCANA KEPERAWATAN
N
Hari/tanggal
Dx
O
1.
Kamis,
Mei 2016
Tujuan
Perencanaan
Intervensi
keperawatan
05 Hipertermi b/d Setelah
infeksi
virus dilakukan
1. Monitor
TTV
terutama
suhu
tubuh
Rasional
1. TTV
merupakan
bakteri
ASKEP
salmonella
selama 3x24
mengetahui
typhosa
jam
keadaan
diharapkan
umum klien
hipertermi
acuan
2. Anjurkan
2. Meningkatnya
teratasi
pasien
dengan KH:
banyak minum
-Klien
untuk
tidak
suhu
tubuh
akibat
penyerapan
demam
-suhu
untuk
suhu
36,5
C- 37,0 oC
diimbangi
3. Berikan
dengan cairan
kompres hangat
3. Untuk
memepercepat
4. Anjurkan untuk
memakai
pakaian
tipis
penurunan
suhu tubuh
yang
4. Pakaian
tipis
membantu
mengurangi
5. Kolaborasi
penguapan
dalan
tubuh
pemberian
antibiotic
5. Untuk
dan
mengurangi
antipiretik
2.
Jumat,
Mei 2016
demam
dengan dokter
1. Kaji
tingkat 1. Untuk
b/d dilakukan
pada ASKEP
epigastrium
nyeri intensitas
mengetahui
skala
nyeri
selama
yang dirasakan
3x24jam
klien
diharapkan
2. Anjurkan
nyeri teratasi
tekhni distraksi
dengan KH:
relasasi
-rasa
dalam)
nyeri
(nafas 2. Untuk
menurunkan
berkurang
stimulasi yang
-keadaan
berlebihan
klien rileks
Skala nyeri 0
3. Posisikan
yang
pasien
mengurangi
senyaman
rasa nyeri
3. Posisi
yang
mungkin
nyaman
kompres hangat
dengan
medis
pemberian
analgetik
akan
membantu
4. Anjurkan
5. Kolaborasi
dapat
memberikan
kesempatan
pada otot
tim 4. Menurunkan
rasa nyeri
5. Obat-obat
analgetik dapat
membanu
mengurangi
nyeri pasien
3.
Sabtu,
05 Perubahan
Mei 2016
Setelah
1. Monitor
input 1. Untuk
masukan
pemasukan
jam
nutrisi
kurang
tubuh
dapat
teratasi
dengan KH:
-nafsu makan
lunak
klien
klien
2. Untuk
mengetahui
makanan yang
dan
hangat
4. Berikan
makanan
sedikit
baik
-BAB
mual
3. Berikan
dari
dan
pengeluaran
2. Monitor adanya
tidak diharapkan
adekuat
mengetahui
tapi
perubahan
klien
3. Makanan yang
lunak
baik
untuk
saluan
cerna
pada
klien
4. Makanan yang
sering
bertambah
sedikit
tapi
sering
dapat
memenuhi
5. Kolaborasi
kebutuhan
meningkatkan
atau
makanan yang
tepat
nutrisi klien
5. Untuk
nutrisi klien
No.
DX
1.1
TANGGAL
IMPLEMENTASI
JAM
05 Mei 2016
08.00 WIB
EVALUASI
H : TD = 100/70 mmhg
RR = 35x/menit
S
= 38,3 c
N = 88x/menit
09.10 WIB
2.Menganjurkan
pasien
banyak minum
A=hipertemi
berhubungan dengan
09.40 WIB
untuk banyak
minum
3. Berikan kompres
hangat
4. Kolaborasi dalam
tipis
pemberian obat
antibiotic dan
13.00 WIB
piretik dengan
dokter
05 Mei 2016
08.40 WIB
nyeri
O=skala nyeri 4
tekhnik
distraksi
relaksasi
R : Klien mampu mengikuti
H : klien rileks
A= masalah gangguan
rasa nyaman
berhubungan dengan
11.00 WIB
mungkin
R : klien mau mengikuti
H : klien nyaman
4. Menganjurkan kompres hangat
R : klien mau dikompres
H : setelah dikompres nyeri
berkurang
11.30 WIB
klien senyaman
mungkin
4. Anjurkan kompres
hangat
5. Kolaborasi dengan
tim medis
18.00 WIB
1.3
05 Mei 2016
11.15 WIB
11.30 WIB
2. Memonitor
adanya
mual
nya
R : klien mau bekerjasama
O=klien terlihat mual
H : klien tidak nafsu makan
klien makan hanya 5
karena mual
sendok makan
3. Memberikan makanan yang lunak
11.45 WIB
A=masalah perubahan
dan hangat
R : klien mau makan
nutrisi kurang dari
H : klien makan hanya sedikit 5
kebutuhan tubuh
sendok saja
berhubungan dengan
sering
adekut belum teratasi
R : klien mau makan tapi hanya 5
sendok saja
H : klien makan 5 sendok saja
P=lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya
yang tepat
R : ahli gizi bersedia memberikan
informasi
H : klien memakan makanan
perubahan mual
2. Berikan makanan
sedikit tapi sering
3. Kalaborasi
dengan ahli gizi
untuk pemulihan
nutrisi /makanan
bubur
yang tepat
HARI KEDUA
No.
DX
2.1
TANGGAL
JAM
06 Mei 2016
08.00 WIB
IMPLEMENTASI
EVALUASI
S = klien mengatakan
masih demam
H : TD : 100/70 mmHg
O = suhu klien 37,9oc
RR : 31x/menit
S
: 37,9 oC
N : 85x/menit
A = hipertermi
09.10 WIB
09.30 WIB
2. Menganjurkan
pasien
untuk
minum
salmonella typhosa
belum teratasi
terutama suhu
4. Berkolaborasi dalam pemberian obat 2. Anjurkan pasien
antipiretik dengan dokter
R : dokter bekerja sama dengan perawat
H : paracetamol 1 sendok takar
13.00 WIB
diminum klien
untuk banyak
minum
3. Berikan kpmpres
hangat
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat
antipiretik dan
2.2
06 Mei 2016
08.40 WIB
10.30 WIB
1.
11.00 WIB
antibiotic
S = klien mengatakan
nyeri berkurang
O = skala nyeri 3
A = gangguan rasa
nyaman yang
berhubungan dengan
nyeri pada
epigastrium belum
teratasi
11.30 WIB
obat
R : nyeri berkurang
H : ranitidine 2,5 MG
P : lanjutkan
intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Anjurkan tekhnik
relaksasi
3. Berikan posisi
18.00 WIB
2.3
06 Mei 2016
11.15 WIB
11.45 WIB
nyaman
4. Kolaborasi dalam
1. Memonitor adanya perubahan mual
R : klien mau dikaji
H : klien masih mual
pemberian obat
S = ibu klien
mengatakan anaknya
masih mual
2. Memberikan makanan sedikit tapi sering
R : klien mau makan 5 sendok saja
H : klien makan 5 sendok dari tiap O = klien masih mual
HARI KETIGA
No
TANGGAL
DX
3.1
JAM
07 Mei 2016
08.00 WIB
IMPLEMENTASI
1. Monitor TTV terutama suhu
R : klien mau dikaji
H : TD : 100/80 mmHg
S : 37,6 oC
N : 82x/menit
RR: 30x/menit
EVALUASI
S = klien mengatakan
masih demam
O = suhu : 37,6 oC
Klien terlihat lemas
09.10 WIB
3. Memberikan kompres hangat
A = hipertermi
R : orang tua mau bekerjasama
H :anak klien diberikan kompres berhuungan dengan
hangat pada bagian frontal
09.30 WIB
13.00 WIB
salmonella typhosa
belum teratasi
perawat
P = lanjutkan intervensi
H : paracetamol 1 sendok takar
1. Monitor TTV
diminum klien
terutama suhu
2. Anjurkan klien
banyak minum
3. Berikan kompres
hangat
4. Kolaborasi
dalam pemberian
3.2
07 Mei 2016
08.40 WIB
obat antipiretik
S = ibu klien mengatakn
10.30 WIB
11.00 WIB
klien
O = skala nyeri 1
senyaman
mungkin
R : klien mau mengikuti
H : klien nyaman
A = masalah gangguan
rasa nyaman
berhubungan dengan
nyeri epigastrium
teratasi
P = intervensi
3.3
07 Mei 2016
11.15 WIB
dihentikan
S = klien mengatakan
sudah berkurng mualnya
O = mul klien berkurang
11.45 WIB
sering
Klien makan 10 sendok
R : klien mau makan 10 sendok
dari tiap sendok makan
H : klien makan 10 sendok dari tiap
yang disediakan RS
porsi yang disediakan RS
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemulihan nutrisi / makanan yang
12.30 WIB
A = masalah perubahan
nutrisi kurang dari
tepat
kebutuhan tubuh
R : ahli gizi bersedia memberikan
berhubungan dengan
informasi diet klien
H : klien makan makanan bubur
pemasukan yang tidak
adekut teratasi sebagian
P = lanjutkan interensi
1. Memonitor
adanya
perubahan mual
2. Berikan
makanan sedikit
tapi sering
3. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk pemulihan
nutrisi/makanan
yang tepat
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan keterampilan dasar klinik (KDPK) ini tealh disetujui untuk di persetasikan pada :
Hari
Tanggal
PEMBIMBING AKADEMIK