You are on page 1of 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

I
DENGAN DIAGNOSA TYPHOID DI RUANGAN E2
RSUD DR. A DADI TJOKRODIPO BANDAR LAMPUNG

NAMA KELOMPOK :
AGUS MURNIATI
ANGGA FERI SAPUTRA
BIL ATIA INDA MELIA
FADILA WIDYA SARI
IFAN RIANDA
INDRA WATI
JEFRI IVAL
KHUSNA FAUZIAH
LILI SURYATI
NURMA ANDRIANI
OKTA SETYAWATI
RISKA FITRIA YULIANTO
VERRA ANGGRAINI
WAHYUDA PUTRA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRODI D III KEPERAWATAN
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2016
JL. MAKAM KH. GHALIB NO. 112 PRINGSEWU LAMPUNG
TELP 072922537

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul
DEMAM TYPHOID ini bertujuan sebagai salah satu wadah dalam proses pembelajaran di
akademi keperawatan stikes muhammadiyah pringsewu lampung.
Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi kepada para pembaca
untuk memahami tentang penyakit typhoid.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa hasil dari proses pembuatan makalah
inimasih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis senantiasa untuk menerima
saran dan kritikkan dari berbagai pihak. Utamanya dari CI dan dosen demi penyempurnaan
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

Bandar Lampung,

Penulis

Mei 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demam typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sitemik yang disebabkan oleh
salmonella thypiyang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak didaerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk,kesehatan pengolahan makanan yang masih rendah
(simanjuntak, c.h, 2009)
Besarnya angka pasti kasus demamtyphoid di duniasangat sulit ditentukan karena
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data
world healt organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam typhoid diseluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap
tahun. Insidens rate demam typhoid di asia selatan dan tenggara termasuk china pada
tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia
masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan pertahun dengan rata-rata kasus pertahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka
kematian demam typhoid di indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%
(Nainggolan, R, 2011)
Berdasarkan laporan ditjen pelayanan medis depkes RI pada tahun 2008, demam typhoid
menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasienrawat inap rumah sakit di
indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15% urutan ketiga ditempati
oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009)
Apabila demam typhoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian. Seperti, perdarahan usus,
kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru) dan
kelainan pada otak. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya demam typhoid dan
menurunkan angka kejadian,harus memperhatikan sanitasi lingkungan, pola makan yang
sehat dan rajin mencuci tangan terutama sebelum dan setelah makan.
Alasan kami memilih kasus demam typhoid ini adalah dikarenakan dirumah sakit DR. A.
DADI TJOKRODIPO demam Thypoid Salah satu penyakit yang cukup sering kita jumpai
yang diderita oleh pasien baik anak-anak maupun orang dewasa. Karena termasuk dalam
10 besar penyakit terbanyak diruang rawat inap di E2.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa definisi dari demam typhoid ?
1.2.2 Apa etiologi dari demam typhoid ?

1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.2.10

Apa patofisiologi dari demam typhoid ?


Apa manifestasi klinis dari demam typhoid ?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari demam typhoid ?
Bagaimana penatalaksanaan medis dari demam typhoid ?
Apa komplikasi dari demam typhoid ?
Apa komplikasi dari demam typhoid ?
Bagaimana cara mencegah demam typhoid ?
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typhoid ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui demamtyphoid dan asuhan keperawatan pada pasien demam
typhoid.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Mengetahui anatomi dan disiologi usus halus.
1.3.2.2 Mengetahui definisi dari demam typhoid.
1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari demam typhoid.
1.3.2.4 Mengetahui patofisiologi dari demam typhoid.
1.3.2.5 Mengetahui manifestasi klinis dari demam typhoid.
1.3.2.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari demam typhoid.
1.3.2.7 Mengetahui penatalaksanaan medis dari demam typhoid.
1.3.2.8 Mengetahui komplikasi dari demam typhoid.
1.3.2.9 Mengetahui cara mencegah demam typhoid.
1.3.2.10 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typhoid.
1.4 MANFAAT
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami pengertian dan
asuhan keperawatan dari demam typhoid. Dan dapat mencegah terjadinya penyakit
tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga kita sebagai perawat mampu bertindak
sesuai dengan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi (Mansjoer, A, 2009).
Tifoid ialah penyakit infeksi akut biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
(Ngastiyah, 2014)

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi, 2006). Tifoid adalah penyakit
infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan
para typhus abdominalis (Seoparman, 2007).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Anatomi Fisiologi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor
(usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang
biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum,
panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan
absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah
dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
a. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding ususu kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usu melepaskan lendir
(yangmelumasi isis usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan pecahan
makanan yang dicerna).dinding usus juga melepaskan sejumlah enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitidial) dan lapisan
serosa.Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum (usus kosong) dan ileum
(usus penyerapan).
1. Duodenum (usus dua belas jari)

Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum
ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri
ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus
wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.
2. Yeyenum (usus kosong)
Yeyenum atau usus kososng adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas
jari dan usus penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kososng. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh
limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Yeyenum diturunkan dari kata sifat jejenu yang berarti "lapar" dalam bahasa inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa laton, jejenus yang berarti "kososng".
3. Ileum (usus penyerapan)
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaa manusia, memiliki panjang sekitar] 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) san berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu`
Absorbsi
Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus
melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah
dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan
jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan
ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak
yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke
dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami
beberapa perubahan. Fungsi usus halus : Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna
untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran saluran limfe. Menyerap protein

dalam bentuk asam amino. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida. Didalam usus
halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan.
Enzim yang bekerja ialah :
1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
3. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
4. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida.
5. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
Hepar merupakan organ terbesar di dalam tubuh , berwarna coklat kemerahan, beratnya 1
kg, berperan penting dalam metabolisme dan penetralan obat Kandung Empedu
merupakan organ berbentuk buah pir, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan
bawah hati, berwarna hijau gelap, berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan lemak
(Syair, H. 2010)
2.2 Etiologi
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida)
b. Antigen (flagella)
c. Antigen VI dan protein membran hialin
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Wong ,2003).
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37oC dan mati
pada suhu 54,4oC (Simanjuntak, C. H, 2009).
2.3 Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada pathogenesisi typhoid, karena membantu proses inflamasi local pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonellaa typhi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leokosit pada jaringan yang meradang.

2.4 Manifestasi Klinik


Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari. Rata-rata masa
inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik (Pedoman
Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
2006)`

Dalam minggu pertama : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan
dan gnagguan kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu
kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain
nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian
ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri
tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan
sampai berat seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau
awal minggu kedua. Merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman
salmonella.
Berikut gejala Klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasuskasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
a. Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi
akut pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.
b. Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam,
bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan
tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada
orang Indonesia.
c. Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah. Lidah
ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada
abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar
disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin
pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis
sampai

samnolen.

Jarang

stupor,

koma

atau

gelisah.

Disamping gejalagejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan


gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu
pertama demam kadang kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan
mungkin pula ditemukan epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari
penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites
dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang
sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit
terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan
pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal (Sudoyo, A.W., & B.
Setiyohadi. 2006). Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan.
Selamamasa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (soegijanto,S,
2002).
2.5 Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dibagi dalam :
1. Komplikasi Intestinal
a. Pendarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ektra-intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler. Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis)
miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah. Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia
3.
4.
5.
6.

hemolitik.
Komplikasi paru. Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
Komplikasi hepar dan kandung empedu, Hepatitis dan kolesistitis
Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis
Komplikasi neuropsikiatrik. Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer,
sindrom, katatoni (Widodo, D. 2007).

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,
yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia


dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
d. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
5. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh
salmonella

thypi,

klien

membuat

antibodi

atau

aglutinin

yaitu

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa,

makin

tinggi

titernya

makin

besar

klien

menderita

tifoid.

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella
typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti
demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum
menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan
SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam
tifoid diklasifikasikan atas:
1 Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan
hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya
2

dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.


Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal

O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan).


Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan
ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4
kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640
(pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D. 2007).

2.7 Penatalaksanaan Medik


1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol
2. Perawatan

a. Observasi dan pengobatan


b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubahss pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
3. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari
(Smeltzer & Bare. 2002).
BAB III
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan keterampilan dasar praktik klinik (KDPK) ini telah disetujui untuk
Dipresentasikan pada:
Hari

Tanggal:

PEMBIMBING AKADEMIK

PEMBIMBING LAHAN PRAKTIK

( ANDRI YULIANTO, S.Kep. Ns)

(IIN HANDAYANI, S.Kep.)


NIP 1997 0214 2016 012002

BAB IV
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan keterampilan dasar praktek klinik (KDPK) ini telah disahkan sebagai tugas
Laporan keterampilan dasar praktik klinik(KDPK) Mahasiswa akademi keperawatan STIKES
Muhammadiyah Pringsewu-Lampung tahun 2016

Bandar Lampung,

Mei 2016

PEMBIMBING AKADEMIK

PEMBIMBING LAHAN PRAKTEK

( ANDRI YULIANTO ,S.Kep. Ns)

(IIN HANDAYANI,S.KEP.)
NIP 1997 0214 2016 012002

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta
Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nainggolan, R. 2011. Karakteristik Penderita Demam Tifoid. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Umum
Simanjuntak, C. H, 2009. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.
Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Soegijianto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta: Salemba Medika
Soeparman. (2007). Ilmu Penyakit Dalam Edisi I, Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka FKUI

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit. Edisi II. EGC. Jakarta

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian
Tanggal masuk RS
Jam pengkajian
Tempat praktik
Tempat/ruang
1.
a.

b.

c.

: 05 Mei 2016
: 04 Mei 2016
: 09.00 WIB
: RS DR. A. DADI TJOKRODIPO
: E2

Identitas Pasien dan Keluarga


Nama pasien
Tanggal lahir/umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Alamat
Nama Ayah
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Nama Ibu
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan

: An. I
: 07 Februari 2004 / 12 tahun
: Perempuan
: Islam
: SMP
: Jl. Basuki Rahmat, Kasuari
: Tn. M
: 40 tahun
: Islam
: Supir
: SLTP
: Ny. N
: 36 tahun
: Islam
: IRT
: SMK

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan saat ini
Alasan masuk RS
Klien datang ke RSUD Dr. A. DADI TJOKRODIPO BANDAR LAMPUNG diantar oleh
keluarganya melalui IGD pada tanggal 4 mei 2016 pukul 18.57 WIB dengan keluhan
demam 6 hari yang lalu, demam naik turun, muntah 4 x/hari, selama 2 hari mual,
batuk pilek 3 hari, BAB cair 1 x (pagi), setelah dilakukan pemeriksaan fisik:
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 35 x/menit
S : 38,3 OC
Keluhan utama : demam
Klien mengeluh demam. Demam meningkat dimalam hari dan menurun di pagi dan
siang hari. Demam dirasakan diseluruh tubuh, suhu 38,3oC. demam dirasa 5 jam.
Demam dirasakan tidak menentu. (siang/sore/malam)
Keluhan penyerta :
Mual, muntah, batuk, pusing.
b. Riwayat kesehatan masalalu
Penyakit yang pernah dialami
Ibu klien mengatakan anaknya pernah mengalami demam 2 bulan yang lalu. Ibu klien
mengatakan anaknya tidak pernah kejang, tidak pernah mimisan. Ibu klien mengatakan

anaknya pernah batuk pilek sudah 2x selama setahun ini.


Dirawat di RS
Ibu klien mengatakan anaknya pernah dirawat di RS Restu Bunda 2 bulan yang lalu,
dengan penyakit yang sama yaitu typhoid. Dirawat selama 4 hari, keluar dengan status

sembuh dan diminta untuk control teratur.


Pernah dioperasi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah dioperasi.
Kecelakaan
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah kecelakaan.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan anaknya anak kedua dari tiga bersaudara, dalam keluarganya tidak
ada yang mengalami atau yang menderita typhoid seperti klien.
d. Riwayat psikososial
1. Pola interaksi
Ibu klien mengatakan anaknya memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya
terutama orang tuanya. Klien juga mudah berinteraksi dengan teman-temannya. Klien

diasuh oleh orang tuanya sendiri. Ibu klien mengatakan anaknya serig bermain dengn
teman-temannya.
2. Pola cultural
Ibu klien mengatakan anaknya menggunakan bahasa Indonesia untuk sehari-hari dank
lien merupakan suku jawa.
3. Lingkungan fisik tempat tinggal
Ibu klien mengatakan lingkungan fiisk tempata tinggalnya cukup bersih, terdapat
ventilasi setiap ruangan, mempunyao wc, dan sumber air bersih.
3. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi
- Sebelum sakit
: ibu klien mengatakan anaknya makan 3x/hari dengan
-

lauk pauk yang cukup gizi serta sayur dan buah-buahan


Saat sakit
: ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya
berkurang dan pasien hanya menghabiskan makan 1/3 porsi saja dan diet bubur.

b. Pola cairan dan elektrolit


- Sebelum sakit
-

7 gelas/hari.
Saat sakit

: ibu klien mengatakan anaknya minum air mineral 6: ibu klien mengatakan anaknya minum air mineral 2-

3 gelas/hari. Dan terpasang KA EN 3B 20 tts/menit.


c. Pola eliminasi
- Sebelum sakit
-

: BAK 6x/hari berwarna jernih, BAB 2x/hari

konstipasi lunak, berbau khas dan berwarna kuning kecoklatan


Saat sakit
: BAK 4x/hari dengan warna kekuningan, selama di
rawat klien belum pernah BAB.

d. Pola tidur
- Sebelum sakit
- Saat sakit

: ibu klien mengatakan klien tidur 8 jam/hari.


: ibu klien mengatakan klien tidur 4-5 jam/ hari,

dimalam hari pasien rewel karena demam dan pasien jarang tidur siang.
e. Pola hygiene tubuh :
- Sebelum sakit
mandi
sikat gigi
keramas
- Saat sakit

: 2x sehari
: 2x sehari
: 2 hari sekali
: ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mandi

selama di rawat, hanya di lab basah, gigi dan rambut klien tampak kotor
f. Pola aktifitas
- Sebelum sakit

: ibu klien mengatakan anaknya sering bermain dengan teman-

temannya. Klien sekolah selama 7 jam

Saat sakit

: ibu klien mengatakan anaknya hanya berbaring di tempat tidur dan

aktivitas dibantu oleh keluarganya


4. KONDISI PSIKOSOSIAL (saat sakit)
Ibu klien mengatakan anaknya selalu berinteraksi dengan keluarganya, saat berbicara
klien selalu menjawab, klien tinggal bersama kedua orang tuanya, ibu klien mengatakan
selalu mendukung kesembuhan anaknya, ibu klien merawat anaknya yang sedang sakit
saat ini.
5.
a.
1.
2.

PEMERIKSAAN FISIK
Pengukuran Pertumbuhan
Tinggi badan
: 148 cm
BB sebelum sakit
: 41 kg
BB saat sakit
: 39 kg

b.
1.
2.
-

Keadaan Umum
Tingkat kesadaran : composmetis
Tanda tanda vital
:
TD
: 100/70 mmHg
S
: 38,3 oC
RR
: 35x/menit
N
: 88x/menit

6. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


a. System penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal, posisi mata simetris kanan dan kiri, pergerakan bola
mata baik, konjungtiva ananemis, sclera anikterik, keadaan pupil normal 2 mm, tidak ada
tanda-tanda radang dan tidak memakai alat bantu penglihatan.
b. Fungsi pendengaran
Fungsi pendengaran klien baik, posisi telinga simetris kanan dan kiri, keadaan daun
telinga bersih, tidak ada cairan dan serumen yang kelar, tidak ada tanda-tanda
peradangan dan tidak memakai laat bantu pendengaran
c. Sistem pernapasan
Terdapat pernpasan cuping hidung, batuk tidak produktif, suara pernafasan bronco
vasikuler, bentuk dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, dan tidak menggukan alat
bantu pernafasan.
d. Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer
Nadi : 88 x/menit dengan irama tidak teratur, temperature kulit hangat.
2. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut jantung apikal 88x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung, terdapat nyeri dada, tidak ada distensi ena jugularis.

e. Sirkulasi cerebral
GCS : 15, E : 4 V : 5 M : 6 reaksi pupil terhadap cahaya baik, tidak ada kelainan bunyi
jantung, terdapat nyeri dada, tidak ada distansi vena jugularis.
f. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien kotor, tidak ada kesulitan menelan, klien mual, klien muntah,
terdapat nyeri perut dibagian epigstrium dengan skala nyeri 4, bising usus 10x/menit
tidak terdapat pembesaran hati dan limfa. Keadaan anus normal tidak memiliki
hemoroid.
g. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada tremor.
h. Sistem urogenital
Tidak ada kelainan bntuk genetalia, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada pembesaran
pola berkemih, tidak terpasang kateter.
i. Sistem integumen
Keadaan ramut kuat, kulit kepala kotor, kuku klien sedikit kotor, keadaan kulit elastis,
warna kulit sawo matang, tidak terdapat luka.
j. Sistem muskoloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam bergerak, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang
dan sendi.
k. Sistem imunologi
Tidak ada pembesaran getah bening.
7. TES DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal
: 04 Mei 2016
Jenis pemeriksaan : darah lengkap dan widal

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN
Leukosit
Leukosit Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Eritrosit

HASIL
3960
80
11
9
5.260.000

Hemoglobin

11.0

Hematokrit

33.6

NILAI NORMAL
5000-1000 /uL
50-70 %
20-40 %
2-8 %
L : 4,4-5,5 x 106/uL
P : 3,5-4,5 x 106/uL
L : 13,5-18,0 gr/dL
P : 12,0-16,0 gr/dL
L : 40-54 %

Trombosit

P : 38-47 %
150-400 x 103/uL

34400

IMUNOLOGI & SEROLOGI


PEMERIKSAAN
Widal test
Typhi
Antigen
Typhi

NILAI
NORMAL

H
O

Antigen
Paratyphi A O
Antigen
Paratyphi B O
Antigen

8.
1.
2.
3.
4.
5.

HASIL

Negatif

PEMERIKSAAN

Hbs Ag
Anti Dengue
IgG IgM

1/160

Negatif

1/320

Negatif

1/160

Negatif

TERAPI / PENGOBATAN
Ceftriaxone
Ranitidine
Ondansentron
Paracetamol
Infuse KA EN 3B

Dengue

NILAI

HASIL

NORMAL

Negatif
IgG:

Negatif

Negatif
IgM :
NS-1

Negatif
Negatif

Antigen
Anti HIV

NonReaktif

: 1 gr/ 12 jam
: 2,5 mg/12 jam
: 4 mg/ 24 jam
: 3 x 500 mg/ 8 jam
: 20 tts/menit ( macro)

9. DATA FOKUS
Data subjektif :
Ibu klien mengatakan anaknya demam
Ibu klien mengatakan demam anaknya meningkat dimalam hari
Ibu klien mengatakan anaknya demam seperti menggigil
Ibu klien mengatakan demam anaknya berlangsung secara terus-menerus 6 hari yang
lalu
Ibu klien

mengatakan

demam

anaknya

dirasakan

tidak

menentu

siang,sore,malam)
Ibu klien mengatakan anaknya merasakan nyeri pada epigastrium
Ibu klien mengatakan anaknya muntah-muntah
Ibu klien mengatakan anaknya mual
Ibu klien mengatakan anaknya makan 3x/hari 5 sendok makan porsinya
Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan

(pagi,

Ibu klien mengatakan bb anaknya turun 2kg dari 41kg menjadi 39kg
Data objektif :
Kulit teraba hangat
Suhu 38,3 oC
Klien terlihat menggigil
Hasil laboratorium leukosit 3960/uL
Muka klien terlihat merah
Klien terlihat lemas
Klien terlihat menangis saat menahan nyeri
Skala nyeri 3 dari rentang 0-5
Muntah 4 kali dalam sehari 500cc
Klien terlihat mual
Klien hanya menghabiskan 5 sendok makan tiap porsi yang disediakan di rs
BB klien turun dari 41kg menjadi 39kg

10. ANALISA DATA


NO
1.

DATA PENUNJANG

MASALAH
Hipertermi

DS:

PENYEBAB
Infeksi virus

Ibu klien mengatakan anaknya demam


Ibu klien mengatakan demam anaknya

bakteri

meningkat dimalam hari


Ibu klien mengatakan anaknya demam seperti

typhosa

menggigil
Ibu klien

mengatakan

demam

salmonella

anaknya

berlangsung secara terus-menerus 6 hari yang


lalu
Ibu klien
dirasakan

mengatakan
tidak

demam

menentu

anaknya
(

pagi,

siang,sore,malam)
DO:

2.

DS:

Kulit teraba hangat


Suhu 38,3 oC
Klien terlihat menggigil
Muka klien terlihat merah
Leukosit 3960/uL
Gangguan

Nyeri

pada

Ibu klien mengatakan anaknya merasakan rasa nyaman

epigastrium

nyeri sedikit pada uluhati


Ibu klien mengatakan anaknya muntahmuntah
DO:

3.

DS:

Klien terlihat lemas


Klien terlihat menangis saat menahan nyeri
Skala nyeri 4 dari rentang 0-5
Muntah 4 kali dalam sehari 500cc
Perubahan

Pemasukan

Ibu klien mengatakan anaknya mual


nutrisi
yang
tidak
Ibu klien mengatakan anaknya makan 3x/hari kurang dari adekuat
5 sendok makan porsinya
kebutuhan
Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu
tubuh
makan
Ibu klien mengatakan bb anaknya turun 2kg
dari 41kg menjadi 39kg
DO:
Klien terlihat mual
Klien hanya menghabiskan 5 sendok makan
tiap porsi yang disediakan di rs
BB klien turun dari 41kg menjadi 39kg

PERIORITAS MASALAH
1.Hipertermi
2.Gangguan rasa nyaman
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus bakteri salmonella typhosa
2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan nyeri pada epigastrium
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekuat.

RENCANA KEPERAWATAN
N

Hari/tanggal
Dx

O
1.

Kamis,
Mei 2016

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

keperawatan
05 Hipertermi b/d Setelah
infeksi

virus dilakukan

1. Monitor

TTV

terutama

suhu

tubuh

Rasional
1. TTV
merupakan

bakteri

ASKEP

salmonella

selama 3x24

mengetahui

typhosa

jam

keadaan

diharapkan

umum klien

hipertermi

acuan

2. Anjurkan

2. Meningkatnya

teratasi

pasien

dengan KH:

banyak minum

-Klien

untuk

tidak

suhu

tubuh

akibat
penyerapan

demam
-suhu

untuk

suhu
36,5

C- 37,0 oC

diimbangi
3. Berikan

dengan cairan

kompres hangat
3. Untuk
memepercepat
4. Anjurkan untuk
memakai
pakaian
tipis

penurunan
suhu tubuh

yang

4. Pakaian

tipis

membantu
mengurangi

5. Kolaborasi

penguapan

dalan

tubuh

pemberian
antibiotic

5. Untuk
dan

mengurangi

antipiretik

2.

Jumat,
Mei 2016

demam
dengan dokter
1. Kaji
tingkat 1. Untuk

05 Gangguan rasa Setelah


nyaman
nyeri

b/d dilakukan
pada ASKEP

epigastrium

nyeri intensitas

mengetahui

dan skala nyeri.

skala

nyeri

selama

yang dirasakan

3x24jam

klien

diharapkan

2. Anjurkan

nyeri teratasi

tekhni distraksi

dengan KH:

relasasi

-rasa

dalam)

nyeri

(nafas 2. Untuk
menurunkan

berkurang

stimulasi yang

-keadaan

berlebihan

klien rileks
Skala nyeri 0

3. Posisikan

yang

pasien

mengurangi

senyaman

rasa nyeri
3. Posisi
yang

mungkin

nyaman

kompres hangat

dengan
medis
pemberian
analgetik

akan

membantu

4. Anjurkan

5. Kolaborasi

dapat

memberikan
kesempatan

pada otot
tim 4. Menurunkan
rasa nyeri
5. Obat-obat
analgetik dapat
membanu
mengurangi
nyeri pasien

3.

Sabtu,

05 Perubahan

Mei 2016

Setelah

1. Monitor

nutrisi kurang dilakukan

input 1. Untuk

dan output klien

dari kebutuhan ASKEP


tubuh
yang

masukan

b/d selama 3x24

pemasukan

jam
nutrisi
kurang
tubuh

dapat

teratasi
dengan KH:
-nafsu makan

lunak

klien

klien
2. Untuk
mengetahui

makanan yang
dan

hangat
4. Berikan
makanan
sedikit

baik
-BAB

mual
3. Berikan

dari

dan

pengeluaran
2. Monitor adanya

tidak diharapkan

adekuat

mengetahui

tapi

perubahan
klien
3. Makanan yang
lunak

baik

untuk

saluan

cerna

pada

klien
4. Makanan yang

sering

bertambah

sedikit

tapi

sering

dapat

memenuhi
5. Kolaborasi

kebutuhan

dengan ahli gizi


untuk
pemulihan
nutrisi

meningkatkan
atau

makanan yang
tepat

IMPLEMENTASI & EVALUASI


HARI PERTAMA

nutrisi klien
5. Untuk
nutrisi klien

No.
DX
1.1

TANGGAL

IMPLEMENTASI

JAM

05 Mei 2016
08.00 WIB

EVALUASI

1. Memonitor TTV terutama suhu


R : Klien mau dikaji

S= ibu klien mengatakan


anaknya masih demam

H : TD = 100/70 mmhg
RR = 35x/menit
S

O= kulit teraba hangat


-suhu tubuh :38,3 oC

= 38,3 c

N = 88x/menit
09.10 WIB

2.Menganjurkan

pasien

-klien terlihat menggigil


untuk

banyak minum

A=hipertemi

R : orang tua mau bekerja sama

berhubungan dengan

H : klien diberi air minum dengan infeksi virus salmonella


orang tuanya
09.30 WIB

typhosa belum teratasi

3. Memberikan kompres hangat


R : orang tua mau bekerja sama
P= lanjutkan intervensi
H : anak klien diberikan kompres
1. Monitor TTV
hangat pada bagian frontal .
terutama suhu
2. Anjurkan pasien

09.40 WIB

4 . Menganjurkan pasien untuk


memakai pakaian tipis
R : ibu klien mau bekerja sama
H : anak klien dipakaikan baju

untuk banyak
minum
3. Berikan kompres
hangat
4. Kolaborasi dalam

tipis

pemberian obat
antibiotic dan

13.00 WIB

5 . Berkolaborasi dalam pemberian

piretik dengan

obat antipiretik dengan dokter

dokter

R : dokter bekerja sama dengan


perawat
H : paracetamol 1 sendok takar
diminum klien
1.2

05 Mei 2016
08.40 WIB

1. Mengkaji tingkat nyeri intensitas S=klien mengatakan


dan skala nyeri

nyeri

R : klien mau dikaji


H : skala nyeri 4
2. Mengajarkan
10.30 WIB

O=skala nyeri 4

tekhnik

distraksi

relaksasi
R : Klien mampu mengikuti
H : klien rileks

A= masalah gangguan
rasa nyaman
berhubungan dengan

3. Memposisikan klien senyaman

11.00 WIB

mungkin
R : klien mau mengikuti
H : klien nyaman
4. Menganjurkan kompres hangat
R : klien mau dikompres
H : setelah dikompres nyeri
berkurang

11.30 WIB

nyeri epigastrum belum


teratasi.
P= lanjutkan interensi
1. Kaji skala nyeri
2. Anjurkan tekhnik
distraksi relaksasi
3. Memposisikan

5. Berkolaborasi dengan tim medis


R : klien mau minum obat
H: Ranitidin 2,5 mg

klien senyaman
mungkin
4. Anjurkan kompres
hangat
5. Kolaborasi dengan
tim medis

18.00 WIB
1.3

05 Mei 2016
11.15 WIB

1. Monitor input dan output klien

S= ibu klien mengatakan

R : klien mau bekerjasama

anak nya masih mual ibu

H : klien makan tapi sedikit

klien mengatakan anak


nya makan 3x/ hari 5

11.30 WIB

2. Memonitor

adanya

perubahan sendok makan tiap porsi

mual
nya
R : klien mau bekerjasama
O=klien terlihat mual
H : klien tidak nafsu makan
klien makan hanya 5
karena mual
sendok makan
3. Memberikan makanan yang lunak
11.45 WIB

A=masalah perubahan
dan hangat
R : klien mau makan
nutrisi kurang dari
H : klien makan hanya sedikit 5
kebutuhan tubuh
sendok saja
berhubungan dengan

4. Memberikan makanan sedikit tapi pemasukan yang tidak


12.00 WIB

sering
adekut belum teratasi
R : klien mau makan tapi hanya 5
sendok saja
H : klien makan 5 sendok saja

P=lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya

5. Berkolaborasi dengan ahli gizi


untuk pemulihan nutrisi/makanan
12.30 WIB

yang tepat
R : ahli gizi bersedia memberikan
informasi
H : klien memakan makanan

perubahan mual
2. Berikan makanan
sedikit tapi sering
3. Kalaborasi
dengan ahli gizi
untuk pemulihan
nutrisi /makanan

bubur

yang tepat

HARI KEDUA
No.
DX

2.1

TANGGAL
JAM
06 Mei 2016
08.00 WIB

IMPLEMENTASI

EVALUASI

1. Memonitor TTV terutama suhu

S = klien mengatakan

R : klien mau dikaji

masih demam

H : TD : 100/70 mmHg
O = suhu klien 37,9oc

RR : 31x/menit
S

: 37,9 oC

Klien teraba hangat

N : 85x/menit
A = hipertermi
09.10 WIB

09.30 WIB

2. Menganjurkan

pasien

untuk

banyak berhubungan dengan

minum

infeksi virus bakteri

R : Klien mau minum

salmonella typhosa

H : Klien minum 1 gelas (200 cc)

belum teratasi

3. Memberikan kompres hangat


P = lanjtukan
R : orang tua mau bekerjasama
intervensi
H :anak klien diberikan kompres hangat
1. Monitor TTV
pada bagian frontal

terutama suhu
4. Berkolaborasi dalam pemberian obat 2. Anjurkan pasien
antipiretik dengan dokter
R : dokter bekerja sama dengan perawat
H : paracetamol 1 sendok takar

13.00 WIB

diminum klien

untuk banyak
minum
3. Berikan kpmpres
hangat
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat
antipiretik dan

2.2

06 Mei 2016
08.40 WIB

10.30 WIB

1.

Mengkaji skala nyeri


R : klien mau dikaji
H : skala nyeri 3

2. Menganjurkan tekhnik relaksasi


R : klien mau mengikuti
H : klien rileks
3. Memposisikan klien senyaman mungkin
R : klien mau mengikuti
H : klien rileks

11.00 WIB

4. Menganjurkan kompres hangat


R : klien mau dikompres
H : setelah di kompres nyeri berkurang

antibiotic
S = klien mengatakan
nyeri berkurang
O = skala nyeri 3
A = gangguan rasa
nyaman yang
berhubungan dengan
nyeri pada
epigastrium belum
teratasi

5. Berkolaborasi dalam pemberian terapi

11.30 WIB

obat
R : nyeri berkurang
H : ranitidine 2,5 MG

P : lanjutkan
intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Anjurkan tekhnik
relaksasi
3. Berikan posisi

18.00 WIB

2.3

06 Mei 2016
11.15 WIB

11.45 WIB

nyaman
4. Kolaborasi dalam
1. Memonitor adanya perubahan mual
R : klien mau dikaji
H : klien masih mual

pemberian obat
S = ibu klien
mengatakan anaknya

masih mual
2. Memberikan makanan sedikit tapi sering
R : klien mau makan 5 sendok saja
H : klien makan 5 sendok dari tiap O = klien masih mual

porsi yang disediakan

Klien makan 5 sendok

3. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk


pemulihan nutrisi / makanan yang tepat
R : ahli gizi bersedia memberikan
12.30 WIB

informasi diit klien


H : klien makan makanan bubur

dari tiap porsi yang


disediakan RS
A = masalah
perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan pemasukan
yang tidak adekut
belum teratasi
P = lanjutkan interensi
1. monitor adanya
perubahan mual
2. berikan makanan
sedikit tapi sering
3. kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemulihan nutrisi /
makanan yang
tepat

HARI KETIGA
No

TANGGAL

DX
3.1

JAM
07 Mei 2016
08.00 WIB

IMPLEMENTASI
1. Monitor TTV terutama suhu
R : klien mau dikaji
H : TD : 100/80 mmHg
S : 37,6 oC
N : 82x/menit
RR: 30x/menit

EVALUASI
S = klien mengatakan
masih demam
O = suhu : 37,6 oC
Klien terlihat lemas

2. Menganjurkan klien banyak minum


R : klien mau minum
H : klien minum 1 gelas

Akral klien teraba


hangat

09.10 WIB
3. Memberikan kompres hangat
A = hipertermi
R : orang tua mau bekerjasama
H :anak klien diberikan kompres berhuungan dengan
hangat pada bagian frontal
09.30 WIB

infeksi virus bakteri

4. Berkolaborasi dalam pemberian obat


antipiretik dengan dokter
R : dokter bekerja sama dengan

13.00 WIB

salmonella typhosa
belum teratasi

perawat
P = lanjutkan intervensi
H : paracetamol 1 sendok takar
1. Monitor TTV
diminum klien
terutama suhu
2. Anjurkan klien
banyak minum
3. Berikan kompres
hangat
4. Kolaborasi
dalam pemberian

3.2

07 Mei 2016
08.40 WIB

obat antipiretik
S = ibu klien mengatakn

1. Mengkaji skala nyeri


R : klien mau dikaji
H : skala nyeri 1

anaknya sudah tidak


nyeri lagi

10.30 WIB

2. Menganjurkan tekhnik relaksasi


R : klien mau mengikuti
H : klien rileks
3. Memposisikan

11.00 WIB

klien

O = skala nyeri 1

senyaman

mungkin
R : klien mau mengikuti
H : klien nyaman

A = masalah gangguan
rasa nyaman
berhubungan dengan
nyeri epigastrium
teratasi
P = intervensi

3.3

07 Mei 2016
11.15 WIB

1. Memonitor adanya perubahan mual


R : klien mau dikaji
H : klien sudah berkurang mual
2. Memberikan makanan sedikit tapi

dihentikan
S = klien mengatakan
sudah berkurng mualnya
O = mul klien berkurang

11.45 WIB

sering
Klien makan 10 sendok
R : klien mau makan 10 sendok
dari tiap sendok makan
H : klien makan 10 sendok dari tiap
yang disediakan RS
porsi yang disediakan RS
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemulihan nutrisi / makanan yang

12.30 WIB

A = masalah perubahan
nutrisi kurang dari

tepat
kebutuhan tubuh
R : ahli gizi bersedia memberikan
berhubungan dengan
informasi diet klien
H : klien makan makanan bubur
pemasukan yang tidak
adekut teratasi sebagian
P = lanjutkan interensi
1. Memonitor
adanya
perubahan mual
2. Berikan
makanan sedikit
tapi sering
3. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk pemulihan
nutrisi/makanan
yang tepat

HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan keterampilan dasar klinik (KDPK) ini tealh disetujui untuk di persetasikan pada :
Hari

Tanggal

PEMBIMBING AKADEMIK

( ANDRI YULIANTO ,S.Kep. Ns)

PEMBIMBING LAHAN PRAKTIK

(IIN HANDAYANI, S.Kep)


NIP 1997 0214 2011 012001

You might also like