Professional Documents
Culture Documents
PERENCANAAN TEKNIS
BANGUNAN EMBUNG
EDISI PERTAMA
DESEMBER 2015
KATA PENGANTAR
Bersamaan dengan pengembangan irigasi secara Nasional, pembangunan
embung di Nusa Tenggara Barat telah berjalan lebih dari puluhan tahun.
Berdasarkan pengalaman pengembangan tersebut, dengan harapan didapat
pendetailan, dan terisinya ruang-ruang kosong dalam Standar Perencanaan
Irigasi (KP, BI, dan PT) serta memberikan acuan praktis maka disusunlah
Standar Lokal Perencanaan ini.
Standar perencanaan teknis lokal ini disusun oleh Tim Ahli Fakultas Teknik
Universitas Mataram sebagai penyunting/ perumus dan Tim Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara I sebagai pemberi input data terkait.
Standar Lokal Perencanaan Teknis ini merupakan acuan awal perencanaan
bangunan embung (instream overflow dam) dengan penerapannya masih
memerlukan
penyesuaian
berdasarkan
kajian
observasi
dan
kalibrasi
Mataram,
Desember 2015
Tim Penyusun
KATA SAMBUTAN
Cakupan
pengelolaan
Sumber
Daya
Air
(SDA)
meliputi
kegiatan
Lokal
perencanaan
penerapannya
Perencanaan
bangunan
masih
Teknis
embung
ini
(instream
memerlukan
merupakan
overflow
penyesuaian
acuan
dam)
berdasarkan
awal
dengan
kajian
iii
DAFTAR ISI
ii
iii
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...............................................................
I-1
I-2
I-2
I-3
I-5
I-7
II-1
II-5
II-12
III-1
III-3
III-4
BAB IV HIDROLOGI
4.1. Debit Banjir Rancangan ................................................
IV-1
IV-1
IV-2
iii
V-1
V-2
V-6
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
I-5
I-6
I-7
III-2
III-4
III-5
III-6
III-7
Gambar 3.6 Peta Polygon Theissen Daerah Aliran Sungai WS Lombok III-8
Gambar 3.7 Peta Polygon Thiessen Daerah Aliran Sungai
Di WS Sumbawa ...........................................................
III-9
IV-2
Gambar 4.2 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 5 Tahun WS Lombok .....
IV-3
IV-4
Gambar 4.4 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 10 Tahun WS Lombok ...
IV-5
IV-6
Gambar 4.6 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 20 Tahun WS Lombok ...
IV-7
IV-8
Gambar 4.8 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 50 Tahun WS Lombok ...
IV-9
IV-10
Gambar 4.10 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 100 Tahun WS Lombok
IV-11
IV-12
Gambar 4.12 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 1000 Tahun WS Lombok IV-13
Gambar 4.13 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 1000 Tahun
WS Sumbawa ..............................................................
IV-14
IV-15
IV-16
IV-17
IV-18
IV-19
IV-20
IV-21
IV-22
IV-23
IV-24
IV-25
IV-26
IV-27
IV-28
IV-29
IV-30
vi
IV-31
IV-32
IV-33
IV-34
IV-35
IV-36
IV-37
IV-38
IV-39
IV-40
IV-41
IV-42
IV-43
IV-44
IV-45
IV-46
vii
IV-47
IV-48
Gambar 4.48 Peta Sebaran Koefisien Nilai Infiltrasi (i) WS Lombok ...
IV-49
IV-50
IV-51
IV-52
IV-53
IV-54
IV-55
IV-56
IV-57
IV-58
IV-59
IV-60
IV-63
IV-64
viii
V-3
V-4
V-5
V-6
V-9
V-13
V-14
V-15
ix
DAFTAR TABEL
II-3
II-4
II-4
II-5
Tabel 2.5 Korelasi antara (N) SPT dengan kepekatan relative dan
kepadatan relative tanah serta daya dukung tanah yang
diperkenankan ...................................................................
II-9
V-1
Tabel 5.2 Harga-harga minimum angka rembesan Lane (Cl) ............. V-16
Tabel 5.3 Berat Satuan Material ....................................................... V-19
Tabel 5.4 Koefisien Zona gempa pada Zona A,B,C,D,E,F ................... V-20
Tabel 5.5 Periode ulang dan percepatan dasar gempa ....................... V-20
Tabel 5.6 Faktor Koreksi pengaruh jenis tanah setempat .................. V-21
Tabel 5.7 Kuat geser tanah lunak ..................................................... V-22
Tabel 5.8 Harga-harga perkiraan daya dukung izin ........................... V-23
BAB I
PENDAHULUAN
diperoleh
kontinuitas
pemberian
air
untuk
pertumbuhan
dengan
pengembangan
irigasi
secara
nasional,
bendungan
yang
tidak
memenuhi
syarat-syarat
sebagai
Embung
berdasarkan
material
pembentuknya
Urugan,
ketentuan-ketentuan
penting
lainnya
terkait
perencanaan embung.
I-4
1.5.
I-6
1.6.
Mulai
Kegiatan Persiapan
Administrasi dan
Personil
Penyusunan
Laporan RMK
Pengumpulan Data
Sekunder & studi
Terdahulu
Survey
Pendahuluan
Analisa Data
Sekunder
Draft laporan
Pendahuluan
Final Laporan
Pendahuluan
Diskusi
Pendahuluan
Pekerjaan Survey
Lapangan
Laporan Desk BM
dan CP
Buku Data Ukur
Pengukuran
Topografi
Penyelidikan
Geologi dan
Mekanika Tanah
Survey Hidrologi
Survei Sosial
Ekonomi dan
Lingkungan
Analisa Perhitungan
dan Penggambaran
Hasil Pengukuran
Analisa
Laboratorium
Mekanika Tanah
Analisa Hidrologi
Analisa Sosial
Ekonomi dan
Lingkungan
Laporan Geologi
Teknik
Laporan Akhur
Pengukuran
Laporan Hidrologi
Analisa Kebutuhan
Air dan
Keseimbangan Air
Laporan
Lingkungan
Laporan Sosial
Ekonomi
Draft Laporan
Antara
Laporan Antara
Diskusi
Pertengahan
Laporan Bulanan
I-7
I-8
BAB II
PENGUKURAN TOPOGRAFI DAN INVESTIGASI GEOLOGI
Daerah
berdasarkan
Tangkapan
Air
(river
basin),
dibuat
menghitung
bendungan
dan
kapasitas
fasilitas,
tampungan,
relokasi
jalan,
tata
jalan
letak
untuk
pengukuran
dan
batasan-batasab
yang
harus
tambahan
dimana
galian
memanjang
akan
diperlukan.
c)
drainasi,
gedung
kontrol
dan
jalan
konstruksi.
- Luasan/Dimensi: Batasan panjang sekitar 4 kali
tinggi bendungan di bagian hulu dan hilir dihitung
dari sumbu dam. Batasan lebar sekitar 3 kali panjang
puncak atau ditambah 2 kali tinggi bendungan.
2. Penampang Memanjang (Longitudinal Section)
- Cakupan : tegak lurus sepanjang puncak / as
bendungan dengan interval 10 - 20 m, kecuali di alur
sungai
ditambah
pula
dengan
arah
sejajar
aliran/lembah sungai.
Penampang ini diperlukan pada tahap perencanaan
untuk penggalian pondasi bendungan dan pada
tahap konstruksi sebagai station (STA)
- Dimensi : panjang masing-masing penampang 4 kali
dari tinggi kearah hulu dan hilir.
II - 2
ini
diperlukan
untuk
merencanakan
Skala Peta
1. Skala Survey Detail dan Interval kontur yang harus
tersedia
Tabel 2.1 Skala Survey Detail dan Interval Kontur
Interval
Kontur
Skala
1:5,000
1:2,000
1:1,000
1:500
Kontur
tengah
(m)
5
2
1
1
Kontu
Tambahan
r
tengah
Indek
kontur
s
interval (m)
(m)
25
2.5
10
1.0
5
0.5
5
0.5
Kontur
Tambaha
n (m)
1.25
0.50
0.25
0.25
II - 3
2.1.3
Batas Ketelitian
1.
2.
Panjang Ratarata
Kesalahan
Penutup
700 m 2 km
400 m - 700 m
200 m - 400 m
100 m - 200 m
8" n
10" n
15" n
20" n
Imbangan
Kesalahan
Penutup
1/20,000
1/10,000
1/5,000
1/3,000
Tingkat
Kedua
Tingka
t
Ketiga
Catatan
2,5mm
S
5mmS
10mm
S
S : jarak satu
arah dalam
km
2,0mm
S
5mmS
10mm
S
Tingkat
Pertama
II - 4
2.2
2.2.1
Pemetaan Geologi
A. Umum
Pemetaan geologi dituangkan ke dalam peta dengan skala minimum
1 : 2000 untuk daerah as Bendungan. Atau sesuai dengan skala peta
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Skala dan Peruntukan Peta Topografi
II - 5
pembentukkannya,
sesuai
dengan
sejarah
geologinya.
k. Gejala-gejala lainnya: longsoran kegempaan air tanah dan lainlain.
B. Pemetaan Geologi Permukaan Daerah Genangan
1. Melakukan pengamatan geologi lapangan pada daerah genangan
dan sekitarnya pada skala 1:1000, seperti singkapan batuan,
stratigafi dan struktur geologinya.
2. Pengamatan dilakukan di lintasan yang relatif tegak lurus dengan
jurus (strike) batuan, sehingga diketahui variasi batuan dan
penyebarannya di daerah genangan.
3. Pengamatan juga dilakukan pada proses geologi muda yang ada
di lapangan seperti potensi gerakan tanah atau tanah longsor.
C. Pemetaan Geologi di Daerah Borrow Area dan Quarry
1. Mencari material yang nantinya akan dipakai untuk konstruksi
bangunan,
maka
perlu
dipersiapkan
areal
untuk
material
Quary
dengan
memetakan
daerah
tersebut
dan
Pemboran Inti
Pemboran yang disyaratkan untuk penyelidikan geologi teknik adalah
pemboran dengan cara pemboran inti bermesin (Rotary core drilling).
Tujuan pemboran ini adalah untuk mendapatkan data dari kondisi
batuan/tanah di bawah bendung atau bangunan lainnya, serta
untuk mengetahui daya dukung dan nilai rembesan air di bawah
bangunannya.
Contoh-contoh hasil pemboran inti (core samples) harus dimasukkan
dalam core box serta disusun sesuai dengan urutan kemajuan
pemboran.
sesuai dengan kedalamannya.
Besarnya ukuran peti contoh : panjang = 1,00 m
lebar
= 0,50 m
Nama proyek
b.
Nama lokasi
c.
d.
interval
meter
kedalaman
meter
atau
di
tiap-tiap
II - 8
Tabel 2.5 Korelasi antara (N) SPT dengan kepekatan relative dan
kepadatan relative tanah serta daya dukung tanah yang
diperkenankan
SAND
CLAY
Daya
dukung
Ijin
(t/m2)
Perlu
pemadata
n
Perlu
pemadata
n
N
Value
Kepadata
n
Relative
Daya
dukung
Ijin
(t/m2)
<2
Sangat
lunak
<2
24
Lunak
2 ~ 4.5
N
Value
Kepadata
n Relative
04
Sangat
lepas
4 10
Lepas
10 30
Sedang
7 ~ 25
48
Sedang
4.5 ~ 9
30 50
Padat
24 ~ 45
8 15
Kuat
9 ~ 18
> 50
Sangat
Padat
> 45
15 30
Sangat
kuat
18 ~ 36
> 30
Keras
> 36
2.2.4
Pengujian Permeabilitas
Pengujian permeabilitas dilaksanakan pada lubang bor dimana pada
batuan akan dilaksanakan dengan memakai tekanan (water pressure
test) dipakai metode uji packer (packer test). Kedalaman pengujian di
setiap interval 5 m (1 stage).
Sedangkan pada tanah atau material lepas akan dilaksanakan
dengan percolation test berupa falling head test atau open-end
constand head test.
Pemeriksaan
rembesan tanah/permeabilitas.
II - 9
menentukan harga k
II - 10
Paritan uji adalah galian yang dibuat dengan bentuk seperti parit
dengan tujuan untuk mengetahui lebih jelas gejala gejala geologi di
permukaan, misalnya batas atau bidang kontak lapisan lapisan
batuan, rekahan (fracture), patahan, tingkat pelapukan dan tebal
lapisan penutup (over burden). Paritan uji umumnya dibuat pada
lereng, tumpuan (abutment), dapat memotong garis tinggi atau sejajar
garis tinggi. Dimensi Paritan : panjangnya disesuaikan dengan
keadaan lereng dan tujuan penyelidikan, dapat berkisar dari sepuluh
sampai dua puluh meter panjang sedangkan lebarnya secukupnya
supaya orang atau alat mudah bekerja, minimal (1,50 2,00) meter
jika
pekerjaan
kedalaman uji
dilaksanakan
dengan
tenaga
manusia.
Untuk
Untuk pemboran ini digunakan peralatan bor tanah yang ringan, dan
dapat dioperasikan dengan tangan untuk mengambil contoh tanah
dari lubang bor. Alat itu dipakai cocok untuk menyelidiki lempung
lunak sampai teguh dan hanya dapat dipakai sampai kedalaman 10
m. Diameter lubang bor berkisar antara 12 sampai 15 cm, sehingga
contoh tanah mudah diambil. Perlu dingat bahwa bor tangan tidak
dipakai untuk penelitian perlapisan kerikil, berangkal maupun
bongkah.
II - 11
II - 12
BAB III
SKEMA SUNGAI DAN KARAKTERISTIK DAS
3.1 Skema Sungai
Dalam perencanaan Embung tidak terlepas dari sumber air yaitu
sungai. Perencana harus menampilkan lokasi tinjauan dengan skema
sungai yang menggambarkan keterkaitan hidrolis antar bangunan
utama/ bangunan pengambil air dengan infrastruktur sepanjang
sungai di dalam DAS. Skema sungai memuat semua bangunan utama
yang ada di sungai dan anak-anak sungai sampai ordo 3, seperti:
bendungan,
embung,
bendung,
jembatan,
talang,
siphon,
dan
interkoneksi
antar
DAS
basah-kering
yang
memiliki
III - 1
SUNGAI JANGKOK
SUNGAI SESAOT
SUNGAI SEGENTER
MA JERANGAH CS (R )
AW LR JR MALANG
MA PENGKOAK CS (R )
MA SESAOT 1 CS (L)
IR JURANG
MALANG
B/S SESAOT
MA BENTOYANG ( R)
BS SSAOT FDER
MA SESAOT 2 CS (R )
AW LR AIKNYET
MA AIKNYET (R )
ARR SESAOT
BS JANGKOK
MA PENGKULUR CS (R )
BE SESAOT
SUNGAI SEKOT
MA SESULE CS (R )
B MONT NG
MA SEMBUANG CS (R )
MA PERAPI - GUA CS (R )
B NYURBAYA
2. Legenda
No
1
2
3
4
5
6
MA SARASUTA (R )
PDAM SARASUTA
B MENCONGAH
1. Garis
No
1
2
3
4
5
6
7
7
8
9
10
11
12
13
14
B MENJELI
15
16
17
18
B/S R PANCOR
SUP MIDANG
19
20
21
B MATARAM
BE SAYANG
SELAT LOMBOK
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Jenis Garis
Sungai Utama
Sungai Orde 1
Sungai Orde 2
Sungai Orde 3
Sungai Orde 4
Suplesi
HLD
Nama Bangunan
Bendungan
Bendung Pemerintah
Bendung Provinsi
Bendung Kabupaten
Bendung Irigasi Desa
Bangunan
Pengambilan Air (BPA)
PLTMH/PLTA
Bangunan Pelimpah
Pengambilan Bebas
CekDam /Groundsill
Sungai Utama
Anak Sungai
Saluran HLD
Sal.Suplesi mengalir
terus menerus
Sal.Suplesi mengalir
terputus putus
Arah Mata Air
Mata Air
Embung (In
Stream) Pemerintah
Embung (In
Stream) Provinsi
Embung (In
Stream) Kabupaten
Embung Lapangan
(Off Stream)
Tambang Pasir
Power House
PLTMH/PLTA
AWLR
ARR
PCH / MRG
POS IKLIM
Rumah Jaga Operator
Sipon
Talang
Jembatan
Return Flow
Reservoar PDAM
Genangan banjir
Warna
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Merah
Merah
Tebal
4.5
3.25
2.5
1.75
1.25
2.25
3.25
Singkatan
BD
B
B
B
B Irdes
Simbol
BPA
BP
PB
CD
S
S
MA
E
E
E
E
TP
PH
CRS
SP
TL
JB
RF
PDAM
GB
III - 2
Garis
III - 3
BAB IV
HIDROLOGI
4.1 DEBIT BANJIR RANCANGAN
4.1.1 Alur Perencanaan
a.
b.
IV - 1
4.1.2 Peta Acuan Isoyet hujan rancangan dan Peta gambaran Koefisien
Pengaliran
Untuk acuan awal analisis, di bawah ini ditampilkan gambaran
isoyet hujan kala ulang 5, 10, 20, 50, 100, 1000 tahunan dan
gambaran koefisien pengaliran WS Lombok dan WS Sumbawa.
IV - 2
Lombok
IV - 3
Lombok
IV - 4
Lombok
Lombok
Lombok
Lombok
Lombok
Lombok
Gambar 4.10 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 100 Tahun WS Lombok
IV - 11
Gambar 4.11 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 100 Tahun WS Sumbawa
IV - 12
Lombok
Gambar 4.12 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 1000 Tahun WS Lombok
IV - 13
Lombok
Gambar 4.13 Peta Isohyet Hujan Kala Ulang 1000 Tahun WS Sumbawa
IV - 14
Lombok
b.
tidak
terdapat
catatan
debit,
maka
debit
andalan
IV - 15
4.2.2.1.1
WS Sumbawa
Gambar 4.32 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Januari I WS Sumbawa
IV - 33
Lombok
Gambar 4.33 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Januari II WS Sumbawa
IV - 34
Lombok
Gambar 4.34 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Februari I WS Sumbawa
IV - 35
Lombok
Gambar 4.35 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Februari II WS Sumbawa
IV - 36
Lombok
Gambar 4.36 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Maret I WS Sumbawa
IV - 37
Lombok
Gambar 4.37 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Maret II WS Sumbawa
IV - 38
Lombok
Gambar 4.38 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan April I WS Sumbawa
Lombok
IV - 39
Gambar 4.39 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan April II WS Sumbawa
Lombok
IV - 40
Gambar 4.40 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Mei I WS Sumbawa
IV - 41
Lombok
Gambar 4.41 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Mei II WS Sumbawa
Lombok
IV - 42
Gambar 4.42 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Juni II WS Sumbawa
Lombok
IV - 43
Gambar 4.43 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Oktober II WS Sumbawa
Lombok
IV - 44
Gambar 4.44 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan November I WS Sumbawa
Lombok
IV - 45
Gambar 4.45 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan November II WS Sumbawa
IV - 46
Lombok
Gambar 4.46 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Desember I WS Sumbawa
IV - 47
Lombok
Gambar 4.47 Peta Isohyet Rerata Probabilitas 80% Bulan Desember II WS Sumbawa
IV - 48
Lombok
4.2.3.1.1
IV - 50
4.2.3.2
Gambar 4.50 Peta Sebaran Faktor Resesi Aliran Tanah (K) WS Lombok
IV - 51
4.2.3.2.1
Gambar 4.51 Peta Sebaran Faktor Resesi Aliran Tanah (K) WS Sumbawa
IV - 52
4.2.3.3
IV - 53
4.2.3.3.1
4.2.3.4
4.2.3.4.1
4.2.3.4.2
IV - 56
Koefisien PSUB
4.2.4.1.1
WS Lombok
4.2.4.1.2
WS Sumbawa
4.2.4.2
4.2.4.2.1
WS Lombok
IV - 59
4.2.4.2.2
WS Sumbawa
Status Kota
Jumlah Penduduk
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
Metropolitan
Besar
Sedang
Kecil
IKK
Desa
>1.000.000 Jiwa
500.000-1.000.000 Jiwa
1.000.000-500.000 Jiwa
20.000-100.000 Jiwa
3.000-20.000 Jiwa
<3.000 Jiwa
500.0001.000.00
0
1.000.00
0500.000
Besar
190
>1.000.000
Uraian
20.000100.000
<20.000
Sedang
Kecil
Desa
170
150
130
30
30
30
20-30
30
30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
1,1
1,5
5
100
20-30
1,1
1,5
5
100
1,1
1,5
6
100
10
20-30
1,1
1,5
6
100-200
20
1,1
1,5
10
200
10
10
24
10
10
24
24
20
24
24
20
20
80:20
20
20
80:20
80:20
70
30
*) 90
**) 90
***) 70
Metro
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Konsumsi
unit
sumbangan rumah (SR)
l/o/h
Konsumsi Unit Hidran
Umum (HU) l/o/h
Konsumsi
Unit
Non
Domestik (%)
Kehilangan
Faktor Maksimum day
Faktor Peak-Hour
Jumlah Jiwa per SR
Jumlah jiwa per HU
Sisa tekan di jaringan
distribusi (mka)
Jam oprasi
Volume Reservoir (%)
(Max day deamend)
12
SIR: Hu
50:50 s/d
70:30
13
**)90
50:50
s/d
80:20
**) 90
:
:
:
:
10 I/murid/hari
200 1/tempat tidur/hari
2 m3/hari
sampai 2 m3/hari
IV - 61
Kantor
Pasar
Hotel
Rumah Makan
Komplek Militer
Kawasan Industri
Kawasan Pariwisata
:
:
:
:
:
:
:
10 I/pegawai/hari
12 m3/hektar/hari
150 1 /ternpat tidur/hari
100 1 /tempat duduk/hari
601/orang/hari
0,2 - 0,8 1/dt/ha
0,1 - 0,3 1/dt/ha
IV - 62
BAB V
PERENCANAAN BANGUNAN
5.1
V-1
5.2
Er. Vr . Ca . Lt . Te . Dr / 1000
dimana :
Vd = volume tampungan mati (juta m3)
Er
Te
= trap efficiency
Dr
V-2
Gambar 5.1 Peta Faktor Erodibilitas Tanah Daerah Aliran Sungai di WS Lombok
V-3
V-5
ditetapkan,
dan
dengan
memasukkan
dan
sekat.
Selain
itu
Embung/bendungan
urugan
V-7
on
Large
Dams
(1976)
didasarkan
pada
tinggi
Embung/bendungan
juga
dipengaruhi
oleh
ketersediaan
berlimpah
tetapi
material
lolos
air
sedikit,
maka
V-8
3. Topografi
Secara umum embung/bendungan urugan cocok untuk jenis
topografi tapak Embung/bendungan dengan sandaran yang tidak
curam (relatif landai). Jika abutment relatif curam, tetapi tetap
menggunakan tipe urugan, tipe sekat perlu perhatian khusus dan
cenderung
embung/
tidak
menguntungkan,
bendungan
akan
karena
mengakibatkan
penurunan
kerusakan
tubuh
pada
sekatnya.
4. Geologi
Faktor pondasi embung/bendungan perlu mendapat perhatian yang
serius,
karena
akan
berkaitan
dengan
stabilitas
tubuh
batuan
keras,
embung/bendungan
bukan
maka
tipe
merupakan
embung,
kendala,
dan
tetapi
tinggi
jika
V-9
pondasinya
tanah,
maka
tinggi
embung/bendungan
bukan
merupakan prioritas.
5. Meteorologi dan Geofisika
Saat musim hujan jumlah hari kerja terbatas dengan kondisi cuaca,
maka lebih cocok menggunakan tipe embung/bendungan yang
sedikit menggunakan material tanah.
5.2.4 Dimensi Embung
Tinggi Embung
Tinggi
embung/bendungan
permukaan
pondasi,
dan
adalah
elevasi
perbedaan
mercu
antara
embung/
elevasi
bendungan.
Permukaan pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar dari
zone kedap air. Apabila pada embung/ bendungan tidak terdapat
dinding kedap air atau zone kedap air, maka yang dianggap
permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara bidang vertikal
yang
melalui
tepi
hulu
mercu
embung/bendungan
dengan
Dalam
menentukan
tinggi
jagaan
perlu
Pertimbangan-pertimbangan
tentang
karakteristik
dari
banjir
abnormal
H f h hw atau e ha hi
2
H f hw
he
ha hi
2
dimana :
h
hw
he
ha
terjadi
kemacetan-kemacetan
pada
bangunan
pelimpah (m)
hi
dimana : b
5.3
ANALISIS STABILITAS
F H
di mana;
c
= tinggi lereng, m.
V-12
Gambar 5.6 Kurve-kurve Taylor untuk stabilitas tanggul (dan Capper, 1976)
Pembebanan
untuk
analisis
stabilitas
lereng
embung
harus
tubuh
embung/bendungan
maupun
pondasinya
harus
mampu
menanggulangi gaya- gaya yang ditimbulkan oleh adana air filtrasi yang
mengalir melalui celah-celah antara butiran-butiran tanah pembentuk
tubuh
embung/bendungan
dan
pondsi
tersebut.
Untuk
mengetahui
V-13
Formasi
garis
depresi
(seepage
line
formation)
dalam
tubuh
Formasi
Garis
Depresi
pada
zone
kedap
air
suatu
permeabilitas
deformasi
garis
horisontalnya
depresi
horisontalnya sebesar
kv
kh
dengan
(kh),
maka
akan
mengurangi
terjadi
koordinat
kali.
Perhitungan Rembesan
Untuk menghitung tekanan air tanah dihitung dengan menganalisa
jalur rembesan dengan menggunakan metode Lane yang juga disebut
angka rembesan lane (weighted creep ratio method). Angka rembesan
menurut lane adalah (KP-02, 1986):
1
Lv Lh
3
CL
H
dengan :
Lv = panjang rembesan arah vertikal (m),
Lh = panjang rembesan arah horizontal (m),
H = perbedaan tinggi air hulu dan hilir (m),
CL = angka rembesan menurut Lane.
P = H H
dengan :
P
Uraian
Minimum Angka
Rembesan Lane
8.50
Pasir halus
7.00
Pasir sedang
6.00
Pasir kasar
5.00
Kerikil halus
4.00
Kerikil Sedang
3.50
3.00
2.50
Lempung lunak
3.00
10
Lempung sedang
2.00
11
Lempung keras
1.80
12
1.60
V-16
Dengan
demikian
maka
tebal
lantai
kolam
ini
harus
Ix
. H
L
dimana :
Px = daya angkat pada titik X, (t/m)
Hx = tinggi energi di hulu bendung sampai titik X (m)
Ix
Px Wx
dimana:
dx = tebal lantai pada titik X, m
Px = gaya angkat pada titik X, kg/m2
Wx = kedalaman air pada titik X, m
= faktor keamanan
SF
Mt
1.50
Mg
Keadaan Gempa:
SF
Mt
1.30
Mg
dengan:
SF
= faktor keamanan
Mt
Mg
V-18
Jenis Material
Berat Satuan
(t/m3)
Baja
7.85
1.50
Batu koral
7.25
Besi tuang
0.70
Beton
2.20
Beton bertulang
2.40
Kayu kelas I
1.00
Kayu kelas II
0.80
Kerikil
1.65
10
Mortal/adukan
2.15
11
Pasangan Bata
1.70
12
Pasangan batu
2.20
13
1.60
14
Pasir (basah)
1.80
15
Air
1.00
16
1.70
17
2.00
kw kh . W
dengan:
kw
V-19
ad
g
di mana:
E
g
z
= koefisien gempa
= percepatan gravitasi, cm/dt2 ( 980)
=f aktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona lihat
Tabel 5.6 )
Tabel 5.4 Koefisien Zona gempa pada Zona A,B,C,D,E,F
ZONA
KOEFISIEN ZONA Z
A
0,10 0,30
0,30 0,60
0,60- 0,90
0,90 1,20
1,20 -1,40
1,40 1,60
ac *)
(gal = cm /dt2)
10
20
50
100
200
500
1000
5000
90
120
190
220
250
280
330
V-20
3
4
Jenis tanah
Batuan :
a) Perlapisan terbentuk sebelum periode
kuarter disebut batuan;
b) Lapisan diiluvial di atas lapisan
batuan dengan tebal kurang 10 m
Diiluvium :
a) Lapisan diiluvial di atas lapisan
batuan dengan tebal lebih dari 10 m;
b) Lapisan alluvial diatas lapisan batuan
tebal kurang dari 10 m
Alluvium:
Alluvium Lunak :
Periode Predominan
TS (detik)
Koreksi
V
TS 0,25
0,80
1,00
Catatan :
(1) Yang termasuk dalam lapisan diiluvial adalah lapisan pasir
1,10
1,20
keras;
(2) Yang termasuk lapiasan alluvial adalah lapisan endapa baru seperi endapan sungai; longsoran;
V-21
SF
. V c . A
H
dengan :
SF
= faktor keamanan,
= koefisien geser,
= kohesi (t/m)
lunak
12,5 2,5
Sangat lunak
< 12,5
max
M L
V 2
V 1 6e
dengan:
max = daya dukung maksimum (t/m2),
M
= Mh Mv (tm),
V-23
Jenis
kN/m2
Kgf/cm2
10.000
4.000
3. kerikil
200-600
26
100- 300
13
5. lempung kenyal
150- 300
1,5 3
6. lempung teguh
75 - 150
0,75 1,5
< 75
berkerapatan
sedang
100
40
< 0,75
V-24
LAMPIRAN
DAS
LUAS
2
Km
HW
AWLR
DAS Bentek
31,54
DAS Buruan
21,50
DAS Sokong
42,77
DAS Segara
133,17
DAS Tiupupus
47,30
11
DAS Luk
44,20
12
DAS Penggolong
5,33
14
DAS Sidutan
48,12
16
DAS Lebahpebali
10,01
19
DAS Amoramor
60,12
24
DAS Rembat
3,38
26
DAS Lebak
3,94
27
DAS Menangen
8,45
37
DAS Koangan
31,09
41
DAS Reak
37,63
12
49
DAS Putih
55,71
53
DAS Beburung
88,90
56
DAS Belik
7,84
57
DAS Mentareng
9,24
64
DAS Nangka
32,87
70
DAS Rajak
17,05
71
DAS Sambelia
57,31
85
DAS Desa
73,11
15
87
DAS Kukusan
91,55
34
88
DAS Tojang
40,07
89
61,88
90
DAS Blimbing
141,65
52
91
DAS Aikampat
102,06
54
92
DAS Menangapaok
12,28
93
DAS Moyot
23,97
94
DAS Palung
128,83
45
96
53,88
11
97
DAS Pemokong
19,51
14
99
DAS Aruina
5,31
102
DAS Temodo
23,92
104
DAS Peak
46,72
105
45,69
18
106
DAS Supak
14,31
10
110
10,96
111
DAS Balak
25,21
115
DAS Mawun
14,97
130
DAS Bengkang
10,45
150
DAS Siung
14,80
ARR
CR
1
1
2
1
1
Bagian/Bab/
Sub.Bab/
Rincian
Uraian Koreksi/Penyempurnaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Standar Perencanaan Irigasi,
DAFTAR ISTILAH
B
Banjir rencana banjir maksimum dengan periode ulang tertentu (misal:
5,10,50,100 tahun), yang diperhitungkan untuk perencanaan suatu
konstruksi.
C
Curah hujan efektif bagian dari curah hujan yang efektif untuk suatu proses
hidrologi yang bisa dimanfaatkan, misal: pemakaian air oleh tanaman,
pengisian waduk dsb.
D
Daerah aliran sungai (DAS) daerah yang dibatasi bentuk topografi, di mana
seluruh curah hujan di sebelah dalamnya mengalir ke satu sungai.
Debit andalan debit dari suatu sumber air (mis: sungai) yang diharapkan
dapat disadap dengan resiko kegagalan tertentu, misal I kali dalam 5 tahun.
Debit puncak debit yang terbesar pada suatu periode tertentu.
Debit rencana debit untuk perencanaan bangunan atau saluran,Debit
rencana debit untuk perencanaan suatu bangunan air.
E
Evaporasi adalah penguapan.
Evapotranspirasi adalah kehilangan air total akibat penguapan dari muka
tanah dan transpirasi tanaman.
Embung merupakan sistem atau istilah lokal yang ada pada umumnya sudah
dikenal oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat di dalam mengelola sumber
daya air. Konstruksi embung berupa waduk penampungan yang terbuat dari
timbunan tanah ataupun dari pasangan batu yang dipakai sebagai sumber air
untuk memberi / suplesi terhadap kebutuhan air irigasi pada areal di
bawahnya, dimana pada umumnya sudah dipersiapkan pola tanam tadah
hujan (Gora) sehingga dapat diperoleh kontinuitas pemberian air untuk
pertumbuhan tanaman dalam menghindari gagal panen.
Embung dengan tujuan tunggal (single purpose dams) adalah embung yang
dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya untuk pembangkit
tenaga listrik atau irigasi (pengairan) atau pengendalian banjir atau perikanan
darat atau tujuan lainnya tetapi hanya untuk satu tujuan saja.
Embung serba guna (multipurpose dams) adalah embung yang dibangun
untuk memenuhi beberapa tujuan misalnya : pembangkit tenaga listrik (PLTA)
dan irigasi (pengairan), dan lain-lain.
Embung penampung air (storage dams) adalah embung yang digunakan untuk
menyimpan air pada masa surplus dan dipergunakan pada masa kekurangan.
Termasuk dalam embung penampung air adalah untuk tujuan rekreasi,
perikanan, pengendalian banjir dan lain-lain.
Embung pembelok (diversion dams) adalah embung yang digunakan untuk
meninggikan muka air, biasanya untuk keperluan mengalirkan air kedalam
sistem aliran menuju ke tempat yang memerlukan.
Embung penahan (detention dams) adalah embung yang digunakan untuk
memperlambat dan mengusahakan seminimal mungkin efek aliran banjir yang
mendadak. Air ditampung secara berkala/sementara, dialirkan melalui
pelepasan (outlet). Air ditahan selama mungkin dan dibiarkan meresap
didaerah sekitarnya.
F
Faktor resesi (K) adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ken dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah
dipengaruhi oleh sifat geologi DPS.
Faktor tahanan rembesan faktor pengali panjang jalur rembesan sehubungan
kondisi bentuk pondasi dan jenis tanah.
G
G.F.R. Gross Field Water Requirement, adalah kebutuhan air total (broto) di
sawah dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengolahan laban, rembesan,
penggunaan konsumtif dan penggantian lapisan air.
Garis kontur garis yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya,
disebut juga garis tinggi.
GFR kebutuhan total air di sawah.
GWF Ground Water Flow, adalah aliran air tanah
GWS Ground Water Storage, adalah tampungan air tanah
H
Hujan efektif hujan yang betul-betul dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Hujan titik curah hujan pada daerah yang terbatas sekitar stasiun hujan.
I
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah.
J
Jaringan irigasi adalah seluruh bangunan dan saluran irigasi
Jaringan irigasi teknis jaringan yang sudah memisahkan antara sistem
irigasi.pembuang dan jaringan tersier
K
Kantong lumpur bangunan untuk mengendapkan dan menampung lumpur
yang pada waktu tertentu dibilas.
M
Mercu bagian atas dari pelimpah atau tanggul
Morfologi sungai bentuk dan keadaan alur sungai sehubungan dengan
alirannya.
N
N.F.R. Net-Field Water Requirement satuan kebutuhan bersih (netto) air di
sawah, dalam ha1 ini telah diperhitungkan faktor curah hujan efektif.
Neraca air keseimbangan air, membandingkan air yang ada, air hilang dan air
yang dimanfaatkan.
P
Periode ulang suatu periode di mana diharapkan terjadi hujan atau debit
maksimum.
Perkolasi adalah gerakan air dalam tanah dengan arah vertikal ke bawah.
Peta geologi adalah peta yang menggambarkan keadaan geologi, dinyatakan
dengan simbol-simbol dan warna tertentu, disertai keterangan seperlunya.
Prasarana (infrastruktur) fasilitas untuk pelayanan masyarakat seperti :
jaringan jalan, irigasi, bangunan umum.
S
Saluran irigasi adalah saluran pembawa air untuk menambah air ke saluran
lain/daerah lain.