Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
2.1.1 Pengertian
Terdapat beberapa perbedaan dalam definisi dari bakteri. Menurut CDC,
bakteri adalah organisme bersel satu yang ditemukan diseluruh tempat baik di dalam
maupun di luar tubuh manusia. Menurut Kenneth (2012) bakteri adalah
mikroorganisme bersel tunggal dengan komponen selular prokariot.
2.1.2Klasifikasi
Berdasarkan respon terhadap pewarnaan gram, bakteri dibedakan menjadi dua
macam yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.Perbedaan dari kedua
bakteri ini adalah dari struktur dinding selnya. Dinding sel bakteri gram positif terdiri
dari lapisan peptidoglikan homogen dengan ketebalan sekitar 20 80 nm yang
terletak di luar lapisan membrane plasma. Sementara dinding sel bakteri gram negatif
ketebalan lapisan peptidoglikannya antara 2 7 nm dan dilapisi oleh membran luar
dengan ketebalan 7 8 nm. Dengan begini bakteri gram positif karena memiliki
peptidoglikan yang lebih tebal dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Hal ini
menjadikan bakteri ini akan terlihat berwarna ungu dibandingkan dengan bakteri
gram negatif yang akan menghasilkan warna pink jika dilakukan pewarnaan gram
(Willey et al., 2008).
Dalam pewarnaan gram digunakan beberapa larutan seperti kristal violet,
iodine, alcohol dan safranin. Ketika sediaan dilarutkan dengan kristal violet lalu
kemudian iodin, warna ungu dari larutan kristal violet ini akan ditahan oleh struktur
peptidoglikan bakteri ditambah dengan penahanan oleh larutan iodin. Kemudian
ketika sediaan disirami alkohol yang bisa menghapus zat warna ungu dari
kristalviolet tadi, oleh karena pori-pori peptidoglikan yang sempit ditambah dengan
adanya iodin maka zat warna ungu tersebut sulit untuk terhapus oleh alkohol
sehingga akan tetap terlihat berwarna ungu. Sementara oleh karena struktur pori
peptidoglikan dari bakteri gram negatif yang lebih besar, maka akan lebih mudah
bagi larutan alkohol untuk menetralisir atau menghapus zat warna ungu yang ad di
peptidoglikan sehingga akan terlihat warna pink setelah pemberian safranin (Willey
et al., 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengkhususkan indentifikasi gambaran
bakteri yang ditularkan dengan cara fekal-oral.
2.1.3 Nutrisi, Pertumbuhan dan Metabolisme Bakteri
Seperti halnya makhluk hidup lain, bakteri juga memerlukan beberapa faktor
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan akan kehidupannya ini
memerlukan beberapa faktor yang bermacam-macam. Kebutuhan kehidpan bakteri
dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan nutrisi atau kimia dan kebutuhan lingkungan.
Contoh dari kebutuhan nutrisi misalnya sumber energy, karbon, nitrogen, sulfur,
fosfor, besi, faktor pertumbuhan organic dan vitamin. Sementara untuk faktor
lingkungan adalah oksigen, karbondioksida, suhu, konsentrasi ion hidrogen,
kelembaban dan kekeringan, cahaya, efek osmotik, stres mekanik dan sonik
(Vasanthakumari, 2007).
2.1.3.1 Kebutuhan Nutrisi
Energi
Beberapa bakteri memiliki perbedaan dalam hal sumber
energi
nya,
misalnya Escherichia coli yang menggunakan bahan kimia untuk sumber energinya.
Disebut juga dengan kemotrop. Ada juga yang menggunakan cahaya sebagai sumber
energinya, contohnya Rhodospirillum (Vasanthakumari, 2007).
Karbon
Karbon sangat diperlukan bukan hanya oleh bakteri tapi juga seluruh makhluk
hidup yang ada di muka bumi ini. Misalnya karbon diperlukan untuk pembentukan
atau sintesis peptidoglikan (Scheffers and Mariana, 2005) atau beberapa protein dan
karbohidrat serta lemak pada manusia. Penggunaan karbon oleh bakteri ini ada yang
diambil langsung dari CO2 disebut dengan autotrop ada juga yang digunakan dari
bahan organik lain seperti dari karbohidrat, lemak dan protein yang disebut
heterotrop. Kira-kira sekitar 50% dari berat kering bakteri adalah karbon
(Vasanthakumari, 2007).
Nitrogen dibutukan untuk pembuatan nitrogen dan juga DNA dan RNA dimana
nitrogen ini bisa didapat dari bahan anorganik seperti nitrat dan nitrit juga dari bahan
organik seperti asam amino. Sementara sulfur diperlukan bakteri untuk sisntesis asam
amino seperti metionin dan sistein serta vitamin seperti B1 dan biotin. Yang terakhir
adalah fosfor, digunakan untuk membuat asam nukleat dan fosfolipid. Sementara
pada manusia dan hewan serta tumbuhan lainnya fosfor digunakan dalam pembuatan
molekul ATP (adenine triphosphate) yang akan digunakan selanjutnya untuk
menghasilkan energy (Vasanthakumari, 2007).
Oksigen
Kebutuhan utama bakteri akan oksigen menjadikan bakteri dibagi menjadi
dua yaitu bakteri anaerob dan aerob. Bakteri anaerob dibagi lagi menjadi anaerob
obligat, anaerob fakultatif dan beberapa bakteri mikroaerofilik.
Bakteri anaerob
obligat artinya adalah bakteri tersebut harus dalam kondisi bebas dari oksigen untuk
dapat hidup, dan akan mati ketika ada oksigen (mis: Clostridium). Bakteri anaerob
fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan kondisi lingkungan terdapat
roksigen maupun tidak. Untuk istilah mikroaerofilik artinya bahwa bakteri jenis ini
bisa tumbuh di lingkungan dengan konstentrasi oksigen yang rendah namun akan
mati jika konsentrasi oksigennya tinggi (Alfvin Fox, 2011). Sementara bakteri aerob
hanya tergolong kedalam aerob obligat, yaitu bakteri yang harus membutuhkan
oksigen
untuk
kelangsungan
hidupnya
(mis:
Mycobacterium
tuberculosis)
(Vasanthakumari, 2007).
Karbondioksida
Hampir semua bakteri membutuhka karbondioksida dalam pertumbuhannya.
Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan bakteri. Terdapat
80oC. Namun kebanyakan bakteri dapat hidup dalam suhu optimal 37oC.
(Vasanthakumari, 2007).
2.1.4 Bakteri Yang Ditularkan Melalui Fekal-Oral
Ada beberapa macam cara penularan bakteri seperti yang telah dijelaskan di atas,
salah satunya adalah dengan cara fekal oral. Maksudnya adalah transmisi ini terjadi
setelah tangan seseorang kontak dengan mikroorganisme dan bisa menimbulkan
penyakit pada orang tersebut jika mikroorganisme tersebut tertelan. Terdapat
beberapa bakteri yang ditularkan melalui kontak langsung dengan tangan diantaranya
adalah S. aureus, K. pneumonia, P. aeruginosa, dll (Sabra, 2013).
Staphylococcus aureus
Bakteri ini adalah yang paling patogen diantara spesies yang lainnya. S. aureus
merupakan bakteri dengan ukuran sekitar 0,8 0,9 m, tidak bergerak, tidak
berspora, jarang berkapsul dan berkelompok seperti buah anggur. Suhu optimum
yang dibutuhkan untuk tumbuh dengan baik adalah 37oC (Gupte, 2012).
Bakteri ini menghasilkan enzim yang disebut koagulase (Gupte, 2012 ; Brooks, et
al., 2010). Enzim ini memiliki delapan tipe antigenic (A,B,C,D,E,F,G, dan H) yang
bekerja dengan cara membuat bekuan(klot) melalui proses perubahan fibrinogen
plasma menjadi fibrin. Kemudian fibrin ini menyelimuti bakteri sehingga terbebas
dari fagositosis dan opsonisasi (Parija, 2009). Selain itu bakteri ini juga menghasilkan
beberapa enzim yang lain seperti katalase, hialuronidase, leukosidin, penisilinase,
fibrinolisin, protease,lipase, nuclease (Parija, 2009), dan protein A serta hemolisin
(Willey et al., 2008).
Bakteri ini merupakan flora normal tubuh artinya bakteri ini terdapat di beberapa
lokasi di tubuh manusia. Adapun lokasi-lokasi di tubuh manusia tempat S. aureus ini
berada adalah di konjungtiva, hidung, dan kulit. Namun hubungan antara mikroba
normal dengan manusia bisa berubah jika lokasi dari bakteri tersebut tidak cocok
dengan lingkungan yang biasa ditempatinya sehingga dapat bersifat pathogen yang
disebut dengan istilah mikroorganisme oportunistik (Willey et al., 2008). Adapun
penyakit-penyakit yang bisa disebabkan oleh bakteri ini adalah dibagi menjadi dua,
yaitu 1). Inflamatorik dan 2). Penyakit yang dimediasi toksin staphylococcal (Parija,
2009).
Staphylococcus saprophyticus
S. saprophyticus merupakan bakteri yang tidak menghasilkan enzim koagulase
layaknya S. aureus (Brookset al., 2010) Bakteri ini sering menjadi agen infeksi
saluran kemih pada wanita (Erikssonet al., 2012). Tidak hanya wanita, pasangan
homoseksual, orang tua dan anak kecil juga bisa terinfeksi mikroba ini dan
menyebabkan infeksi saluran kemih. Selain ISK, S. saprophyticus juga bisa
menyebabkan prostatitis, epididimitis, dan batu ginjal (Raz, Colodner, & Kunin,
2005).
Streptococcus agalactiae
S. agalactiae merupakan residen normal vagina pada 5 25% wanita(Brookset
al.,
2010).
Bakteri
ini
juga
sering
menyebabkan
sepsis
neonatus,
meningitis(Levinson, 2008), dan sindrom gawat nafas pada bulan pertama kehidupan
neonatus (Brookset al., 2010).
Salmonella sp.
Salmonella adalah bakteri gram negatif berbentuk batang. Bakteri ini
menyebabkan enterokolitis, demam tifoid, septikemia, dll. Ewing membagi bakteri
ini kedalam tiga kelompok yaitu S. typhi, S. enteritidis, dan S. choleraeusis. Untuk
kelompok S. typhi dan S. enteritidis mempunya satu serotipe, sedangkan untuk S.
choleraeusis mempunyai sekitar 1500 serotipe. Secara klinis Salmonella dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu spesies tifoidal dan non-tifoidal. Untuk spesies
typhoidal biasanya kelompok bakteri yang menyebabkan demam tifoid seperti S.
Vibrio cholera
V. cholera merupakan bakteri gram negatif berbentuk koma yang sering
menyebabkan diare yang kita kenal sebagai diare air (watery diarrhea). Berdasarkan
antigen yang terdapat di dinding selnya bakteri ini dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan antigen O pada dinding selnya, yaitu O1 yang menyebabkan epidemik
dan non-O1 yang non-patogen. Organisme yang tergolong dalam O1 mempunyai 2
biotipe yaitu El tor dan cholera, dan 3 serotipe, disebut Ogawa, Inaga, Hikojima.
Biotipe disini maksudnya adalah dibedakan berdasarkan reaksi kimia sedangkan
serotipe dibedakan berdasarkan struktur antigen. Dalam pemeriksaan mikrobiologi,
bakteri ini bisa dikultur di agar McConkey dan hasilnya tidak berwarna dan bisa juga
dilakukan pemeriksaan pada media Triple Sugar Iron (TSI) (Levinson, 2008).
Dalam patogenesisnya, V. cholera menginvasi mukosa usus manusia dengan
menggunakan toksin yang memiliki 2 subunit, yaitu subunit A dan subunit B. ketika
V. cholera masuk ke usus, di situlah bakteri ini langsung bereplikasi dan
menghasilkan enterotoksin. Subunit B bertugas menempel pada permukaan sel usus
yang kemudian memediasi masuknya Subunit B enterotoksin ke dalam sel. Hasilnya
adalah terproduksinya cAMP yang mengaktivasi cAMP bergantung protein kinase
sehingga terjadilan pengeluaran ion dan air dari dalam sel ke lumen usus (Levinson,
2008)
Kolera sebenarnya telah menjadi epidemic dari tahun 1960-an sampe 1970-an.
Dan hal terjadi karena beberapa faktor seperti sanitasi yang buruk, malnutrisi,
kepadatan penduduk, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai (Levinson, 2008).
Klebsiella pneumoniae
Terdapat dua macam infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri ini, yaitu infeksi
saluran pernafasan dan infeksi saluran kemih. Bakteri ini cepat memfermentasi
laktosa dan menghasilkan pertumbuhan yang mukoid (seperti lendir) dan sangat
lengket (Brookset al., 2010) Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah K.
pneumoniae yang menyebabkan infeksi saluran kemih.
Enterobacter spp.
Infeksi enterobakter biasanya terjadi pada lingkungan rumah sakit, namun ada
juga beberapa spesies enterobakter yang kurang berbahaya yang bisa didapatkan dari
lingkungan seperti air. Sumber infeksi mikroorganisme ini bisa berasal dari endogen
seperti saluran cerna, saluran kemih, dan kolonisasi di kulit. Banyak laporan
mengenai penularan bakteri ini yang dapat terjadi melalui tangan perorangan, sampel
darah,
endoskopi,
dan
bahkan
stetoskop
(Susan,
2014).
Sama
seperti
Enterobactericeae lainnya bakteri ini juga dapat dikultur di media agar McConkey
atau EMB dan hasil dari kultur bakteri ini akan menghasilkan koloni yang
memfermentasi laktosa (Brookset al., 2010).
Citrobacter spp.
Citrobacter adalah kelompok bakteri famili dari enterobactericeaeberbentuk
batang dan menghasilkan warna merah muda pada pewarnaan gram. Bakteri ini dapat
ditemukan di tanah, air, dan makanan, serta saluran pencernaan manusia dan juga
hewan. Penelitian menunjukkan bahwa dalamsampel urin individu yang memiliki
infeksi saluran kemih 5 12% disebabkan oleh spesies citrobacter (Metriet al.,
2013). Selain menyebabkan infeksi saluran kemih, beberapa spesies citrobacter ada
yang bisa menyebabkan infeksi otak berupa abses, sepsis dan meningitis (Clara et al.,
2012) dan ada juga yang menyebabkan diare seperti Citrobacter freundii (Bai et al.,
2011).
Proteus spp.
Proteus adalah bakteri garam negatif berbentuk batang famili Enterobactericeae.
Infeksi mikroba ini dapat ditemukan dalam kasus infeksi saluran kemih, pneumonia,
infeksi fokal, dan bisa terjadi bakteremia. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada
manusia hanya jika Proteus keluar dari saluran cerna (Brookset al., 2010). Proteus
adalah flora normal pada saluran pencernaan bersamaan dengan Klebsiella dan E.coli
(Struble, 2013). Urease yang dihasilkanya menyebabkan dihidrolisisnya urea pada
urin manusia menjadi ammonia sehingga pada pasien dengan infeksi saluran kemih
urinnya akan basa (Brookset al., 2010). Proteus ini sebenarnya sering menyebabkan
infeksi pada rumah sakit seperti pada pasien ataupun pekerja medis. Namun ada juga
spesies yang sangat banyak menimbulkan infeksi di kalangan masyarakat
(community-acquired) seperti Proteus mirabilis. Untuk kepentingan diagnostik,
proteus bisa dibiakkan di agar MacConkey yang akan menghasilkan koloni yang
bergerombol dan motil (Struble, 2013)
Escherichia coli
E. coli merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif. Bakteri biasanya
dikultur pada media bernama Eosin Methylene Blue (EMB) dan akan menghasilkan
koloni berwarna logam mengkilap (metallic sheen). Sama seperti beberapa famili
enterobacteriaceae lainnya, E.coli juga memfermentasi laktosa dan pada hasil kultur
akan mengasilkan gas dan asam (Levinson, 2008).
Mikroorganisme yang satu ini cukup sering menyebabkan infeksi baik infeksi
saluran pencernaan maupun infeksi saluran kemih pada manusia. Bakteri berbentuk
batang gram negatif ini memiliki beberapa subspesies, seperti enterotoxigenic E.
coli(ETEC), enteropathogenic E. coli(EPEC), enteroinvasive E. coli (EIEC),
enteroaggregative E. coli(EAEC), dan diffusely adherent E. coli (Herbert, 2009). Di
Amerika Serikat yang paling sering menyebabkan diare adalah tipe enterotoxigenic
E.coli. selain dapat menyebabkan diare dan infeksi saluran kemih, ada tipe lain dari
E. coli ini yang bisa menyebabkan sindrom penyakit, yaitu sindrom hemolitik-uremik
yang disebabkan oleh Shiga-toxin producing E.coli(Rasko, et al., 2011). Sementara
untuk infeksi saluran kemih, kasus ini sering ditemukan pada wanita dibandingkan
pria. Hal ini dikarenakan jarak antara anus dan vagina lebih dekat sehingga
(a)
(d)
(b)
(c)
(e)
Gambar 2.2.1 : (a) agar MacConkey, (b) agar EMB, (c) Mannitol Salt agar, (d) S.
pyogenes pada agar darah, (d) Koloni E. coli pada EMB (Sumber: Virtual Interactive
Bacteriology Laboratory, Michigan State University)
Strip tes yang digunakan bisa sebanyak lima atau enam strip tes.
Kemudian strip tes ini diletakkan secara radial dan merata tersebar di seluruh media
agar yang telah ditambahkan mikroba yang akan di uji sensitivitasnya sama seperti
cara difusi disk (disc diffusion method)
(James dan Marry, 2009).
Gambar
2.3.1.
Contoh
antimicrobial
Mencuci tangan bisa menggunakan air saja atau bisa juga dengan menggunakan
sabun. Namun mencuci tangan dengan menggunakan sabun sangat dianjurkan
karena dengan mencuci tangan pakai sabun, dapat mencegah penyakit seperti diare
dan penyakit saluran pernafasan akut pada jutaan anak-anak di negara berkembang
(Global Handwasing Day, 2013). Lebih spesifik lagi sebanyak 2,2 juta anak-anak
dibawah 5 tahun meninggal karena penyakit diare dan pneumonia setiap tahunnnya.
Dan dengan mencuci tangan pakai sabun akan melindungi 1 dari 3 anak
untukmengidap diare dan 1 dari 6 anak untuk penyakit pneumonia (CDC, 2013).
Untuk memudahkan cara mencuci tangan. WHO (World Health Organization)
telah membuat langkah-langkah praktis dalam mencuci tangan. Dalam langkah ini
ada 6 cara utama yang bisa kita lakukan dalam hal menggosok tangan dengan benar.
Berikut adalah caranya.