You are on page 1of 51

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................................... 1
BAB I

PENGANTAR ................................................................................................. 2
1.1
Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ........................... 2
1.2
Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................. 2
1.3
Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3
1.4
Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4

BAB II

STANDAR KOMPETENSI............................................................................... 6
2.1
Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6
2.2
Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6
2.3
Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12


3.1
Strategi Pelatihan ................................................................................. 12
3.2
Metode Pelatihan ................................................................................. 13
3.3
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13
BAB IV APLIKASI MODEL MATEMATIS JARINGAN IRIGASI ................................. 20
4.1
Umum .................................................................................................. 20
4.2
Persiapan Proses Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi ................ 26
4.3
Penggunaan Aplikasi Model Matematis pada Perencanaan
Jaringan Irigasi...................................................................................... 33
4.4
Rangkuman Data Hasil Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi ....... 43
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI ................................................................................................ 49
5.1
Sumber Daya Manusia ......................................................................... 49
5.2
Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 49
5.3
Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 50

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 1 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

BAB I
PENGANTAR

1.1

Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)


1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang
menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
1.1.2 Kompeten ditempat kerja.
Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang
bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja
yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

1.2

Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1

Desain materi pelatihan


Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan
Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.
1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang
instruktur.
2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh
peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang
diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan


1)

Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun
peserta pelatihan.

2)

Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat
setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal
maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi.
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor
pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan
dalam melaksanakan praktek kerja.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 2 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

3)

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban
dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku
Kerja.
e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Penerapan materi pelatihan

1.3

1)

Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:


a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /
tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku
Kerja.

2)

Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan


adalah:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

Pengakuan Kompetensi Terkini


1.3.1

Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current CompetencyRCC)


Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang
berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2. Persyaratan
Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus
sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh
melalui:
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 3 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

1)
2)
3)

1.4

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,


keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang
sama atau
Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sama.

Pengertian-pengertian / Istilah
1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh
dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau
penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu
pekerjaan/jabatan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan,
menerapkan suatu standar tertentu.
1.4.3

menetapkan

serta

Penilaian / Uji Kompetensi


Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan
membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang
dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas
pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian
unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja
yang ditetapkan.
1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 4 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

1.4.7

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan
unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)


SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.9 Sertifikat Kompetensi
Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi.
1.4.10 Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada
standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 5 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

2.1

Peta Paket Pelatihan


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli
Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi
Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi - Kode Unit F45 AMPI 03
001 01, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman
dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi
Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi
Perencanaan Bangunan Utama (Bendung)
Parameter Standar Penggambaran Irigasi
Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi

2.2

Pengertian Unit Standar Kompetensi


2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan
yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit
komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu
jabatan kerja tertentu.
2.2.2

Unit kompetensi yang akan dipelajari


Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini
adalah Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi.

2.2.3

Durasi / waktu pelatihan


Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada
pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang
berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi
kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4

Kesempatan untuk menjadi kompeten


Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan
pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih
yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali
kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level
yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga)
kali.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 6 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

2.3

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Unit Kompetensi yang Dipelajari


Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi
peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :
mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja
telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1

Judul Unit
Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi

2.3.2

Kode Unit
F45 AMPI 03 001 01

2.3.3

Deskripsi Unit
Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang diperlukan untuk melakukan aplikasi model matematis jaringan
irigasi.

2.3.4 Kemampuan Awal


Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan Menerapkan
Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L).
Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Merencanakan Layout Daerah Irigasi
Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi
Merencanakan Bangunan Utama (Bendung)
Menerapkan Parameter Standar Penggambaran Irigasi
Menyusun Panduan Operasi dan Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan
Kriteria Perencanaan.
2.3.5

Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi
1.

Melakukan persiapan proses


aplikasi model matematis
jaringan irigasi

Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )


1.1

Perangkat lunak (software) untuk


pembuatan aplikasi model dipilih dengan
teliti sesuai dengan kebutuhan.

1.2

Gambar layout jaringan irigasi definitif


disiapkan sesuai dengan kebutuhan.

1.3

Data-data yang terkait dengan aplikasi


model matematis dikelompokkan sesuai
dengan kebutuhan.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 7 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Elemen Kompetensi
2.

3.

Mengaplikasikan model
matematis yang dibutuhkan
untuk perencanaan jaringan
irigasi

Membuat rangkuman data


hasil aplikasi model
matematis jaringan irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )


2.1

Program aplikasi model matematis jaringan


irigasi disiapkan sesuai dengan prosedur.

2.2

Input data yang dibutuhkan dalam proses


aplikasi model matematis dilakukan
dengan cermat sesuai dengan prosedur.

2.3

Proses aplikasi model matematis


dijalankan sesuai dengan prosedur.

2.4

Hasil analisis perencanaan jaringan irigasi


berdasarkan aplikasi model matematis
diperiksa dengan teliti.

3.1 Hasil aplikasi model matematis disusun


sesuai dengan format.
3.2 Penyajian data hasil aplikasi model
matematis dibuat sesuai dengan format
standar sehingga mudah dibaca dan
dipahami.
3.3 Hasil aplikasi model matematis yang telah
tersusun dilaporkan kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur.

2.3.6

Batasan Variabel
1)

Kontek Variabel
a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan
atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi
utamanya pada perencanaan irigasi.
b. Unit kompetensi ini berlaku dalam melakukan aplikasi model
matematis jaringan irigasi
c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai landasan sikap seorang
perencana irigasi dalam . melakukan aplikasi model matematis
jaringan irigasi, meliputi:
(1) Pemilihan program aplikasi model matematis jaringan irigasi.
(2) Pengoperasian program aplikasi model matematis jaringan
irigasi
(3) Program aplikasi model matematis jaringan irigasi

2)

Perlengkapan dan Peralatan


a.

Peralatan: Komputer dan software dalam Pengumpulan dan


penyajian data

b.

Bahan: data base data/profil social, ekonomi teknik, kelembagaan


yang terkait perencanaan irigasi

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 8 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

c.

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Fasilitas: Ruangan dan lokasi studi lapangan

3) Tugas-tugas yang harus dilakukan :


a. Melakukan persiapan proses aplikasi model matematis jaringan
irigasi
b. Melakukan aplikasi model matematis yang dibutuhkan untuk
perencanaan jaringan irigasi
c. Membuat rangkuman data hasil aplikasi model matematis jaringan
irigasi.
4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan :
a. Pedoman atau peraturan tentang perencanaan irigasi
b. Manual Pemograman
c. SOP perencanaan irigasi yang dimodelkan.
2.3.7

Panduan Penilaian
1) Kondisi Pengujian
a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh
elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang
sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi
dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan
kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan
(wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode
lain yang relevan;
2)

Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai


sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi
ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.
a.

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi:


(1)

F45 AMPI 01 001 01

Menerapkan

Peraturan

dan

perundang-undangan yang terkait


Jasa

Konstruksi,

Manajemen

dan

Sistem

Keselamatan

&

Kesehatan Kerja dan Lingkungan


(SMK3L).
(2)

F45 AMPI 02 001 01

Menerapkan Prinsip-Prinsip
Pengelolaan Sumber Daya Air

(3)

F45 AMPI 02 002 01

Mengumpulkan data perencanaan


irigasi

(4)

F45 AMPI 02 003 01

Merencanakan

Layout

Daerah

Irigasi
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 9 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

(5)

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

F45 AMPI 02 004 01

Merencanakan

Saluran

dan

Bangunan

Utama

Bangunan Irigasi
(6)

F45 AMPI 02 005 01

Merencanakan
(Bendung)

(7)

F45 AMPI 02 006 01

Menerapkan

Parameter

Standar

Penggambaran Irigasi
(8)

F45 AMPI 02 007 01

Menyusun Panduan Operasi dan


Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan
Kriteria Perencanaan

b.

Unit kompetensi yang terkait, meliputi:


(-)

3) Pengetahuan yang dibutuhkan :


a. Software aplikasi model matematis jaringan irigasi
b. Penyajian data hasil aplikasi model matematis jaringan irigasi
c. Mengklasifikasi data hasil para-analisis.
4) Keterampilan yang dibutuhkan :
a. Mengoperasikan program aplikasi model matematis jaringan
irigasi
b. Menginterpretasikan data hasil proses aplikasi model matematis
c. Mengelompokkan dan mengklasifikasikan data yang dibutuhkan
dalam proses aplikasi model matematis
5)

Aspek Kritis
Aspek kritis yang harus diperhatikan :
a. Kecermatan dalam memilih program aplikasi yang akan
digunakan (software).
b. Kecermatan dalam mengoperasikan program aplikasi model
matematis jaringan irigasi.
c. Ketelitian dalam memasukan data.
d. Kecermatan dalam menginterpretasikan data hasil proses aplikasi
model matematis

2.3.8 Kompetensi kunci


No
1.

Kompetensi Kunci
Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan
informasi

2.

Tingkat

Mengomunikasikan informasi dan ide-ide

3
2

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 10 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

3.

Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan

4.

Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok

5.

Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis

6.

Memecahkan masalah

7.

Menggunakan teknologi

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 11 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1

Strategi Pelatihan
Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan
pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta
pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya
bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan
Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana
yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan / perencanaan
1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap
belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi
proses belajar yang harus diikuti.
2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki.
4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang
terdapat pada tahap belajar.
2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek
1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh
instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang
ditemukan selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan
praktek.
3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta
pelatihan

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 12 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

3.2

3.3

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Metode Pelatihan
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa
kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1

Belajar secara mandiri


Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar
secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan
disarankan
untuk
menemui
instruktur
setiap
saat
untuk
mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2

Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang
bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi
antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3

Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang
dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya
mencakup topik tertentu.

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan


Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil
analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan
memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh
instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session
plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu
para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya
sebagai instruktur.
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:

Unit Kompetensi

Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi

Elemen Kompetensi 1

Melakukan persiapan proses aplikasi model matematis jaringan irigasi

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
Perangkat lunak
(software) untuk
pembuatan
aplikasi model
dipilih dengan
teliti sesuai
dengan
kebutuhan
1) Dapat
menjelaskan
tujuan
penggunaan
perangkat lunak

Metode
Sumber/
Tahapan
Pelatihan yang
Referensi yang
Pembelajaran
Disarankan
Disarankan
Pada akhir
1. Ceramah
1. Menjelaskan a. Pedoman
pembelajaran 2. Diskusi
tentang tujuan
atau
sesi ini, peserpenggunaan
peraturan
ta dapat
perangkat
tentang
memilih
lunak pada
perencanaan
perangkat
aplikasi model
irigasi
lunak
matematis
b. Manual
(software)
jaringan irigasi
Pemograman
untuk
2. Menjelaskan c. SOP
pembuatan
tentang jenis
perencanaan
aplikasi model
perangkat
irigasi yang
dengan teliti
lunak untuk
dimodelkan
sesuai dengan
pembuatan

No
1.1

Tujuan
Pembelajaran

Jam
Pelajaran
Indikatif
10 menit

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 13 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

1.2

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
pada aplikasi
model matematis
jaringan irigasi
2) Dapat
menyebutkan
jenis perangkat
lunak untuk
pembuatan
aplikasi model
matematis
jaringan irigasi
3) Mampu
mengidentifikasi
jenis perangkat
lunak untuk
pembuatan
aplikasi model
4) Mampu
menentukan
jenis perangkat
lunak untuk
pembuatan
aplikasi model
sesuai dengan
kebutuhan
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
memilih
perangkat lunak
(software) untuk
pembuatan
aplikasi model
Gambar layout
jaringan irigasi
definitive
disiapkan sesuai
dengan
kebutuhan
1) Dapat
menjelaskan
gambar layout
jaringan irigasi
yang sudah
definitif
2) Dapat
menjelaskan
kelengkapan
gambar lainnya
terkait dengan
aplikasi model
yang akan
digunakan
3) Mampu
menunjukkan
gambar layout
jaringan irigasi
definitive sesuai
kebutuhan
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Metode
Pelatihan yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

kebutuhan

aplikasi model
matematis
jaringan irigasi
3. Memberikan
contoh cara
mengidentifika
si jenis
perangkat
lunak untuk
pembuatan
aplikasi model
4. Memberikan
contoh cara
menentukan
jenis
perangkat
lunak untuk
pembuatan
aplikasi model
sesuai dengan
kebutuhan
5. Memberikan
contoh cara
memilih
perangkat
lunak
(software)
untuk
pembuatan
aplikasi model
dengan cermat
dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menyiapkan
gambar layout
jaringan irigasi
definitive
sesuai dengan
kebutuhan

1.Menjelasakan a. Pedoman
tentang
atau
gambar layout
peraturan
jaringan irigasi
tentang
yang sudah
perencanaan
definitif
irigasi
2. Menjelaskan b. Manual
tentang
Pemograman
kelengkapan
c. SOP
gambar
perencanaan
lainnya terkait
irigasi yang
dengan
dimodelkan
aplikasi model
yang akan
digunakan
3. Memberikan
contoh cara
menunjukkan
gambar layout
jaringan irigasi
definitive
sesuai
kebutuhan
4. Memberikan
contoh cara
menyiapkan
gambar layout
jaringan irigasi
definitive

Jam
Pelajaran
Indikatif

10 menit

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 14 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

1.3

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
menyiapkan
gambar layout
jaringan irigasi
definitive sesuai
kebutuhan
Data-data yang
terkait dengan
aplikasi model
matematis
dikelompokkan
sesuai dengan
kebutuhan
1) Dapat
menjelaskan
data yang
diperlukan dalam
proses aplikasi
model matematis
2) Mampu
mengidentifikasi
data-data yang
terkait dengan
aplikasi model
matematis untuk
dikelompokkan
3) Mampu
menyusun datadata yang terkait
dengan aplikasi
model matematis
untuk
dikelompokkan
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
mengelompokan
data-data yang
terkait dengan
aplikasi model
matematis

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Metode
Pelatihan yang
Disarankan

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Jam
Pelajaran
Indikatif

sesuai
kebutuhan
dengan cermat
dan teliti
Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
mengelompok
kan data-data
yang terkait
dengan
aplikasi model
matematis
sesuai dengan
kebutuhan

1. Menjelaskan a. Pedoman
tentang data
atau
yang
peraturan
diperlukan
tentang
dalam proses
perencanaan
aplikasi model
irigasi
matematis
b. Manual
2.Memberikan
Pemograman
contoh cara
c. SOP
mengidentifika
perencanaan
si data-data
irigasi yang
yang terkait
dimodelkan
dengan
aplikasi model
matematis
untuk
dikelompokkan
3.Memberikan
contoh cara
menyusun
data-data yang
terkait dengan
aplikasi model
matematis
untuk
dikelompokkan
4.Memberikan
contoh cara
mengelompok
an data-data
yang terkait
dengan
aplikasi model
matematis
dengan cermat
dan teliti

15 menit

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi

Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi

Elemen Kompetensi 2

Mengaplikasikan model matematis yang dibutuhkan untuk perencanaan jaringan


irigasi

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

Tujuan
Pembelajaran

2.1 Program aplikasi


model matematis
jaringan irigasi
disiapkan sesuai
dengan prosedur

Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta dapat
menyiapkan

No

Metode
Sumber/
Pelatihan
Tahapan
Referensi yang
yang
Pembelajaran
Disarankan
Disarankan
1. Ceramah 1.Menjelaskan
a. Pedoman
2. Diskusi
tentang cara
atau
mengoperasika
peraturan
n program
tentang
aplikasi model
perencanaan

Jam
Pelajaran
Indikatif
30 menit

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 15 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
1) Dapat
menjelaskan cara
mengoperasikan
program aplikasi
model matematis
jaringan irigasi
2) Mampu
menjalankan
program aplikasi
model matematis
jaringan irigasi
sesuai prosedur
3) Harus mampu
bersikap taat
terhadap prosedur
program aplikasi
model matematis
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menyiapkan
program aplikasi
model matematis

2.2 Input data yang


dibutuhkan dalam
proses aplikasi
model matematis
dilakukan dengan
cermat sesuai
dengan prosedur
1) Dapat
menjelaskan jenis
data yang akan
masukan proses
aplikasi model
matematis
2) Dapat
menjelaskan cara
meng-input data
sesuai dengan
prosedur
3) Mampu
melakukan input
data secara benar
sesuai dengan
prosedur
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
melakukan input
data
2.3 Proses aplikasi
model matematis
dijalankan sesuai
dengan prosedur
1) Dapat
menjelaskan
proses aplikasi

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

program
aplikasi model
matematis
jaringan irigasi
sesuai dengan
prosedur

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

matematis
jaringan irigasi
2. Memberikan
contoh cara
menjalankan
program
aplikasi model
matematis
jaringan irigasi
sesuai
prosedur
3. Memberikan
contoh
mentaati
prosedur
program
aplikasi model
matematis
4. Memberikan
contoh cara
menyiapkan
program
aplikasi model
matematis
dengan cermat
dan teliti
Pada akhir
1. Ceramah 1.Menjelaskan
pembelajaran
2. Diskusi
tentang jenis
sesi ini, peserdata yang akan
ta dapat mengmasukan
input data yang
proses aplikasi
dibutuhkan
model
dalam proses
matematis
aplikasi model
2. Menjelaskan
matematis
tentang cara
dengan cermat
meng-input
sesuai dengan
data sesuai
prosedur
dengan
prosedur
3. Memberikan
contoh cara
melakukan
input data
secara benar
sesuai dengan
prosedur
4. Memberikan
contoh cara
melakukan
input data
dengan cermat
dan teliti

irigasi
b. Manual
Pemograman
c. SOP
perencanaan
irigasi yang
dimodelkan

a. Pedoman
atau
peraturan
tentang
perencanaan
irigasi
b. Manual
Pemograman
c. SOP
perencanaan
irigasi yang
dimodelkan

45 menit

Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta dapat
menjalankan
proses aplikasi
model mate-

a. Pedoman
atau
peraturan
tentang
perencanaan
irigasi
b. Manual

55 menit

1. Ceramah 1.Menjelaskan
2. Diskusi
tentang proses
aplikasi model
matematis
sesuai dengan
prosedur
2. Memberikan

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 16 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

model matematis
sesuai dengan
prosedur
2) Mampu
menjalankan
proses aplikasi
model matematis
sesuai prosedur
3) Mampu
menunjukkan hasil
proses aplikasi
model matematis
4) Mampu
menelusuri proses
aplikasi model
matematis jika
terjadi kesalahan
5) Harus mampu
bersikap taat
terhadap prosedur
dalam
menjalankan
proses aplikasi
model matematis
2.4 Hasil analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
diperiksa dengan
teliti
1) Dapat
menjelaskan hasil
analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
2) Mampu
mengevaluasi
hasil analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
memeriksa hasil
analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis

Tujuan
Pembelajaran
matis sesuai
dengan
prosedur

Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta dapat
memeriksa
hasil analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
dengan teliti

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

contoh cara
3. Memberikan
contoh cara
menunjukkan
hasil proses
aplikasi model
matematis
4. Memberikan
contoh cara
menelusuri
proses aplikasi
model
matematis jika
terjadi
kesalahan
5. Memberikan
contoh cara
menjalankan
proses aplikasi
model
matematis
dengan cermat
sesuai
prosedur
1. Ceramah 1. Menjelaskan
2. Diskusi
tentang hasil
analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
2. Memberikan
contoh cara
mengevaluasi
hasil analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
3. Memberikan
contoh cara
memeriksa
hasil analisis
perencanaan
jaringan irigasi
berdasarkan
aplikasi model
matematis
dengan cermat
dan teliti

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

Pemograman
c. SOP
perencanaan
irigasi yang
dimodelkan

a. Pedoman
atau
peraturan
tentang
perencanaan
irigasi
b. Manual
Pemograman
c. SOP
perencanaan
irigasi yang
dimodelkan

40 menit

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 17 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Unit Kompetensi

Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi

Elemen Kompetensi 3

Membuat rangkuman data hasil aplikasi model matematis jaringan irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

Tujuan
Pembelajaran

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan
1. Ceramah
2. Diskusi

3.1 Hasil aplikasi


model matematis
disusun sesuai
format
1) Dapat
menjelaskan
format yang
digunakan dalam
penyusunan hasil
aplikasi model
matematis
2) Mampu
menyajikan hasil
aplikasi model
matematis sesuai
dengan format
yang ditentukan
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menyusun hasil
aplikasi model
matematis sesuai
format

Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta mampu
menyusun
hasil aplikasi
model
matematis
sesuai format

3.2 Data hasil


aplikasi model
matematis dibuat
sesuai dengan
format standar
sehingga mudah
dibaca dan
dipahami
1) Dapat
menjelaskan
cara penyajian
data hasil
aplikasi model
matematis
sehingga mudah
dibaca dan
dipahami
2) Dapat
menjelaskan
tujuan penyajian
data hasil
aplikasi model
matematis
3) Mampu
menunjukkan
data hasil
aplikasi model
matematis
sehingga mudah
dibaca dan

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
membuat data
hasil aplikasi
model
matematis
sesuai dengan
format standar
sehingga
mudah dibaca
dan dipahami

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang format
peraturan
yang digunakan
tentang
dalam
perencanaan
penyusunan
irigasi
hasil aplikasi
b. Manual
model
Pemograman
matematis
c. SOP
2. Memberikan
perencanaan
contoh cara
irigasi yang
menyajikan
dimodelkan
hasil aplikasi
model
matematis
sesuai dengan
format yang
ditentukan
3. Memberikan
contoh cara
menyusun hasil
aplikasi model
matematis
sesuai format
dengan cermat
dan teliti

30 menit

1.Menjelaskan
tentang cara
penyajian data
hasil aplikasi
model
matematis
sehingga
mudah dibaca
dan dipahami
2. Menjelaskan
tentang tujuan
penyajian data
hasil aplikasi
model
matematis
3. Memberikan
contoh cara
menunjukkan
data hasil
aplikasi model
matematis
sehingga
mudah dibaca
dan dipahami
4. Memberikan
contoh cara
menyajikan
data hasil
aplikasi model
matematis

30 menit

a. Pedoman atau
peraturan
tentang
perencanaan
irigasi
b. Manual
Pemograman
c. SOP
perencanaan
irigasi yang
dimodelkan

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 18 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

dipahami
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menyajikan data
hasil aplikasi
model matematis
sehingga mudah
dibaca dan
dipahami
3.3 Hasil aplikasi
model matematis yang telah
tersusun
dilaporkan
kepada pihak
terkait sesuai
dengan prosedur
1) Dapat
menjelaskan
format yang
digunakan dalam
penyusunan
laporan hasil
aplikasi model
matematis
2) Dapat
menjelaskan
cara menyusun
laporan hasil
aplikasi model
matematis
3) Mampu
menyusun
laporan hasil
aplikasi model
matematis sesuai
prosedur
4) Dapat
menjelaskan
pihak-pihak
terkait yang
harus menerima
laporan hasil
aplikasi model
matematis sesuai
prosedur
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
melaporkan hasil
aplikasi model
mate-matis yang
telah tersusun

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

sehingga
mudah dibaca
dan dipahami
dengan cermat
dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
melaporkan
hasil aplikasi
model matematis yang
telah tersusun
kepada pihak
terkait sesuai
dengan
prosedur

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang format
peraturan
yang digunakan
tentang
dalam
perencanaan
penyusunan
irigasi
laporan hasil
b. Manual
aplikasi model
Pemograman
matematis
c. SOP
2. Menjelaskan
perencanaan
tentang cara
irigasi yang
menyusun
dimodelkan
laporan hasil
aplikasi model
matematis
3. Memberikan
contoh cara
menyusun
laporan hasil
aplikasi model
matematis
sesuai
prosedur
4. Menjelaskan
tentang pihakpihak terkait
yang harus
menerima
laporan hasil
aplikasi model
matematis
sesuai
prosedur
5. Memberikan
contoh cara
melaporkan
hasil aplikasi
model matematis yang
telah tersusun
dengan cermat
dan teliti

30 menit

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 19 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

BAB IV
PENGGUNAAN MODEL MATEMATIS JARINGAN IRIGASI

4.1

Umum
Bab ini berisi uraian mengenai kegiatan persiapan proses aplikasi model
matematis jaringan irigasi, penggunaan aplikasi model matematis pada
perencanaan jaringan irigasi, serta pembuatan rangkuman data hasil aplikasi
model matematis jaringan irigasi.
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam Buku Pengelolaan Alokasi Air pada
Wilayah Sungai yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Sumber Daya Air 2011, terdapat beberapa model matematis/perangkat lunak
(software) yang bisa dipakai untuk perhitungan alokasi air. Model tersebut dapat
berupa model sederhana memanfaatkan fasilitas yang ada dalam Ms-Excel,
maupun model yang lebih advance menggunakan bahasa pemrograman. Modelmodel tersebut antara lain:
a) Model WRMM
b) Pemodelan sederhana dengan lembar kerja elektronik
c) Model alokasi air Ms-Excel untuk pengelolaan real-time
d) Model alokasi air Ms-Excel untuk perencanaan strategis dan tahunan
A. Model WRMM
Penggunaan model komputer dalam alokasi air secara meluas di Indonesia telah
didorong oleh proyek Basin Water Resources Management (BWRM) dari tahun
1999 sampai dengan 2010, yang fungsinya memperkuat Balai Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi. Model yang digunakan untuk membantu pengelolaan
alokasi air secara tepat waktu atau real-time ini adalah model WRMM (water
resources management model) dan model sederhana dengan Microsoft-Excel.
WRMM dibuat oleh Optimal Solutions Ltd. untuk Alberta Environment di Kanada.
Di Indonesia telah digunakan pada Studi Pola Tata Air SWS Jratunseluna;
Perencanaan Sistem Irigasi di Lombok Barat; dan Studi Pola Tata Air SWS
Tondano Ranowangko. Pada proyek Java Irrigation and Water Management
Project (JIWMP, 1995-1999) pada paket Basin Water Resources Management
(BWRM) di DPS Ciujung, Cisanggarung, Jratunseluna, Progo-Opak-Oyo, dan
Sampean telah diperkenalkan model WRMM sebagai model alokasi air real-time.
Penggunaan WRMM dilanjutkan pada proyek BWRM II (1999-2000) di seluruh
SWS di Pulau Jawa (Virama Karya dkk, 2000).
Model WRMM ini yang bersifat deterministik dan steady-state ini merupakan
neraca air yang menitik beratkan pada distribusi air, yaitu mensimulasikan
kebijaksanaan operasi alokasi air dan dampaknya terhadap debit aliran di seluruh

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 20 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

sistem tata air. Model akan membuat alokasi air yang terbaik berdasarkan
kendala fisik dan operasional yang ada. Model WRMM ini dapat dipergunakan
antara lain untuk: 1) evaluasi kelayakan pembangunan infrastruktur, mengkaji
seberapa jauh pembangunan saluran, waduk dan bendung dapat mencapai
sasaran yang ditetapkan; 2) menentukan ukuran infrastruktur yang akan
dibangun, misalnya menentukan kapasitas waduk yang paling optimal, dan luas
areal irigasi yang akan dikembangkan; 3) analisis waktu pengisian waduk, dengan
berbagai skenario air masuk waduk (inflow); 4) mengkaji dampak dari suatu
kebijakan pengoperasian, misalnya mengevaluasi dampak dari cara alokasi air
yang memprioritaskan air minum dan industri, dan menentukan cara
pengoperasian waduk yang paling optimal.
B. Pemodelan sederhana dengan lembar kerja elektronik
Kenyataannya model alokasi air yang banyak digunakan oleh para pengelola
wilayah sungai di Indonesia adalah model alokasi air dengan lembar kerja
elektronik, misalnya dengan Microsoft-Excel. Model simulasi sederhana ini cukup
mudah digunakan, terutama untuk Daerah Aliran Sungai yang sistem tata airnya
relatif tidak terlalu kompleks.
Langkah pertama dari setiap penyusunan model alokasi air adalah menyusun
skematisasi sistem tata air. Skematisasi sistem tata air perlu dibuat sedemikian
rupa sehingga cukup sederhana akan tetapi dapat menggambarkan kondisi
infrastruktur pengairan dalam kaitannya untuk alokasi distribusi air, sehingga
skematisasi tersebut cukup menggambarkan kondisi hidrologis dari daerah aliran
sungai ditinjau. Skematisasi sistem tata air terdiri atas simpul-simpul yang
menyatakan sumber air, kebutuhan air dan infrastruktur, dan cabang-cabang yang
menyatakan sungai, saluran atau pipa.
Simpul-simpul terdiri atas tiga jenis, yaitu simpul biasa, simpul aktivitas, dan
simpul kendali. Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur
aliran air, terdiri atas simpul aliran, simpul akhir, simpul pertemuan, simpul
pembangkit listrik, dan simpul semu.
Penjelasan singkat dari masing-masing simpul biasa adalah sebagai berikut:
a. simpul aliran (inflow node), menyatakan lokasi dimana air memasuki sistem,
misalnya dapat berupa aliran dari Daerah Aliran Sungai di bagian hulu, air
dari sumber mata air atau air tanah;
b. simpul akhir (terminal node): menyatakan batas akhir dari wilayah sungai,
biasanya berupa laut namun dapat juga berupa transfer ke wilayah sungai
lain;
c. simpul pertemuan (confluence node): menyatakan lokasi pertemuan dua
buah atau lebih anak sungai;
d. simpul listrik mikrohidro (run-of-river node): menyatakan pembangkit listrik
tenaga air yang terletak pada sungai atau saluran (tanpa tampungan seperti
pada waduk) misalnya listrik mikrohidro di saluran irigasi;
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 21 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

e. simpul semu (dummy node): menyatakan lokasi tertentu di dalam sistem


yang misalnya dapat digunakan untuk kalibrasi aliran terukur dan
perhitungan; dan
Simpul aktivitas merupakan simpul kebutuhan air, terdiri atas:
a. simpul air bersih (public water supply node), menyatakan lokasi dimana
dilakukan pengambilan air untuk PDAM, industri dan rumah-tangga;
b. simpul aliran rendah (low flow node), menyatakan lokasi dimana suatu
besaran aliran rendah tertentu harus diadakan, misalnya untuk keperluan
penggelontoran, memelihara kedalaman air untuk navigasi, lingkungan, dan
sebagainya;
c. simpul irigasi (irrigation node), menyatakan lokasi daerah irigasi;
d. simpul tambak (fishpond node), menyatakan lokasi tambak;
e. simpul kehilangan air (loss flow), menyatakan lokasi dimana terjadi
kehilangan air, misalnya bocoran, rembesan, penguapan, dan pengambilan
liar.
Simpul kendali merupakan infrastruktur pengairan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan sistem tata air, terdiri atas:
a. simpul bendung (diversion node), menyatakan bendung atau bangunan
pengambilan air; dan
b. simpul waduk (reservoir node), menyatakan waduk.
Dalam praktek beberapa jenis simpul yang sering terdapat di lapangan disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Simpul dan masukan serta keluarannya

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 22 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

C. Model alokasi air Ms-Excel untuk pengelolaan real-time


Untuk alokasi air secara tepat waktu atau real-time, maka permasalahannya
adalah bagaimana membagi air pada berbagai pengguna air secara adil, sesuai
dengan prioritasnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1)
Penyusunan skematisasi sistem tata air; 2) Perhitungan kebutuhan air secara
kumulatif dari hilir ke hulu; dan 3) Alokasi pembagian air, dari hulu ke hilir.
Agar dapat melakukan alokasi pembagian air di bendung atau waduk, maka
terlebih dahulu harus diketahui berapa jumlah kebutuhan air di hilir bendung atau
waduk tersebut. Untuk itu perlu dijumlahkan semua kebutuhan air dari hilir ke hulu
sampai dengan bangunan pembagi air tersebut, sehingga dapat diketahui berapa
jumlah kebutuhan air secara kumulatif dari hilir ke hulu.
Alokasi pembagian air dilakukan pada setiap bendung dan waduk. Untuk setiap
bendung dapat dilakukan berbagai kebijakan alokasi air, antara lain prioritas pada
yang dibelokkan, proporsi yang konstan, dan proporsional dengan air yang
dibutuhkan. Prioritas pada air yang dibelokkan (diverted), mengakibatkan hilir
sungai mendapat sisanya. Sistem ini dapat digunakan pada pengambilan air
minum yang menurut undang-undang merupakan prioritas tertinggi, atau pada
bendung yang dibagian hilir sungainya tidak atau belum dimanfaatkan lagi.
Metode proporsi yang konstan adalah berdasarkan air yang tersedia, misalnya air
yang dibelokkan mendapat 60% dari air yang tersedia, dan 40% sisanya ke hilir
sungai. Cara sederhana ini dapat dilakukan antar pengguna air yang sama,
misalnya irigasi. Sedangkan metode proporsional dengan air yang dibutuhkan ini
merupakan metode yang paling adil dan sebaiknya digunakan bilamana
memungkinkan. Metode ini memerlukan perhitungan kebutuhan air di hilir
bendung.
Bentuk umum dari rumus alokasi air secara proporsional dengan kebutuhannya ini
adalah sebagai berikut:
alokasi = (kebutuhan/(jumlah kebutuhan)) * air yang tersedia
dimana jumlah kebutuhan adalah pada bendung pembagi, meliputi seluruh
kebutuhan air dari hilir yang meminta air dari bendung tersebut.
D. Model alokasi air Ms-Excel untuk perencanaan strategis dan tahunan
Perencanaan alokasi air strategis dan taktis memerlukan simulasi selama paling
tidak setahun, dengan langkah waktu bulanan atau tengah-bulanan.
Penyusunan model alokasi air dengan MSExcel ini terdiri atas tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Penggambaran skematisasi;
2) Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air;
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 23 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

3)
4)
5)
6)
7)

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik;


Alokasi pemberian air;
Menjalankan simulasi;
Perhitungan kekurangan air; dan
Penyajian hasil simulasi.

1. Skematisasi
Penggambaran skematisasi tata air untuk perencanaan, serupa dengan
skematisasi untuk pengoperasian secara real-time, dan telah dibahas pada bab
sebelumnya. Perbedaannya terletak pada adanya indikator waktu atau time-step,
yang dapat dipilih untuk mengkaji kondisi pada suatu saat tertentu. Misalnya
kondisi pada tengah-bulan September pertama.
2. Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air
Jika skematisasi tata air menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air menurut
ruang atau secara spasial, maka untuk menyatakan data runtut waktu (timeseries) dari ketersediaan air pada simpul aliran dan kebutuhan air pada berbagai
simpul kebutuhan air perlu dibuat pula tabel-tabel. Untuk menyatakan
ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu saat yang disajikan pada skematisasi,
maka tabel tersebut diacu dengan menggunakan fungsi:
=vlookup(indeks, tabel, kolom) atau
=hlookup(indeks, tabel, baris)
3. Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik
Sebelum alokasi air direncanakan, jumlah kebutuhan air di hilir bendung atau
waduk harus diketahui terlebih dahulu. Untuk itu maka dilakukan penjumlahan
kebutuhan air dari hilir ke hulu, sehingga pada setiap titik dapat diketahui
kebutuhan airnya secara kumulatif dari hilir.
4. Alokasi pemberian air
Pemberian air dimulai dengan melakukan penelusuran air yang tersedia dari hulu
ke hilir. Permasalahan pengendalian alokasi air muncul pada bangunan air
bendung dan waduk. Untuk membagi air pada bendung dapat digunakan
beberapa alternatif antara prioritas pada air yang dibelokkan, proporsi yang
konstan berdasarkan air yang tersedia, dan proporsional terhadap air yang
dibutuhkan.
Khususnya pada waduk, untuk setiap langkah waktu kita dihadapkan pada
permasalahan berapa air yang harus dikeluarkan. Hal ini bergantung pada
kebijakan pengoperasian waduk, dan persamaan neraca air waduk sebagai
berikut:
S(t+1) = S(t) + I(t) - O(t) + (P(t)-E(t))*A
dimana:
S adalah tampungan waduk, I adalah air masuk waduk, O adalah air keluar dari
waduk, P adalah curah hujan, E adalah evaporasi, A adalah areal waduk.
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 24 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Dua buah metode sederhana untuk mengoperasikan waduk, yaitu Metode


Operasi Sederhana dan Metode Operasi dengan Kurva Atur.
Metode Operasi Sederhana dilaksanakan dengan algoritma sebagai berikut:
a) Jika air di waduk mencukupi, keluarkan air dari waduk (outflow O) sesuai
dengan kebutuhan air di hilir (D)
b) Hitung neraca air waduk dari persamaan (1)
c) Perhatikan kondisi limpasan dan kekurangan air:
1. jika S(t+1) > Smax maka S(t+1) = Smax; dan O = D + S(t+1) Smax
2. jika S(t+1) < Smin maka S(t+1) = Smin; O = D + S(t+1) Smin
Cara operasi dengan kurva atur (rule curve) pada prinsipnya menggunakan
dua buah kurva atur, yaitu:
- Flood control curve (FRC)
jika S(t+1) > FRC maka S = FRC; O = D + S(t+1) - FRC
- Utility rule curve (URC)
jika S(t+1) < URC maka O = f * D, dimana 0 < r < 1 dan neraca air dihitung
kembali.
Langkah 1) sampai dengan 4) diatas telah dapat menyajikan kebutuhan dan
alokasi air dari suatu daerah aliran sungai yang tidak memiliki tampungan waduk
pada saat tertentu, misalnya pada suatu bulan di musim kemarau. Untuk mengkaji
pemenuhan kebutuhan air pada suatu periode tertentu, terutama jika terdapat
tampungan waduk, maka perlu dilakukan simulasi yang berjalan dari awal hingga
akhir waktu simulasi.
5. Menjalankan simulasi;
Untuk mensimulasikan alokasi air pada suatu periode tertentu (misalnya 1 tahun
atau satu kali masa tanam) maka kita perlu menjalankan waktu. Untuk itu maka
perlu disusun rangkaian makro pada MS-Excel berupa program Visual Basic,
yang prinsipnya menghitung angka, misalnya dari angka 1 sampai dengan 12.
Program tersebut pada dasarnya menggunakan perintah for misalnya sebagai
berikut:
For Tengah_Bulan = 1 to 24
(perhitungan-perhitungan simulasi alokasi air)
Next Tengah_Bulan
yang menghitung Tengah_Bulan dari 1 sampai dengan 24 sambil melakukan
perhitungan simulasi
alokasi air.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 25 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

6. Menghitung kekurangan air


Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai skematisasi
tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu simulasi berada pada
tabel. Untuk mengetahui kekurangan air, maka terlebih dahulu harus diketahui
realisasi pasokan air hasil simulasi dari skema tata air yang dipindahkan ke dalam
tabel dengan menggunakan makro yang disimpan misalnya pada subprogram
hitung sebagai berikut:
Sub hitung()
For i = 1 To 24
Cells(4, 3) = i
Cells(80, i - 1 + 6) = Cells(9, 4)
Cells(83, i - 1 + 6) = Cells(9, 6)
Cells(86, i - 1 + 6) = Cells(32, 6)
Cells(89, i - 1 + 6) = Cells(16, 6)
Next i
End Sub
Program hitung tersebut di atas menghitung waktu tengah-bulanan dari 1 sampai
dengan 24, dan pada saat yang sama melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Memberi nilai 1 sampai dengan 24 pada sel C4. Langkah ini mengakibatkan
di layar dapat disaksikan berubahnya angka pada sel C4 tersebut.
b) Memindahkan nilai realisasi pasokan air dari sel D9 ke dalam tabel, yaitu sel
F80, G80, sampai dengan S80
c) Memindahkan nilai dari sel F9, F32, dan F16 ke dalam tabel.
7. Menyajikan hasil simulasi
Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar skematisasi
tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat disajikan dalam
gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air selama periode
simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase terpenuhinya kebutuhan air
untuk seluruh simpul kebutuhan air.
4.2

Persiapan Penggunaan Model Matematis Jaringan Irigasi


Terkait dengan upaya menjaga keberlanjutan (sustainable) dari suatu system,
PDSDA-PAI berusaha untuk memenuhi kebutuhan semua persyaratan
berlanjutnya sistem melalui tahapan-tahapan pengembangan yang konkrit,
terstruktur, dan terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut. Kajian-kajian khusus
mengenai kelembagaan, penyusunan perundangan, peningkatan kapasitas
sumberdaya manusia dan prosedur operasional standar, telah dilakukan sebagai
acuan bagi PDSDA-PAI dan selanjutnya dituangkan ke dalam arsitektur
pengembangan PDSDA-PAI yang komprehensif. PDSDA-PAI adalah suatu
program Pengolah Data Sumber Daya Air Pengelolaan Aset Irigasi.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 26 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Ada dua hal mendasar yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan


PDSDA-PAI, yaitu aspek yang terkait dengan biaya pengembangan dan
implementasi (efektivitas biaya), dan aspek reliabilitas dari sistem aplikasi yang
dikembangkan (kehandalan sistem).
Program PDSDA (Pengolah Data Sumber Daya Air) versi 3.0 adalah
pengembangan lebih lanjut dari sistem aplikasi PDSDA versi sebelumnya.
Beberapa penyempurnaan dan penambahan pada fitur sistem aplikasi diharapkan
akan meningkatkan kemampuan sistem untuk memenuhi kebutuhan pengguna
yang dinamis.
PDSDA dibangun dalam dua versi yang berbeda dalam platform program aplikasi
namun terintegrasi, yaitu versi website dan versi PC Based. Hal ini dimaksudkan
agar memungkinkan updating data yang efisien, tergeneratenya manfaat bagi
pengguna (Pusat, Balai, Propinsi, Kabupaten dan Publik), dan keberlangsungan
sistem bisa tetap terjaga. PDSDA versi website bisa diakses di http://sda.pu.go.id,
sedangkan versi PC Based dibagi ke dalam dua program aplikasi, yaitu PC Based
untuk Pusat, dan Distribusi. PC Based Pusat akan digunakan di Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, sedangkan versi distribusi akan bisa digunakan di
Balai PSDA, Propinsi, dan Kabupaten.
4.2.1 Perangkat lunak (software) untuk penggunaan aplikasi model
matematis jaringan irigasi.
Perangkat lunak (software) yang akan digunakan harus dipilih dengan teliti
sesuai dengan kebutuhan. Dalam modul ini disajikan salah satu contoh
mengenai software PDSDA-PAI, dengan pertimbangan kedekatan dengan
bidang irigasi dan telah mulai disosialisasikan melalui kegiatan pelatihan
Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) yang berbasiskan Informasi Komunikasi dan
Tekhnologi (ICT) yang diselenggarakan oleh PDSDA kabupaten Sukabumi
berkerja sama dengan IMRI Jabar sebagai konsultan Irigasi dibawah
payung Word bank, dengan target lebih dari 450 P3A (Perkumpulan Petani
Pemakai Air) dan GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air).
Secara umum tujuan penggunaan perangkat lunak pada aplikasi model
matematis jaringan irigasi antara lain adalah:
a) untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan peta jaringan
irigasi.
b) Kerapian dan kebersihan gambar
c) Ketepatan (presisi) ukuran, dimensi dan skala yang digunakan
d) Efisien dan hemat tempat dalam penyimpanan data/ dokumen
Spesifikasi perangkat keras minimum (minimum requirement) untuk
menjalankan aplikasi PDSDA-PAI adalah sebagai berikut :
1) CPU (Central Processing Unit) Pentium III
2) Monitor 14 inch dengan resolusi 800 x 600
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 27 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

3)
4)
5)
6)
7)

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

RAM 64 MB
Ruang Hard disk Tersisa 300 MB
Mouse
Keyboard
Printer grafik untuk pencetakan

Sedangkan spesifikasi perangkat lunak yang dibutuhkan adalah sebagai


berikut :
1) Sistem operasi berbasis Windows 32 bit (Windows 95/98/NT/2000
atau yang lebih tinggi)
2) Software Database Server (Firebird Opensource)
3) Runtime ESRI Mapobject untuk menjalankan aplikasi peta. Software
ini adalah versi deployment sehingga tidak diperlukan lisensi pada
saat diinstalasi.
4) Software Spreadsheet (bisa menggunakan Microsoft Excel yang
berlisensi atau menggunakan software yang opensource/freeware
seperti Star Office for Windows, Open Office for Windows, dan lainlain) untuk melakukan pencetakan data tabular
5) Adobe Acrobat Reader (freeware) untuk membaca panduan
6) Run-time aplikasi sistem aplikasi pengolah data sumber daya air
4.2.2 Menyiapkan Gambar Layout Jaringan Irigasi Definitif
Gambar layout jaringan irigasi yang sudah definitif perlu disiapkan sebagai
salah satu bahan input data ke dalam software PDSDA-PAI. Struktur menu
utama PDSDA adalah terdiri dari :
1) Arsip
2) Data
3) Laporan
4) Supervisor
5) Peta
6) Skin
7) Windows
8) Panduan

Gambar 4.1. Struktur menu PDSDA-PAI


Menu Data terdiri dari beberapa sub-menu seperti ditunjukkan dalam
Gambar 4.2.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 28 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Gambar 4.2. Menu Data dalam PDSDA-PAI


Dalam menu data, kita bisa memasukkan data-data yang terkait dengan
tujuan dari penggunaan program PDSDA-PAI. Sebagai contoh untuk submenu Daerah Irigasi akan terdiri dari sub-sub menu sebagai berikut.

Gambar 4.3. Sub-sub menu data Daerah Irigasi


1.1. Daerah Irigasi Pemerintah
Digunakan untuk melakukan pemeliharaan data daerah irigasi pemerintah.
Dalam windows sub-sub menu ini, terdapat beberapa opsi yang bisa
dipilih, sesuai dengan peruntukan. Sebagai contoh;
a) Pilih propinsi dan kabupaten, selanjutnya gunakan tombol navigasi
untuk melakukan pemeliharaan data.
b) Untuk melakukan pencarian DI, isikan nama DI.
c) Klik infrastruktur untuk pemeliharaan data infrastruktur dan masa
tanam untuk pemeliharaan data masa tanam. Catatan : data disimpan
dalam series data per tahun.
d) Gunakan tombol navigasi untuk melakukan pemeliharaan data

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 29 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Gambar 4.4. Sub-sub menu data Daerah Irigasi


Daerah irigasi pemerintah mencakup dua data dinamis, yaitu data
infrastruktur dan musim tanam. Klik infrastruktur, maka akan masuk ke
pemeliharaan data infrastruktur sebagai berikut.

Gambar 4.5. Data infrastruktur


Jika diklik musim tanam, maka akan muncul tampilan sebagai berikut :

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 30 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Gambar 4.6. Data musim tanam


Untuk mengganti daerah administrasi (misalkan, suatu daerah irigasi
pindah ke kabupaten lain pada saat terjadi pemekaran), maka klik tombol
pindah sehingga akan muncul tampilan sebagai berikut :

Gambar 4.7. Ganti Daerah Admnistrasi


1.2. Daerah Irigasi Lintas
Digunakan untuk masuk ke modul daerah irigasi lintas. Masukkan kode
dan nama daerah irigasi lintas, selanjutnya cari dan masukkan nama-nama
daerah irigasi yang merupakan daerah irigasi lintas.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 31 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Gambar 4.8. Daerah Irigasi Lintas


1.3. Daerah Irigasi Desa
Digunakan untuk masuk ke modul daerah irigasi desa. Prosedur
penggunaan sama dengan modul daerah irigasi pemerintah.
1.4. Tadah Hujan dan Lahan Kering
Digunakan untuk masuk ke modul tadah hujan dan lahan kering. Prosedur
penggunaan sama dengan modul daerah irigasi pemerintah.
1.5. Impor data PDSDA PAI
Digunakan untuk melakukan memasukkan database PDSDA PAI.
Sebagai salah satu input data yang penting, terlepas dari model apa yang
akan dipakai, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan
gambar layout jaringan irigasi definitive sesuai kebutuhan.
4.2.3

Pengelompokan Data untuk Aplikasi Model Matematis


Data dasar sangat diperlukan dalam proses aplikasi model matematis
sebagai input data. Sebagaimana telah disebutkan dalam sub-bab
sebelumnya, berbagai data dasar terkait dengan pemakaian model
matematis jaringan sungai, antara lain:
a. Peta/ layout jaringan irigasi definitf
b. Daerah irigasi (luas, jenis, sub-das, daerah administrasi, dsb)
c. Musim tanam
d. Sumber air

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 32 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

e. Dan sebagainya
Seluruh data-data yang ada di lapangan harus diidentifikasi dan dipilih
khususnya yang terkait dengan aplikasi model matematis, kemudian
dikelompokkan sesuai dengan jenis input data yang diperlukan. Kegiatan
identifkasi dan pengelompokkan ini sangat penting karena akan
memudahkan dan mempercepat dalam melakukan input data.
Pemahaman terhadap model (software) menjadi penting supaya bisa
ditetapkan dan dikelompokkan data apa saja yang terkait dan diperlukan.
Secara umum, setiap model akan menyediakan fasilitas bantuan berupa
modul atau tutorial singkat mulai dari bagaimana cara menjalankan/
membuka program, menyusun skema model, melakukan input data,
memproses hitungan, menyajikan hasil, dan lain-lain. Di dalam menu
input data akan ditemukan beberapa data yang diperlukan untuk kajian/
analisis yang diperlukan. Dari sana, bisa diketahui data apa saja yang
diperlukan, dikumpulkan, dan kemudian dikelompokkan.
Untuk itu perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam mengelompokan
data-data yang terkait dengan aplikasi model matematis.

4.3

Penggunaan Aplikasi Model Matematis pada Perencanaan Jaringan Irigasi


Sebagai illustrasi pemakaian model matematis pada perencanaan jaringan irigasi,
dalam modul ini akan diberikan contoh kasus penerapan pemodelan alokasi air di
sumber air dan di jaringan irigasi dengan software sederhana. Sebagai contoh
implementasi model alokasi air pada lembar-kerja elektronik yang mudah didapat,
banyak digunakan, yaitu Microsoft Excel. Pada dasarnya model alokasi air
berfungsi menelusuri perjalanan air dari hulu ke hilir; jika ada anak sungai maka
debitnya ditambahkan; dan jika ada pengambilan maka debitnya dikurangi.
Model alokasi air diharapkan akan dapat membantu para pengelola sumberdaya
air dalam memecahkan beberapa permasalahan dalam berbagai tingkat
pengelolaan air sebagai berikut:
a. Perencanaan strategis, membantu proses studi penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Sumberdaya Air (water resources master plan) dan studi
kelayakan (feasibility study), terutama dalam mengkaji dampak dari berbagai
skenario (misalnya kondisi tahun kering) dan upaya (misalnya upaya
perubahan pola tanam, pembangunan infrastruktur, dan perubahan cara
pengoperasian waduk). Penggunaan model alokasi air untuk perencanaan
strategis ini biasa menggunakan data hidrologi yang cukup panjang (minimum
20 tahun), dengan asumsi bahwa kondisi hidrologi pada masa silam tidak
akan berubah pada masa mendatang.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 33 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

b. Perencanaan taktis, membantu memperkirakan dampak dari suatu peluang


atau permasalahan yang muncul secara mendadak. Contoh perencanaan
taktis ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kajian neraca air dalam rangka pemberian ijin pengambilan air sungai
untuk suatu industri.
2. Perencanaan alokasi air tahunan (lampiran Surat Keputusan Bupati).
Dalam hal ini maka model biasa dijalankan untuk periode waktu satu tahun,
sehingga dampak dari suatu tindakan, yang misalnya berupa lamanya
kekurangan air, dapat diperkirakan sebelumnya.
c. Pengelolaan operasional, menyarankan bagaimana air harus dialokasikan
secara adil dan optimal; memberikan informasi mengenai dampak dari suatu
tindakan alokasi air tertentu. Pengelolaan operasional ini biasa dilaksanakan
secara tepat-waktu atau real-time, dalam periode tengah-bulanan atau
sepuluh-harian.
Dengan demikian terdapat dua jenis aplikasi model alokasi air, yaitu untuk
perencanaan (jangka panjang maupun tahunan), dan aplikasi pengelolaan
operasional yang bersifat sesaat atau real-time. Contoh model alokasi air yang
biasa digunakan untuk perencanaan adalah Ribasim dan WRMM. Sedangkan
untuk real-time contohnya adalah Model Kowater di Kedungombo, dan WRMM di
proyek BWRM.
4.3.1

Menyiapkan Program Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi


Untuk menerapkan model alokasi air dengan MS-Excel sebagai contoh
model matematis jaringan irigasi, ada beberapa tahapan persiapan
sebagai berikut:
1) Penyusunan/Penggambaran skematisasi;
2) Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air;
3) Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik;
4) Alokasi pemberian air;
5) Menjalankan simulasi;
6) Perhitungan kekurangan air; dan
7) Penyajian hasil simulasi.

1. Penyusunan/Penggambaran Skematisasi Sistem Tata Air


Skematisasi sistem tata air perlu dibuat sedemikian rupa sehingga cukup
sederhana akan tetapi dapat menggambarkan kondisi infrastruktur
pengairan dalam kaitannya untuk alokasi distribusi air, sehingga

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 34 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

skematisasi tersebut cukup menggambarkan kondisi hidrologis dari daerah


aliran sungai ditinjau.
Skematisasi sistem tata air terdiri atas simpul-simpul yang menyatakan
sumber air, kebutuhan air dan infrastruktur, dan cabang-cabang yang
menyatakan sungai, saluran atau pipa. Simpul-simpul terdiri atas tiga jenis,
yaitu simpul biasa, simpul aktivitas, dan simpul kendali.
Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur aliran
air, terdiri atas:
a. simpul aliran (inflow node), menyatakan lokasi dimana air memasuki
sistem, misalnya dapat berupa aliran dari Daerah Aliran Sungai di
bagian hulu, air dari sumber mata air atau air tanah;
b. simpul akhir (terminal node): menyatakan batas akhir dari wilayah
sungai, biasanya berupa laut namun dapat juga berupa transfer ke
wilayah sungai lain;
c. simpul pertemuan (confluence node): menyatakan lokasi pertemuan
dua buah atau lebih anak sungai;
d. simpul listrik mikrohidro (run-of-river node): menyatakan pembangkit
listrik tenaga air yang terletak pada sungai atau saluran (tanpa
tampungan seperti pada waduk) misalnya listrik mikrohidro di saluran
irigasi;
e. simpul semu (dummy node): menyatakan lokasi tertentu di dalam
sistem yang misalnya dapat digunakan untuk kalibrasi aliran terukur
dan perhitungan; dan
Simpul aktivitas merupakan simpul kebutuhan air, terdiri atas:
a. simpul air bersih (public water supply node), menyatakan lokasi
dimana dilakukan pengambilan air untuk PDAM, industri dan rumahtangga;
b. simpul aliran rendah (low flow node), menyatakan lokasi dimana suatu
besaran aliran rendah tertentu harus diadakan, misalnya untuk
keperluan penggelontoran, memelihara kedalaman air untuk navigasi,
lingkungan, dan sebagainya;
c. simpul irigasi (irrigation node), menyatakan lokasi daerah irigasi;
d. simpul tambak (fishpond node), menyatakan lokasi tambak;
e. simpul kehilangan air (loss flow), menyatakan lokasi dimana terjadi
kehilangan air, misalnya bocoran, rembesan, penguapan, dan
pengambilan liar.
Simpul kendali merupakan infrastruktur pengairan yang dapat digunakan
untuk mengendalikan sistem tata air, terdiri atas:

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 35 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

a. simpul bendung (diversion node),


bangunan pengambilan air; dan

menyatakan

bendung

atau

b. simpul waduk (reservoir node), menyatakan waduk.


Pada prakteknya beberapa jenis simpul yang sering terdapat di lapangan
adalah sebagai berikut pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Masukan dan Keluaran Simpul
Jenis Simpul

Data Masukan

Hasil Informasi

Irigasi

Luas Daerah Irigasi (ha)


Kebutuhan air (liter/detik/ha)
3
Kebutuhan air (m /detik)

Alokasi air (m /detik)

PDAM/
Industri

Kebutuhan air (m /detik)

Alokasi air (m /detik)

Bendung

Kebutuhan air di hilir


3
(m /detik)
3
Debit air di hulu (m /detik)

Alokasi air (m /detik)

Waduk

Kapasitas (juta m )
Kebutuhan air di hilir
3
(m /detik)
3
Debit air di hulu (m /detik)

Air keluar dari waduk


3
(m /detik)

Inflow

- Debit aliran sungai (m /detik)

Pada tahap ini, terdapat indikator waktu (time-step), yang dapat dipilih
untuk mengkaji kondisi pada suatu saat tertentu. Misalnya kondisi pada
tengah-bulan September pertama.

2. Penyusunan Tabel Kebutuhan dan Ketersediaan Air


Jika skematisasi tata air menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air
menurut ruang (data spasial), maka untuk menyatakan data runtut waktu
(time-series) dari ketersediaan air pada simpul aliran dan kebutuhan air
pada berbagai simpul kebutuhan air perlu dibuat pula tabel-tabel. Untuk
menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu saat yang
disajikan pada skematisasi, maka tabel ini diacu dengan menggunakan
fungsi:
=vlookup(indeks, tabel, kolom) atau
=hlookup(indeks, tabel, baris)

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 36 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

3. Menghitung Kebutuhan Air pada Setiap Titik


Untuk keperluan alokasi air, maka berapa jumlah kebutuhan air di hilir
bendung atau waduk harus diketahui. Untuk itu dilakukan penjumlahan
kebutuhan air dari hilir ke hulu, sehingga pada setiap titik dapat diketahui
kebutuhan airnya secara kumulatif dari hilir.
4. Alokasi Pemberian Air
a). Pembagian Air di Bendung
Pemberian air dimulai dengan melakukan penelusuran air yang tersedia
dari hulu ke hilir. Permasalahan pengendalian alokasi air muncul pada
bangunan air bendung dan waduk. Untuk membagi air pada bendung
dapat digunakan beberapa alternatif antara lain sebagai berikut:
1) Prioritas pada air yang dibelokkan (diverted), sehingga hilir sungai
mendapat sisanya. Sistem ini dapat digunakan pada pengambilan
air minum yang menurut undang-undang merupakan prioritas
tertinggi, atau pada bendung yang dibagian hilir sungainya tidak
atau belum dimanfaatkan lagi.
2) Proporsi yang konstan berdasarkan air yang tersedia, misalnya air
yang dibelokkan mendapat 60% dari air yang tersedia, dan 40%
sisanya ke hilir sungai.
3) Proporsional dengan air yang dibutuhkan.

b). Pengaturan Air di Waduk (reservoir)


Khususnya pada waduk, untuk setiap langkah waktu (time-step) kita
dihadapkan pada permasalahan berapa air yang harus dikeluarkan. Hal
ini bergantung pada cara pengoperasian waduk, dan persamaan neraca
air waduk sebagai berikut:

S(t+1) = S(t) + I(t) - O(t) + (P(t)-E(t))*A

dimana:
S

adalah tampungan waduk

adalah air masuk waduk

adalah air keluar dari waduk

adalah curah hujan

adalah evaporasi

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 37 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

adalah areal waduk

Terdapat dua buah cara yang sederhana untuk mengoperasikan waduk,


yaitu:
1. Cara operasi sederhana: keluarkan air dari waduk (outflow O) sesuai
dengan kebutuhan air di hilir (D) jika air tesebut mencukupi; dan hitung
neraca air waduk dari persamaan di atas, kemudian perhatikan
kondisi limpasan dan kekurangan air sebagai berikut dibawah ini:
jika S(t+1) > Smax maka S(t+1) = Smax; O = D + S(t+1) - Smax
jika S(t+1) < Smin maka S(t+1) = Smin; O = D + S(t+1) Smin
2) Cara operasi dengan kurva atur (rule curve)
Kurva atur yang sederhana terdiri atas tiga buah kurva, yaitu:
Flood control curve (FRC)
jika S(t+1) > FRC maka S = FRC; O = D + S(t+1) - FRC
Utility rule curve (URC)
jika S(t+1) < URC maka O = f * D, dimana 0 < r < 1 dan neraca air
dihitung kembali.
5. Menjalankan Simulasi
Langkah 1) sampai dengan 4) diatas telah dapat menyajikan kebutuhan
dan alokasi air dari suatu daerah aliran sungai yang tidak memiliki
tampungan waduk pada saat tertentu (misalnya pada suatu bulan di
musim kemarau). Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan air pada suatu
periode tertentu, terutama jika terdapat tampungan waduk, maka perlu
dilakukan simulasi yang berjalan dari awal hingga akhir waktu simulasi.
Untuk mensimulasikan alokasi air pada suatu periode tertentu (misalnya 1
tahun atau satu kali masa tanam) maka kita perlu menjalankan waktu.
Untuk itu maka perlu disusun rangkaian makro pada MS-Excel berupa
program Visual Basic, yang prinsipnya menghitung angka (misalnya dari 1
sampai dengan 12). Program tersebut pada dasarnya menggunakan
perintah for misalnya sebagai berikut:

For Tengah_Bulan = 1 to 24
(perhitungan-perhitungan simulasi alokasi air)
Next Tengah_Bulan

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 38 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

yang menghitung Tengah_Bulan dari 1 sampai dengan 24 sambil


melakukan perhitungan simulasi alokasi air.
6. Perhitungan Kekurangan Air
Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai
skematisasi sistem tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu
simulasi berada pada tabel. Untuk dapat mengetahui kekurangan air,
maka terlebih dahulu harus diketahui realisasi pasokan air hasil simulasi
dari skema tata air yang dipindahkan ke dalam tabel dengan
menggunakan makro yang disimpan pada subprogram hitung sebagai
berikut:
Sub hitung()
For i = 1 To 24
Cells(4, 3) = i
Cells(80, i - 1 + 6) = Cells(9, 4)
Cells(83, i - 1 + 6) = Cells(9, 6)
Cells(86, i - 1 + 6) = Cells(32, 6)
Cells(89, i - 1 + 6) = Cells(16, 6)
Next i
End Sub

Program hitung tersebut diatas menghitung waktu tengah-bulanan dari 1


sampai dengan 24, dan pada saat yang sama melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Memberi nilai 1 sampai dengan 24 pada sel C4. Jadi di layar dapat
disaksikan berubahnya angka pada sel C4 tersebut.
b) Memindahkan nilai realisasi pasokan air dari sel D9 ke dalam tabel,
yaitu sel F80, G80, sampai dengan S80
c) Memindahkan nilai dari sel F9, F32, dan F16 ke dalam tabel.
7. Penyajian Hasil Simulasi
Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar
skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat
disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air
selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase
terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 39 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Mengingat pentingnya langkah pertama dalam menjalankan suatu model,


maka perlu adanya ketaatan terhadap prosedur program aplikasi model
matematis, serta perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan
program aplikasi model matematis.
4.3.2 Proses input Data
Tahap penyusunan model alokasi air dengan Ms-Excel adalah: pembuatan
skematisasi sistem tata air; perhitungan kebutuhan air dari hilir ke hulu;
dan alokasi air dari hulu ke hilir. Selain untuk pengelolaan secara real-time,
model ini dapat juga digunakan untuk perencanaan. Jika digunakan untuk
mengevaluasi suatu strategi perencanaan, maka model ini harus
dilengkapi dengan program makro dari Ms-Excel yang berupa bahasa
Visual Basic. contoh cara melakukan input data secara benar sesuai
dengan prosedur.
Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.2, maka beberapa komponen
data yang diperlukan sebagai input data adalah:
a) Jenis simpul; informasi mengenai keberadaan Irigasi, PDAM/Industri,
Bendung, Waduk, dan Inflow
b) Luas daerah irigasi (ha)
c) Kebutuhan air irigasi (m3/det), kebutuhan air PDAM/industry (m3/det),
kebutuhan air di hulu dan hilir bendung (m3/det) dan kapasitas
tampungan waduk (m3), serta kebutuhan air di hulu dan hilir waduk
(m3/det), serta inflow berdasarkan debit aliran sngai (m3/det).
Masing-masing data tersebut kemudian dimasukkan dalam model, dan
siap untuk diproses hitungannya.
Mengingat model bekerja secara otomatis dimana sangat tergantung
pada data yang dimasukkan, jika data yang dimasukkan benar maka
hasilnya akan mendekati benar, sebaliknya jika ada kesalahan dalam input
data maka hasilnya cenderung akan over-predict atau under-predict.
Oleh karena itu, perlunya kecermatan dan ketelitian dalam melakukan
input data untuk setiap model yang dipakai.

4.3.3 Menjalankan Proses aplikasi model matematis


Sebagai contoh aplikasi dari model simulasi alokasi air dengan MS-Excel
ini, diterapkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane. Pada DAS
Cisadane ini terdapat bendung Empang yang mengairi 6.661 hektar sawah
dan bendung Pasarbaru yang mengairi Daerah Irigasi Pasarbaru Barat
seluas 21.783 hektar dan Daerah Irigasi Pasarbaru Timur seluas 9.143
hektar. Untuk menunjang kebutuhan air minum kawasan Serpong dan
sekitarnya, maka telah dilakukan pengambilan air yang pada masa
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 40 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

mendatang diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan


bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman di Jakarta Barat bagian
Selatan ini. Skematisasi sistem tata air DAS Cisadane ini dapat dilihat
pada Gambar 4.9 bagian atas, yang menyajikan debit dalam meter-kubikper-detik pada masing-masing titik untuk Bulan September tengah bulan
kedua, dengan kondisi pasok air debit andalan Q80%.

Gambar 4.9 Skematisasi Sistem Tata Air S.Cisadane

Jika model ini diterapkan pada DAS yang kompleks, maka akan dijumpai
beberapa kesulitan dalam penyusunan (development) dan pelacakan
(debugging) program. Solusinya adalah dengan mengundang intervensi
pemakai dalam menentukan alokasi yang paling adil dan optimal, sehingga
Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 41 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

model tidak lagi berfungsi sebagai alat optimasi, melainkan sebagai sarana
simulasi, untuk alat negosiasi.
Perlunya ketaatan terhadap prosedur dalam menjalankan proses aplikasi
model matematis.
4.3.4

Memeriksa hasil analisis perencanaan jaringan irigasi berdasarkan


aplikasi model matematis
Pada contoh kasus ini dikaji sampai seberapa jauh pengambilan air baku
dapat dilakukan tanpa mengganggu air irigasi untuk produksi padi.
Simulasi dengan debit andalan Q80% pada 24 tengah bulanan
menunjukkan bahwa pengambilan air bersih ternyata berpengaruh
terhadap pasokan air untuk irigasi. Gambar 4.10 bagian bawah
menunjukkan terjadinya kekurangan air yang cukup serius di Dearah
Irigasi Pasarbaru Barat dan Pasarbaru Timur pada bulan Juni sampai
dengan Oktober. Untuk itu maka perlu dikaji upaya-upaya
penanggulangannya, misalnya dengan pembuatan waduk.

D. I. PASARBARU BARAT

40.0

D. I. PASARBARU TIMUR
14.0

35.0
12.0
30.0

Q (m3/det)

Q (m3/det)

10.0

25.0

8.0

20.0

6.0

15.0
10.0

4.0

5.0

2.0
0.0

0.0
1

11

13

15

Bulan

17

19

Demand

21

23

D.I. EMPANG

11

13

15

17

19

21

Demand

23

Supply

AIR BAKU SERPONG

10.0

10.0

Bulan

Supply

9.0
8.0

8.0

Q (m3/det)

Q (m3/det)

7.0
6.0

6.0

5.0

4.0

4.0

3.0
2.0

2.0

1.0
0.0

0.0
1

Bulan

11

13

15

17

19

Demand

21

23

Supply

Bulan

11

13

15

17

19

Demand

21

23

Supply

Gambar 4.10 Hasil Simulasi Kondisi Saat Ini

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 42 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Berdasarkan hasil simulasi model, agar dapat diambil langkah-langkah


strategis untuk menyelesaikan permasalahan yang mungkin ada, maka
perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa hasil analisis
perencanaan jaringan irigasi berdasarkan aplikasi model matematis.

4.4

Rangkuman Data Hasil (Penggunaan) Aplikasi Model Matematis Jaringan


Irigasi
Hasil penerapan model matematis jaringan irigasi selanjutnya dirangkum,
sehingga terdokumentasi dengan baik dan dapat dilaporkan/ dikonsultasikan
kepada pihak pengambil keputusan dan kebijakan dalam menentukan langkah
strategis penyelesaian.
4.4.1

Menyusun Hasil (penggunaan) aplikasi model matematis


Penyusunan hasil aplikasi model matematis umumnya mengikuti format
yang sudah ditentukan. Secara garis besar, informasi yang disusun
setidaknya memuat;
a) Tabel-tabel data input dan data hasil simulasi
b) Gambar skematis awal dan skematis hasil simulasi
c) Gambar atau grafik yang menunjukkan imbangan air (water balance)
untk setiap titik simpul dan setiap waktu yang ditinjau.
Contoh penyajian hasil aplikasi model matematis yang telah disusun dalam
bentuk gambar skematis dan grafik disajikan dalam Gambar 4.11 sampai
dengan Gambar 4.13.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyusun hasil aplikasi model
matematis sesuai format agar mudah dibaca dan dipahami.

4.4.2

Menyajikan data hasil aplikasi model matematis


Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar
skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat
disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air
selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase
terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air.
Gambar 4.11 menyajikan hasil simulasi alokasi air yang memberikan
perkiraan kondisi sumberdaya air jika dibangun waduk Parungbadak
dengan kapasitas tampungan sebesar 600 juta m3. Hampir seluruh
kebutuhan air dapat dipenuhi, kecuali Daerah Irigasi Empang yang
terletak di hulu waduk. Model ini dapat juga menyarankan sampai
seberapa jauh air bersih dapat diambil, atau sebaliknya berapa kapasitas
minimal waduk Parungbadak agar dapat melayani kebutuhan air di
hilirnya.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 43 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Gambar 4.11 Alokasi Air setelah ada Waduk

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 44 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

D. I. PASARBARU BARAT

40.0

D. I. PASARBARU TIMUR
14.0

35.0
12.0
30.0
10.0

Q (m3/det)

Q (m3/det)

25.0

8.0

20.0

6.0

15.0

10.0

4.0

5.0

2.0

0.0

0.0
1

11

13

15

Bulan

17

19

Demand

21

23

D.I. EMPANG

Bulan

Supply

11

13

15

17

19

21

Demand

23

Supply

AIR BAKU SERPONG

10.0

10.0

9.0
8.0

8.0

Q (m3/det)

Q (m3/det)

7.0
6.0

6.0

5.0

4.0
4.0
3.0
2.0

2.0

1.0
0.0

0.0
1

Bulan

11

13

15

17

19

Demand

21

23

Supply

Bulan

11

13

15

17

19

Demand

21

23

Supply

Gambar 4.12 Hasil Simulasi Setelah ada Waduk

Gambar 4.13 menunjukkan tata-letak (layout) lembar-kerja dengan


komponen sebagai berikut:
a. Skematisasi sistem tata air, pada bagian atas;
b. Gambar grafik kebutuhan dan realisasi pasok air terletak di bagian
tengah; dan
c. Tabel inflow, kebutuhan air dan realisasi pasokan air untuk 24 buah
tengah bulanan diletakkan pada bagian bawah.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 45 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Gambar 4.13 Layout Lembar Kerja

Untuk dapat memberikan informasi yang tepat mengenai hasil simulasi


model kepada para pengambil keputusan, maka perlu adanya kecermatan
dan ketelitian dalam menyajikan data hasil aplikasi model matematis
sehingga mudah dibaca dan dipahami.
4.4.3

Laporan Hasil Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi


Hasil akhir dari penerapan model matematis yang telah dirangkum,
kemudian dilakukan finalisasi dalam bentuk laporan. Laporan hasil aplikasi
model matematis jaringan irigasi disusun mengikuti format yang sudah
ditentukan.
Secara umum format laporan hasil aplikasi model setidaknya memuat
informasi tentang:

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 46 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

a)

Pendahuluan;
berisi uraian mengenai permasalahan yang ada dalam suatu DAS
maupun daerah irigasi tertentu. Apa yang menjadi kendala utama,
kondisi batas dan target/ tujuan yang ingin dicapai untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.

b)

Review dan pengumpulan data;


berisi uraian mengenai segala informasi yang terkait dengan DAS
atau daerah irigasi yang bersangkutan. Sebagai contoh informasi
tentang apa yang telah terjadi saat ini, bila ada bendung; tahun
berapa didirikan, bagaimana kondisi fisik bangunan, bagaimana
tingkat pelayanan, dan sebagainya. Dalam bagian ini juga
dicantumkan beberapa data terkait yang diperlukan untuk input
data.

c)

Metodologi;
berisi uraian mengenai metode yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah, termasuk model atau software yang akan
dipakai untuk mensimulasikan permasalahan yang ada dan
penyelesaian yang mungkin. Beberapa batasan dan asumsi yang
digunakan juga perlu disebutkan, kenapa hal tersebut ditetapkan;
apakah memang datanya tidak ada, tidak ada pengukuran, dan
sebagianya.

d)

Hasil dan pembahasan;


berisi uraian mengenai hasil simulasi dengan model atau software
yang digunakan. Semua hasil simulasi dari berbagai skenario yang
mungkin perlu disajikan dalam bentuk tabel, gambar skematik dan
grafik. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, selanjutnya dilakukan
pembahasan apakah hasil yang ada memang sesuai dengan
kenyataan di lapangan (validasi), bila jauh berbeda; dijelaskan
kenapa bisa terjadi perbedaan, apa yang menyebabkan,
bagaimana menurut teori yang ada, dan sebagainya. Interpretasi
terhadap hasil simulasi model dapat menunjukkan apakah model
yang dipakai sudah cukup bagus atau perlu diperbaiki.

e)

Kesimpulan dan saran;


berisi kesimpulan dari hasil simulasi dan pemakaian model; apakah
ditemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada,
skenario mana yang memberikan hasil terbaik (memenuhi fungsi
kendala dan fungsi tujuan), apakah model sudah cukup handal atau
masih perlu diperbaiki, serta saran/ rekomendasi yang diperlukan
untuk menindaklanjuti kesimpulan yang ada.
Sebagai contoh, saran yang bisa diberikan dari contoh kasus di
atas diberikan sebagai berikut:

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 47 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

1. Menerapkan model alokasi air dengan lembar-kerja Ms-Excel


ini, terutama untuk wilayah sungai dengan DAS yang tidak
terlalu kompleks. Penerapan ini meliputi model sebagai alat
bantu untuk pengelolaan sumberdaya air secara tepat-waktu
(real-time); maupun sebagai alat bantu perencanaan, misalnya
dalam menyusun rencana alokasi air tahunan.
2. Mengembangkan model ini, dengan memberi kemungkinankemungkinan untuk:
a. Optimasi dengan metode program linear maupun non-linear
b. Memberi kemudahan bagi pemakai dalam pemasukan data,
maupun pengkajian hasil simulasi uraian tentang pihakpihak terkait yang harus menerima laporan hasil aplikasi
model matematis sesuai prosedur

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian


dalam melaporkan hasil aplikasi model matematis yang dipakai, sehingga
mudah dibaca, dipahami, dan dapat diambil langkah-langkah penyelesaian
yang strategis dan applicable.

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 48 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI
5.1

Sumber Daya Manusia


5.1.1

Instruktur
Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah
untuk :
1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan
untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika
diperlukan.

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di
tempat kerja. Penilai akan :
1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan
merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan
peserta.
2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk
diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan
peserta.
3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan
Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber
dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses
belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang
berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.
5.2

Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )


5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan
Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung
proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan
materi pelatihan ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 49 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Buku referensi (text book)/ buku manual servis


Lembar kerja
Diagram-diagram, gambar
Contoh tugas kerja
Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk
membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada
suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong
kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam
suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk
menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika
ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.
5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:

5.3

Judul
Pengarang
Penerbit
Tahun terbit

:
:
:
:

Pedoman Kriteria Perencanaan 01-07 dan B01-02


2006

Judul
Pengarang/Penghimpun
Penerbit
Tahun terbit

: Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


:-

Judul
Pengarang
Penerbit
Tahun terbit

:
:
:
:

Judul
Pengarang
Penerbit
Tahun terbit

: Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Irigasi


:
:
:

::Undang-undang tentang Pengelolaan SDA


-

Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan


5.3.1

Peralatan yang digunakan:


1) Naskah Undang-undang tentang SDA;
2) Naskah PP dan Perda tentang Irigasi
3) Naskah irigasi air tanah

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 50 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

5.3.2

Kode Modul
F45 AMPI 03 001 01

Bahan yang dibutuhkan:


1) Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02;
2) Undang-undang tentang Pengelolaan SDA
3) Peraturan Pemerintah tentang Irigasi
4) Alberta Environmental Protection, 1993. WRMM (Water Resources
Management Model), Program Description, Calgary, Canada.
5) Delft Hydraulics, 1993. Ribasim, River Basin Simulation Model, User
Manual.
6) Katelaars, A. L. E., 1991. Water Resources Simulation Model on
Symphony Spreadsheet (WAFLEX), Application to Incomati river
basin in Mozambique, IHE-Delft, Netherlands.
7) Pusat Litbang Pengairan and Delft Hydraulics, 1989. Cisadane
Cimanuk Integrated Water Resources Development (BTA-155), Vol
XIII WRD Analysis Cisadane-Jakarta-Bekasi Area, Ministry of Public
Works, Indonesia.
8) Virama Karya et al, 2000. Pedoman Penyusunan Model Alokasi Air
dengan Ms-Excel, Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah
9) Virama Karya et al, 2000. Pedoman Penyusunan Model Alokasi Air
dengan WRMM, Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah

Judul Modul: Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

Halaman: 51 dari 51
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

You might also like