You are on page 1of 13

1)

2)
3)
4)
5)

1)
2)
3)

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya


suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suattu nilai sosial yang
menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi
(Gede Anggan Suhandana, 1980: 55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan
tentang hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan bertingkat
sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Gambar 3.3
menunjukkan hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow. Kemudian, oleh Clayton
Alderfpr teori tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori eksistensi,
ketergantungan, dan pertumbuhan (existence, relatedness, and growth-ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi, menyangkut keperluan material yang harus ada
(termasuk kebutuhan fisiologis dan keamarian dari Maslow).
Kedua, ketergantungan, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan
interpersonal (termasuk kebutuhan hosial dan harga diri dari Maslow).
Ketiga, kebutuhan perkembangan, yaitu kebutuhan intrinsik untuk perkembangan
personal (termasuk kebutuhan aktualisasi dan harga diri dari Maslow).
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n'Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang
memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan.persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya
sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari
tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (n'Pow), yaitu hasrat untuk memengaruhi,
mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing,
berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin
m.emengaruhi orang lain.
Menurut Nasution (1982: 26) dan Louis Allen (1986: 70), ada tiga fungsi.motif, yaitu:
Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan untuk
mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian
tujuan tersebut.
Berdasarkan teori motivasi di atas, maka timbul pertanyaan mengapa orang berhasrat
menjadi wirausaha. Menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993: 6), terdapat tujuh
alasan, yaitu:
The desire for higher income.
The desire for a more satisfying career.
The desire to be self-directed.
The desire for the prestige that comes to being a business owner.
The desire to run with a new idea or concept.
The desire to build long-term wealth.
The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

1)
2)
3)
4)
5)

Dalam Entrepreneur'sHandbookyang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita 994: 8),


dikemukakan beberapa alasan mengapa .seseorang menjadi artrausaha, yaitu:
Alasan keuangan, untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan, dan
sebagai jaminan stabilitas keuangan.
Alasan sosial, untuk memperoleh gengsi/status, agar dapat dikenal dan dihormati, menjadi
contoh bagi orang agar dapat ditiru orang n, dan agar dapat bertemu orang banyak.
Alasan pelayanan, untuk membuka lapangan pekerjaan, menatar, dan membantu
meningkatkan perekonomi masyarakat.
Alasan pemenuhan diri, untuk menjadi atasan/mandiri, mencapai sesuatu yang diinginkan,
menghindari ketergantungan pada orang lain, menjad 1ebih produktif, dan menggunakan
kemanipuan pribadi.
Motivasi apa yang mendorong seseorang tertarik untuk berwirausaha.
http://zonakisaran.blogspot.co.id/2014/11/motif-berprestasi-kewirausahaan.html

BERANDA

ENGINE TEACHER

HOME
PEMBANGKIT UAP
KELISTRIKAN OTO
TEKNIK LISTRIK
TERMODINAMIKA
MOTOR BAKAR
PTM UNS

Motivasi Berprestasi Kewirausahaan


22.17

Retno Damayanti

KEWIRAUSAHAAN
MOTIVASI BERPRESTASI KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh

1.
2.
3.
4.
5.

Cholis Muh. Aji


(K2513038/B)
Danang Surya Ardi Atma (K2513012/B)
Dedi Kurniawan
(K2513014/B)
Dens Berlian Wais
(K2513015/A)

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Fajar Rizki Pratama (K2513020/B)


Faqih Bahrudin
(K2513022/B)
Iswanda
(K2513033/A)
M. Sholeh Anshori
(K2513044/B)
Nur Aziz Masykuri
(K2513055/A)
Nur Kholifah
(K2513051/A)
Putri Fatma Nur Sholika (K2513052/B)
Retno Damayanti
(K2513056/B)
Rohmat Cahyono
(K2513061/A)
Sri Lasmini
(K2513062/B)
Stephanus Fajar Pamungkas
(K2513063/A)
Sutarto
(K2513065/A)
Toni Ramadhan
(K2513066/B)
Tutuko Firdani
(K2513067/A)
Wahyu Kurnialy
(K2513069/A)
Wisnu Dimas Sasongko
(K2513071/A)

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kewirausahaan atau kegiatan berwirausaha dapat dikatakan membantu perkembangan
perekonomian Negara dengan menyediakan pekerjaan dan memproduksi barang dan jasa bagi
konsumen dalam negeri maupun di luar negeri (Ade,2009a). Kewirausahaan di pandang
sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Proses
kewirausahaan diawali oleh inovasi yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya Locus of Control, toleransi nilai-nilai,
pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor eksternal berupa peran, aktivitas, peluang,
organisasi, dan keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang
bahwa kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan
atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak
hanya dimiliki oleh usahawan namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan
bertindak inovatif.
Seorang wirausahawan yang berhasil selalu mampu dan memiliki kompetensi untuk
menghadapi setiap resiko atau peluang yang muncul. Beberapa karakteristik yang harus

dimiliki wirausahawan agar dapat menjalankan kegiatan wirausaha dengan baik menurut
(Ade,2009b) antara lain: 1) percaya diri, 2) berorientasikan tugas dan hasil, 3) sikap
pengambil resiko,4) kepemimpinan, 5) keorisinilan, 6) berorientasi ke masa depan, 7)
jujur dan tekun. Keseluruhan karakteristik tersebut dapat dicapai hanya bila wirausahawan
memiliki motivasi untuk menjadikan usahanya berhasil. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengungkapkan keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan kewirausahaan dalam
makalah ini yang berjudul Motivasi Berprestasi Kewirausahaan
B.

Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja Teori Motivasi?
2. Bagaimana keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan kewirausahaan?
3. Bagaimana sikap motivasi berprestasi dalam kewirausahaan?
4. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi berprestasi dengan berwirausaha?

C.

Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada,maka tujuan yang akan dicapai oleh penulis adalah:
1. Mengetahui Teori Motivasi.
2. Mengetahui keterkaitan antara motivasi berprestasi dengan kewirausahaan.
3. Mengetahui sikap motivasi berprestasi dalam kewirausahaan.
4. Mengetahui cara menumbuhkan motivasi berprestasi dalam berwirausaha.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.

Inti dan Hakekat Kewirausahaan


Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuanpenemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dan lain-lain. Tujuan utama mereka
adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan
dan kekayaan bukan tujuan utama. Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya tenaga
penggerak, siasat, proses untuk mencapai peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran
kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang (Drucker,1959). Suryana (2003)
mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan
nilai tambah di pasar melalui proses pengolahan sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda melalui :
1. Pengembangan teknologi baru.
2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru.

Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.


4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan
sumber daya lebih efisien.
Beberapa Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961) adalah :
1. Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktikkan transformasitransformasi atraktif
2. Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneurship.
3.

Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera
melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship Drone (Malas)
Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahanperubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersebut akan mengakibatkan
mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.
Proses kewirausahaan diawali dengan suatu aksioma,yaitu adanya tantangan.
Dari tantangan akan timbul gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif. Yang
selanjutnya berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Tahap
proses penciptaan yang baru dan berbeda itulah yang disebut Tahap Kewirausahaan.
Beberapa ciri dan watak dari seorang wirausahawan menurut Gooffrey G.
Meredith (1996; 5-6) antara lain:
1. Ciri dan Watak
a. Percaya diri
Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan
kuat, energetik dan inisiatif.
c. Pengambilan resiko
Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.
d. Kepemimpinan
Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saransaran dan kritik.
3.

Keorisinilan
Inovatif dan kreatif serta fleksibel.
f. Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, perspektif.
g. Jujur dan tekun
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
Fungsi dan peran kewirausahaan dapat dilihat dari dua pendekatan. Yaitu
secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai
penemu (innovator) dan perencana (planner). Secara wirausaha adalah menciptakan
kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai
mesin pertumbuhan perekonomian suatu Negara.
e.

Modal kewirausahaan tidak selalu identik dengan modal yang berwujud


(tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tak berwujud (intangible)
seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang
dilandasi agama. Secara garis besar modal kewirausahaan dapat di bagi menjadi
empat jenis yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental, serta
modal material.
B.

Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan atu aktivitas untuk mencapai tujuan (Crow.A,1983).
Sedangkan menurut Teeven dan Smith (1967) motivasi merupakan konstruksi yang
mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang
berhubungan dengan tipe perilaku tertentu disebut motif.
Motivasi yang terdapat dalam individu akan terealisir dalam suatu perilaku
yang mengarah pada tujuan yang diinginkan untuk memperoleh kepuasan. Atas dasar
pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa motif ataupun motivasi dapat memberikan
kekuatan, dorongan, untuk menggerakkan diri seseorang dalam perilaku tertentu dan
sekaligus memberikan arahan terhadap diri seseorang untuk merespon atau
melakukan kegiatan ke arah pencapaian tujuan.

C.

Pengertian Motivasi Berprestasi


Motivasi berprestasi merupakan sebagai dorongan yang berhubungan dengan
prestasi yaitu menguasai, mengatur lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi rintangan
dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melebihi prestasi yang lampau
dan mempengaruhi orang lain (Hall dan Lindzey). Sedangkan motivasi berprestasi itu
sendiri merupakan motif yang mendorong individu dalam mencapai sukses dan
bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keberhasilan, yaitu
dengan membandingkan prestasinya sendiri sebelumnya maupun dengan prestasi
orang lain (Mc Clelland dan Heckhausen). Individu yang mempunyai motif
berprestasi yang tinggi mempunyai motif untuk meraih sukses.

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Teori Motivasi Berprestasi


Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934).
Ia mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi.

Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan


pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs),
kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial
(social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan
akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
David C. McClelland (1971) mengelompokan kebutuhan
(needs), menjadi tiga, yakni:
1. Need for achievement (nAch): The drive to axcel, to
achieve in relation to a set of standard, to strive to
succeed.
2. Need for power (nPow); The need to make other behave in
a way that they would not have behaved otherwise.
3. Need for affiliation (nAff): The desire for friendly and close
interpersonal relationships.
Kebutuhan berprestasi wirausaha (nAch) terlihat dalam
bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih
efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan
yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat
keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara
seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat
ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi
ia selalu menghindari tantangan yang sulit yang
memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (nPow), yaitu hasrat untuk
mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri
umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan
cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin
mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (nAff), yaitu hasrat untuk
diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki
motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja
sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut
Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua dan
ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat
ini.
Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam
teori motivation-hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan
sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan dua faktor
dasar motivasi yang menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor
yang membuat orang lain merasa puas (satisfaction) dan faktor
yang membuat orang tidak merasa puas (dissatisfaction). Faktor
internal yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja

(job- satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan


(recognition), pekerjaan (the work itself), tanggungjawab
(responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan
berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang
menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah,
keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan,
mutu pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal
(Gibson, 1990:95).
Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom
(1964) dalam teorinya yang disebut teori harapan (expectancy
theory). Ia mengemukakan bahwa The strength of a tendency to
act in a certain way depend on the strength of an expectation
that an act will be followed by a given outcome and
actractiveness of that outcome to the individual. Kecenderungan
yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung
pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya
dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut
Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu
(1) Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari
pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan
antara imbalan yang diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort
performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja
yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan (expectancy
theory), yaitu:
1.
P = f (M x A)

Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (M)
dan ability(A).
2.
M = f (V1 x E)

Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama (V1)


denganexpectancy (E).
3.
V1 = f (V1 xi) 1)

Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah valensi


yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan instrumental (I).
Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada
tiga fungsi motif, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau
sebagai motor yang melepaskan energi.

2.
3.

Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.


Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai
suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan,


mengapa orang berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan
Steinhoff & John F. Burgess (1993:6) ada tujuh motif :
1. The desire for higher income.
2. The desire for more satisfying career.
3. The desire to be self-directed.
4. The desire for the prestige that comes to being a business
owner.
5. The desire to run with a new idea or concept.
6. The desire to build long-term wealth.
7. The desire to make a contribution to humanity or to a
specific cause.
Dalam Entrepreneurs Handbook, yang dikutip oleh Yuyun
Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa
seseorang berwirausaha, yakni:
1. Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk
menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan,
sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status,
untuk dapat dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh
bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang
banyak.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada
masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu
ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan
keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau istyri,
untuk membahagiakan ayah dan ibu.
4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau
mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk
menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk
menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan
kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang
dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu:
1.
Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
2.
Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara
penuh.
3.
Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
4.
Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan
menghargai usaha-usaha seseorang.
B.

Keterkaitan antara Motivasi Berprestasi dengan Kewirausahaan


Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan, dengan kata lain motivasi berfungsi sebagai
pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Hal ini berarti motivasi berprestasi sangat

diperlukan oleh seorang wirausahawan untuk memajukan usahanya. Oleh sebab itu, dengan
memiliki motivasi berprestasi dalam menjalankan wirausaha seorang wirausahawan akan
mampu berpikir inovatif, dan kreatif serta memiliki semangat juang (motivasi berprestasi)
dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya.
Contohnya seorang wirausahawan konveksi busana muslim anak-anak di Surabaya.
Pada awalnya dia memulai usaha koveksi busana muslim anak-anak tebatas hanya di daerah
sekitar tempat tinggalnya. Bahkan kegiatan produksi yang dalam hal ini menjahit busana
muslim dikerjakannya sendiri secara langsung. Hal ini disebabkan terbatasnya modal yang
dimiliki dan kurangnya kepercayaan diri untuk mencoba memasarkan busana muslim anakanak tersebut di luar kota tempat tinggalnya. Namun hal ini mulai berubah ketika dia
mendapatkan pesanan baju busana musim dari luar daerah tempat tinggalnya. Peristiwa ini
mampu menumbukan motivasi berprestasi pada pengusaha tersebut yang pada akhirnya
mendorongnya untuk mengajukan pinjaman di bank untuk mengajukan usahanya. Tidak
berhenti sampai di situ, wirasahawan tersebut semakin intens mencari ide-ide baru untuk
mengembangn motif dan model produk busana muslimnya. Saat ini wirausahawan tersebut
telah mampu memasarkan produknya ke kota-kota besar di Pulau Jawa (Program Hidup Ini
Indah Trans TV, 2009)
Pengembangan motivasi berprestasi dalam rangka mengembangkan mental
kewirausahaan akan menghasilkan manusia yang memiliki potensi, produktif, dan tangguh
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian keberadaan motivasi berprestasi
dapat memberikan dorongan untuk mencapai penghargaan dan kepuasan yang mengarah pada
usaha di masa datang.
Mc Clelland menggunakan istilah n-Ach (Need for Achievement) atau motivasi
berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi; motif berprestasi
ditemukan pada suatu macam pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu
yang baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada yang sebelumnya, lebih
efisien dan lebih cepat, kurang menggunakan tenaga dengan hasil baik dan
sebagainya.

Ingin Maju dan Melangkah ke depan


(sumber : lifestyle.kompasiana.com)
Ukuran keunggulan adalah dapat berupa prestasi orang lain maupun prsetasi
diri individu tersebut sebelumnya. Sebagai contoh setiap orang diminta
mengemukakan pikirannya secara spontan: Si A bercerita, seorang pemuda yang
sedang belajar untuk ujian, namun sulit memusatkan pikirannya karena selalu teringat
akan pacarnya, sedangkan si B bercerita mengenai seorang anak muda yang tekun

berusaha mendapatkan angka yang baik dalam ujian, karena ia ingin masuk sekolah
kejuruan, Ia bekerja sampai jauh malam takut kalau kurang berhasil dan lain-lain. Si
B jelas memiliki pikiran-pikiran yang ber n-Arch lebih banyak daripada si A dan
mendapatkan angka yang lebih tinggi. Metode yang didapatkan dalam hal ini adalah
pemikiran-pemikiran yang sedemikian itu boleh dikatakan jitu dan obyektif (Wyner,
1984).
Witterbootom menyatakan bahwa anak yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi didapatkan pada keluarga yang orang tuanya telah melatih anaknya untuk
berdiri sendiri dan menguasai kecakapan tertentu. Namun menurut Heckhausen
dinyatakan motivasi berprestasi bukan diakibatkan dari latihan berdiri sendiri sedini
mungkin akan tetapi latihan pada umur delapan tahun. Latihan dini untuk percaya
pada diri sendiri dapat membantu motif berprestasi hanya apabila itu sesuai
dengannya (Heckhausen, 1966). Di samping itu Heckhausen menerima dan berusaha
mengembangkan teori McClelland tentang motivasi berprestasi ke arah kognitif. Ia
mendefinisikan motif berprestasi sebagai suatu usaha untuk meningkatkan atau
mempertahankan kecakapan-kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala
aktivitas dan suatu ukuran keunggulan yang dilakukan sebagai pembanding dalam
melakukan aktivitas tersebut. ada dua kemungkinan yaitu "berhasil atau gagal".
Di dalam memberikan penilaian terdapat tiga ukuran keunggulan :
1. Yang berhubungan dengan tugas, yaitu menilai berdasarkan kesempurnaan hasil.
2. Berhubungan dengan diri sendiri, yaitu membandingkan dengan hasil diri-sendiri,
atau prestasi sendiri sebelumnya.
3. Berhubungan dengan orang lain, membandingkan hasil dengan hasil orang lain.
Dikemukakan pula bahwa motivasi berprestasi mempunyai beberapa disposisi
penilaian :
1. Jika motif berprestasi lebih kuat, perbedaan antara bayangan diri yang nyata dan
ideal akan lebih besar.
2. Orang berorientasi sukses akan lebih mengharapkan kemungkinan sukses, dan
yang berorientasi gagal, akan lebih mengharapkan kemungkinan kegagalan dalam
mencapai prsetasi.
3. Tingkat apresiasi yang berorientasi antara sukses biasanya hanya sedang dan yang
berorientasi gaga; biasanya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4. Subyek yang bermotivasi sukses sebagai akibat faktor yang mantap, seperti
kemampuan dan menganggap kegagalan bukan kareana faktor tersebut akan tetapi
sebagai akibat kurangnya usaha : monumental.
C.

Sikap Motivasi Berprestasi dalam Kewirausahaan


Istilah entrepreneur atau kewiraswastaan atau kewirusahaan dapat diartikan
sebagai suatu kepribadian sikap kemampuan berwirausaha atau kemampuan yang
unggul dalam menciptakan suatu usaha. Darustam dkk (1994), menyatakan bahwa di
Indonesia wiraswasta adalah entrepreneur yang berdasarkan Pancasila. Oleh karena
itu pembinaan kewiraswastaan terletak pada :
1. Pembentukan sikap mental maju.
2. Membersihkan diri dari sikap mental negatif.
3. Membentuk sikap mental positif.
Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan
menempuh usaha dengan segala resiko dan diambil atau dihadapi dalam
memperjuangkan usahanya mencapai keberhasilan atau dinyatakan berprestasi. Dalam
hal ini kemampuan seorang wirausahawan harus mampu berpikir kreatif dan inovatif

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

serta memiliki semangat juang (mitivasi berprestasi) yang tinggi, sehingga mampu
menanggung resiko dalam setiap pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, seseorang haruslah memiliki :
Ketrampilan berpikir kreatif.
Ketrampilan dalam mengambil keputusan.
Ketrampilan dalam kepemimpinan.
Ketrampilan manajerial.
Ketrampilan dalam bergaul antar manusia (human relation).
Untuk dapat mengembangkan diri individu tersebut, (Darustam dkk, 1995)
harus berupaya melalui :
Pendidikan belajar sendiri.
Berlatih diri berwiraswasta / wirausaha.
Membentuk mental yang selalu ingin maju.
Percaya diri sendiri.
Melalui kebiasaan bersedia rajin berupaya.
Dalam kaitannya dengan pengembangan mental wirausaha maka diperlukan
pula pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan sukses sebagai seorang
wiraswastaan. Mereka hendakmya memiliki sikap mental :
1. Penuh gagasan, ide.
2. Penuh inisiatif dan prakarsa.
3. Penuh daya cipta dan kreativitas.
4. Memiliki self motivation yang tinggi.
5. Dapat bekerja sama.
6. Tahu apa maunya hidup ini.
7. Tahu menghitung resiko.
8. Mampu mencegah hambatan mental.
9. Selalu meningkatkan ketrampilan dan salesmanship.
Atas dasar pendapat diatas dapat digambarkan hendaknya para wirausahawan
di samping memiliki kemampuan managerial skill juga harus memiliki kemampuan
mental yang tangguh, selalu ingin maju, sukses atau dengan istilah lain mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi dalam mengaktualisasikan kemampuannya dan
harapannya.
Enam sifat individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut
Heckhausen antara lain:
1. Lebih mempunyai kepercayaan dalam menjalankan tugas yang
berhubungan dengan prestasi.
2. Mempunyai sikap yang berorientasi ke masa depan dan lebih dapat
menangguhkan pemuasan untuk dapat menjalankan penghargaan.
3. Memilih tugas yang kesukarannya sedang.
4. Tidak suka membuang-buang waktu.
5. Dalam mencari pasangan lebih suka yang memiliki kemauan dari pada
simpatik.
6. Lebih tangguh dalam suatu tugas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi antara lain:
1. Inteligensi
Inteligensi adalah kemauan mental yang kompleks yang ada pada diri
seseorang. Makin tinggi inteligensi seseorang maka akan semakin cepat dan
cermat dalam membaca, memahami dan menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi dan semakin tinggi pula tingkat kreativitas yang dilakukan untuk
berprestasi.

2.

D.

Kebutuhan dan Pendidikan


Tingkat pendidikan serta variasi, macam keilmuan yang dikuasai akan
melatarbelakangi sikap hidup, konsep diri dan perilaku seseorang dalam
menghadapi macam dan tingkat kebutuhan baik yang berasal dari dalam
diri maupun dari luar individu dalam kehidupan sehari-hari. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin luas cakupan pengetahuan yang
dikuasai atau diperolehnya baik secara teoritis maupun praktis.

Cara Menumbuhkan Motivasi Berprestasi dalam Berwirausaha


Motivasi berprestasi sangat dibutuhkan dalam berwirausaha. Karena dengan memiliki
motivasi berprestasi akan menumbuhkan inovatif, kreatif, serta semangat untuk memajukan
usaha yang dikelola.
Berikut adalah alur yang menunjukkan keterkaitan antara motivasi dengan kewirausahaan.
Beberapa cara menumbuhkan motivasi berprestasi dalam berwirausaha antara lain:
1. Dengan paksaan (by force) atau melalui perintah atau instruksi bersifat memaksa.
Pada awalnya subyek akan melakukan tugas didasarkan pada rasa takut apabila
menolak tugas tersebut. Metode ini sangat tepat dilaksanakan oleh mentor/coach
kepada orang yang ingin maju tetapi tidak menyadari potensi raksasa di dalam
dirinya
2. Dengan persuasif (persuasion) melalui cerita-cerita yang menarik, sehingga subyek
terpikat dan atas kemauan sendiri meniru gambaran tentang keberhasilan orang
lain. Metode ini tepat untuk menumbuhkan motivasi wirausahawan yang belum
banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kewirausahaan.
3. Dengan stimulasi (stimulation) melalui gambaran dan petunjuk, sehingga subyek
tertarik dan timbul inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
minat dan kemampuannya. Metode stimulasi ini akan lebih baik, bila diterapkan
pada subyek yang sudah memahami permasalahan kewirausahaan.
4. Belajar dari konsep 3M
a.
Mulai dari yang kecil
b.
Mulai dari diri sendiri
c.
Mulai saat ini juga

You might also like