You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA PASIEN DENGAN SUBDURAL HEMATOMA

OLEH :

NAMA

: IDA AYU ARI ADNYANI

NIM

: P07120213038

PRODI

: DIV KEPERAWATAN TINGKAT IV SMT. VII

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


PADA PASIEN DENGAN SUBDURAL HEMATOMA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Subdural hematoma adalah penimbunan darah di dalam rongga subdural
(di antara duramater dan arakhnoid). Hematoma subdural disebabkan

karena

robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena. Hematoma


subdural dalam bentuk kronik, hanya darah yang efusi ke ruang subdural akibat
pecahnya vena-vena penghubung, umumnya disebabkan oleh cedera kepala tertutup.
2. Etiologi
a. Keadaan ini timbul setelah cedera/trauma kepala hebat
b. Trauma kapitis : Trauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya
geseran atau putaran otak terhadap duramater, misalnya
padadepresi
orang yang
jatuh
Fraktur
tulang
tengkorak
terduduk.
c. Non trauma : Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di dalam
Arteri meningeal tengah robek

ruangan subdural.
3. Klasifikasi
a. Perdarahan akut

Vena robek

Perdarahan dlm substansi otak

Perdarahan

GejalaPerdarahan
yang timbul segera kurang dari 72 jam setelah trauma.
Biasanya
terjadi
Hematoma
intrakranial
pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat mengakibatkan perburukan lebih
Hematoma epidural

Hematoma subdural

lanjut pada pasien yang biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda
vitalnya.
b. Perdarahan sub akut
Hematoma
meluas4-21 hari sesudah trauma dan
Biasanya berkembang dalam beberapa
hari sekitar
memperlihatkan tanda-tanda status neurologis
yang memburuk.
TIK
c. Perdarahan kronik
Biasanya gejalanya muncul
setelah 21 hari atau 3 minggu lebih setelah trauma
Perpindahan jaringan otak & herniasi
bahkan bisa lebih dan menimbulkan penurunan kesadaran. Pada gambaran skening

siko ketidakefektifan perfusi


jaringandidapatkan
otak (cerebral)
darah otak menurun
tomografinya
lesi Aliran
hipodens.
Suplai O2 & otak menurun

Kerusakan jar. otak

Hipoksia

Metabolisme anaerob

Kesadaran menurun
Hilang control
volunteer
otot
pernapasan
4. Pathway

As. Laktat & retensi CO2

Trauma

Reflex menelan/batuk menurun

Perubahan frekuensi, irama, & kedalaman pernapasan


Akumulasi sekret

Asidosis respiratorik

Hiperkapnea

Ketidakefektifan pola napas


Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola napas

Cedera kepala

Fraktur intertulang

memar pd area otak

Tindakan
pembedahan

Ansietas

5. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala yang nampak pada subdural hematom seperti pada
tingkat yang ringan (sakit kepala) sampai penurunan kesadaran.
Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:

a.

sakit kepala yang menetap

b. rasa mengantuk yang hilang-timbul


c. linglung
d. perubahan ingatan
e. kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi, pemeriksaan darah rutin, elektrolit,
profil hemostasis/koagulasi.
b. CT-Scan
Pemeriksaan CT scan adalah modalitas pilihan utama bila disangka terdapat suatu
lesi pasca-trauma, karena prosesnya cepat, mampu melihat seluruh jaringan otak
dan secara akurat membedakan sifat dan keberadaan lesi intra-aksial dan ekstraaksial.
c. MRI (Magnetic resonance imaging)
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat berguna untuk mengidentifikasi
perdarahan ekstraserebral. Akan tetapi CT-scan mempunyai proses yang lebih
cepat dan akurat untuk mendiagnosa SDH sehingga lebih praktis menggunakan
CT-scan ketimbang MRI pada fase akut penyakit. MRI baru dipakai pada masa
setelah trauma terutama untuk menetukan kerusakan parenkim otak yang
berhubungan dengan trauma yang tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan CTscan. MRI lebih sensitif untuk mendeteksi lesi otak nonperdarahan, kontusio, dan
cedera axonal difus. MRI dapat membantu mendiagnosis bilateral subdural
hematom kronik karena pergeseran garis tengah yang kurang jelas pada CT-scan.
7. Komplikasi
Pada pasien dengan subdural hematom kronik yang menjalani
operasi drainase, mengalami komplikasi medis, seperti kejang, pneumonia,
empiema, infeksi lain dan komplikasi operasi seperti massa subdural, hematom
intraparenkim, atau tension pneumocephalus.
B. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Subdural Hematoma
1. Pengkajian
a. PENGKAJIAN PRIMER
1) Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia,
penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis
2) Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada,

fail chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas
tambahan seperti ronchi, wheezing.
3) Circulation
Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea,
hipotermi,pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan produksi
urin.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
5) Eksposure
Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.
b. PENGKAJIAN SKUNDER
1

Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,


status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.

Pemeriksaan fisik
a

Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)

Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK

Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan
diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.

Sistem pencernaan
Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar tanyakan pola makan?
Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.

Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,


gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.

Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia


atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat


pasien dari keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi :
a. Ansietas b.d kurang informasi
b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Intra Operasi :
a. Risiko ketidakefektifan kebersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas : mukus berlebih.
b. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak (Cerebral)
c. Risiko kekurangan volume cairan
Post Operasi :
a. ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis : trauma
kepala.
b. ketidakefektifan kebersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas : mukus berlebih.
c. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak (Cerebral)
d. Nyeri aku b.d agen cedera fisik

3. Intervensi
No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


(NOC)

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC :


berhubungan dengan obstruksi jalan Respiratory status : Airway Patency
napas : mukus berlebih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x..
jam diharapkan mampu mempertahankan
kebersihan jalan nafas dengan kriteria :
Pernafasan dalam batas normal
Irama pernafasan teratur
Kedalaman pernafasan normal
Tidak ada akumulasi sputum

Ketidakefektifan
Pola
berhubungan
dengan
neurologis : trauma kepala.

Intervensi
(NIC)
Airway Management
Buka jalan nafas menggunakan head tilt chin lift atau
jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan (NPA, OPA, ETT, Ventilator)
Lakukan fisioterpi dada jika perlu
Bersihkan secret dengan suction bila diperlukan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Kolaborasi pemberian oksigen
Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
Monitor RR dan status oksigenasi
Anjurkan pasien untuk batuk efektif
Berikan nebulizer jika diperlukan
Asma management

nafas NOC :
NIC
gangguan Respiratory status : Ventilation
Oxygen Therapy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x..
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
jam diharapkan pola nafas pasien teratur
Pertahankan jalan nafas yang paten
dengan kriteria :
Siapkan peralatan oksigenasi
Irama pernafasan teratur/ tidak sesak
Monitor aliran oksigen
Pernafasan dalam batas normal
Monitor respirasi dan status O2
(dewasa: 16-20x/menit)
Pertahankan posisi pasien
Kedalaman pernafasan normal
Monitor volume aliran oksigen dan jenis canul
Suara perkusi jaringan paru normal
yang digunakan.
(sonor)

Cemas berkurang

Risiko
Ketidakefektifan
Jaringan Otak (Cerebral)

Perfusi NOC :
Tissue Perfusion: Cerebral
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
...x... jam, didapatkan kriteria hasil :
1 Tidak ada tanda peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
2 Tidak ada hipertensi ortostatik
3 Tekanan sistole dan diastole dalam
rentang yang diharapkan
4 Dapat berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai kemampuan
5 Menunjukan perhatian, konnsentrasi, dan
orientasi

Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah


diberikan
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor tingkat kecemasan pasien yang
kemungkinan diberikan terapi O2
NIC : Cerebral perfusion promotion
a

Konsultasi dengan dokter untuk menentukan


parameter hemodinamik, dan mempertahankan
hemodinamik dalam rentang yg diharapkan

Berikan agents yang memperbesar volume


intravaskuler misalnya (koloid, produk darah, atau
kristaloid)

Monitor ICP dan CPP

Monitor protrombine time (PT) dan partial


thromboplastine time (PTT)

Konsultasi dengan dokter untuk mengoptimalkan


posisi kepala (15-30 derajat) dan monitor respon
pasien terhadap pengaturan posisi kepala

Berikan calcium channel blocker, vasopressin, anti


nyeri, anti coagulant, anti platelet, anti trombolitik

Monitor nilai PaCO2, SaO2 dan Hb dan cardiac out


put untuk menentukan status pengiriman oksigen ke
jaringan

NIC : Intracranial Pressure (ICP) monitoring

a
b
c
d
e
f

Monitor ICP pasien


Bantu pemasangan insersi alat untuk memonitor TIK
Monitor jumlah, nilai, karakteristik dari drainase
cairan cerebrospinal
Monitor tekanan darah sistole dan diastole
Monitor status neurologik
Berikan antibiotik

NIC : Neurologic monitoring


a

Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dan reaktifitas


pupil

Monitor level kesadaran, level orientasi dan GCS

Monitor memory jangka pendek, perhatian, memory


masa lalu, mood, perasaan, dan perilaku

Monitor reflek kornea,reflek batuk

Monitor tonus otot, pergerakan motorik, tremor,


kesimetrisan wajah

Catat keluhan sakit kepala

DAFTAR ISI
Ayu,

IM.

2010. Chapter

II.

USU

Respiratory:

Universitas

Sumatera

Utararepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21258//Chapter%20II.pdf.

Karnath, Bernadh. Subdural hematom. Geriatrick Volume 59 No 7. 2004


Meagher, J Richard. Subdural hematoma. Medscape. 2013
Price; Wilson. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta : EGC. 2004
Sastrodiningrat, A Gofar. Memahami Fakta-Fakta pada Perdarahan Subdural Akut. Medan :
Majalah kedokteran Nusantara Volume 39 No 3. 2006
Sidharta, P. dan Mardjono, M. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

You might also like