You are on page 1of 4

ABU

Awal malam
Dalam sebuah ruangan kamar kerja, lengkap dengan perabotannya
yang mewah, serta sebuah telepon diatas meja kerja sebelah sudut. Dari
pintu kamar tidur Tuan X keluar sambil melepas dasinya. Pelayan datang
dari pintu kamar tamu, pada tangan kanannya tergenggam sebuah
bungkusan kecil.
Tuan X

: Mana Nyonya?

Pelayan

: Keluar kursus, Tuan

Tuan X

: Oo ya,aku lupa-lupa saja kalau dia lagi asyik dengan kursus


kecantikannya.
Naik sekuter apa sedan?

Pelayan

: Sedan, tuan.

Tuan X

: Apa itu yang kau pegang?

Pelayan

: Ini tadi dari Nyonya. Pesan Nyonya supaya disampaikan


kepada Tuan bila Tuan sudah pulang lebih dulu. Nyonya bilang
bungkusan ini diterima dari seseorang yang belum dikenalnya
untuk disampaikan kepada Tuan.

Tuan X

: Ada suratnya?

Pelayan

: Cuma bungkusan ini saja. (menyerahkan bungkusan, terus


pergi kearah pintu kamar tamu. Tuan X, membuka bungkusan.
Sebuah kotak kecil, terus dibukanya. Tuan X tampak
keheranan mengamati isinya.)

Tuan X

:Apa ini,abu melulu. Heh kurang ajar siapa yang main-main


ini?(melempar isi kotak,hingga abu beterbangan dan
sebagian mengenai muka dan hemnya.dengan gemas kotak
dilempar ke lantai sambil merogoh kantong celana,
Mengeluarkan sapu tangan ke wajah dan hemnya. Pada saat
itu juga lampu listrik dalam ruangan itu seperti kena
gangguan. Padam sesaat, nyala lagi, berbarengan dengan
nyalanya. Ruh sudah hadir. Tegak beberapa langkah
dihadapan Tuan X)

Ruh

: (Keluar.tubuhnya kurus,kotor,pakai kaos dalam lusuh kotor


yang masih dibekasi darah kering.Bercelana pendek kumal
bertambal. Kaki telanjang dibekasi kudis dan borok. Pada
wajahnya yang sangat pucat serta bagian lehernya masih
terlekat darah kering.)

Tuan X

: (Tersentak kaget melihat ruh,mulutnya bergetar sambil


melangkah mundur Tuan X hendak teriak ketakutan.tapi
suaranya tertahan di teggorokan.)

Ruh

: (Menatap Tuan X dengan tenang sambil meringis) Menyesal


sekali kehadiranku yang tak terduga sangat
mengganggu,mengagetkan, Tuan.

Tuan X

: Han... tu...!!!!!

Ruh

: Aku ini ruh. Ruh insan malang. Tepatnya, ruh insan yang
pernah tuan malangkan.

Tuan X

:Tidak! Aku belum pernah merasa membunuh orang.

Ruh

:Secara langsung, memang belum. Tapi akibat tindakanmu


disuatu waktu di masa lampau, beratus manusia tanpa dosa,
harus mati kelaparan. Atau mati dimakan kuman-kuman
penyakit.

Tuan X

: Bohong, Bohong!

Ruh

: (Meringis) Ruh tidak bisa dusta. Untuk mengingatkan Tuan,


lihatlah gambaran wujud hayatku ini. Ingat, Tuan? Semasa
kekuasaan tentara fasis merajalela menindas bangsa tua.

Tuan X

: Romusha?!

Ruh

: Romusha, Pahlawan tanah air, prajurit tanpa senjata.


(Tertawa sambil maju melangkah, membuat Tuan X
ketakutan) lalu kami baru sadar tertipu propaganda palsu,
setelah kami menjadi kerangka hidup seperti hayatku.

Tuan X

: Tidak itu bukan tanggung jawabku.(berteriak keras)

Pelayan

: (buru-buru masuk ke ruang kamar kerja). Pelayan kaget


keheranan melihat sikap Tuan X) Ada apa, Tuan.

Tuan X

: (masih ketakutan) Tolong..tolong... ada hantu!

Pelayan

: (Melihat sekelilingnya dengan ketakutan) Hantu?!


Maaa...mana...mana hantunya... Tuan keranjingan setan.
(semakin ketakutan dan keluar)

Nyonya X

: (muncul diikuti pelayan) Mas,mas ada apa?

Tuan X

: Dinda, dia itu, di setan selaka itu bilang bahwa aku sudah
sinting.

Nyonya X

: (Tersentak dan tambah cemas seraya menjerit kecil.)


Setan?!

Tuan X

: Ya, Setan, Hantu. Itu dia ada disana, Lihat dia meringis.

Ruh

: (Tertawa kecil parauyang menyebabkan Tuan X dengan


meradang membalik.. Nyonya X mengangguk, terus cepat lari
keluar diikuti pelayan. Ruh ketawa.)

Tuan X

: Kau........mau apa lagi?!

Ruh

: Cuma mau pamit.kita berpisah untuk sementara waktu.

Tuan X

: Apa maksudmu dengan sementar waktu, Hah. Kau mau


kembali ganggu aku seperti sekarang ini, begitu!

Ruh

: Tidak usah Tuan khawatirkan kita mungkin akan masih


berjumpa lagi, di alam baka kelak nanti. Itu yang dimaksud
dengan perpisahan waktu. (Melangkah ke pintu ruang tamu.
Di ambang ruh berhenti sesaat, sambil meringis lebar kearah
Tuan X yang sudah lesu.) Selamat berpisah. (terus keluar)

Tuan X

: (Menutup muka) Pergilah,pergilah! (Tertawa)

Nyonya X

: (Masuk bersama 2 orang dokter) kau usir aku lagi? (Dokter


memberi isyarat agar Nyonya X tidak meladeni suaminya)

Tuan X

: Syukurlah si Hantu celaka sudah pergi...

Nyonya X

: Oo...., ini Dokter, Mas. Dokter ahli penyakit jiwa....

Tuan X

: Dokter penyakit jiwa? (bingung dan terkejut) tidak.. aku


tidak sinting.

Nyonya X

: Maafkan, dokter, dia tidak bermaksud menghina Dokter.

Dokter

: Oo..ya..ya.. Aku sudah biasa menghadapi orang-orang


bersikap aneh.

Tuan X

: (Mendadak berubah wajahnya. Melotot matanya menatap


lembaran-lembaran uang masih dalam genggamannya.)
Ganti rugi?! Ganti rugi romusa celaka.

Nyonya X

: Dokter, sebagai Tuan ketahuilah aku satu-satunya wakil


pribadi suamiku sekarang, aku mau tidak mau haru
mewakilinya dalam segala urusan.

Dokter

: Ya. Apa yang Nyonya perlukan akan kusiapkan nanti.

Nyonya X

: Terima kasih.

Dokter

: (terus pergi)

Nyonya X

: (menatap ke arah pintu kamar tamu. Nampak perubahan


wajahnya. Rasa senang membayang pada senyumnya.
Melangkah sambil bicara sendiri) Kesempatan yang tak
terduga untuk menikmati berjuta ini ditanganku sendiri.. Dan
dengan keterangan dokter akan segera kutuntut perceraianku
dari cengkraman si tua. Dengan alasan gila, aku akan jadi
pewaris tunggal seluruh kekayaan yang berlimpah ruah.
(tersenyum ria sambil keluar)

Kelompok 4 : - M. Arif Farhan sebagai


Ruh

- Cherry Yuhelman
sebagai Pelayan
- Jodi Bagaskoro sebagai
Tuan X
- Randy Pribadi sebagai
Dokter
- Hanifa Syafitri sebagai
Nyonya X

You might also like