You are on page 1of 14

KELAS PENGUAT TRANSISTOR

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Elektronika Analog
yang dibina oleh Bapak Suwasono

Oleh:
Ayu Widianti

110534406809

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
MARET 2012

KELAS PENGUAT TRANSISTOR

Secara umum penguat adalah peralatan yang


menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga
yang lebih besar. Penguat satu tingkat adalah penguat yang
terdiri atas satu unsur penguat dan ramgkaian pendukungnya.
Secara umum, bila beberapa unsur semacam itu digabungkan
maka akan didapatkan penguat banyak tingkat. Rangkaian
penguat umumnya digolongkan dalam kelas-kelas, meliputi kelas
A, AB, B, dan C untuk rancangan analog. Kelas D dan E untuk
rancangan pengalih (switching). Selain itu ada pula kelas E, F
untuk penguat daya pengalih efisiensi tinggi yang bekerja untuk
gelombang segi empat.
Penguat audio (amplifier) dapat diartikan dengan
memperbesar dan menguatkan sinyal input. Namun keadaan
yang terjadi adalah bahwa sinyal input di replika (di copy) dan
kemudian diproduksi kembali menjadi sinyal yang lebih besar
dan lebih kuat. Berdasarkan hal tersebut, maka muncul istilah
fidelitas (fidelity) yaitu tingkat kemiripan sinyal keluaran hasil
buatan terhadap sinyal masukan. Terkadang sinyal input dalam
prosesnya terdistorsi karena berbagai sebab, sehingga bentuk
sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat dikatakan
memiliki fidelitas tinggi saat sistem tersebut mampu
menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama
dengan sinyal input. Hanya level tegangan atau amplitudonya
saja yang telah diperbesar dan dikuatkan. Selain tingkat
kemiripan sinyal buatan hal lain yang harus diperhatikan adalah
efisiensi dari penguat yang dinyatakan dengan besaran
persentase dari power output dibandingkan dengan power input.

Sistem penguat dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi jika


daya pada proses penguatannya tidak ada yang terbuang
menjadi panas.
1. Penguat Kelas A
Penguat kelas A adalah penguat yang menguatkan seluruh
daur masukan sehingga keluarannya merupakan salinan asli
yang diperbesar amplitudonya. Penguat kelas A ini dibuat
dengan titik kerjaq diatur agar seluruh fasa sinyal input diatur
agar seluruh fasa output selalu mengalir dan beroperasi pada
daerah linear saja. Fungsi dari penguat kelas A ini adalah
sebagai penguat sinyal kecil. Karakteristik dari Penguat kelas
A ini adalah :
Memiliki efisiensi maksimum sebesar 25% - 50%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penguat kelas A ini
tidak terlalu efisien. Efisiensi yang rendah dari penguat
kelas A ini dikarenakan unsur penguatnya diberi
prategangan yang menyebabkan rangkaian penguat ini
selalu menghantar meskipun tidak ada masukan,
transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus
bias yang konstan, dan menyebabkan terjadinya
pembuangan daya.
Penguat kelas A ini digunakan untuk daya yang sedang
atau kecil sebesar <10 watt. Jika digunakan untuk
sinyal-sinyal kecil, rugi daya yang terjadi juga kecil
sehingga dapat diterima.
Penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang tinggi.
Asalkan sinyal masih bekerja di daerah aktif maka
bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan
sinyal input.
Jika sinyal tidak bekerja pada daerah aktif (daerah
linear) maka sinyal input dan outputnya berbeda
sebesar

180

Berikut adalah gambar yeng menunjukkan ilustrasi


penguatan sinyal input serta proyeksinya menjadi sinyal
output terhadap garis kurva x-y, dengan rumus penguatan
Vout = ( rc/re )Vin.

Gb. Kurva Penguat Kelas A


Berikut adalah gambar penguat kelas A :

Berdasarkan gambar di atas, beban RL beban hambatan


kolektor dan tegangan output puncak ke puncak Vout = VCC.
Sedangkan arus puncak ke puncak Iout = VCC / RL. Sehingga
daya maksimum dari rangkaian ini adalah Pout (max) = Voeff . Ioeff
atau bisa dituliskan :

Asumsi untuk pembiasan pada rangkaian ini ideal yaitu VCE =


1
2

VCC dan VCE ini sebagai level DC, dengan arus DC yang

diserap pada RL adalah sebesar :


ICcave =

1
2

IC

Serta daya yang diberikan adalah sebesar :

Dari berbagai persamaan di atas sehingga didapat rumus


persamaan effisiensi dari penguat kelas A sebagai berikut :

Setelah dijelaskan berbagai hal diatas, dapat disimpulkan


pula kerugian dari penguat kelas A ini yaitu tidak semua arus
yang mengalir di kolektor menghasilkan sinyal daya AC.
Berikut adalah aplikasi lain dari gambar penguat transistor
kelas A :

Garis beban pada penguat kelas A ini ditentukan oleh resistor


Rc dan Re dari rumus VCC = VCE + Ic (Rc+Re). Sedangkan untuk
resistor Ra dan Rb dipasang untuk menentukan arus biasnya.

Gb. Garis beban dan titik Q penguat kelas A


Karena transistor selalu aktif sehingga sebagian besar dari
sumber catu daya terbuang menjadi panas, maka pada
penguat kelas A ini perlu ditambah dengan pendingin ekstra
seperti heatstink yang lebih besar.

2. Penguat Kelas B

Penguat kelas B ini hanya menggunakan setengah daur


gelombang masukan, sehingga menimbulkan cacat yang
sangat besar tetapi mempunyai efisiensi yang lebih tinggi jika
dibanding dengan penguat kelas A. Penguat kelas B memiliki
efisiensi maksimum sekitar 75% karena pada setengah
gelombang berikutnya penguat kelas B ini tidak bekerja
sehingga tidak menggunakan daya. Penguat kelas B tunggal
jarang sekali digunakan, meskipun dapat dimanfaatkan
sebagai penguat daya frekuensi radio (RF) yang tidak terlalu
memperhatikan cacat yang timbul.

Gb. Penguat kelas B

Gb. Garis beban dan titik Q penguat kelas A, AB, dan B

Titik B adalah satu titik pada garis beban dimana titik ini
berpotongan dengan garis arus Ib = 0. Karena letak titik yang
demikian, maka transistor hanya bekerja aktif pada satu
bagian fasa gelombang saja. Oleh sebab itu penguat kelas B
selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1 (NPN) dan Q2
(PNP). Kedua transistor ini bekerja bergantian sehingga
penguat kelas B ini sering disebut sebagai penguat Push-Pull.
Jika sinyal penguat kelas B ini berupa gelombang sinus, maka
transistor Q1 aktif pada 50% siklus pertama dan transistor Q2
pada 50% siklus berikutnya. Penguat kelas B sifatnya lebih
efisien jika dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada
sinyal input maka arus bias juga = 0 sehingga secara
otomatis membuat kedua transistor yang digunakan dalam
keadaan off.

Gb. Rangkaian penguat kelas B


Dari gambar di atas maka dapat dijelaskan bahwa :
Jika Vs > 0 : Q1 konduksi
Q2 cut-off
I1 mengalir dari VCC1, Q1, RL,VCC1

Vout < 0
Jika Vs < 0 : Q1 cut-off
Q2

konduksi

I2 mengalir dari VCC2, RL, Q2, VCC2


Vout > 0
Penguat kelas B ini memang memiliki efisiensi sebesar
75%. Namun transistor juga memiliki ketidak idealan. Dalam
prakteknya, ada tegangan jepit kira-kira sebesar 0,7 volt
yang menyebabkan transistor tetap dalam keadaan off
meskipun telah dialiri arus Ib sebesar beberapa mA dari 0. Hal
inilah yang menyebabkan masalah cross-over pada saat
transisi dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang
bergantian aktif.
3. Penguat Kelas AB
Untuk mengatasi adanya distorsi pada transistor, maka
perlu memberikan tegangan bias DC kecil pada masingmasing transistor, missalnya dengan menggunakan dua buah
dioda atau dua buah transistor yang kira-kira sama dengan 2
V seperti gambar berikut :

Gb. Penguat kelas AB

Transistor Q1 akan dibias untuk opersai kelas A. Hambatan


R1 sebagai beban kolektor dengan kondisi quiescent (Vs = 0),
ILQ = 0, dan VENQ = 20 V. Arus yang mengalir melalui dioda D1
dan D2 akan menghasilkan beda potensial sebesar :

Gb. Rangkaian penguat kelas AB

Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan


menggeser sedikit titik Q pada garis beban dari titik B ke
titik AB (gambar-5). Ini tujuannya tidak lain adalah agar
pada saat transisi sinyal dari phase positif ke phase negatif
dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2.
Pada saat itu, transistor Q1 masih aktif sementara transistor
Q2 mulai aktif dan demikian juga pada phase sebaliknya.
Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi
(sekitar 50% - 75%) dengan mempertahankan fidelitas
sinyal keluaran. Ada beberapa teknik yang sering dipakai
untuk menggeser titik Q sedikit di atas daerah cut-off. Salah
satu contohnya adalah seperti gambar-9 berikut ini. Resistor
R2 di sini berfungsi untuk memberi tegangan jepit antara
base transistor Q1 dan Q2. Pembaca dapat menentukan
berapa nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi
kedua transistor. Tegangan jepit pada R2 dihitung dari
pembagi tegangan R1, R2 dan R3 dengan rumus VR2 =
(2VCC) R2/(R1+R2+R3). Lalu tentukan arus base dan lihat
relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung
relasinya dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2x0.7
+ Ie(Re1 + Re2). Penguat kelas AB ternyata punya masalah
dengan teknik ini, sebab akan terjadi peng-gemukan
sinyal pada kedua transistornya aktif ketika saat transisi.
Masalah ini disebut dengan gumming. Untuk mengatasi
masalah gumming ini maka dibuatlah teknik yang hanya
mengaktifkan salah satu transistor saja pada saat transisi.
Caranya adalah dengan membuat salah satu transistornya
bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B.
Teknik ini bisa dengan memberi bias konstan pada salah satu
transistornya yang bekerja pada kelas AB (biasanya selalu
yang PNP). Caranya dengan menganjal base transistor
tersebut menggunakan deretan dioda atau susunan satu

transistor aktif. Maka kadang penguat seperti ini disebut juga


dengan penguat kelas AB plus B atau bisa saja diklaim
sebagai kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah
Penguat kelas B. Penyebutan ini tergantung dari bagaimana
produk amplifier anda mau diiklankan. Karena penguat
kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas A
dan B. Namun yang penting adalah dengan teknik-teknik ini
tujuan untuk mendapatkan efisiensi dan fidelitas yang lebih
baik dapat terpenuhi.
4. Penguat Kelas C
Jika penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja
dengan baik, maka ada penguat yang disebut kelas C yang
hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang
memang hanya memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya
adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot, rangkaian
penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C
bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika
perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja
dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian
resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C
adalah seperti pada rangkaian berikut ini.

Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena


transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah
saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan berresonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika
kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan
frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik
dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan
pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang
tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya
memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi
bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.

You might also like