Professional Documents
Culture Documents
(ETIKA)
MAKALAH
oleh
Kelompok 6/ Kelas A 14
Amien Fadli
1403416053277
Anis Fitriana
140341606809
140341605206
14034160
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kelompok 6 panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Bioteknologi Dalam Sudut Pandang Sosial Dan Budaya
(Etika) dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kelompok 6 mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr.Endang Suarsini, M.Ked. selaku dosen pembimbing matakuliah
Bioteknologi Universitas Negeri Malang dan seluruh anggota kelompok 6 yang
telah berpartisipasi dalam menuntaskan makalah ini.
Kelompok 6 menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kelompok 6 mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir
kata kelompok 6 mengucapkan terima kasih.
Penulis,
DAFTAR ISI
SAMPUL...........................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Bioteknologi dari Sudut Sosial..............................................
B. Bioteknologi dari Sudut Budaya/ Etika.................................
C. Undang- Undang Etika Penelitian Bioteknologi
di Indonesia............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR RUJUKAN........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup
atausubstansi
dari
organisme-organisme
tersebut
untuk
membuat
atau
seperti
polusi
lingkungan
yang
berkembang
cepat,
sehingga
Demikian
pula
unsur-unsur
masyarakat
yang
berbeda
juga
dengan sifat dan kecepatan yang berbeda-beda. Dalam sejarah manusia, inovasi
teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berdampak pada relasi-relasi sosialekonomi dan kehidupan politik, sementara beberapa dampak bersifat semu dan
dampak lainnya sangat jelas (Dano, 2007). Demikian pula unsur atau pandangan
masyarakat yang berbeda juga mempengaruhi bagaimana sebuah teknologi
diadopsi dan disebarluaskan di dalam masyarakat. Tampaknya sudut pandang
budaya, etika, dan agama berpengaruh sangat kuat dalam menentukan bagaimana
teknologi diterapkan dan disebarluaskan dalam setiap masyarakat.
Di tengah perkembangan dan kemajuan teknologi, teknologi rekayasa
genetika, berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan penciptaan dan penemuan
teknologi tersebut muncul ke permukaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkisar
pada masalah sejauh mana perkembangan teknologi tersebut mampu menghindari
keberpihakan teknologi ini terhadap suatu kelompok masyarakat pengguna
tertentu, sejauh mana teknologi ini mampu menghindari dampak-dampak yang
bersifat negatif, serta sejauh mana teknologi ini dapat disampaikan kepada
pengguna teknologi yang bersangkutan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampak
jelas terkait satu sama lain, eksistensi teknologi tidak dapat dipisahkan dari
analisis dampak penerapannya, sementara proses alih teknologi juga sangat terkait
dengan masalah keberpihakan serta dampak penerapan teknologi tersebut (Syam,
et al., 2001).
Dalam kasus ini, penerapan bioteknologi mengakibatkan berbagai
pandangan baik pro maupun kontra. Salah satu kasus yang marak di masyarakat
adalah adanya tumbuhan transgenik, yang mana dimensi etika dan religius
merupakan dua aspek yang sangat dominan di banyak negara di mana agama tetap
menjadi kekuatan sosial. Contohnya, apakah transgenik dapat dipertimbangkan
halal atau haram akan mewarnai perdebatan penerimaan publik dalam komunitas
Muslim (Safian dan Hanani, dalam Dano, 2007). Penggunaan tanaman transgenik
hingga saat ini, masih menuai sikap pro dan kontra di dalam masyarakat.
Masyarakat yang pro pada penggunaan tanaman transgenik terutama melihat pada
potensi pemanfaatan tanaman transgenik untuk mengatasi krisis pangan, dan
cenderung berpendapat penggunaan transgenik tidak berbahaya. Sedangkan
masyarakat yang kontra pada penggunaan transgenik karena menganggap
jawab moral dan etika akan dampak-dampak yang ditimbulkan dari inovasi
mereka di masyarakat. Termasuk potensi dampak sosial-ekonomi teknologi
tersebut jauh di luar laboratorium dan rumah kaca yang terkendali. Sejarah
terakhir penerapan teknologi menekankan, peran para ilmuwan dan
pengembang teknologi tidak selesai ketika teknologi tersebut keluar dari
laboratorium, bahkan menjadi semakin penting ketika teknologi tersebut
diterapkan di masyarakat.
2. Tanggung Jawab Antar Generasi: Tujuan sebuah teknologi harus
menyumbang kepada pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, tujuan
ini terkait dengan tanggung jawab antar generasi dari para pengembang
teknologi tersebut dan para pembuatan kebijakan pemerintah. Mengkaji
dampak sosial-ekonomi transgenik tidak hanya akan menjamin bahwa
dampak merusaknya dihapuskan atau setidaknya diminimalkan, tetapi juga
dapat melindungi kepentingan dan kebutuhan generasi masa sekarang dan
masa depan karena dampak sosial-ekonomi teknologi akan dirasakan dari
generasi ke generasi.
3. Penerimaan Masyarakat: Dengan memberikan pertimbangan yang serius
akan potensi dampak sosial-ekonomi transgenik, para pengembang dan
pembuat kebijakan akan memiliki kepekaan lebih baik atas penerimaan
masyarakat akan teknologi dan/atau produk-produknya. Di bagian
selanjutnya, buku ini akan membahas lebih rinci bahwa kajian yang efektif
mengenai potensi dampak sosial-ekonomi transgenik membutuhkan
keterlibatan aktif dan luas dari berbagai tokoh masyarakat.
4. Mengurangi Biaya Jangka Panjang: Keprihatinan utama dalam pengkajian
sosial-ekonomi transgenik adalah biaya yang terkait proses-proses dari
luasnya partisipasi para pihak, pelaku, serta kurun waktu yang diperlukan
untuk melalui proses-proses tersebut. Hal ini mungkin bisa menjadi
keprihatinan yang benar dalam jangka pendek, namun mengabaikan
kemungkinan biaya jangka panjang dari sebuah teknologi terhadap
masyarakat yang muncul dari dampak merusak yang potensial. Oleh karena
itu, dengan memasukkan pertimbangan sosial-ekonomi dalam pembuatan
keputusan tentang transgenik, maka biaya sosial, ekonomi, dan budaya yang
tidak dapat ditarik kembali kemungkinan dapat dihapus atau diminimalkan.
5. Para pengembang dan pembuat kebijakan tidak dapat lolos dari dimensi
etika dari penerapan transgenik tanpa mengkaji dengan hati-hati potensi
dampak sosial-ekonominya. Berbeda dengan laboratorium dan rumah kaca
di mana semua faktor dan kondisi berada dalam kendali para ilmuwan yang
melakukan penelitian, kekuatan sosial dan ekonomi berada di luar kendali
siapapun. Sehingga tanggung jawab etika sangat penting untuk memperkuat
kebutuhan kajian mendalam mengenai pertimbangan sosial-ekonomi
sebelum transgenik dilepas ke masyarakat.
B. Bioteknologi dari Sudut Budaya/ Etika
Berdasarkan Keputusan Menteri Riset dan Teknologi No.112 Tahun 2009,
menyatakan bahwa bioetika adalah ilmu hubungan timbal balik sosial (Quasi
Social Science) yang menawarkan pemecahan terhadap konflik moral yang
muncul dalam penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya hayati.
Diperlukan rambu-rambu berperilaku (etika) bagi para pengelola ilmu
pengetahuan, ilmuwan dan ahli teknologi yang bergerak di bidang biologi
molekuler dan teknologi rekayasa genetika. Bioetika akan dapat berfungsi sebagai
pemanduan, pengawalan, dan pemantauan dan pengawasan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini membuat berbagai pihak
manusia menyalahgunakan pengetahuan. Berbagai cara dilakukan untuk
mendapatkan suatu hal yang mereka harapkan tanpa memikirkan dampaknya.
Seperti contoh pihak manusia yang mealakukan rekayasa genetika. Rekayasa
genetika merupakan suatu proses percepatan evolusi yang dilakukan oleh
manusia. Evolusi yang tidak dapat diprediksi ini yang nantinya apabila kita sudah
mulai mengganggu kehidupan maka kehidupan tersebut akan berbalik menyerang
manusia sendiri.
Bahaya bioteknologi misalnya digunakan untuk senjata biologis dan
memunculkan organisme strain jahat. Bakteri dan virus berbahaya dapat
dikembangbiakkan dalam medium tertentu yang selanjutnya digunakan untuk
senjata biologis. Sedangkan munculnya organisme strain jahat berasal dari
fenotipe suatu organisme yang diubah menjadi organisme yang berbahaya dengan
menyisipkan gen jahat melalui rekayasa genetika. Selain itu, bioteknologi juga
mengganggu keseimbangan lingkungan. Hal ini dikarenakan banyaknya
juga berdampak pada serangga non target yaitu kupu-kupu Monarch. Efek yang
dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenik terhadap lingkungan juga harus
diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya penyerbukan silang tanaman
transgenik dengan tanaman lain, sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh
tanaman yang baru dan membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan
sifatnya yang beracun bagi serangga, hal lain yang harus diperhatikan dengan
adanya tanaman transgenik adalah apakah tanaman tersebut berbahaya bagi hewan
dan manusia.
2. Stem Cell
Stem cell merupakan suatu sel prekursor yang berpotensi untuk berkembang
menjadi berbagai macam sel yang berbeda. Sel stem dapat dibedakan menjadi sel
stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel yang diambil
dari inner cell mass yaitu suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst
yang berumur 5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel stem ini mempunyai sifat dapat
berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal dan pada
keadaan tertentu dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel yang
terdiferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya.
Sel stem dewasa (Adult stem cells) adalah sel stem yang terdapat di semua
organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi melakukan
regenerasi untuk mengatasi berbagai kerusakan yang selalu terjadi dalam
kehidupan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells), sumsum
tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat (umbilical cord
blood stem cells, UCB).
Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi
berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast
dan sebagainya., sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.
Lagipula immunogenicity nya rendah, selama belum mengalami diferensiasi. Sel
stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif,
tetapi plastisitasnya sudah berkurang. Mengingat masalah etik, maka banyak
negara lebih mengutamakan penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada
berbagai penyakit degeneratif, sehingga tidak dihadapkan pada masalah dan
kontroversi etika (Setiawan, 2006).
Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah solusi
bagi kesehatan manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu stem sel
embrionik dan stem sel dewasa. Stem sel embrioniklah yang sampai saat ini masih
menjadi kontroversi karena stem sel embrionik mengambil bagian sel dari embrio,
dimana embrio merupakan calon makhluk hidup. Pada penggunaan sel stem
embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan agama yang menyatakan
bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus dihormati.
Penggunaan embrio untuk sel stem dapat disamakan dengan tindakan membunuh
atau aborsi. Embrio memiliki status sama dengan anak atau manusia karena
memiliki genom manusia secara lengkap, dan berpotensi untuk berkembang
menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut Thieman (2004) sel stem embrio
secara teoritis dapat digunakan untuk membentuk jaringan lain, dengan
transplantasi untuk memperbaiki atau mengganti jaringan yang rusak atau sakit.
Hal ini memberi kesan menggunakan sel stem embrio manusia untuk penelitian,
jika dari proses tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian yang
potensial dapat mengobati penyakit pasien.
3. Penerapan Bioteknologi Kloning
Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus, dianjutkan
proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan faktor keamanan
dalam perkembangan dan pertumbuhan, baik sebelum maupun sesudah kelahiran.
Tingkat keberhasilan hidup saat lahir dan ketahanan hidup organisme hasil
kloning rendah dan tengah diperdebatkan apakah hasil kloning manusia secara
nyata dapat hidup secara sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang
penelitian kelahiran kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika
suatu pasangan memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik kloning,
dengan menggunakan sel donor dari istri, klonnya secara genetik tidak akan
menjadi anak perempuan melainkan menjadi saudar dari istri, seperti saudara
kembar yang lahirnya terlambat, dan bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara
etis tentang hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan
adanya ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan mengubah
hubungan keluarga.
Bagi
pihak
yang
pro
akan
adanya
kloning,
kloning
dianggap
menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena
satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut
anak adalah suatu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah anak orang lain.
Dengan kloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah atau
ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya. Alasan kedua adalah
dengan kloning merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab
mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah
merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan kloning diri
sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.
4. E. coli sebagai sel inang
Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan
terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan
tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni
kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia (Wulandari,
et al., 2014).
C. Undang- Undang Etika Penelitian Bioteknologi di Indonesia
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat diketahui bahwa etika
diperlukan
untuk
menentukan
arah
perkembangan
bioteknologi,
serta
memajukan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
dengan
b.
c.
d.
e.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, dapat diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Penerapan bioteknologi dari sudut pandang sosial mengakibatkan berbagai
pandangan baik pro maupun kontra. Masyarakat yang pro pada penggunaan
produk bioteknologi akan cenderung berpendapat penggunaannya tidak
berbahaya, sedangkan masyarakat yang kontra pada penggunaan produk
bioteknologi akan menganggap produk tersebut belum dievaluasi mendetail
untuk keamanan tingkat penggunaannya bagi manusia, bagi lingkungan.
2. Penerapan bioteknologi dari sudut pandang budaya atau etika
mengakibatkan berbagai pandangan baik pro maupun kontra. Pandangan pro
beranggapan bahwa produk biteknologi yang dihasilkan merupakan salah
satu solusi untuk enyelesaikan berbagai masalah manusia sedangkan
pandangan kontra beranggapan bahwa dalam pemanfaatan produk hasil
bioteknologi juga harus meninjau dari segi dampak yang diakibatkan serta
meninjau kembali bahwa produk yang dihasilkan melanggar kode etik atau
tidak.
3. Undang-Undang etika penelitian bioteknologi di Indonesia antara lain:
Perubahan Keempat UUD 1945 Pasal 31 ayat (5), Undang-Undang No.18
Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK pada pasal 22, Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang
Pangan; pasal 13 yang mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan
melalui rekayasa genetika, Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, Keputusan
Bersama Menristek, MenKes dan Mentan Tahun 2004 tentang Pembentukan
Komisi Bioetika Nasional
B. Saran
DAFTAR RUJUKAN
Dano, Elenita C. 2007. Dampak Potensial Transgenik terhadap SosialEkonomi, Budaya dan Etika: Prospek Kajian Dampak Sosial-Ekonomi. Malaysia:
Third World Network
Karmana, Wayan I. 2009. Adopsi Tanaman Transgenik dan Beberapa Aspek
Pertimbangannya. Ganec Swara Vol. 3 (2)
Menteri Negara Riset dan Teknologi. 2009. Keputusan Menteri Negara
Riset dan Teknologi Tentang Pedoman Umum Bioetika Sumber Daya Hayati.
Indonesia
Myhr, A.I., dan Traavik, T. 1999. The Precantionary Principle to Deliberate
Release of Genetically Modified Organisme (GMOs). Microbial Ecology in
Health and Disease Vol.11, 1999.
Syam, A., Rusastra, W., Sudaryanto, T. 2001. Keragaan dan Perspektif
Sosial Ekonomi Pengembangan Teknologi Transgenik. FAE Vol. 19 (2)
Thieman, Willian J, dan Michael A. Palladino. 2004. Introduction to
Biotechnology. San Fransisco: Pearson Education, Inc.
Wulandari, K., Dewi, S. N. R., Nisak, N. Z. 2014. Etika dalam Rekayasa
Genetika dan Kontroversi Organisme Transgenik. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta