You are on page 1of 2

Monascus Purpureus telah lama dimanfaatkan sebagai makanan harian masyarakat Cina.

Serta
sebagai pengawet dan penyedap rasa. Di Taiwan dimanfaatkan sebagai minuman anggur beras.
Bahan asal sebenarnya beras putuh, yang diproses fermentasi terbentuk senyawa-senyawa
poliketida seperti monascin, ankaflavin, rubropunctatin, dan monaskorubin yang merupakan
pigmen warna. Selain itu, proses fermentasi juga menghasilkan beberapa senyawa metabolit
sekunder seperti poliketida lain seperti monakolin K. Monascus Purporeus, juga mengandung
asam linoleat, asam oleat, serta vitamin B-Kompleks seperti niasin yang bermanfaat dalam
penurunan kadar trigliserida dan meningkatkan HDL, komponen lain adalah beta-sitosterol,
campesterol, stigmasterol, saponin, sapogenin, isoflafon, isoflafon glikosida, selenium serta seng.
Warna merah mengandung monaskurobin dan monaskin, tahan terhadap pemanasan, stabil dalam
proses pengolahan cocok untuk industry sosis dan daging ham. Bentuk aktif Monascus
Purpureus adalah monakolin K, dihidromonakolin dan monakolin I hingga IV. Monascus
Purpureus mengandung hydromethilglutaryl-CoA reductase (HMG-CoA reductas) bermanfaat
menghambat monakolin yang didalam dunia medis banyak dipakai pada pengendalian profil
lipid penderita dengan hiperkolesterolemia. Aktivasi HMG reductase pada monascus ditentukan
oleh monakolin.

Di Indonesia kebanyakan pasien DBD memanfaatkan Monascus Purureus untuk meningkatkan


jumlah trombosit. Secara empiris pasien DBD yang mengkonsumsi Monascus Purpureus
mengalami peningkatan jumlah trombosit. Kandungan lovastatin dalam Monascus mengoksidasi
LDL. LDL teroksidasi tersebut bersinergi dengan protein stimulator kinetika monosit dan
megakariosit menstimulasi regenarasi monosit-makrofag., mempengaruhi akumulasi monosit
dan megakariosit untuk bermigrasi ke ruang endothelium. Dalam endothelium monosi dan
megakariosit masing-masing berubah menjadi makrofag dan trombosit aktif.
Monascus juga menyumbangkan ubiquinone dan heme A yang penting untuk peningkatan
energy sel, termasuk makrofag dan sel darah merah. Makrofag yang semakin kokoh mempunyai
kemampuan semakin tangguh untuk menghindar dari pengaruh intervensi virus Dengue.

Trombosit yang dipertahankan dalam jumlah cukup dapat menghindarkan potensi perdarahan
pada penderita DBD.
Sumber: Nasronudin, dkk. 2011. Penyakit Infeksi di Indonesia. Edisi Kedua

You might also like