You are on page 1of 7

1

Qaidah Memahami La ilaha illa Allah ()


La yang terdapat dalam kalimat La Ilaha Illa Allah adalah huruf la naafiyata li al-jinsi (huruf yang
menafikan segala macam jenis). Dalam kalimat di atas, yang dinafikan adalah kata ilah (sesembahan). Kata
ilah berbentuk isim nakirah dan isim al-jins. Kata illa adalah huruf istisna (pengecualian) yang
mengecualikan Allah dari segala macam jenis Ilah. Bentuk kalimat semacam ini adalah kalimat nafyun
(negatif) lawan dari kalimat itsbat (positif). Kata Illa berfungsi mengitsbatkan kalimat manfiy (negatif).
Dalam kaedah bahasa Arab, itsbat sesudah manfiy bermakna al-hasr (membatasi) dan al-takid (menguatkan).
Oleh karena itu, makna kalimat La ilaha illa al-Allah adalah tiada ilah (sesembahan) yang benar-benar berhak
disebut ilah (sesembahan) kecuali Allah swt. Jadi kalimat la ilaha illa Allah maknanya la mabuda bihaqq illa
Allah, tiada sesembahan yang haq kecuali Allah. Kalaupun ada sesembahan di luar Allah adalah tuhan palsu dan
tuhan batil.
Konsekuensi La Ilaha Illa Allah
Beberapa ayat al-Quran telah mendukung pengertian la mabuda bihaqq illa Allah di atas. Allah swt berfirman,
Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan manusia, yang menguasai manusia, sesembahan manusia.
(Qs.114:1-3). Ataukah mereka mempunyai ilah (sesembahan) selain Allah? (Qs. at-Thur:43) Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.[Qs. alMaidah:73]Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas, bahwa sesembahan yang hakiki hanyalah Allah swt.
Kita diperintahkan untuk mengingkari semua sesembahan (ilah) selain Allah. Ini ditunjukkan dengan sangat
jelas pada ayat lain, yakni tatkala Nabi Ibrahim as. mengingkari semua sesembahan yang telah disembah oleh
kaumnya. Allah swt. berfirman, Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya,
Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah
menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukkiku (kepada jalan kebenaran). [Q.s. al-Zukhruf: 2627]
Di ayat lain, Allah swt juga menjelaskan dengan sangat jelas, tentang sesembahan-sesembahan selain Allah swt.
Setelah itu, manusia diperintahkan untuk mengingkari sesembahan tersebut. Allah swt berfirman, Mereka
menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.[Q.s. at-Taubah:31] Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah
amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).[Q.s. al-Baqarah:165]
Surat at-Taubah : 31 ini menunjukkan dengan gamblang, bahwa ahli Kitab telah menjadikan rahib-rahib dan
pendeta (orang alim) mereka sebagai sesembahan. Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah
kepada Ilah Yang Satu (Allah swt). Maksud dari menyembah rahib-rahib dan pendeta-pendeta di sini adalah,
mematuhi orang-orang alim dan rahib-rahib dalam tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum
Allah swt. Meskipun, secara dzahir kaum ahlu al-kitab tidaklah menyembah alim-ulama mereka.
Berdasarkan ayat tersebut, pengertian La ilaha illa al-Allah dan tauhid adalah pemurnian ketaatan kepada
Allah dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan Allah. Yakni,
hanya mengakui bahwa Allah swt. semata yang berhak menetapkan hukum, bukan manusia. Allah swt.
berfirman, Katakanlah: Sesungguhnya aku (berada) di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku
sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk
disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya
dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik. [Q.s. al-Anam:57]

2
Rasulullah s.a.w. bersabda, artinya, Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illa al-Allah dan mengingkari
sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedangkan hisab (perhitungannya) adalah terserah
kepada Allah. Hadits ini juga menjelaskan dengan sangat tegas bahwa yang menjadi pelindung atas harta dan
darah seseorang, bukan sekedar ia mengucapkan La ilaha Illa al-Allah, bukan pula mengerti makna dan
lafadznya, juga bukan sekedar tidak meminta kepada selain Allah, akan tetapi ia harus menambahkan
pengingkaran kepada sesembahan-sesembahan (ilah) selain Allah swt dengan tiada keraguan. Jika masih
ada keraguan, harta dan darahnya belum terpelihara.
Tauhid yang murni sebagaimana ditegaskan oleh kalimat tauhid La Ilaha Illa Allah adalah merupakan misi
utama perjuangan Muhammadiyah, serta prinsip utama dan pertama bagi warga Muhammadiyah sebagaimana
ditegaskan dalam MKCH dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Syarat Kalimat La Ilaha Illa Allah
Syaikh Shalih Fauzan dalam kitab Tauhid menegaskan bahwa seseorang yang berikrar dengan kalimat La Ilaha
Illa Allah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Al-Ilmu (Mengetahui) lawannya al-Jahlu (Tidak Mengetahui)
Yakni memahami makna dan maksud yang dikandung oleh kalimah La Ilaha Illa Allah. Mengetahui apa yang
dinafikan (al-nafy, yakni La Ilaha) dan mengetahui apa yang ditetapkan (al-itsbat, yaitu Illa Allah). Artinya
tidak selayaknya orang yang mengucapkan lafazh La Ila Illa Allah tidak memahami makna yang terkandung.
Ucapan yang disertai kebodohan adalah ucapan yang sia-sia.
(: )
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang
yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui dan
meyakini(nya) (Q.s. al-Zukhruf: 86)
Ayat di atas memiliki maksud bahwa orang yang bersaksi atas nama La Ilaha Illa Allah harus memahami makna
dan konsekwensi yang dikandungnya, dan apabila ia tidak memahami kandungannya maka persaksiannya tidak
sah.
2. Al-Yakin (Keyakinan) lawannya al-Syakk (Keraguan)
Orang yang telah mengikrarkan kalimat tauhid La Ilaha Illa Allah harus meyakini apapun yang terkandung
dalam kalimat tersebut. Apabila seseorang meragukan apa yang diucapkannya tersebut maka ucapannya itu akan
sia-sia dan tidak bermakna. Walaupun ia telah bersaksi dan berikrar dengan kalimat tersebut tetap tidak
diperhitungkan sebagai orang yang beriman atau bertauhid. Justru yang demikian dikelompokkan sebagai kaum
munafiqun.
Allah berfirman:
( : )


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
- -




Dari Abi Malik dari Ayahnya berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda barangsiapa mengatakan La Ilaha
Illa Allah, dan mengingkari sesembahan selain Allah maka diharamkan harta dan darahnya, dan hisab-Nya
oleh Allah sendiri. (HR. Muslim).

3
3. Al-Qabul (Menerima) lawannya Al-Radd (Menolak)
Yaitu menerima semua konsekuensi kalimat ini dengan hati dan lisannya, membenarkan dan mempercayai
segala berita yang datang dari Rasulillah saw serta menerimanya tanpa penolakan sedikit pun.
Allah berfirman :

( : )
Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan):Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya, dan mereka mengatakan:Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa):Ampunilah kami ya Rabb
kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. (Q.s. al-Baqarah 2:285).
Termasuk ke dalam kategori menolak dan tidak menerima, jika seseorang menentang atau menolak sebagian
hukum syari atau hudud, seperti orang-orang yang menentang hukum pencuri, zina, bolehnya berpolygami,
hukum waris dan lainnya.
Allah berfirman:



Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mumin, apabila Allah
dan Rasul-Nya telah menetappkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. (Q.s. 33:36).
4. Al-Inqiyad (Tunduk) al-Nabdzu (Mengingkari)
Yaitu pasrah dan tunduk terhadap apa yang terkandung dalam kalimat ikhlas ini. Perbedaan antara inqiyad
(tunduk) dan qabul (penerimaan) yaitu bahwa qabul adalah menyatakan kebenaran maka kalimat ini dengan
perkataan dan inqiyad adalah mengikutinya dengan tindakan. Jika seseorang telah mengetahui makna la ilaha
illallah, meyakini dan menerimanya, namun ia tidak tunduk, pasrah dan mengamalkan konsekuensi
pengetahuannya itu, maka hal ini tidak ada berguna baginya. Allah berfirman:
()
Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya (Q.s. 39:54)
Dan firmanNya:
()
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.s. 4:65).
Siapa yang menolak dan mengingkari makna La Ilaha Illa Allah meskipun ia telah mengucapkannya, maka
ucapan juga tidak bermakna,
5. Al-Shidq (Jujur) Lawannya al-Kidzbu (Kedustaan)
Yaitu jujur kepada Allah, maksudnya jujur dalam keimanan dan aqidahnya. Allah berfirman:

4



( :)
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar. (Q.s. 9:119).
Rasulullah saw. bersabda:

( ) .


Dari Abu Hurairah bersabda Rasulullah: Manusia yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari
qiyamat adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Illa Allah dengan ikhlas dan bersih dari lubuk hatinya
(HR. Bukhari)
Bila ia mengucapkan syahadat dengan lisannya tapi hatinya mengingkarinya, maka hal ini tidak dapat
menyelamatkannya, bahkan ia termasuk ke dalam golongan orang-orang munafik. Termasuk tidak jujur jika
seseorang mendustakan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. atau sebagiannya, karena Allah telah
memerintahka kita untuk mentaatinya dan membenarkannya dan menyertainya dengan ketaatan kepada-Nya.
Allah berfirman:

: )
(
Katakanlah: Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya
kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah sematamata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan
tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (Qs. An-Nuur: 53)
6. Al-Ikhlash (Ikhlas) lawannya al-Syirk (kemusyrikan)
Yaitu pensucian perbuatan manusia dengan niat yang baik dari segala noda syirik dengan cara mengikhlaskan
semua perkataan dan perbuatannya hanya untuk Allah dan mencari ridhaNya. Di dalamnya tidak ada noda riya,
sumah, mengambil keuntungan, kepentingan pribadi, nafsu zahir dan batin ataupun terdorong untuk beramal
karena kecintaan terhadap seseorang, mazhab, atau golongan yang ia pasrah padanya tanpa adanya petunjuk dari
Allah. Ia berdakwah hanyalah karena mencari ridha Allah dan negeri akhirat. Hatinya tidak menoleh kepada
seorang makhlukpun untuk mendapatkan balasan ataupun rasa terima kasih darinya. Allah berfirman :





( : )
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta
dan sangat ingkar. (Qs. az-Zumar: 3)
Diriwayatkan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Utban bahwa Rasulullah saw. bersabda:
( } { )
Sesugguhnya Allah telah megharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan kalimat la ilaha illallah karena
mencari ridha Allah.
7. Al-Mahabbah (kecintaan) lawannya Al-Bughd (Kebencian)

5
Maksudnya mencintai kalimat ini beserta isi kandungannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan dan
konsekwen terhadap segala tuntutan dari kalimat tersebut.
Allah berfirman:







( : )
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya
kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa
(pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (Q.s.al-Baqarah: 165)
Orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan kesungguhan hati akan menumbuhkan rasa cinta yang
mendalam kepada Allah. Cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Sebaliknya ahlus syirk mencintai selain
Allah menandingi cintanya kepada Allah. Yang demikian ini sama saja dengan membenci Allah, karena Allah
sangat membeci orang-orang yang menduakannya dengan selain Allah. Hal ini sangat bertentangan dengan
makna dan kandungan La Ilaha Illa Allah.

Syahadat al-Rasul
Implikasi dan konsekuensi la ilaha illallah, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan syahadat al-rasul,
yakni Muhammadun Rasulullah atau asyhadu anna Muhammadan rasulullah. Persaksian tentang ketauhidan
Allah tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan ini kecuali dengan persaksian terhadap kerasulan Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam.
Syahadat al-tauhid tidak sekedar persaksian dan kesaksian, tetapi mengandung sumpah setia bahwa seorang
hamba beriman untuk hanya mempertuhankan Allah, tunduk patuh kepada hokum-hukumnya, memuliakan
nama-nama dan sifatnya, serta beribadah sesuai dengan petunjuk dan arahannya.
Sumpah setia ini tidak akan bisa direalisasikan kecuali dengan melakukan persaksian, kesaksian dan sumpah
setia kepada hamba Allah yang telah dipilih sebagai pembawa risalah, yakni Muhammad Rasulullah SAW. Isi
kesaksian, persaksian dan sumpah setia kepada rasulullah adalah sumpah setia untuk senantiasa mengikuti
petunjuk dan risalah yang disampaikannya melalui Kitabullah (Al-Quran) dan al-Hadits, meneladani
perikehidupannya baik secara pribadi, kehidupan keluarga dan bermasyarakatnya, sehingga semua catatan
tentang sabda, perbuatan, ketetapan dan akhlak kehidupan disebut Sunnah Rasulillah, yang makna lebih luas
dari al-Hadits.
Al-Ikhlas wa Mutabaat al-Rasul
Dua kalimat syahadat yang diucapkan seorang Muslim memiliki makna al-Ikhlas wa mutabaat al-rasul. Yakni
membersihkan jiwa dengan bertauhid kepada Allah baik dalam rububiyah, uluhiyyah maupun dalam asma wa
sifaynya, serta membebaskan diri dari semua bentuk belenggu kesyirikan, baik syirk khafi (syirk laten) maupun
syirk jail (syirk manifest) atau syirk batin dan syirk zhahir. Selanjunya diikuti dengan realisasinya berupa
kesanggupan untuk mengambil petunjuk dan keteladanan hanya kepada Rasulullah Muhammad saw. Yang
demikian ini ditegaskan dalam firman Allah:

( )



()
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Taatilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. (Qs. Ali Imran:
31-32)

6
Syaikh Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turkey menjelaskan bahwa barangsiapa yang mencintai Allah maka
konsekwensinya harus mengimani dan mentaati Rasulullah Muhammad saw lahir dan batin. Artinya ucapan La
ilaha illah yang bermakna ikrar kecintaan hanya kepada Allah (tauhidullah) tidak akan bisa diwujudkan dalam
kehidupan nyata kecuali dengan beriman kepada Rasulullah Muhammad saw, mengikuti dan mentaati semua
ajarannya yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah. Dengan kata lain implementasi syahadat al-tauhid harus
menyertakan syahadat al-rasul.
Syahadat al-Rasul adalah sumpah, ikrar dan tekat untuk senantiasa mutbaat al-Rasul, yakni senantiasa
mengimani, mengikuti dan mentaati rasul secara lahir batin, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membenarkan setiap apa yang beliau kabarkan. Sesungguhnya apa yang akan disampaikan oleh
Rasulullah SAW adalah semata-mata berasal dari Allah SWT.
(-3: )
Dan tidaklah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Qs. An-Najm: 3-5).
2. Taat terhadap apa yang diperintahkan. Taat dan patuh adalah sesuatu keharusan bagi kita yang sudah
mengikrarkan syahadat. Taat kepada Rasul merupakan perwujudan taat kita kepada Allah SWT.

(80 : )

Barang siapa yg mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Barang siapa yang berpaling (dari
ketaatan itu) maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi menjadi pemelihara bagi mereka (Qs. an-Nisa: 80).
3. Menjauhi apa yang dilarang oleh Rasulullah SAW.

()

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah:
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya. (Qs. Al-Hasyr: 7).
4. Menjadikan Rasul Muhammad SAW menjadi teladan. Sudah barang tentu Rasul yang diutus Allah SWT
adalah manusia pilihan. Rasul Muhammad adalah teladan utama dalam muslim.


(: )

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Qs. al-Ahzab: 21).
5. Mencintai beliau lebih dalam daripada kecintaan terhadap diri sendiri, harta, anak, orang tua dan
seluruh umat manusia

( )


Dari Anas berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga
aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya. (HR. Bukhari Muslim)
Teladan al-Sabiqun al-Awwalun (Salaf al-Salih)
Mutabaah dan mentaati Rasulullah SAW dapat dijalani dengan sempurna dan tepat apabila dilakukan dengan
merujuk dan meneladani generasi yang menyertai Rasulullah serta generasi sesudahnya yang senantiasa dengan
sungguh-sungguh mengikuti sunah rasulullah dan jamaah sahabatnya. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam
firmanNya:

( : )
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada
Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selamalamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (Qs. At-Taubah: 100)



: )
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orangorang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Qs. al-Fath: 29)
Dua ayat di atas menjadi dasar bahwa mengamalkan ajaran Islam, mengamalkan Al-Quran dan Sunnah sebagai
makna dan konsekwensi syahadat La ilaha illa Allah dan syahadat Muhammad Rasulullah wajib merujuk
kepada generasi pendahulu yang shalih (salafus shalih) baik dari kalangan shahabat muhajirin dan anshar, dan
generasi tabiin. Mengenai keutamaan generasi salafus shalih ini. Rasulullah bersabda




()
Dari Abidah dari Abdullah, Nabi SAW bersabda: Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian
generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya lagi, aku tidak tahu generasi yang ketiga dan keempat.
(Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa generasi setelah tabiin, yang disebut sebagai ketiga, keempat dan
seterusnya terlalu banyak menyimpang dan menyelesihi persaksian dan sumpahnya, yakni menyelesihi Quran
dan Sunnah.
Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan di atas maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, makna dan konsekuensi syahadat la ilaha illallah adalah meninggalkan segala bentuk peribadahan dan
ketergantungan hati kepada selain Allah. Selanjutnya melahirkan sikap mencintai orang yang bertauhid dan
membenci keyakinan orang yang berbuat syirk kepada Allah.
Kedua, makna dan konsekuensi syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengimani kenabian dan kerasulannya
sebagai Nabi dan Rasul penutup, menaatinya, membenarkan sabdanya, meninggalkan larangannya, beramal
dengan sunnahnya dan meninggalkan bidah, serta mendahulukan ucapannya di atas ucapan siapapun.
Selanjutnya melahirkan sikap mencintai orang-orang yang taat dan setia dengan sunnahnya dan menjauhi orangorang yang durhaka dan menciptakan perkara-perkara baru dalam urusan agama yang tidak ada tuntunannya.
Wallahu Alam.

You might also like