Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Kasus, berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses
keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran
`
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Typhoid
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan
lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun
( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif
1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran
(FKUI. 1999).
2.2 Etiologi
1.
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu
2. Salmonella parathypi A
3. salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
2.3 Anatomi Fisiologi
1. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung
dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
2. usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus
dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Diagram ileum dan organ-organ
yang berhubungan.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
7. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).
8. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
2.4 Patofisiologi
Menurut (Suriadi, 2001) :
a) Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang
biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer),
dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.
b) Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
c)
Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer.
Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar
mesentrial dan limpa membesar.
d)
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
2.5 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan
menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah,
apakah menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah,
diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid
(kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
d)
e)
f)
g)
perubahan.
Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
h)
i)
j)
k)
9. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak,
anorexia.
b) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
d) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
e) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
f)
j)
Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
2.6 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4.
Rasionalisasi
a. agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari
suhu tubuh
keringat
tubuh.
c. Batasi pengunjung
c. agar klien merasa tenang dan udara di dalam
d. Observasi TTV tiap 4 jam sekali
ruangan tidak terasa panas.
e. 2,5 liter / 24 jam Anjurkan pasien d. tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
untuk banyak minum, minum
mengetahui keadaan umum pasien
f. Memberikan kompres dingin
e. peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
g. kolaborasi dengan dokter dalam
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
pemberian tx antibiotik dan
asupan cairan yang banyak
antipiretik
f. untuk membantu menurunkan suhu tubuh
g. antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik
untuk menurangi panas.
2.
a.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
Intervensi
Rasionalisasi
Jelaskan pada klien dan keluargaa. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
hari.
berat badan.
Beri makanan dalam porsi kecilc. untuk meningkatkan asupan makanan karena
merangsang,
menimbulkan
banyak
dan
muntah.
mual
dan
e.
mengurangi
Nutrisi
rasa
parenteral
kebutuhan
nutrisi
mual
dibutuhkan
per
oral
dan
muntah.
terutama
sangat
jika
kurang.
b.
d.
melakukan
mobilisasi
Rasionalisasi
agar pasien dan keluarga mengetahui
bedrest
untuk mengetahui sejauh mana kelemahan
yang terjadi.
untuk mempermudah
pasien
dalam
melakukan aktivitas.
menghindari kekakuan sendi dan mencegah
adanya
dekubitus
4.
a.
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang
berlebihan (diare/muntah)
Tujuan
: tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi
Berikan penjelasan tentang pentingnya
a.
Rasionalisasi
untuk mempermudah pemberian cairan
banyak minum
e. untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang
d. Observasi kelancaran tetesan infuse.
tidak terpenuhi (secara parenteral).
e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi
cairan (oral / parenteral).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama
: Tn.A
Umur
: 47 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku Bangsa
: Sunda
Status
: Menikah
Tanggal masuk
: 20 November 2014
Tanggal Pengkajian
: 24 November 2014
No CM
: 719972
: Tn C
Umur
: 29 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: wiraswasta
: Anak Klien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Menurut penututran klien sudah satu minggu mengeluh demam disertai mual, pusing,
lesu, susah BAB dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien mengeluh menggigil
pada malam hari yang disertai keringat dingin, sehingga klien dibawa ke dokter terdekat, lalu
dirujuk ke RSU dr SLAMET GARUT.
Pada tanggal 24 november 2014 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada bagian
abdomen, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3 dari rentang 0-5. Nyeri
dirasakan pada daerah abdomen sebelah kiri bawah, rasa nyeri tidak terjadi penyebaran. Nyeri
dirasakan saat klien bergerak ddan pada saat ditekan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan kien, klien sebelumnya tdak perah mengalami penyakit seperti di
derita saat ini, namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama dideritanya. Ddan
biasanya klien hanya mengeluh pusing dan demam yang biasanya di obati dengan obat dari
warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut penuturan klien dan keluarga klien diantara anggota keluarganya belum pernah
mengalami penyakit yang seperti diderita klien, dan juga tidak pernah mengalami penyakit yang
berat, seperti Diabete mellitus, Hepatitis TBC dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Penampilan umum
b.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 130/60 mmHg
Nadi
: 65 kali/menit
Respirasi
: 21 kali/menit
Suhu
: 36.3c
c. Inteugumen
1) Inteugumen dan kulit kepala
Warna rambut
Distribusi
: Hitam
Kuantitas
: Merata
Tekstur
: Tipis
Kebersihan
Lesi
2) Kulit
Warna
: Kuning langsat
Kelembaban
: Lembab
Tekstur
: Halus
: Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula yaitu < 2 detik
Kebersihan
3) Kuku
Warna dasar
Tekstur
: Transparan
: Halus
Bentuk
: Cembung
Kebersihan
: Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam waktu < dari 2 detik
d. Kepala
Kebersihan
: simetris
Bentuk
: Lonjong, Oval
Kondisi
: tidak terdapatbenjolan
Kebersihan
: Bersih tidak tampak adanya kotoran
e. Mata
1) Alis mata
Kesimetrisan
Warna
: Hitam
Distribusi bulu
: Merata
Benjolan
Nyeri
: merata
Keadaan
3) Bola mata
Konjuntiva
: Merah muda
Sclera
: Putih
Kornea
: Jernih
4) Pupil
Bentuk
: Isokor
erhadap cahaya : Baik, pada saat cahaya di dekatkan pupil mengecil dan melebar saat cahaya dijauhkan
: Baik, saat lidi wotten di dekatkan ke mata, mata langsung berkedip
Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm dengan cara
membaca koran
aran
Lapang pandang : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan jelas melihat telunjuk perawat
7) Gerakan ekstra okuler mata : Baik, klien dapat mengikuti araj telunjuk perawat
f. Telinga
Posisi
: simetris antara telinga kiri dan kanan
Warna
: sama dengan kulit sekitar
tekstur
: Halus
:Baik, klien dapat mendengar suara perawat dan menjawab pertanyaan perawat dengan
g.
man
h.
1)
2)
3)
i.
j.
baik
Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya serumen
Hidung
Bentuk
: simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna
: sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung
: tidak ada pembengkakan
Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya kotoran
: Baik, klien dapat membedakan bau parfum dan bau minyak kayu putih
Mulut
Bibir
Warna
: Merah muda
Tekstur
: Halus
Kelembaban
: Lembab
Keadaan
: Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan
: Bersih tidak tampak adanya kotoran
Gigi
Warna
: Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi
: 30 buah
Kebersihan
: tidak tampak adanya kotoran
Keadaan
: tidak tampak adanya carries gigi
Lidah
Warna
: merah muda
Tekstur
: Halus
Pergerakan
: Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan
: tidak tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan
: Baik, klien dapat membedakan rasa asin, manis dan pahit
Leher
Warna
: Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan
: simetris antara kedua bahu
Pergerakan
: Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP
: Ada peninggian JVP
KGB
: tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar tyroid
: saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan
: Bersih
Dada
Posisi
: simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung
: Reguler
Bunyi paru-paru
: Vasikuler
Kebersihan
: Bersih
k. Abdomen
Warna
: Sama dengan kulit tubuh
Tekstur
: Halus
: Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah dan nyeri tekan
Skala
: skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Kebersihan
: Bersih
l. Genetalia tidak terkaji
m. Ekstremitas
:Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang infuse, dan tangan kiri dapat digerakan
ke segala arah
: Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke segala arah
4. Pola aktivitas
No
Jenis Aktivitas
1. Pola nutrisi
a. Makan
Frekwansi
Jenis
Porsi
Cara
b. Muinum
Frekwensi
Jenis
cara
2.
Sebelum Sakit
Saat Sakit
3 kali / hari
2kali / hari
1 porsi
porsi
Mandiri
Dibantu
Air putih
mandiri
dibantu
1 kali/ hari
Padat
Padat
Khas fese
Khas feses
mandiri
Dibantu
Pola eliminasi
a.
BAB
Frekwensi
Konsistensi
Warna
Bau
Cara
b. BAK
Frekwensi
Warna
Bau
cara
3.
Kuning jernih
Kuning jernih
Khas amoniak
Khas amoniak
Mandiri
dibantu
a.
Tidur siang
Frekwensi
Kualitas
b. Tidur malam
Frekwensi
Kualitas
Personal hygine
Mandi
Gosok gigi
Ganti pakaian
cara
2 kali/hari
1kali/hari
2 kali/hari
1kali/hari
2 kali/hari
1kali/hari
Mandiri
Dibantu
Jenis Pemeriksaan
o
1.
2
3
4
5
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
eritrasit
Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
14.3 g/dL
39 %
21.170 /mm3
222.000 /mm3
4.49 juta / mm3
Normal
Menurun
Meningkat
Normal
Normal
2. Kimia Klinik
No
1.
Jenis Pemeriksaan
Ureum
Hasil
33 mg/dL
Nilai Normal
15 50 mg/dL
Interpretasi
Normal
2.
Kreatinin
0.7 mg/dL
Normal
b. Diagnose medis
thypoid abdominalis
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Therapy
Infuse RL 20 tetes/menit
Cefotaxim
2.1 gram
Ranitidine 2.1 amp IV
Ketorolax 2.1 amp
PCT 3.500 gram
Curcuma
3.1
IV
IV
IV
B. Analisa data
No
1.
Symptom
Ds :
Klien mengeluh nyeri
Etiologi
Inflamasi pada hati dan
nyaman yeri
limpa
Hepatomegali dan
Problem
Gangguan rasa
splenomegali
S : 36.3c
Nyeri tekan
Nyeri akut
2.
Ds :
klien mengeluh susah
BAB
Do :
Klien tampak lemah
Bising usus kliien
5x/menit
Abdomen klien teraba
keras
Gangguan eliminasi
fekal
mengeras
3.
Ds :
Klien mengeuh mual
Klien mengeluh tidak
nafsu m akan
Do :
Klien tampak lemah
Porsi makan klien
porsi
Berat badan kien
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Reabsorpsi makanan
terganggu
Merangsang hipotalamus
menurun menjadi 45
Kg dari sebelumnya 52
Kg
Gangguan
Anoreksia
4.
Ds :
Klien mengeluh lemas
Do :
Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu,
Gangguan pola
aktivitas
2.
3.
dengan :
Ds
: klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
Do
:
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Keadaan umum tampak lemah
T
: 130/60 mmHg
P
: 65 kali/menit
R
: 21 kali/menit
S
: 36,3c
Gangguan pola eliminasi fekal sehubungan dengan konstipasi, yang ditandai dengan :
Ds
: klien mengeluh susah BAB
Do
:
Klien tampak lemah
Bising usus klien 5x/ menit
Abdomen klien teraba keras
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya mual muntah yang ditandai
dengan :
Ds
:
klien mengeuh mual
klien mengeluh tidak napsu makan
Do
PROSES KEPERAWATAN
Nama
: Tn.A
Ruangan
Umur
: 47 Tahun
No. CM
Jenis kelamin
: 719972
: Laki-laki
Dx
No
1.
: AGATE
: thypoid abdominalis
Diagnosa
Tujuan
keperawatan
Gangguan
rasa Setelah
dilakukan
nyaman
nyeri tindakan
Perencanaan
Intervensi
Rasonalisasi
Kaji
secara Perubahan dalam lokasi/atau Tangg
komprehensip
:
kiri rasa nyaman nyeri karakteristik, durasi, lebih hebat, akan menyebar skala
yang teratasi
ditandai dengan :
Ds :
dengan frekwensi,
kriteria hasil :
kualitas/beratnya
klien
ditusu
bagia
Klien
dapat
nyeri
pada
presipitasi
M
diberikan,
akan
membantu
Berikan kompres
abdomen
bagian menunjukan
hanga
mengurangi rasa nyeri.
keterampilan
hangat
pada
daerah
kiri bawah
nyam
relaksasi,
metode
nyeri
Do :
dengan melakukan teknik berku
untuk
membantu
dan
Men
fowle
nyam
2.
Gangguan
Gangguan eliminasi
eliminasi
yaitu 8 x/menit
Klien
Do :
Klien
tampak
lemah
Bising usus klien
5x/menit
Abdomen
teraba keras
klien
untuk hasil
Anjurkan
klien merencanakan
melakukan selanjutnya.
tindakan selam
masu
sesuai
susah BAB
digunakan
mobilisasi
mengeluh
terhadap Meng
untuk
Ds :
tindakan Puku
pengobatan
mengetahui Tangg
konsistensi, perkembangan
dengan :
frekwensi Dapat
Kaji
sesuai kebutuhannya
usus.
Masukan
cairan
adekuat
Berikan penjelasan
klien
dan
obat Konsistensi
pencahar
pelancar BAB
feses
dapat Mem
pemberian
peristaltic usus.
yaitu
penur
dan p
Obat
pencahar/pelancar
terlal
BAB dapat mempelancar
Mem
eliminasi
fekal
untuk
gluko
memenuhi
kebutuhan
eliminasi
3.
Gangguan kebutuhan
Gangguan
teratasi klien
Kriteria makanan
Nutrisi
Ds :
disukai.
klien
klien,
menjadi 45 Kg dari
Gangguan
aktivitas
Mengawasi
kalori/kualitas
masukan
kekurangan Meng
maka
konsumsi makanan
hanya
atau
mengawasi
Mem
efektivitas intervensi.
Makan sedikit tetapi sering posri
dapat
menurunkan hasil
distensi gaster.
Dapat meningkatkan nafsu
Meng
sebelumnya 52 Kg
4.
turun 7 Kg dari
kali/
terpenuhi
masukan
(intake)
Klien mengeluh
Berikan makanan
menghabiskan
tidak nafsu makan
dalam porsi sedikit
makan
dalam
1
porsi
Do :
tetapi
dengan
Berat badan klien
Klien tampak
frekwensi sering
meningkat
lemah
Porsi makan klien
porsi
Berat badan klien
Meng
pola Gangguan
aktivitas
pola
denga
Berikan lingkungan Memberikan ruang gerak Tangg
teratasi tenang
dengan untuk
pasien,
sehingga Puku
kelemahan
dan
fisik, :
pengunjung
terganggu
untuk yang
yang
ditandai
dengan :
Ds :
Klien
lemas
Ds :
bergerak.
Anjurkan
untuk
Mampu melakukan
mengeluh aktivitas, bergerak secara
dan
menunjukan
sesuai
kekuatan otot
indikasi
Klien
tampak
lemah
Aktivitas
klien
dibantu,
BAK,
tampa
klien
tenan
Memberikan suatu latihan
mobilisasi
agar terjadi penigkatan Men
bertahap
kekuatan otot dan mencegah latiha
dengan
belum
kekakuan otot
seper
berusaha
dengan tanpa
Anjurkan keluarga mudah menggapainya
Dengan keluarga membantu
M
klien
untuk
semua aktivitas klien dapat
memenuhi
untuk
secara tidak langsung klien
kebutuhan
seharikebut
diikut
sertakan
untuk
hari klien
bergerak
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
: Tn. A
Ruang
: 47 tahun
No CM
Dx
AGATE
Umur
719972
Jenis kelamin : Laki-laki
thypoid
N
o
Tanggal
DS
1.
26 november
2.
Catatan
Pelaksana
Endri kustiana
Endri kustiana
3.
4.
kontipaasi
Kolaborasi untuk pemberian obat
pencahar
I : - mengkaji frekwensi BAB, konsistensi, warna
dan bau
Menganjurkan untuk mobilisasi
Menganjurkan klien untuk banyak minum
Memberikan penjelasan tentang penyebab
kontipasi
Membeikan obat pencahar yaitu glukolak
1 butir perhari
E : masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
26 november III S : - klien mengeluh mual
Klien mengeluh tidak nafsu makan
2014
O : - klien tampak lemah
Porsi makan klien porsi
Berat badan klien menurun 7 Kg dari 52
Kg menjadi 45 Kg
A : gangguan pemenuhan nutrisi
P : - kaji riwayat nutrisi klien
Observasi masukan intake makan
Timbang berat badan tiap hari
Anjurkan klien untuk makan sedikit tetapi
sering
Berikan oral hygine
Kolaborasi pemberian obat anti mual
I : - mengkaji riwayat nutrisi klien
Mengobservasi masukan intake
Menimbang berat badan tiap hari
Memberikan oral hygine
Memberikan obat anti mul yaitu ranitidine
2 x 1 amp/hari
E : masalah teratasi sebagian
R : lanjutkan intervensi
26 november IV S : klien mengeuh lemas
O : - klien tampak lemah
2014
Aktivitas klien dibantu BAB, BAK,
makan, berjalan dan lain-lain
A : gangguan pola aktivitas
P : - berikan lingkungan yang tenang
Anjurkan untuk mobilisasi secara
bertahap
Dekatkan barang-barang klien
Anjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan klien
Endri Kustiana
Endri Kustiana
BAB IV
KESIMULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai
saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan lingkungan
masing masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan demam
thypoid hari ke-1 sampai hari ke-3, dari tanggal 24 November 26 November
2014 penulis dapat menarik kesimpulan sebagi berikut:
1.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan demam thypoid adalah :
gangguan rasa Nyman nyeri, gangguan eliminasi fekal, gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, dan gangguan pola aktivitas
3. Penilaian keberhasilan dari asuhan keperawatan pada klien demam thypoid
disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, selain itu perawat juga harus mampu
menilai dengan baik apakah masalah sudah teratasi atau belum sehingga dapat
4.
5.
demam
thypoid,
yang
masih
kurang
mengetahui
tentang
4.2 Rekomendasi
Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan demam thypoid,
penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1.
integritas kulit dan jaringan, memenuhi kebutuhan klien yang tidak dapat
5.
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
1999.
Barbara Engram, 1998, Keperawatan Medikal Bedah , EGC Jakarta
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20012002, NANDA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta