You are on page 1of 31

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan
kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia
30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%).
(Mansjoer, Arif 1999).
Demam thypoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara yang
sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersing yang
dapat diminum. tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan
jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam thypoid dapat di
temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan
yang nyata anatra insidensi demam thypoid pada wanita dan pria. Diagnose dari pelubangan
penyakiit thypoid dapat sangat berbahaya apa bila terjadi selama kehamilan atau pada periode
setelah melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam typoid ini tertular pada manusia
pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene
personal yang buruk. Salah satu contoh di negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun
1996 sampai dengan 2000.
Dalam lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah,
Tenggara dan hampir seluruh Asia termasuk India. Di seluruh dunia tercatat sekitar 33 juta kasus
dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000 kematian.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian demam typhoid?
2. Bagaimana etiologi demam typhoid?
3. Bagaimana anatomi fisiologi urgan-organ pencernaan?

4. Bagaimana patofisiologi demam typhoid?


5. Bagaimana pengkajian keperawatan pada kasus demam typohoid?
6. Bagimana diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid?
1.3 Tujuan penulisan
1. Ingin mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi demam typhoid
2. Ingin mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus demam typhoid
3. Ingin mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan
4. ingin mengetahui asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid
1.4 Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan masalah.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan perawat ruangan.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan kesehatan
lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data, dan selain
itu dengan melakukan searching di internet.
1.5 Sistemarika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi,
pengkajian keperawatan, diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan
keperawatan.
BAB III

Tinjauan Kasus, berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses
keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran

`
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Typhoid
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan
lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun
( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif
1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran
(FKUI. 1999).
2.2 Etiologi

1.

Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu

antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)


antigen H(flagella)
antigen V1 dan protein membrane hialin.

2. Salmonella parathypi A
3. salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
2.3 Anatomi Fisiologi
1. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung
dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
2. usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus
dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan

dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Diagram ileum dan organ-organ
yang berhubungan.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
7. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).
8. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
2.4 Patofisiologi
Menurut (Suriadi, 2001) :
a) Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang

biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer),
dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.
b) Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
c)

Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer.
Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar
mesentrial dan limpa membesar.

d)

Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
2.5 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan
menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah,
apakah menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah,
diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid
(kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya
7. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

8. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a)

Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan


Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b) Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit
c)

waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.


Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami

d)

keterbatasan gerak akibat penyakitnya.


Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien

e)

merasa gelisah pada waktu tidur.


Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,

f)

konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.


Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi

g)

perubahan.
Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan

h)
i)
j)

k)

dalam merawat diri.


Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta
mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan
kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

9. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak,
anorexia.
b) Kepala dan leher

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
d) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
e) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
f)

penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg BB/jam.


Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
h)

j)

Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
2.6 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4.

Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran


cairan yang berlebihan (diare/muntah).

2.7 Perencanaan Tindakan Keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi
Tujuan
: suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan
suhu tubuh.
b. Turgor kulit membaik
Intervensi
a. Berikan penjelasan kepada klien

Rasionalisasi
a. agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari

dan keluarga tentang peningkatan

peningkatan suhu dan membantu mengurangi

suhu tubuh

kecemasan yang timbul.

b. Anjurkan klien menggunakan

b. untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian

pakaian tipis dan menyerap

tipis akan membantu mengurangi penguapan

keringat
tubuh.
c. Batasi pengunjung
c. agar klien merasa tenang dan udara di dalam
d. Observasi TTV tiap 4 jam sekali
ruangan tidak terasa panas.
e. 2,5 liter / 24 jam Anjurkan pasien d. tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
untuk banyak minum, minum
mengetahui keadaan umum pasien
f. Memberikan kompres dingin
e. peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
g. kolaborasi dengan dokter dalam
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
pemberian tx antibiotik dan
asupan cairan yang banyak
antipiretik
f. untuk membantu menurunkan suhu tubuh
g. antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik
untuk menurangi panas.

2.

a.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

Intervensi
Rasionalisasi
Jelaskan pada klien dan keluargaa. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang

tentang manfaat makanan/nutrisi.


nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
b. Timbang berat badan klien setiap 2b. untuk mengetahui peningkatan dan penurunan
c.

hari.
berat badan.
Beri makanan dalam porsi kecilc. untuk meningkatkan asupan makanan karena

dan frekuensi sering.


mudah ditelan.
d. Beri nutrisi dengan diet lembek,d.
untuk menghindari
tidak mengandung banyak serat,
tidak

merangsang,

menimbulkan

banyak

dan

muntah.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

maupun antasida dan nutrisi parenteral.


gas

dihidangkan saat masih hangat


e.

mual

dan
e.

mengurangi
Nutrisi

rasa

parenteral

kebutuhan

nutrisi

mual

dibutuhkan
per

oral

dan

muntah.

terutama
sangat

jika

kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest


Tujuan
: pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil :
Kebutuhan personal terpenuhi
Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.
memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi
Beri motivasi pada pasien dan kelurgaa.
untuk

b.

d.

melakukan

mobilisasi

Rasionalisasi
agar pasien dan keluarga mengetahui

sebatas pentingnya mobilisasi bagi pasien yang

kemampuan (missal. Miring kanan, miring


b.
kiri).
Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas
c.
(makan, minum).
Dekatkan keperluan pasien dalam
d.
jangkauannya.
Berikan latihan mobilisasi secara bertahap

bedrest
untuk mengetahui sejauh mana kelemahan
yang terjadi.
untuk mempermudah

pasien

dalam

melakukan aktivitas.
menghindari kekakuan sendi dan mencegah
adanya

dekubitus

sesudah demam hilang.

4.

a.

Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang
berlebihan (diare/muntah)
Tujuan
: tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi
Berikan penjelasan tentang pentingnya
a.

Rasionalisasi
untuk mempermudah pemberian cairan

kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga. (minum) pada pasien.


Observasi pemasukan dan pengeluaran
b. untuk mengetahui keseimbangan cairan.
c. untuk pemenuhan kebutuhan cairan.
cairan.
d. untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan
c. 2,5 liter / 24 jam. Anjurkan pasien untuk
mencegah adanya odem.
b.

banyak minum
e. untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang
d. Observasi kelancaran tetesan infuse.
tidak terpenuhi (secara parenteral).
e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi
cairan (oral / parenteral).

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama

: Tn.A

Umur

: 47 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-Garut

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku Bangsa

: Sunda

Status

: Menikah

Tanggal masuk

: 20 November 2014

Tanggal Pengkajian

: 24 November 2014

No CM

: 719972

b. Biodata penanggung jawab


Nama

: Tn C

Umur

: 29 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-Garut

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: wiraswasta

Hubungan dengan klien

: Anak Klien

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Menurut penututran klien sudah satu minggu mengeluh demam disertai mual, pusing,
lesu, susah BAB dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien mengeluh menggigil
pada malam hari yang disertai keringat dingin, sehingga klien dibawa ke dokter terdekat, lalu
dirujuk ke RSU dr SLAMET GARUT.
Pada tanggal 24 november 2014 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada bagian
abdomen, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3 dari rentang 0-5. Nyeri

dirasakan pada daerah abdomen sebelah kiri bawah, rasa nyeri tidak terjadi penyebaran. Nyeri
dirasakan saat klien bergerak ddan pada saat ditekan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan kien, klien sebelumnya tdak perah mengalami penyakit seperti di
derita saat ini, namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama dideritanya. Ddan
biasanya klien hanya mengeluh pusing dan demam yang biasanya di obati dengan obat dari
warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut penuturan klien dan keluarga klien diantara anggota keluarganya belum pernah
mengalami penyakit yang seperti diderita klien, dan juga tidak pernah mengalami penyakit yang
berat, seperti Diabete mellitus, Hepatitis TBC dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Penampilan umum
b.

: Klien tampak lemah

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 130/60 mmHg

Nadi

: 65 kali/menit

Respirasi

: 21 kali/menit

Suhu

: 36.3c

c. Inteugumen
1) Inteugumen dan kulit kepala
Warna rambut
Distribusi

: Hitam

Kuantitas

: Merata

Tekstur

: Tipis

Kebersihan

: Bersih, tidak tampak adanya kotoran

Lesi

: Tidak ada lesi

2) Kulit
Warna

: Kuning langsat

Kelembaban

: Lembab

Tekstur

: Halus

: Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula yaitu < 2 detik
Kebersihan

: Bersih, tidak tampak adanya kotoran

3) Kuku
Warna dasar
Tekstur

: Transparan
: Halus

Bentuk

: Cembung

Kebersihan

: Bersih, tidak tapak adanya kotoran

: Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam waktu < dari 2 detik
d. Kepala
Kebersihan
: simetris
Bentuk
: Lonjong, Oval
Kondisi
: tidak terdapatbenjolan
Kebersihan
: Bersih tidak tampak adanya kotoran
e. Mata
1) Alis mata
Kesimetrisan

: simetris antara alis kiri dan alis kanan

Warna

: Hitam

Distribusi bulu

: Merata

Benjolan

: Tidak terdapat benjolan

Nyeri

: Tidak ada nyeri

2) Kelopak mata dan bulu mata


Kesimetrisan

: selaras antara kelopak mata kiri dan kanan

Warna kelopak mata

: sama dengan kulit sekitar

Distribusi bulu mata

: merata

Warna bulu mata

: Hitam, melengkung ke atas

Keadaan

: Tidak terdapat edema

3) Bola mata
Konjuntiva

: Merah muda

Sclera

: Putih

Kornea

: Jernih

4) Pupil
Bentuk

: Isokor

erhadap cahaya : Baik, pada saat cahaya di dekatkan pupil mengecil dan melebar saat cahaya dijauhkan
: Baik, saat lidi wotten di dekatkan ke mata, mata langsung berkedip
Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm dengan cara
membaca koran

aran

Lapang pandang : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan jelas melihat telunjuk perawat
7) Gerakan ekstra okuler mata : Baik, klien dapat mengikuti araj telunjuk perawat
f. Telinga
Posisi
: simetris antara telinga kiri dan kanan
Warna
: sama dengan kulit sekitar
tekstur
: Halus
:Baik, klien dapat mendengar suara perawat dan menjawab pertanyaan perawat dengan

g.

man
h.
1)

2)

3)

i.

j.

baik
Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya serumen
Hidung
Bentuk
: simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna
: sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung
: tidak ada pembengkakan
Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya kotoran
: Baik, klien dapat membedakan bau parfum dan bau minyak kayu putih
Mulut
Bibir
Warna
: Merah muda
Tekstur
: Halus
Kelembaban
: Lembab
Keadaan
: Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan
: Bersih tidak tampak adanya kotoran
Gigi
Warna
: Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi
: 30 buah
Kebersihan
: tidak tampak adanya kotoran
Keadaan
: tidak tampak adanya carries gigi
Lidah
Warna
: merah muda
Tekstur
: Halus
Pergerakan
: Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan
: tidak tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan
: Baik, klien dapat membedakan rasa asin, manis dan pahit
Leher
Warna
: Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan
: simetris antara kedua bahu
Pergerakan
: Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP
: Ada peninggian JVP
KGB
: tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar tyroid
: saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan
: Bersih
Dada
Posisi
: simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung
: Reguler
Bunyi paru-paru
: Vasikuler
Kebersihan
: Bersih

k. Abdomen
Warna
: Sama dengan kulit tubuh
Tekstur
: Halus
: Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah dan nyeri tekan
Skala
: skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Kebersihan
: Bersih
l. Genetalia tidak terkaji
m. Ekstremitas
:Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang infuse, dan tangan kiri dapat digerakan
ke segala arah
: Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke segala arah
4. Pola aktivitas
No
Jenis Aktivitas
1. Pola nutrisi
a. Makan
Frekwansi
Jenis
Porsi
Cara
b. Muinum
Frekwensi
Jenis
cara

2.

Sebelum Sakit

Saat Sakit

3 kali / hari

2kali / hari

Nasi, lauk pauk, sayur-sayuran

Bubur nasi, lauk pauk, sayuran

1 porsi

porsi

Mandiri

Dibantu

Kurag lebih 1400 ml/hari

Kurang lebih 800 ml/hari

Air putih, teh, susu

Air putih

mandiri

dibantu

1 kali/ hari

Belum BAB 6 hari

Padat

Padat

Kuning khas feses

Kuning khas feses

Khas fese

Khas feses

mandiri

Dibantu

Pola eliminasi

a.

BAB
Frekwensi
Konsistensi
Warna
Bau
Cara
b. BAK
Frekwensi
Warna
Bau
cara

3.

kurang lebih 1000 mlhari

Kurang lebih 700 ml/hari

Kuning jernih

Kuning jernih

Khas amoniak

Khas amoniak

Mandiri

dibantu

Pola istirahat tidur

a.

Tidur siang
Frekwensi
Kualitas
b. Tidur malam
Frekwensi
Kualitas

Kurang lebih 2 jam/hari


Nyenyak

Kurang lebih 6-7 jam/hari


nyenyak
4.
a.
b.
c.
d.

Kurang lebih 1 jam/ hari


Kurang nyenyak
Kurang lebih 4 jam / hari
Kurang nyenyak

Personal hygine
Mandi
Gosok gigi
Ganti pakaian
cara

2 kali/hari

1kali/hari

2 kali/hari

1kali/hari

2 kali/hari

1kali/hari

Mandiri

Dibantu

5. Data Psikologis, Social dan Spiritual


a. Data Psikologis
Klien tampak murung, terlihat sedikit cemas dan selalu bertanya tentang keadaan penyakit yang
dideritanya, sesekali klien tampak sedih karena memikirkan keadaannya, namun klien juga yakin
bahwa penyakitnya dapat segera disembuhkan.
b. Data Social
Hubungan klien dengan keluarga baik, terbukti para tetangga-tetangganya banyak yang datang
menjenguk klien, klien juga berkomunikasi dengan baik kepada pasien lain. Klien juga dapat
bekerjasama dengan tim kesehatan terutama dalam melakukan tindakan dan sangat kooperatif.
c. Data Spiritual
Klien beragama islam, terbukti klien selalu berdoa unutk kesembuhannya sehingga klien ingin
cepat-cepat pulang kerumah dengan sehat. Dan klien menyadari bahwa kondisi atau penyakitnya
sekarang ini merupakan titipan dari allah SWT yang diberikan kepadanya.
6. Data penunjang
a. Data penunjang
1. Darah rutin

Jenis Pemeriksaan

o
1.
2
3
4
5

Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
eritrasit

Hasil

Nilai Normal

Interpretasi

14.3 g/dL
39 %
21.170 /mm3
222.000 /mm3
4.49 juta / mm3

13.0 18.0 /dL


40 52 %
3.800 10.600 /mm3
150.000 440. 000 /mm3
3.5 6.5 juta /mm3

Normal
Menurun
Meningkat
Normal
Normal

2. Kimia Klinik
No
1.

Jenis Pemeriksaan
Ureum

Hasil
33 mg/dL

Nilai Normal
15 50 mg/dL

Interpretasi
Normal

2.

Kreatinin

0.7 mg/dL

0.7 1.2 mg/dL

Normal

b. Diagnose medis
thypoid abdominalis
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Therapy
Infuse RL 20 tetes/menit
Cefotaxim
2.1 gram
Ranitidine 2.1 amp IV
Ketorolax 2.1 amp
PCT 3.500 gram
Curcuma
3.1

IV
IV
IV

B. Analisa data
No
1.

Symptom
Ds :
Klien mengeluh nyeri

Etiologi
Inflamasi pada hati dan

nyaman yeri

pada abdomen bagian


kiri bawah
Do :
Klien tampak kesakitan

limpa
Hepatomegali dan

pada abdomen bagian


kiri bawah
Keadaan umum lemah
T : 130/60 mmHg
P : 65 kali/menit
R : 21 kali/menit

Problem
Gangguan rasa

splenomegali

S : 36.3c

Nyeri tekan

Nyeri akut

2.

Ds :
klien mengeluh susah
BAB
Do :
Klien tampak lemah
Bising usus kliien
5x/menit
Abdomen klien teraba
keras

Gangguan rasa nyaman nyeri


Peristaltic usus menurun

Gangguan eliminasi
fekal

Reabsorpsi cairan menurun

Akumulasi feses dan fese

mengeras
3.

Ds :
Klien mengeuh mual
Klien mengeluh tidak
nafsu m akan
Do :
Klien tampak lemah
Porsi makan klien
porsi
Berat badan kien

Gangguan eliminasi fekal


Kompensasi usus mnurun

pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Reabsorpsi makanan

terganggu
Merangsang hipotalamus

menurun menjadi 45
Kg dari sebelumnya 52
Kg

Gangguan

Anoreksia

4.

Ds :
Klien mengeluh lemas
Do :
Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu,

Gangguan pemenuhan nutrisi


Asupan nutrisi kurang

Gangguan pola
aktivitas

Tubuh kekurangan energy

BAB, BAK, makan dan


lain-lain
Lemas/lemah

Gangguan pola aktivitas


C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan nyeri pada abdomen kiri bawah, yang ditandai

2.

3.

dengan :
Ds
: klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
Do
:
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Keadaan umum tampak lemah
T
: 130/60 mmHg
P
: 65 kali/menit
R
: 21 kali/menit
S
: 36,3c
Gangguan pola eliminasi fekal sehubungan dengan konstipasi, yang ditandai dengan :
Ds
: klien mengeluh susah BAB
Do
:
Klien tampak lemah
Bising usus klien 5x/ menit
Abdomen klien teraba keras
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya mual muntah yang ditandai
dengan :
Ds
:
klien mengeuh mual
klien mengeluh tidak napsu makan
Do

Klien tampak lemah

Posi makan klien porsi


Berat badan klien turun 7 Kg, dari 52 Kg menjadi 45 Kg
4. gangguan pola aktivitas segubungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai dengan :
Ds
: klien mengeluh lemas
Do
:
Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain.

PROSES KEPERAWATAN
Nama

: Tn.A
Ruangan

Umur

: 47 Tahun
No. CM

Jenis kelamin

: 719972

: Laki-laki
Dx

No
1.

: AGATE

: thypoid abdominalis

Diagnosa
Tujuan
keperawatan
Gangguan
rasa Setelah
dilakukan
nyaman

nyeri tindakan

Perencanaan
Intervensi
Rasonalisasi
Kaji
secara Perubahan dalam lokasi/atau Tangg

nyeri terjadinya komplikasi. Nyeri Meng

sehubungan dengan keperawatan selama tentang


adanya nyeri pada 2 x 24 jam gagguan meliputi
badomen
bawah,

tetapi dalam menunjukan Puku

komprehensip
:

lokasi, cenderung menjadi konstan dan

kiri rasa nyaman nyeri karakteristik, durasi, lebih hebat, akan menyebar skala
yang teratasi

ditandai dengan :
Ds :

dengan frekwensi,

kriteria hasil :

kualitas/beratnya

ke atas, nyeri dalam local 5


bila terjadi abses.

Laporan nyeri hilang nyeri skala ( 0-5 )

klien

ditusu

bagia

mengeluh atau terkontrol


dan
factor-faktor
teknik kompres hangat yang

Klien
dapat
nyeri
pada
presipitasi

M
diberikan,
akan
membantu

Berikan kompres
abdomen
bagian menunjukan
hanga
mengurangi rasa nyeri.
keterampilan
hangat
pada
daerah
kiri bawah
nyam
relaksasi,
metode
nyeri
Do :
dengan melakukan teknik berku
untuk

Klien tampak lain


Berikan penjelasan distraksi diharapkan klien
M
dan tentan
meringis kesakitan meningkatkan
tentang
strategi akanupa/teralihkan
Skala nyeri 3 dari kenyamanan
menurunkan
rasa reaksasi akan menguragi relaks
rentang 0 - 5
oksigen. melak
neyeri yaitu dengan komsusi
Keadaan umum
otot
dan dank
teknik distraksi dan Ketegangan
klien lemah
diharapkan rasa nyeri akan tenan
T : 130/60 mmHg
relaksasi.
P : 65 kali/menit
R : 21 kali/menit
S : 36,3c

Atur posisi klin, berkurang.


memudahkan
darinase
pertahankan posisi
cairan/luka karena garvitasi
semi fowler

membantu

dan

Men

meminimalkan rasa nyeri yaitu


karena gerakan

fowle

nyam
2.

Gangguan

Gangguan eliminasi

eliminasi

fekal fekal teratasi dengan BAB,

sehubungan dengan criteria hasil :


adanya
yang

yaitu 8 x/menit

Klien
Do :
Klien

tampak

lemah
Bising usus klien

5x/menit

Abdomen
teraba keras

klien

untuk hasil

Anjurkan

klien merencanakan
melakukan selanjutnya.

tindakan selam

masu

sesuai

Aktivitas fisik membeantu Meng


dengan
keadaan
eliminasi
dengan latiha
keadaan pasien
memperbaiki tonus otot mamp

susah BAB

digunakan

mobilisasi

mengeluh

terhadap Meng

keluhan pasien dan dapat konsi

untuk

Ds :

tindakan Puku

pengobatan

warna dan bau

mengetahui Tangg

konsistensi, perkembangan

konsipasi, Klien lancer BAB


di tandai Bising usus normal

dengan :

frekwensi Dapat

Kaji

klien abdomen dan merangsang yaitu


untuk banyak minum nafsu makan serat peristaltik lain-l
Anjurkan

sesuai kebutuhannya

usus.
Masukan

cairan

adekuat

Berikan penjelasan

membantu mempertahankan Meng


konsistensi
feses
yang banya
keluarga
tentang
susuai dengan usus dan klien
penyebab konstipasi.
membantu eliminasi regular. kuran
Kolabiorasi untuk
kepada

klien

dan

obat Konsistensi

pencahar

atau diakibatkan oleh penurunan tentan

pelancar BAB

feses

dapat Mem

pemberian

peristaltic usus.

yaitu

penur

dan p
Obat

pencahar/pelancar

terlal
BAB dapat mempelancar
Mem
eliminasi
fekal
untuk
gluko

memenuhi

kebutuhan

eliminasi
3.

Gangguan kebutuhan

Gangguan

Kaji riwayat nutrisi Mengidentifikasi defisiensi, Tangg

pemenuhan nutrisi nutrisi

teratasi klien

sehubungan dengan dengan

Kriteria makanan

adanya mual, yang hasil:


ditandai dengan :

Nutrisi

Ds :

termasuk dan menduga kemungkinan Puku


yang intervensi selanjutnya

disukai.
klien

klien,

menjadi 45 Kg dari

Gangguan
aktivitas

Mengawasi
kalori/kualitas

masukan
kekurangan Meng

maka

konsumsi makanan

hanya

Mengawasi penurunan berat kuran


badan

atau

mengawasi

Mem
efektivitas intervensi.
Makan sedikit tetapi sering posri
dapat
menurunkan hasil

kelemahan dan meninkatkan porsi


masukan juga mencegah maka

distensi gaster.
Dapat meningkatkan nafsu
Meng

Kolaborasi untuk makan dan masukan peroral


perso
pemberian obat anti
maka
mual
Dengan memberikan obat senan
anti
mual,
dapat maka
meningkatkan asupan nutrisi
tanpa terjadi rasa mual Mem
muntah
yaitu

sebelumnya 52 Kg

4.

Berikan dan bantu


oral hygine

turun 7 Kg dari

kali/

Observasi dan catat

terpenuhi
masukan
(intake)

Klien mengeluh Nafsu makan klien


makanan
meningkat
mual
Pasien
dapat

Klien mengeluh

Berikan makanan
menghabiskan
tidak nafsu makan
dalam porsi sedikit
makan
dalam
1
porsi
Do :
tetapi
dengan
Berat badan klien

Klien tampak
frekwensi sering
meningkat
lemah
Porsi makan klien
porsi
Berat badan klien

Meng

pola Gangguan
aktivitas

pola

denga
Berikan lingkungan Memberikan ruang gerak Tangg

teratasi tenang

dengan untuk

pasien,

sehingga Puku

sehubungan dengan dengan Kriteria hasil membatasi

paien tidak merasa gerah

kelemahan

dan

fisik, :

pengunjung

terganggu

untuk yang

yang

ditandai

dengan :
Ds :
Klien
lemas
Ds :

bergerak.
Anjurkan

untuk
Mampu melakukan
mengeluh aktivitas, bergerak secara
dan
menunjukan
sesuai
kekuatan otot
indikasi

Klien

tampak

lemah

Aktivitas

klien

dibantu,

BAK,

BAB, makan dan


lain-lain

Klien tidak lemas,

dan bisa bergerak

tampa

klien

tenan
Memberikan suatu latihan
mobilisasi
agar terjadi penigkatan Men
bertahap
kekuatan otot dan mencegah latiha
dengan
belum
kekakuan otot
seper

Dekatkan barang- Membatasi gerak pasien


M
berlebihan
dan baran
barang
yang secara
memberikan pacuan untuk merai
dibutuhkan klien
pasien

berusaha

dengan tanpa
Anjurkan keluarga mudah menggapainya
Dengan keluarga membantu

M
klien
untuk
semua aktivitas klien dapat
memenuhi
untuk
secara tidak langsung klien
kebutuhan
seharikebut
diikut
sertakan
untuk
hari klien
bergerak

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama

: Tn. A

Ruang

: 47 tahun

No CM

Dx

AGATE
Umur
719972
Jenis kelamin : Laki-laki
thypoid

N
o

Tanggal

DS

1.

26 november

2.

Catatan

S : Klien mengeluh mengeluh nyeri pada


abdomen kiri bawah
2014
O : - klien tampak meringis
- skala nyeri 3 dari rentang 0 -5
- klien tampak lemah
T : 130/60 mmHg R : 21 kali/menit
P : 65 kali/menit S : 36,3c
A : Gangguan rasa nyaman nyeri
P : - kaji karakteristik, lokasi, durasi,
frekwensi dan intensitas nyeri
- Berikan kompres hangat
- Atur posisi tidur klien, perrahankan osisi
semi fowler
I : - mengkaji karakteristik, lokasi, durasi,
frekwensi dan intensitas nyeri
Memberikan kompres hangat
Mengatur posisi tidur klien yaitu semi
fowler
E : masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan intervensi
26 november II S : klien mengeluh susah BAB
O : - klien tampak lemah
2014
Bising usus klien 5 kali/menit
Abdmen klien teraba keras
A : Gangguan eliminasi fekal
P : - kaji frekwensi BAB, konsistensi,
warna dan bau
Anjurkan untuk mobilisasi
Anjurkan klien untuk banyak minum
Berikan penjelasan tentang penyebab

Pelaksana
Endri kustiana

Endri kustiana

3.

4.

kontipaasi
Kolaborasi untuk pemberian obat
pencahar
I : - mengkaji frekwensi BAB, konsistensi, warna
dan bau
Menganjurkan untuk mobilisasi
Menganjurkan klien untuk banyak minum
Memberikan penjelasan tentang penyebab
kontipasi
Membeikan obat pencahar yaitu glukolak
1 butir perhari
E : masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
26 november III S : - klien mengeluh mual
Klien mengeluh tidak nafsu makan
2014
O : - klien tampak lemah
Porsi makan klien porsi
Berat badan klien menurun 7 Kg dari 52
Kg menjadi 45 Kg
A : gangguan pemenuhan nutrisi
P : - kaji riwayat nutrisi klien
Observasi masukan intake makan
Timbang berat badan tiap hari
Anjurkan klien untuk makan sedikit tetapi
sering
Berikan oral hygine
Kolaborasi pemberian obat anti mual
I : - mengkaji riwayat nutrisi klien
Mengobservasi masukan intake
Menimbang berat badan tiap hari
Memberikan oral hygine
Memberikan obat anti mul yaitu ranitidine
2 x 1 amp/hari
E : masalah teratasi sebagian
R : lanjutkan intervensi
26 november IV S : klien mengeuh lemas
O : - klien tampak lemah
2014
Aktivitas klien dibantu BAB, BAK,
makan, berjalan dan lain-lain
A : gangguan pola aktivitas
P : - berikan lingkungan yang tenang
Anjurkan untuk mobilisasi secara
bertahap
Dekatkan barang-barang klien
Anjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan klien

Endri Kustiana

Endri Kustiana

I : - memberikan lingkungan yang tenang


Menganjurkan untuk mobilisasi secara
bertahap
Mendekatkan barang-barang klien
Menganjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan klien
E : masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi

BAB IV
KESIMULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai
saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan lingkungan
masing masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan demam
thypoid hari ke-1 sampai hari ke-3, dari tanggal 24 November 26 November
2014 penulis dapat menarik kesimpulan sebagi berikut:
1.

Melalui pengkajian yang komprehensif didapatkan data-data mengenai klien


secara umum sehingga permasalahan yang ada dapat tergali dan teratasi. Data
yang ditemukan pada klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah,
klien belum BAB selam 6 hari sejak masuk Rumah Sakit, klien makan habis
porsi, klien tampak lemah dengan aktivitas dibantu keluarga; makan, BAB, BAK,
berjalan dan lain-lain

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan demam thypoid adalah :
gangguan rasa Nyman nyeri, gangguan eliminasi fekal, gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, dan gangguan pola aktivitas
3. Penilaian keberhasilan dari asuhan keperawatan pada klien demam thypoid
disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, selain itu perawat juga harus mampu
menilai dengan baik apakah masalah sudah teratasi atau belum sehingga dapat
4.

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan guna menanggulangi masalah klien.


Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya klien
khususnya

5.

demam

thypoid,

yang

masih

kurang

mengetahui

tentang

penatalaksanaan dan pencegahan.


Pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien demam thypoid dilakukan
dengan akurat, tepat waktu agar hasil daripada tindakan asuhan keperawatan dapat
dipertanggungjawabkan.

4.2 Rekomendasi
Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan demam thypoid,
penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1.

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid harus


dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan melalui 5 tahap, yaitu :

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


2. Diagnosa yang diangkat hendaknya berdasarkan dengan data yang ditemukan dari
hasil pengkajian.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan hendaknya melibatkan klien, keluarga dan tim
kesehatan lain dan hendaknya memperhatikan standar asuhan keperawatan.
4. Pembuatan rencana keperawatan seharusnya disusun berdasarkan prioritas
masalah dengan mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Rencana tindakan
terhadap masalah yang ditemukan adalah mengatasi nyeri, mengembalikan

integritas kulit dan jaringan, memenuhi kebutuhan klien yang tidak dapat
5.

dilakukan sendiri oleh klien, dan mencegah terjadinya infeksi.


Pelaksanaan asuhan keperawatan hendaknya disesuaikan dengan perencanaan
yang telah ditetapkan, di samping itu pula disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan yang ada. Keberhasilan yang dicapai dari pelaksanaan asuhan
keperawatan tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari klien, keluarga dan
perawat serta tim kesehatan lainnya sehingga semua rencana tindakan dapat

mencapai hasil yang maksimal.


6. Penilaian hasil tindakan keperawatan seharusnya berorientasi pada kriteria tujuan
yang diharapkan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dilakukan untuk
menilai keberhasilan dari semua implementasi yang telah dilaksanakan. Pada
tahap evaluasi asuhan keperawatan pada kasus ini didapatkan hasil yakni
teratasinya masalah yang muncul pada klien.
7. Pendokumentasian hasil asuhan keperawatan hendaknya dilakukan dengan akurat,
tepat waktu agar hasil dari semua tindakan dapat tercapai secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
1999.
Barbara Engram, 1998, Keperawatan Medikal Bedah , EGC Jakarta
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20012002, NANDA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta

You might also like