Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Eko Nopianto (F34070102)
M. Arifyandi Sangun (F34070126)
2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Mengetahui dan memahami prinsip kerja peralatan pengecil ukuran,
tekstur yang dihasilkan serta cara kerja peralatan pengecil ukuran.
II. METODOLOGI
II.2 Prosedur
Pengamatan dilakukan dengan memulai menjelaskan komponen-
komponen peralatan pengecil ukuran yang dijadikan alat peraga, setelah itu
praktikan didemonstrasikan tentang bagaimana cara peralatan pengecil ukuran
dengan mengoperasikan alat pengecil ukuran yang dimaksud dengan memasukkan
bahan yang ingin di hancurkan.
Tingkat kehalusan tekstur, dan ukuran yang seragam dari bahan yang dihasilkan
dapat dipengaruhi oleh segi peralatan/mesin pengecil yang digunakan, dan karakteristik
bahan yang olah. Karakteristik bahan yang diolah memegang peranan penting dalam
penciptaan tekstur, hal ini disebabkan oleh komponen dan kandungan yang terkandung
didalam bahan berbeda pada tiap komoditi.
Dalam pengecilan ukuran ada usaha penggunaan alat mekanis tanpa
merubah stuktur kimia dari bahan, dan keseragaman ukuran dan bentuk dari
satuan bijian yang diinginkan pada akhir proses, tetapi jarang tercapai (Henderson
dan Perry, 1976).
Dari hasil praktikum, diketahui bahwa kacang hijau yang diperkecil
ukurannya menggunakan hammer mill memiliki tekstur kasar dan ukuran yang
tidak seragam, hal ini dapat disebabkan karena kacang hijau yang masuk kedalam
hammer mill mendapat pukulan dan hantaman sehingga kacang hijau yang masuk
terpecah karena pukulan dan ukuran pecahan tersebut bervariasi tergantung dari
kecepatan putaran yang digunakan. Semakin cepat putaran yang digunakan maka
tekstur akan sedikit lebih halus.
1. Hammer mill
2. Disc Mill
3. Multi Mill
4. Slicer
5. Grinder
6.
Titik 1 sampai titik 2 pada gambar diatas disebut sebagai constant rate
period sedangkan titik 2 sampai titik 3 disebut dengan falling rate period. Titik 2
disebut sebagai critical moisture content. Constant rate period disebut juga sebagai
kondisi pengeringan konstan yang dianggap mamapu menjelaskan persamaan
proses pengeringan pada sisitim pengeingan ini. Selam kondisi ini berlangsung,
kandungan air selalu mengumpul di permukaan produk yang akan dikeringkan
disebabkan jlaju difusi kepermukaan benda lebih cepat daripada laju
penguapannya serta sifat produk tidak mempengaruhi laju pengeringan. Laju
pengeringan pada kondisi ini dapat dibedakan menjadi dua mekanisme
perpindahan panas, yaitu konveksi dan konduksi.
Pada pengeringankonveksi panas yang dibutuhkan untuk menguapkan
kandungan air dari produk yang diberikan oleh udara suhu permukaan mendekati
suhu wet bulp dari udara masuk. Besarnya laju pengeringan dapat dihiutng dengan
persamaan sebagai berikut:
Dimana
M = laju pengeringan (kJ s)
H = koefisien konveksi (kW m2. C)
A= luas pindahan panas (M2)
T= temperatu aliran udara (C)
Ts = temperatusr permukaan (C)
Hfg = panas laten yang diukur pada suhu TS (kj/kg)
Proses pindahan panas yang lain adalah konduksi, model proses pindahan
panas konduksi dapat digambarkan sebagai berikut:
Aliran massa pada system Drum Drier dapat dianalisa untuk mendapatkan
besarnya total energy yang digunakan. Pemasukan material ke system dapat
dianggap sebagai pemasukann dua jenis aliran massa, yaitu aliran massa produk
dan aliran massa air. Dsaat berada dalam system kedua aliran terpisah dan
kemudaian keluar kelingkungannya dengan cara berbeda seseuai dengan sifat-sifat
zatnya. Persamaan kesetimbangan aliran massa dapat digambarkan dan dijelaskan
sebagai berikut :
IV.1 Kesimpulan
Pengeringan adalah sebuah proses dimana kembaban dari sebuah produk
makanan dikurangi agar rasa, dan bentuk tetap terjaga dengan meningkatnya
kemampuan untuk disimpan lebih lama dan juga kemudahan pengangkutannya.
Produk makanan yang sangat membutuhkan proses lanjut seperti proses
pengeringan ini adalah antara lain produk makanan bentuk bubuk seperti susu
bubuk, tepung roti, dan juga produk makanan kering seperti kismis, berbagai
model system pengeringan yang telah dikembangkan telah dapatt menjaga
kualitas produk makan seperti yang diharapkan.
Beberapa model system pengeringan seperti drum drier, tray drier yang
telah banyak diterapkan pada industri makanan dengan banyak
mempertimbangkan segi ekonomis dan efisiensi, bagi industry pangan bahaya
akan kontaminasi akan mikroorganisme merupakan salah satu factor kritis yang
harus di control dengan baik, supaya produk yang dihasilkan dapat sampai
ketangan konsumen dengan baik dan aman untuk di konsumsi. Mikroorganisme
membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Jika kadar air
pangan dikurangi, pertumbuhan mikroorganisme akan diperlambat. Dehidrasi
akan menurunkan tingkat aktivitas air (water activity (aw) yaitu jumlah air yang
dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya), berat dan volume pangan. Sehingga produk yang
dihasilkanpun akan baikdan hygiene.
IV.2 Saran
Penggunaan peralatan pengeringan sebaiknya dilakukan dengan bijak
dengan cara pemilihan alat yang digunakan untuuk kapasitas dan jenis tertentu,
hal ini karena pengeringan dilakukan berdasarkan karakteristik dari bahan yang
dikeringkan, efisiensi dari pengeringan yang berlangsung. Penggunaan energy
akan menjadi tidak efektif jika peralatan digunakan hanya untuk mengeringkan
bahan yang seharusnya dapat dilakukan dengan pengeringan secara alami
(matahari).
DAFTAR PUSTAKA
Earle, R.L. 1983. Unit Operations in Food Processing. Second Edition. Pergamon Press.
United Kingdom.
Henderson, S.M. and R.L. Perry. 1976. Agricultural Process Engineering. 3rd edition.
The AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.