Professional Documents
Culture Documents
ramah lingkungan
- Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah
hidrogen di sisi anoda dan oksigen di sisi katoda
Prinsip kerja fuel cell yaitu hidrogen di dalam sel dialirkan menuju sisi
anoda sedangkan oksigen di dalam udara dialirkan menuju sisi katoda.
Pada anoda terjadi pemisahan hidrogen menjadi elektron dan proton (ion
hidrogen). Ion hidrogen ini kemudian menyebrang dan bertemu dengan
oksigen dan elektron di katoda dan menghasilkan air. Elektron-elektron
yang mengandung muatan listrik ini akan menuju katoda melalui jaringan
eksternal. Aliran elektron-elektron inilah yang akan menghasilkan arus
listrik.
Anoda : H2 2 H+ + 2 eKatoda : O2 + 2 H+ + 2 e- H2O
Reaksi total : H2 + O2 H2O + energi listrik + kalor
SOFC seperti layaknya fuel cell yang lainnya yaitu terdiri dari tiga
komponen utama adalah anoda, elektrolit, dan katoda. Pada anoda terjadi
reaksi oksidasi bahan bakar yaitu hidrogen, CO, atau CH4. Elektron yang
dilepaskan di anoda kemudian dialirkan melalui sirkuit luar untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Elektron tersebut kemudian
masuk ke katoda, sehingga di katoda terjadi reaksi reduksi zat oksidan
yaitu oksigen. Ion oksida hasi reduksi kemudian mengalir melalui
komponen elektrolit untuk bereaksi dengan ion positif atau molekul bahan
bakar di anoda untuk menghasilkan air dan/atau CO2. Agar ion oksida
dapat bergerak dalam material elektrolit dan reaksi katalitik berlangsung
dengan cepat maka dibutuhkan suhu operasional yang sangat
tinggi[2,4,5]. Adapun persamaan reaksi dari reaksi reaksi yang terjadi
pada anoda maupun katoda adalah sebagai berikut:
Katoda : O2 + 2e- O2Anoda : H2 2H+ + 2e- atau
CO + O2- CO2 + 2e- atau
CH4 + 4O2- CO2 + 2H2O + 8ePada suhu tinggi oksigen bermigrasi melalui lapisan elektrolit menuju anoda yang akan
mengoksidasi bahan bakar yang mengandung molekul hidrogen pada anoda yang akan
menghasilkan ion hidrogen dan akan membebaskan elektron. Elektron yang dihasilkan pada
anoda keluar dari sirkuit masuk ke sisi katoda yang akan dipergunakan sebagai tenaga listrik
dengan efisiensi 60%. SOFC memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis fuel
cell yang lain, yaitu (Anonim, 2012):
1. Memiliki efisiensi yang tinggi 60%.
logam atau paduan logam dengan ukuran serbuk tertentu dengan cara di
kompaksi tanpa melalui proses peleburan. Teknik metalurgi serbuk
meliputi pencampuran serbuk (mixing), pembuatan pellet (kompaksi),
perlakuan panas (sintering).
Keramik CSZ ini merupakan campuran dari ZrO2 dan CaO dengan
perbandingan persentase mol sebesar 85% dan 15% karena
jika ZrO2 lebih dari 85% maka dikhawatirkan keramik akan menjadi rapuh
sedangkan jika persentase mol kurang dari 85% maka tidak akan
membentuk struktur kristal kubik seperti yang diharapkan. Kemudian
campuran CSZ yang terbentuk ditambahkan dengan NiO dan PVA yang
bervariasi konsentrasi beratnya masing-masing sebesar 2%, 6%, dan 10%
dimana variasi persentase konsentrasi berat PVA seperti ini paling tepat
untuk menghasilkan porositas keramik yang spesial tetapi konsentrasi
berat PVA ini bisa diekstrapolarsi jika ada penelitian lain yang mencoba
dengan persentase konsentrasi berat PVA sebesar 2%, 6%, dan 10%.
Berikut ini adalah tabel karakteristik dari PVA (polyvinyl alcohol). bahan
anode SOFC yang paling baik, maka campuran harus disintering dengan
temperature sintering 1400 oC dan direduksi pada temperatur minimal
800 oC Hal ini terlihat dari Gambar 4, dimana pada gambar ini terlihat
bahwa densitas dari Ni-YSZ meningkat seiring dengan penambahan suhu
sintering tetapi akan kembali menurun jika suhu sinteringnya lebih dari
1500 oC. Sedangkan jika temperatur reduksi kurang dari 800 oC maka
reduksi akan berlangsung tidak sempurna karena masih adanya fase NiO.
Selain suhu sintering dan reduksi, komposisi NiO pada Ni-YSZ juga
mempengaruhi bahan yang akan dijadikan anode. Seperti yang
diharapkan porositas meningkat terhadap NiO sebagai konsekuensi dari
reduksi Ni. Efek ini menguntungkan untuk transport bahan bakar di anoda.
Namun, ketika tingkat porositas terlalu tinggi maka sifat mekanik
berkurang. Berdasarkan pengujian sifat listrik ditemukan bahwa
meningkatnya NiO menyebabkan peningkatan konduktivitas pada Ni-YSZ.
NiO yang lebih rendah dari 40% menghasilkan konduktivitas yang relative
rendah dan material ini tidak sesuai untuk diaplikasikan sebagai anode
pada SOFC. Untuk mempertahankan sifat mekanik yang tinggi yang
diperlukan untuk anoda SOFC, komposisi NiO di NiO-YSZ campuran tidak
boleh lebih tinggi dari 60% tetapi tidak boleh lebih kurang dari 40% agar
harga konduktivitas keramik tidak terlalu rendah (Matula et al., 2008).
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ
untuk diaplikasikan sebagai anode SOFC dengan komposisi NiO 50%
dengan suhu sintering 1500 oC dan direduksi pada suhu 900 oC.
Syarat umum suatu material elektrolit diantaranya adalah: (1)
konduktivitas ionik (ion oksida) yang tinggi; (2) konduktivitas elektronik
yang rendah; (3) stabilitas kimia yang baik terutama pada lingkungan
oksidasi maupun reduksi; (4) sifat mekanik yang baik; dan (5) stabilitas
termal yang baik dan sesuai dengan komponen penyusun lainnya,
Material yang digunakan sebagai elektrolit untuk SOFC pada dasarnya
merupakan material konduktor ion oksida, dimana arus mengalir akibat
dari pergerakan ion oksida melalui kisi-kisi kristal. Pergerakan ini
merupakan akibat dari loncatan ion oksida yang teraksivasi oleh suhu,
bergerak dari satu posisi kisi kristal ke posisi tetangganya. Agar terjadi
pergerakan tersebut, kristal harus mengandung posisi-posisi yang tidak
terisi yang ekivalen dengan posisi-posisi yang terisi oleh ion oksida.
Berdasarkan strukturnya, secara umum elektrolit terbagi ke dalam 4 jenis,
yakni: (1) elektrolit berstruktur fluorit, sebagai contoh zirkonia (ZnO2)
terdoping, ceria (CeO2) terdoping, dan bismut (Bi2O3) terdoping; (2)
elektrolit berstruktur perovskit dan struktur lapisan, sebagai contoh
turunan dari lantanum galat (LaGaO3), turunan dari Bi4V2O11 atau
seringkali disingkat BIMeVOX, dan brownmilerit; (3) elektrolit lantanum
molibdenat (La2Mo2O9) atau seringkali disingkat LAMOX; dan (4) elektrolit
berstruktur apatit, sebagai contoh silikat (La9.33+x(SiO4)6O2+3x/2) dan
germanat (La9.33+x(GeO4)6O2+3x/2)