You are on page 1of 11

ANALISA PERAN KELUARGA, PUSKESMAS, DAN MASYARAKAT

DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA SERTA TREND DAN


ISSUE KEPERAWATAN JIWA

OLEH
DESTI ELZA MUSLIMAH

NIM. 04111003023
DOSEN PENGAMPUH
HERLIAWATI, S.Kp., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
ANALISA PERAN KELUARGA, PUSKESMAS, DAN MASYARAKAT
DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA
Analisis

Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang
menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan. Klien dengan
masalah gangguan jiwa cenderung mengalami kekambuhan dengan gejala yang
sama. Adapun faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
adalah klien yang minum obat tidak teratur, kelalian dokter dalam pemberi resep,
kurangnya tanggung jawab perawat setelah klien pulang dan keluarga dalam

pemberian dan pemantauan minum obat dan mengontrolan ekspresi emosi keluarga.

Perawatan klien dengan masalah gangguan jiwa masih belum dapat di katakan
optimal terutama untuk perawatan dirumah. Perawatan dirumah tentunya berbeda
dengan perawatan yang didapat di rumah sakit dimana tugas pemenuhan kebutuhan
berada dalam tanggung jawab perawa. Perawatan di rumah memerlukan peran serta
keluarga yang menggantikan peran serta tugas tenaga kesehatan saat klien masih
dirumah sakit. Banyak sekali kasus kekambuhan masalah gangguan jiwa yang di
alami klien yang pernah mendapatkan perawatan dirumah sakit. Umumnya
penelitian-penelitian sering menggunakan desain cross sectional dan cenderung
sampel dengan klien yang pernah mendapatkan perawatan dirumah sakit. Teknik
pengambilan sampel umumnya non-probability yang tidak bsa digeneralisasikan dan
di analisi dengan uji Chi-square. Dari beberap jurnal ini dapat di simpulkan peran
keluarga

dalam

masalah

kekambuhan

gangguan

jiwa

yaitu

1). Pemberian asuhan yang tepat baik aspek kebutuhan fisik maupun emosi; 2).
Memberikan perawatan dalam memberi obat berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman yang benar tentang pemberian obat, pemantauan obat, tanda dan gejala
atau gejala kekambuhan pada klien (tidak nafsu makan, sukar konsentrasi, sukar
tidur, depresi, tidak ada minat dan menarik diri); 3). Pengawasan dalam minum obat
dimana tugas perawat ini digantikan oleh keluarga, hal ini jika tidak dipantau
kemungkinan klien tidak akan minum obat secara teratur; 4). Meminimalkan ekspresi
emosi keluarga seperti mengkritik, bermusuhan dapat mengakibatkan tekanan pada
klien, hal ini disebabkan klien dengan gangguan suasana hati, cemas, dan skizofrenia

mempunyai risiko yang tinggi untuk kembali kambuh; 5). Peran keluarga dalam
memfasilitasi pengobatan berfokus pada kegiatan kontrol dan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan secara rutin; 6). Memberikan perawatan yang sesuai dan tidak
menunda pemberian pelayanan kesehatan seperti keluarga pergi ke dukun untuk
mendapatkan pengobatan; 7). Tidak bersikap diskriminatif kepada klien yang
memerlukan dukungan untuk mencegah kekambuhan; dan sikap yang penuh
perhatian dan membantu klien untuk mandiri.

Kekambuhan klien dengan gangguan jiwa tidak hanya di pegang oleh keluarga,
namun perlu bantuan dari komunitas dalam membantu klien untuk mempertahankan
serta meningkatkan kesehatan klien secara optimal, adapun dalam penelitianpenelitian ini menyinggung tentang peran Puskesmas dalam masalah gangguan jiwa
yaitu mencakup akses fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau dan sarana yang
memadai sehingga klien yang menjalani rawat jalan dapat menjalani pengobatan
dengan optimal; Puskesmas menerima rujukan dari rumah sakit jiwa tempat klien
mendapatkan pengobatan; Puskesmas memiliki peran mengontrol dan memberikan
obat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan klien yang berobat ke
Puskesmas akan mendapatkan persediaan obat selama satu bulan; Pengutusan kader
ataupun perawat keluarga maupun komunitas untuk memberikan asuhan keperawatan
dan pendidikan kepada klien, keluarga dan masyarakat; Puskesmas melakukan
program setiap bulan untuk penyuluhan berupa promosi, preventif dan rehabilitatif
ataupun program pemberian obat dan pengontrolan kesehatan klien; dan klien atas
bantuan puskesmas mudah mendapatkan informasi dan rujukan kepada dokter.

Angka kekambuhan pada klien yang mengalami gangguan jiwa, tidak hanya
dipengaruhi oleh peran keluarga dan peran tenaga kesehatan (Puskesmas), perlu
adanya bantuan dari masyarakat sendiri untuk membantu proses pengobatan pada
klien gangguan jiwa. Sering kali kita temui tindakan deskriminasi pada klien
gangguan jiwa, hal ini akan sangat mempengaruhi klien untuk menjalani perawatan.
Adapun peran Masyarakat dalam masalah gangguan jiwa yang di rangkum dalam
berbagai penelitian yaitu tidak mendeskriminasi klien dan menghentikan stigma yang
buruk terhadap klien dengan gangguan jiwa; Pasien jangan di perlakukan kasar dan
semena-mena seperti pasung, hal ini akan membuat klien merasa tidak berharga dan
disingkirkan; dan Berikan kesempatan dan bekali dengan berbagai keterampilan
untuk meningkatkan produktifitas.
Proses perawatan dan pengobatan klien gangguan jiwa perlu adanya peran serta
keluarga , puskesmas, dan masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan klien yang optimal.

ANALISA TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA

Trend atau issue adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan
dianggap penting yang dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar. Pemberitaan tentang kekerasan dan kriminalitas sering dikaitkan
dengan masalah kejiwaan dan psikologi. Trend dan Issue masalah kejiwaan dan
psikologi belakangan ini menjadi objek perhatian dalam keperawatan jiwa di

antaranya adalah sebagai yaitu masalah kesehatan jiwa seperti pelecehan seksual,
kekerasan,

meningkatnya

post

traumatik

sindrom,

meningkatnya

masalah

psikososial, trend bunuh diri pada remaja, masalah AIDS dan NAPZA, polah asuh
dan perlakuan salah (Child abuse), dan tindakan kriminalitas lainnya.
Penelitian mengenai polah asuh pada remaja, merupakan trend dan issue. Hal ini
selalu berkaitan dengan dampak psikososial anak. Dalam penelitian ini pola asuh di
kaitkan dengan tingkat depresi remaja. Hal ini di kaitkan dengan karakteristik remaja
yang merupakan masa pembentukan jati diri atau identitas diri. Pola asuh yang buruk
akan memberikaan pengaruh dalam perkembangan remaja yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan tugas perkembangannya yang akan memberikan dampak
pada diri remaja sehingga remaja mudah labil, emosional bahkan pada tingkat tinggi
yaitu remaja mengalami frustasi dan depresi. Dalam penelitian ini kategori polaa
asuh yang diteliti adalah pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif
dan pola asuh campuran. Penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan pola
asuh demokratis mempunyai anak yang memiliki tingkat depresi yang rendah, dan
pola asuh yang lain akan memberikan interprestasi anak cenderung memiliki tingkat
depresi sedang. Pola asuh tidak dilakukan dalam jangka yang sebentar, teentunya
akan sangan memberikan pengaruh dan akan menjadi faktor presdiposisi bagi remaja
jika pola asuh yang cenderung menyimpang berlangsung lama. Pola asuh otoriter
umumnya akan membentuk karakter anak yang tertekan, harga diri rendah dan susah
menjalankan peran dilingkungan. Sedangkan untuk pola asuh permisif cenderung

anak memiliki harga diri tinggiyang bersifat negatif sehingga tampak superioritas dan
cenderung suka berperilaku maladaptif dan antisosial.
Isue masalah keperawatan jiwa yang di kaji dalam tulisan ini adalah issu yang
sering terjadi di masyarakat dimana kebanyakan dari masyarakat menunjukkan sikap
non-manusiawi kepada klien gangguna jiwa. Issu tindakan pemasungan yang
kebanyakan masyarakat mempercayai bahwa tindakan ini dapat membuat pasien
menjadi lebih tenang, menghindari tindakan kekerasan dan menganggu orang lain,
menghemat biaya dibanding dibawa kerumah sakit, menjaga martabat keluarga
(malu), dan kepercayaan budaya lainnya. Dalam penelitian ini menunjukkan
kecenderungan sikap keluarga dalam tindakan pemasungan klien dengan gangguan
jiwa di kategorikan menjadi sikap tidak mendukung tindakan pemasungan yang
berkaitan dengan alasan kasihan, menyiksa, dengan dipasung penderita tidak bisa
sembuh, bisa melukai, ada cara yang lain diperiksakan ke RSJ, penderita malah
tambah tertekan,tidak bisa bergerak bebas, tidak manusiawi, tidak tega, tidak ada
artinya jika tidak diobati; Kategori sikap keluarga kurang mendukung tindakan
pemasungan dengan alasan yaitu boleh dipasung jika mengamuk, jika kondisi
ekonomi tidak ada, bersifat sementara serta dapat ,mengendalikan emosi; Kategori
sikap mendukung tindakan pemasungan yang berkaitan dengan alasan jika kondisi
penderita parah atau berat, jika mengamuk, karena membahayakan orang lain, supaya
tidak mengganggu, jika perilaku tidak bisa dikendalikan, supaya tidak kabur, supaya
tidak merusak, supaya penyembuhan bisa lebih cepat.

Sedangkan untuk trend dan isu keperawatan jiwa internasional lebih menekan
pada praktek keperawatan dan kesehatan jiwa. Dimulai dari perkembangan definisi
kesehatan mental, gangguan mental, dan praktek keperawatan jiwa; Otorisasi
independen dan dependen hukum untuk praktek di negara-negara luar; Tindakan
praktek perawat dan ruang lingkup profesi dan standar praktek dan keperawatan jiwa.
Tidak hanya itu terdapat juga deskripsi dari proses keperawatan (assessment,
diagnosis, perencanaan, intervensi, dan evaluasi) dan aplikasi untuk keperawatan
jiwa dan kesehatan mental; Dokumentasi khusus untuk masalah keperawatan jiwa
dan kesehatan mental yang mengarah pada pengkajian perilaku klien, perubahan
perilaku, interaksi, respon terhadap obat-obatan, bantuan gejala, penyalahgunaan zat,
hambatan dan pengasingan, dan peristiwa kehidupan; Kebutuhan terhadap intervensi
keperawatan psikiatri dan hasil yang klien berikan terhadap praktik keperawatan
psikiatri yang telah diberikan (kepuasan klien, kembali ke status fungsional, respon
terhadap intervensi pendidikan); Peran unik managed care dalam pelayanan
kesehatan mental, pemanfaatan manajemen kasus, dan kebutuhan untuk paritas
kesehatan mental ditinjau; Peran dan kontribusi register nurse dan praktek perawat
yang memiliki lisensi untuk perawatan klien dengan gangguan mental; Dan misi dari
berbagai profesi keperawatan psikiatri organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Nurdiana, Syafwani dan Umbransyah (2007) Kolerasi peran serta keluarga terhadap
tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
3(1).
Pramujiwati, Desi., Keliat Anna, Budi., dan Wardani, Yulia Ice. (2013).
Pemberdayaan Keluarga Dan Kader Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien
Harga Diri Rendah Kronik Dengan Pendekatan Model Precede L. Green Di Rw
06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor Utara. Jurnal Keperawatan Jiwa. 1(2).
Peran Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia oleh Dewa Made
Ruspawan,

Nengah

Sumirta,

Ni

Luh

Putu

Yuliawati

(2011,

http://www.jurnalkeperawatanbali.com/attachments/article/122/artikel%20dewa

%20made%20ruspawan.doc, diunduh pada 9 Februari 2015).


Hubungan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kekambuhan Skizofrenia
di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo oleh Novita
Sulistyowati (2012, http://journal.unair.ac.id/filerPDF/pnj67608485512full.doc,
diunduh pada 9 Februari 2015).
Lestari, Puji, Choiriyyah, Zumrotul dan Mathafi (2014) Kecenderungan atau Sikap
Keluarga Penderita Gangguan Jiwa terhadap Tindakan Pasung (Studi Kasus Di
RSJ Amino Gondho Hutomo Semarang). Jurnal Keperawatan Jiwa. 2(1). 14-23.
Safitri, Yuhanda dan Hidayati, Eny (2013) Hubungan Antara Pola Asuh
Orang Tua

dengan Tingkat Depresi Remaja di SMK 10 November Semarang.

Jurnal Keperawatan Jiwa. 1 (1). 11-17.


Issue and Trend in Psychiatry Mental Health Nursing oleh Karen A Ballard (2013,
http://www.jblearning.com/samples/0763744344/44344_CH02_021_038.pdf, di
unduh 11 Februari 2015).

You might also like