You are on page 1of 13

TUGAS 3

AVERTEBRATA LAUT
Cephalopoda & Bivalvia

Oleh:
EKO W.P.TAMPUBOLON
26020115120036
KELOMPOK_1

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moluska yang penting untuk ahli paleontologi karena beberapa alasan.
Pertama, mereka memiliki keanekaragaman morfologi luar biasa (hanya Filum
Arthropoda telah lebih menggambarkan spesies). Kedua, moluska biasanya
memiliki kerangka yang kaku yang memiliki fitur mudah dikenali. Ketiga, filum
telah dieksploitasi berbagai lingkungan, dari hutan darat, air tawar danau, turun ke
bagian terdalam dari laut. Akhirnya, moluska memiliki catatan fosil yang
membentang kembali ke Cambrian awal.
Meskipun beragam dalam penampilan, semua moluska berbagi karakter
tertentu:
1. Tubuh mereka biasanya memanjang dan bilateral simetris.
2. Sebagian besar organ yang terkandung oleh dinding tubuh dibagi menjadi
bagian yang lebih rendah otot (kaki) yang digunakan untuk bergerak atau makan,
dan bagian atas (mantel) yang mencakup sebagian dari tubuh bersama dengan
ruang bebas (mantel rongga).
3. Kecuali untuk

bivalvia, struktur

sensorik terkonsentrasi

di kepala

(cephalization).
4. Mereka semua memiliki jenis karakteristik perkembangan larva.
Kebanyakan moluska mengeluarkan beberapa jenis CaCO3 shell dari mantel;
mereka memanfaatkan baik aragonit atau kalsit, atau campuran keduanya.

BAB II. ISI

2.1 Nautilus
Klasifikasi:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Cephalopoda

Subkelas

: Nautiloidea

Ordo

: Nautilidia

Superfamili

: Nautilaceae

Famili

: Nautilidae (Cichowolski, 2005).

Nautilus sendiri adalah moluska laut pelagis dari nautilidae keluarga cephalopoda.
Setelah selamat dan relatif tak berubah selama jutaan tahun, nautilus merupakan
satu-satunya anggota hidup dari subkelas nautiloidea, dan sering dianggap fosil
hidup. Nama nautilus awalnya merujuk pada gurita pelagis dari genus Argonauta,
atau dikenal sebagai nautiluses kertas. Nautilus mempunyai bentuk yang mirip

dengan

bentuk

umum

untuk

cumi-cumi, dengan kepala yang


menonjol dan tentakel, yang
panjang, lembut, dan fleksibel.
Nautilus biasanya memiliki lebih
banyak tentakel dari cephalopoda
lainnya.

Jumlahnya

bisa

mencapai hingga sembilan puluh


tentakel (Arthur, 1897).
Menurut Kier (1987), Tentakel ini dibagi menjadi dua lingkaran dan, tidak
seperti tentakel cumi lainnya, mereka tidak memiliki pengisap, dan berdiferensiasi
serta ditarik. Radula yang luas dan khas memiliki sembilan gigi. Nautilus
memiliki dua pasang insang. Ini adalah satu-satunya sisa-sisa metamerism leluhur
yang terlihat dalam cumi yang masih ada. Tentakel menempel pada mangsa
berdasarkan permukaan bergerigi mereka. Nautilus memiliki pegangan yang kuat,
upaya untuk mengambil objek yang sudah tertangkap oleh nautilus mungkin akan
merobek tentakelnya, dan tetap melekat erat pada permukaan objek. Mulutnya
seperti paruh burung beo yang terdiri dari dua rahang yang masing-masing
mampu merobek hewan makanannya, yang sebagian besar berupa krustasea, ikan
dan beberapa mahluk lainnya.
Nautilus Jantan Dan Betina
Nautilus jantan dapat dibedakan dari betinanya dengan memeriksa susunan
tentakel di sekitar kerucut bukalnya. Nautilus jantan memiliki organ gagang
(berbentuk seperti paku atau sekop) terletak di sisi kiri dari kerucut sehingga
terlihat tidak teratur. Sedangkan kerucut bukal betina berbentuk bilateral simetris.
Seperti semua cephalopoda, darah nautilus mengandung hemocyanin, yang biru.
Dan tidak seperti kebanyakan cephalopoda, nautilus tidak memiliki kantung tinta
dan hanya bergantung pada cangkangnya untuk perlindungan dari para
predatornya. Nautilus pompilius adalah spesies terbesar dalam genus nautilus.
Salah satu bentuk yang terbesar dengan ukuran 26,8 cm ditemukan dari barat laut

Australia, pernah disebut sebagai Nautilus repertus. Namun, sebagian besar


spesies

nautilus

tidak

pernah

melebihi 20 cm (Robyn, 2008).


Macromphalus nautilus termasuk
nautilus kecil, dengan ukuran 16
cm. Nautilus pompilius suluensis
dari laut Sulu

menjadi nautilus

terkecil dengan diameter cangkang


rata-rata
merupakan

11,5

cm.

satu-satunya

Nautilus
cumi

hidup yang mempunyai tulang tubuh eksternal berfungsi sebagai cangkang.


Hewan ini dapat menarik badan sepenuhnya ke cangkang dan menutup
pembukaan dengan hood kasar, yang terbentuk dari dua tentakel khusus yang
dapat dilipat. Cangkangnya berbentuk melingkar, aragonitic, nacreous dan tahan
tekanan. Walaupun cangkangnya tidak tahan pada kedalaman tertentu dan akan
meledak pada kedalaman sekitar 800 meter (2.600 kaki). Cangkang nautilus
terdiri dari dua lapisan yaitu matte lapisan luar berwarna putih, dan lapisan dalam
warna-warni putih mencolok. Cangkang paling dalam berwarna pearlescent biruabu-abu (Robyn, 2008)..
Mutiara Osmena, meski bernama mutiara, tetapi perhiasan ini berasal
berasal dari bagian cangkang nautilus. Secara internal, cangkang terbagi menjadi
beberapa ruang (camerae), dengan mode kamuflase bernama countershading.
Cangkang nautilus adalah salah satu contoh alami terbaik dari spiral logaritmik,
meskipun tidak spiral emas.
Hewan kuat tekanan
Untuk berenang, nautilus menarik air ke dalam dan keluar dari ruang dengan
hyponome, yang menggunakan jet. Nautilus juga memiliki kemampuan yang
sangat langka untuk menahannya jika dibawa ke permukaan dari habitat alami di
laut dalam tanpa menderita kerusakan. Sedangkan ikan atau krustasea yang hidup
di laut dalam pasti akan mati seketika ketika di bawa ke permukaan, karena

tekanan yang berbeda. Nautilus yang akan tidak akan terpengaruh meskipun
perubahan tekanan sebanyak 80 atmosfer. Sampai saat ini, belum diketahui
bagaimana hewan eksotis ini mempunyai kemampuan bertahan dari tekanan.
Meskipun memiliki struktur berlubang, vena cava diduga menjadi organ yang
mendukung kemampuan itu. Tidak seperti cumi lainnya, nautilus tidak memiliki
penglihatan yang baik. Struktur matanya berkembang tetapi tidak memiliki lensa
yang solid. Mereka memiliki lubang jarum mata sederhana yang terbuka terhadap
lingkungan. Nautilus diduga menggunakan penciuman sebagai alat untuk mencari
makan atau mengidentifikasi calon pasangan. Telinga dari nautilus yang
terkandung dalam struktur disebut otocyst terletak tepat di belakang ganglia pedal,
berbentuk oval padat dengan elips kristal kalsium karbonat (Wells, 2009).
Nautiluses lebih dekat kekerabatannya dengan cumi pertama yang muncul
sekitar 500 juta tahun yang lalu dari pada cumi modern awal yang muncul
mungkin 100 juta tahun kemudian (ammonoids dan coleoids). Mereka memiliki
otak yang lebih sederhana, dan bukan otak yang kompleks besar seperti gurita,
cumi-cumi ataupun sotong. Namun sistem saraf Cephalopoda sangat berbeda dari
hewan lain.

Reproduksi Nautilus
Nautiluses berkembang biak dengan bertelur. Betina akan melampirkan telur yang
telah dibuahi di batu pada perairan dangkal. Telur itu membutuhkan waktu 8 12
bulan untuk berkembang sampai 30 milimeter. Betina bertelur sekali per tahunnya
dan meregenerasi organ reproduksi mereka. Pada tahap kematangan seksual,
cangkang jantan menjadi sedikit lebih besar dari betina. Hampir semua penelitian
menyebutkan jumlah jantannya lebih banyak 60 94 persen dibanding jumlah
betina. Masa hidup nautilus dapat melebihi 20 tahun, ini adalah waktu yang sangat

panjang untuk sebuah cephalopoda.

Namun, nautilus biasanya mencapai


kematangan seksual ketika mereka
berusia sekitar 15 tahun Nautilus
ditemukan di Indo-Pasifik, dari 30
derajat lintang utara sampai 30
derajat lintang selatan dan 90
derajat sampai 175 bujur timur.
Mereka mendiami lereng dalam

terumbu karang. Nautilus juga biasanya menghuni kedalaman beberapa ratus


meter.
Nautilus dipercaya merupakanhewan nocturnal, atau aktivitasnya meningkat
pada malam hari, termasuk berburu, kawin dan bertelur. Kedalaman terjauh di
mana nautilus telah terlihat adalah 703 m yaitu Nautilus Pompilius. Dan hanya di
Kaledonia Baru, Kepulauan Loyalty, dan Vanuatu terdapat nautilus yang diamati
dalam air yang sangat dangkal yaitu 5 meter. Hal ini disebabkan dinginnya air
permukaan yang ditemukan di habitat ini belahan bumi selatan. Nautiluses
umumnya menghindari suhu air di atas 25 C.

2.2 Amusium
2.2.1

Kerang Simping (Amusium pleuronectes

Kerang simping merupakan anggota dari famili Pectinidae. Sebagian besar


Pecinidae hidup di perairan laut. Famili ini merupakan hermafrodit. Terdapat lebih
dari 30 marga dan sekitar 350 spesies dalam famili Pectinidae. Panjang
maksimum kerang simping mencapai sekitar 140 mm, dengan kedua cangkangnya
datar dan bentuk cangkang hampir bundar. Kerang yang berumur muda
bercangkang tipis dan transparan. Ligamen internal memiliki struktur bentuk V
yang ada di atas dekat umbo. Bentuk V membentuk sudut (Swennen 2001). Di

perairan tropis dan subtropis beberapa spesies dari genus Amusium ditangkap
sebagai tangkapan komersial. Jenis kerang ini memiliki distribusi yang sangat
luas, tersebar dari Laut India, Laut Cina Selatan, Indo-Cina, Jepang, Philipina,
Papua New Guinea, Indonesia dan Australia (Poutiers, 1988 dalam Carpenter and
Niem, 2002). Shumway dan Parsons (2006), menyatakan bahwa terdapat lebih
dari 400 spesies di dalam family Pectinidae, yang umumnya disebut dengan
scallops. Scallops tersebar diseluruh perairan di dunia mulai dari perairan
subtropis sampai perairan tropis. Habitat kerang ini dapat dijumpai pada berbagai
substrat dari pasir sampai lumpur berpasir pada kedalaman 5-50 m (Widowati et
al., 2002). Distribusi scallops sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan,
yang meliputi suhu, salinitas, substrat. Suhu sangat berperan penting dalam
aktivitas kerang. Menurut Widowati et al., (2008) bahwa kerang simping yang
ditangkap di Perairan Brebes pada bulan Mei, berada pada perairan dengan suhu
sekitar 28-290C. sedangkan salinitas menurut Widowati et al., (1999), bahwa di
Perairan Pekalongan, kerang simping ditemukan pada salinitas perairan sekitar
29-39 ppt. Meskipun demikian salinitas perairan akan terkait erat dengan musim,
dimana jika curah hujan tinggi maka salinitas akan menurun, begitu juga
sebaliknya.

Salinitas

yang

rendah

akibat

dari

perubahan

cuaca

akan

mengakibatkan meningkatnya mortalitas dari scallops (Tettelbach et al., 1985


dalam Shumway dan Parsons, 2006). Berbagai penelitian telah dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu untuk mengetahui tentang pertumbuhan kerang
simping, diantaranya adalah Suprijanto et al. (2007), menjelaskan bahwa
karakteristik pertumbuhan kerang simping pada bulan Mei 2005 ditemukan
allometrik positif di Brebes, Tegal dan Kendal. Sedangkan pertumbuhan allometik
negatif ditemukan di daerah Pemalang dan Pekalongan.
Sistem reproduksi dari kerang simping yaitu diosious (unisex), terdiri dari
dua gonad yang berbentuk banyak percabangan yang dilanjutkan pada sebuah
ductus atau posusgenetalia. Kebanyakaan bivalve diocious, kedua gonad
menyelubungi usus dan saling berdekatan sehingga keadaan pasangan sulit
diketahui saluran gonad sederhana karena tidak ada kopulasi (Helm 2004).
Habitat dari kerang simping yaitu didaerah perairan laut dasar dengan kedalaman
10-80 m dan merupakan hasil tangkap sampingan dari para nelayan. Hidup

didaerah beriklim tropis (Swennen 2001). Adapun daerah penyebarannya menurut


FAO yaitu Samudra Hindia bagian timur, didaerah pasifik (northwest), dan Pasifik
Barat bagian tengah. Di Indonesia kerang simping tersebar secara luas antara lain
di Kenjeran (Jawa Timur), Pasuruan (Jawa Timur), Demak (Jawa Tengah),
Kupang (NTT), dan Tangerang (Banten) (Pagcatipunan 1981).
Menurut informasi yang kami peroleh dari para Nelayan di TPI
Blanakan Subang, kerang simping ditangkap dengan menggunakan alat tangkap
cantrang dan jaring arad. Alat tangkap cantrang masuk dalam klasifikasi pukat
kantong. Kegiatan penangkapan dibutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk melaut
dan biasanya jumlah nelayan yang beroperasi sebanyak 8-10 orang. Biaya untuk
sekali melaut menghabiskan sekitar Rp 20.0000.000,- sampai Rp 25.000.000,(Widowati, 2008).

Kerang Simping merupakan hewan avertebrata air yang

dimanfaatkan manusia untuk konsumsi dan komoditas komersil. Di Pasaran, otot


bersama gonad simping memiliki nilai jual sekitar Rp 12.000,- per kilogram.
Dalam ekologi kerang simping ini sebagai pemakan plankton dengan cara
menyaring plankton. Selain itu limbah dari cangkang kerang simping ini dapat
dimanfaatkan menjadi aneka souvenir dan perabot rumah tangga dari bahan
limbah simping, seperti tempat buah, piring, mangkuk, pigura, dan suvenir dijual
dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 10.000 . Tapi untuk suvenir khusus bisa
mencapai harga 250.000 rupiah (Daryono 2010).
2.2.2 Amusium japonicum
Karakter diagnostik: Shell tipis,
menengah sampai besar berukuran (umumnya melebihi 10 cm), lateral
dikompresi, hampir melingkar di garis besar, menganga anterior dan
posteriorly.Both katup agak cembung, hak (bawah) katup hanya sedikit lebih
meningkat dan lebih besar dari katup kiri (atas). Telinga kecil, subequal di ukuran
dan bentuk, dengan telinga anterior kanan samar-samar sinuated pada marjin
anteroventral dan tanpa ctenolium. Permukaan katup kiri dengan 2 daerah depresi
yang luas dan sangat dangkal memancar dari umbo untuk anteroventral dan
margin posteroventral. Di luar shell dipoles dan hampir halus, dengan banyak
yang sangat halus, konsentris dan garis radial. Interior dari kedua katup dengan
tulang rusuk radial yang berbeda, biasanya di pasang, jauh lebih sempit dari

interspaces datar dan mulai ditinggalkan pada daerah umbonal. katup yang tepat
dengan

42-54

rusuk

radial

internal yang (46 54 di khas


subspesies

A.

japonicum

japonicum, dan 42-48 di selatan


balloti japonicum A.) (Bernardi,
1861).
Warna:

luar

kiri

katup

cokelat

kemerahan, dengan nuansa variabel sepanjang tanda pertumbuhan konsentris; luar


Pola warna subspesies balloti juga dengan bintik-bintik cokelat kecil, kekuningan
dan gelap di sepanjang garis radial di daerah umbonal dan sering dengan beberapa
tidak teratur, bintik-bintik gelap yang lebih besar terhadap pinggiran. Interior
katup meninggalkan mengkilap putih, dengan kekuningan atau pinkishmargins
dan kadang-kadang dengan bercak coklat di bawah engsel. valve putih tepat
kuning pucat eksternal dan internal; subspesies balloti dengan cokelat eksternal
tambahan hamburan bersama beberapa tanda pertumbuhan konsentris.
Ukuran: Maksimum shell panjang 14 cm,
umumnya untuk 11 cm. Habitat, biologi, dan perikanan: On berpasir ke dasar
berlumpur laguna, sering dikaitkan dengan rumput laut coklat. Sublittoral,
terutama dari perairan dangkal sekitar 30 m, tetapi juga lebih dalam untuk lebih
dari 80 m. Sexes terpisah. Pemijahan terjadi pada musim dingin, dari bulan Juni
sampai November. Pertumbuhan relatif cepat (sekitar 7-8 cm pada tahun pertama),
tetapi jumlah individu mencapai 3 atau 4 tahun usia kecil, karena tingkat kematian
yang tinggi alami. Dapat aktif berenang dengan bertepuk tangan katup ketika
terganggu, dengan kecepatan sekitar 2 knot dan untuk jarak sekitar 10 m. spesies
ekonomis penting, commercialy trawled di Kaledonia Baru, pusat Queensland dan
selatan setengah dari Australia Barat. budaya Hatchery di Western Australia dan
Queensland. Distribusi: Terbatas untuk Pasifik Barat; dari Cina ke Jepang (khas
subspesies), dan dari selatan dan timur Australia ke Kaledonia Baru (Subspesies
balloti) (Dijkstra, 1988).

2.2.3 Amusium balloti


Amusium balloti adalah spesies kerang dari keluarga Pectinidae. Nama
ilmiah spesies adalah sah pertama kali diterbitkan pada tahun 1861 oleh Bernardi.
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan: Animalia (Hewan)
Suku: Mollusca (Moluska)
Kelas: Bivalvia (Kerang)
Order: Pectinoida
Family: Pectinidae
Genus: Amusium
Species: Amusium balloti

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Nauitilus sp tergolong
dalam phylum Mollusca karena binatag ini lunak, berdaging tidak bertulang,
simetri bilateral, tidak bersegmen, dan bercangkang. Masuk dalam kelas
Chepalopoda karena berkaki dikepala. Body chamber (mulut cangkang) yang
besar. Tergolong kedalam ordo tetrabranchia karena memiliki 4 insang. karnivora
karena memakan ikan-ikan kecil dan cacing laut. Memiliki tentakel sebagai alat
untuk menangkap mangsa. Memiliki cangkang yang terdiri dari beberapa sekat
dan umumya berwarna putih yang ditandai dengan garis melingkari cangkangnya

yang berwarna coklat.. Bereproduksi secara seksual melalui peleburan sel sperma
dan ovum. Spesies ini ditemukan dalam air cukup dangkal (1-50 meter)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur (1897). "The Pre-ocular and Post-ocular Tentacles and Osphradia of


Nautilus". Quarterly Journal of Microscopical Science 40 (1): 197201.
Carpenter, K.E. and Volker H. Niem. 2002. The Living Marine Resources Of The
Western Central Atlantic Vol. 1. Food And Agriculture Organization Of The
United Nations, Roma. Pp 25-92.
Robyn Crook & Jennifer Basil (2008). "A biphasic memory curve in the
chambered
nautilus, Nautilus
pompilius L.
(Cephalopoda:
Nautiloidea)" (PDF). The Journal of Experimental Biology 211 (12): 19921998
Cichowolski, M.; Ambrosio, A.; Concheyro, A. (2005). "Nautilids from the Upper
Cretaceous of the James Ross Basin, Antarctic Peninsula". Antarctic
Science 17 (2): 267.

Kier, W.M. 1987. The functional morphology of the tentacle musculature


of Nautilus pompilius. PDF In: W.B. Saunders & N.H. Landman (eds.) Nautilus:
The Biology and Paleobiology of a Living Fossil. Springer Netherlands. pp. 257
269.
Suprijanto, J dan I. Widowati. 2007. Karakteristik Biometrika Kerang Simping
Amusium pleuronectes dari Beberapa Daerah di Pantai Utara Jawa Tengah.
Dalam: Prosiding Seminar Nasional Moluska Dalam Penelitian, Konservasi dan
Ekonomi di Semarang 17 Juli 2007. Pp. 207-214
Wells, M. J.; Wells, J.; O'Dor, R. K. (2009). "Life at low oxygen tensions: The
behaviour and physiology of Nautilus pompilius and the biology of extinct
forms". Journal of the Marine Biological Association of the United
Kingdom 72 (2): 313328.
Widowati, I., J. Suprijanto, I. Susilowati, T. W. Agustini and A. B. Raharjo. 2008.
Small Scale Fisheries of The Asian Moon Scallop Amusium pleuronectes
in the Brebes Coast, Central Java, Indonesia. ICES CM 2008/K:08. Pp 1-7.

You might also like