You are on page 1of 11

tunjukanlah kami jalan yang lurus

Guide us to the straight path


) occurs 316 times in the Quran, in 12 derived forms: ( The triliteral root h dl y
)( 144 times as the form I verb had
)( 40 times as the form VIII verb ih'tad
) ( seven times as the noun ahd
)( 85 times as the noun hudan
)( seven times as the noun had
) ( twice as the noun hadiyyat
)( seven times as the active participle hd
)( once as the active participle hd
)( twice as the active participle hd
) ( three times as the form VIII active participle muh'tad
) ( 17 times as the form VIII active participle muh'tadn
)( once as the form VIII active participle muh'tad

The translations below are brief glosses intended as a guide to meaning. An Arabic word may have
a range of meanings depending on context.
Verb (form I) - to guide










(1:6:1) ih'din Guide us


)(2:26:32
and He guides
wayahd
(2:142:16) yahd He guides
(2:143:34) had guided
)(2:185:42
He guided you
hadkum
)(2:198:20
He (has) guided
hadkum
you
Noun

(are) better guided


better guided
(is) best guided
(is) a better guide
more guided
better guidance
better guided

(4:51:16) ahd
(6:157:9) ahd
(17:84:10) ahd
(28:49:8) ahd
(35:42:9) ahd
(43:24:4) bi-ahd
(67:22:6) ahd
Noun

a Guidance
Guidance
for [the] guidance
Guidance

(2:2:6) hudan
(2:5:3) hudan
(2:16:5) bil-hud
(2:38:8) hudan

(2:38:11) hudya
(2:97:16) wahudan
(2:120:12) hud
(2:120:15) l-hud

My Guidance
and a guidance
(the) Guidance
(is) the Guidance

Noun

(27:35:4) bihadiyyatin
a gift
(27:36:15) bihadiyyatikum in your gift
Active participle

(13:7:15) hdin
(13:33:39) hdin

(is) a guide
guide
)(is) surely (the
Guide
can guide
guide
guide
guide

(22:54:16) lahdi
(30:53:3) bihdi
(39:23:34) hdin
(39:36:15) hdin
(40:33:16) hdin
Active participle

(27:81:3) bihd

guide

Active participle

guide

(as) a Guide

(7:186:5) hdiya
)(25:31:10
hdiyan

)Active participle (form VIII


the guided one
(is) the guided

(18:17:27) l-muh'tadi

one
(57:26:11) muh'tadin (is) a guided one
(17:97:5) l-muh'tadi

)Active participle (form VIII


(7:178:5) l-muh'tad (is) the guided one

Ada dua aliran filsafat yang saling bertentangan.


Di pihak yang satu berfaham bahwa manusia itu sama sekali tidak mempunyai ikhtiar apa-apa,
Tuhanlah Yang aktif. Aliran ini menempatkan manusia dalam keadaan pasif sebenar-benarnya.
Inilah Jabariyah, Fatalisme.
Sedangkan pada pihak yang lain, adalah faham Qadariyah. Faham ini menganggap Tuhan dalam
keadaan pasif, manusialah yang aktif dalam berkeinginan dan berikhtiar. Jadi setingkat di bawah
faham Deisme, yang mengingkari adanya wahyu (komunikasi antara Tuhan dengan makhlukNya).
?Bagaimana sesungguhnya

(S. AnnuR, 24:35), dibaca: yahdi-l-Lahu li-n-nurihi ma-y-yasya-u wa yadlribu-l-Lahu-l-amtsala


li-n-nas wa-l-Lahu bikulli syaiinalim , artinya:
Allah membimbing kepada cahaya-Nya kepada siapa yang mau, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
uraiannya:
yahdi = kata kerja present, artinya = memberi hidayah
ALLAH = Allah
li-n-nurihi = dengan CahayaNya
man = siapa
yasya = kata kerja present, artinya = mau
ALLAH adalah mubtada' (subyek) sekaligus fa'il (Pelaku).
YAHDY adalah khabar (predikat),
Linnurihi adalah keterangan,
MAN YASya adalah maf'ul (obyek) dalam wujud anak kalimat (anak kalimat yang menjadi obyek).
Kalau anak kalimat itu diuraikan pula, maka:
MAN = siapa adalah mubtada' sekaligus pula fa'il dan
YASYA = (yang) mau, adalah khabar (predikat).
Maka ayat itu berarti:
-- Allah memberi hidayah dengan CahayaNya kepada siapa yang mau/berkehendak/berkeinginan.
Atau ini:



kita kaji apa arti:
wa-l-Lahu yahdi ma-y yasya-u ila shiratha-l-mustaqiem (s. albaqarah 2:..213).
ada dua kalimat disini, Allahu yahdi dan man yasya, induk dan anak kalimat.
wa-l-Lahu = (wa = dan) Allah adalah mubtada' (subyekt) sekaligus fa'il (pelaku), yahdi ma-y yasyau:
yahdi = yahdi- (=menunjuki, memberi petunjuk), adalah khabar (predikat, atau kata kerja), ma-y
yasya-u
man yasya-u = adalah maf'ul (obyek) dalam wujud anak kalimat (anak kalimat yang menjadi
obyek).
kalau anak kalimat itu diuraikan pula,
man = siapa
yasya = yang mau/kehendak
maka
man (= siapa dalam anak kalimat ini, sebagai subyekt) adalah mubtada' sekaligus pula fa'il dan
adapun yasya-u (= mau) adalah khabar (predikat, atau kata kerja).
maka ayat itu berarti: Allah menunjuki siapa yang mau untuk mendapatkan petunjuk atau hidayah
ke jalana yang lurus.

adapun taufiq sukses itu tentu bagi mereka yang mau menerima hidayah tadi menerima petunjuk itu
serta beriman dan bertaqwa.
Puncaknya dari hidayah taufiq tertera seperti apa yang di ucapkan ibrahiem AS:



(
)

(6:79] Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. .
sejak kapan hidayah itu untuk ummat sekarang diturunkan?
sejak rasulu-lLah SAW dilantik jadi rasulNya, jadi apalagi yang ditunggu.
Bandinkan dengan ini:



dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (albaqarah 2:258)
Coba perhatikan ini:

(S.ALR'AD, 13:11), dibaca: inna-lLaha la yughayyiru ma bi qaumin hatta yughayyiru ma


bianfusihim, artinya:
-- Sesunggunya Allah tidak akan mengubah apa (yang ada) atas suatu kaum, hingga mereka
mengubah apa atas diri mereka.
Alfatihah:

(I seek refuge with Allah, the Hearing, the Knowing, from the cursed Satan, from his coercion, lures
to arrogance and poems.).''
Basmalah (reciting Bismillah) is recommended before starting any action or deed. For instance,
Basmalah is recommended before starting a Khutbah (speech).
The Basmalah is also recommended before one enters the place where he wants to relieve himself,
there is a Hadith concerning this practice. Further, Basmalah is recommended at the beginning of
ablution, for Imam Ahmad and the Sunan compilers recorded that Abu Hurayrah, Sa`id bin Zayd
and Abu Sa`id narrated from the Prophet ,



(There is no valid ablution for he who did not mention Allah's Name in it.)
This Hadith is Hasan (good). Also, the Basmalah is recommended before eating, for Muslim
recorded in his Sahih that the Messenger of Allah said to `Umar bin Abi Salamah while he was a
child under his care,


(Say Bismillah, eat with your right hand and eat from whatever is next to you.)
Some of the scholars stated that Basmalah before eating is obligatory. Basmalah before having

sexual intercourse is also recommended. The Two Sahihs recorded that Ibn `Abbas said that the
Messenger of Allah said,

:



(Allah, the Exalted, said, `I have divided the prayer (Al-Fatihah) into two halves between Myself
and My servant, and My servant shall have what he asks for.' If he says,

: :
All praise and thanks be to Allah, the Lord of existence.)
Allah says, `My servant has praised Me.
Hamd is more general, in that it is a statement of praise for one's characteristics, or for what he has
done. Thanks are given for what was done, not merely for characteristics.
' When the servant says,

: . .
. The Most Gracious, the Most Merciful.)
Allah says, `My servant has glorified Me.' When he says,


: :
The Owner of the Day of Recompense.) Allah says, `My servant has glorified Me,' or `My servant
has related all matters to Me.' When he says,
:
You (alone) we worship, and You (alone) we ask for help.) Allah says, `This is between Me and My
servant, and My servant shall acquire what he sought.' When he says,




:
-

Guide us to the straight path. The way of those on whom You have granted Your grace, not (the
way) of those who earned Your anger, nor of those who went astray), Allah says, `This is for My
servant, and My servant shall acquire what he asked for.').''
huda hidayah:
hidayah itu adalah hak prerogatif Allah SWT yan diberikan kepada seluruh makhluqNya,
ciptaanNya mulai dari manusia sampai binatang bahkan tumbuh2an, bacteri dan viren.
Macam2 dan tingkatan hidayah:
1. naluri, insting: gharizah
2. pancaindra: al-Hawasy
3. akal ; aql
4. agama, dien:
4a. Hidayah Irsyaad/Bayan/dalaalah ( = ) petunjuk
4b. Hidayah Taufik = success
Adapun hidayah irsyad/ bayan/ dalalah, dapat diartikan sebagai: informasi, petunjuk akan
kebenaran dan ajakan (da'wah) untuk mengikuti kebenaran tersebut.

Surat Asy-Syura (42) ayat 52


Hidayah yg bersifat penunjukkan dan bimbingan serta penjelasan ( ) yaitu
hidayah yang diberikan kepada seluruh Rasul, berupa zabur, taurat dan injil dan rasul terakhir
berupa Al Qur'an

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa
yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.
Dalam hal ini, Allah berfirman:



dan Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
4b. Hidayah Taufik = success
Hidayah taufiq = success ini adalah hidayah yang paling tinggi yang hanya didapatkan oleh
manusia yang mau, ada keinginan, berkehendak akan petunjuk lalu menerima petunjuk itu serta
beriman dan bertaqwa.
Puncaknya dari hidayah taufiq tertera seperti apa yang di ucapkan ibrahiem AS:



(
)

(6:79] Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan.
Dalam hal ini Allah berfirman: Surat Al-Qashash 28:56 :


Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang mau, yang berkehendak, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Ada beberapa tingkatan hidayah yang diberikan Allah kepada manusia:
Pertama, hidayah insting, naluri (gharizah).
Sejak lahir, manusia sudah diberikan hidayah yang satu ini. Misalnya pada saat bayi lapar atau sakit
ia menangis. Naluri ini pun terus berkembang seiring dengan perkembangan tubuh manusia, seperti
munculnya naluri untuk mempertahankan diri, naluri memperoleh kemajuan, naluri seksual dan
lain- lain.
Manusia dan binatang sama- sama diberikan hidayah naluri. Perbedaannya adalah bahwa binatang
itu seluruh hidupnya dikendalikan oleh nalurinya, sehingga dalam hal- hal tertentu atau pada jenis
binatang tertentu nalurinya jauh lebih baik daripada manusia. Seperti anjing pelacak, sistem
kehidupan pada masyarakat rayap, lebah dan lain- lain, semuanya karena ketajaman nalurinya.

Kedua, hidayah pancaindera


Kita mengenal adanya panca indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran, pengecap, penciuman
dan perasa/ peraba. Dengan bekal indera yang dimilikinya, manusia mampu melakukan berbagai
aktifitas yang diinginkannya. Sejak lahir manusia sudah diberikan inera oleh Allah SWT, tetapi
pada saat itu sebagian dari inderanya belum berfungsi, seperti penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Allah SWT berfirman.


Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, lalu
Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (QS. An- Nahl:
78)
Selain manusia, binatangpun diberikan indera oleh Allah SWT. Bahkan pada jenis binatang tertentu,
inderanya jauh lebih bagus daripada manusia. Banyak jenis binatang yang begitu lahir inderanya
sudah berfungsi; Bisa melihat, mendengar, dan mencium, seperti ayam, itik, kambing, kerbau dan
lain- lain. Bahkan banyak pula jenis binatang yang begitu lahir/ menetas sudah mampu hidup
mencari makanan sendiri tanpa bantuan induknya, seperti ular, buaya, komodo, ulat dan lain- lain.
Tak pernah ada dalam sejarah umat manusia, begitu lahir sudah mampu mencari makanan sendiri.
Semuanya lahir dalam keadaan lemah dan sangat lemah, tak tahu apa- apa. Maka indera dan naluri
manusia kalah oleh binatang.
Ketiga, hidayah aqliyah.
Manusia sebagai makhluk yang lemah dari segi fisiknya oleh Allah SWT diberikan hidayah yang
tidak diberikan kepada binatang, yaitu hidayah aqliyah (hidayah akal). Sehingga karena akalnya
manusia dianggap sebagai makhluk yang paling sempurna dan dimuliakan oleh Allah SWT. Allah
SWT


.
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak- anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al- Isra: 70)
Akal bisa meneropong dan menembus sesuatu yang ada di balik yang nyata. Kedudukannya lebih
tinggi dari pada indera. Bila mata melihat gunung dari jarak yang sangat jauh, maka akan terlihat
gunung itu berwarna biru. Bila ditanyakan kepada akal ia akan menjawab tidak, melainkan
warnanya hijau. Yang benar tentu saja akal. Bila mata melihat rel kereta api yang panjang, jauh dan
lurus, maka rel itu seperti menyatu dalam sebuah titik. Sehingga kalau kita menggambar rel kereta
api, diawali dengan sebuah titik yang kemudian ditarik ke depan. Bila ditanyakan kepada akal,
apakah benar rel itu menyatu dalam sebuah titik ? Akal akan menjawab: tidak. Yang benar adalah
akal. Ini hanya contoh kecil bahwa kedudukan akal lebih tinggi daripada indera.
Dengan akal pula manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dapat
mempertimbangkan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Sehingga
karena akalnya manusia membuat aturan/ norma dalam kehidupannya, baik kehidupan individu
maupun kehidupan bermasyarakat, agar kehidupannya teratur.
Akal inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Karenanya jika manusia menggunakan
akalnya dengan baik, ia akan menjadi makhluk Allah yang mulia, lebih tinggi kemuliaannya
daripada malaikat. Sebaliknya jika ia tidak mampu mempungsikan akalnya dengan benar, apalagi
merusak akalnya dengan mengkonsumsi makanan atau minuman yang merusak akal, ia akan

dijatuhkan menjadi makhluk yang hina dina, lebih rendah derajatnya dari pada binatang.
Kisah nabi ibrahiem AS.
Dalam mencari tuhan dengan akalnya, menemukan tuhannya hanya karena wahyu yang datang.
Akal bisa menemukan kebenaran yang nisbi yang relatip sedangkan wahyu memberikan kebenraran
yang mutlak, yang haqiqi.
Dalam al-Quran Surah al-Anaam (ayat 76-78) menceritakan tentang pencariannya dengan
kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia
berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak
suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan
cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi
sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum
yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya),
berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula:
"Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah
dengannya)". Inilah daya logik yang dianugerah kepada beliau dalam menolak agama penyembahan
langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.
belajar ilmu pengetahuan itu persis seperti nabi ibrahiem waktu mencari2 tuhannya,
setelah mempunyai keyakinan akan kesesatan kaumnya yang musyrik, termaasuk
ayahnya sendiri.

dengan akalnya, pengetahuan yang dia dapatkan faham dan mafhum akan kesesatan
kaum dan ayahnya.





()

[6:74] Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata."

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan [Kami yang terdapat] di
langit dan bumi, dan [Kami memperlihatkannya] agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang
yakin. (75) Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang [lalu] dia berkata: "Inilah
Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam". (76)
Sinkatnya: dengan pancaindra pertama, menemukan bintang, lalu bulan , lalu kemudian matahari
yang semuanya di koreksi menurut akalnya yang faham dan mafhum itu semua ada kelemahan2 dan
berkeyakinan ada yang lebih unggul dan tinggi derajatnya, yang menciptakannya, tetapi bukan
hanya berkeyakinan akan adanya yang mencinpatakan tetapi mengurusnya sekaligus maka akhirnya
hanya melalui wahyu dia menemukan tuhannya, Allah, maka dia menuju kepada yang menciptakan
semuanya itu.

dan akhirnya, dengan ucapannya : mengakui akan perlunya hidayah berupa wahyu.

()

"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang
sesat." 6:77

dan puncaknya setelah mendapatkan hidayah taufiq, berserah diri sepenuhnya hanya kepada Allah,
dengan ucapannya:



(
)

6:79] Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan.

Belajar ilmu atau menuntut ilmu itu seperti Nabi Ibrahim yang ingin tahu bagaimana Allah
menghidupkan orang mati, setelah dia menemukan tuhannya, Allah.




2:260 lanjut.....
(2:260 ) Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati".

Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?"

Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap
mantap.

jadi, ilmu ini hanya sekedar untuk mengokohkan kebenaran sekaligus menghapus keraguan.
ternyata dan jelas bahwa akal yang mempunyai kemampuan melihat sesuatu di balik yang nyata di
bawah pancaindra, kenyataannya masih mempunyai keterbatasan akan segala kemampuannya. Jika
sudah masuk ke dalam dimensi yang ghaib, akal angkat tangan. Seperti ke mana selanjutnya roh
manusia yang sudah meninggal ? Jika sudah meninggal kelanjutan nasib roh manusia bagaimana ?
Apa itu syurga dan neraka ? Akal tak sanggup menjawabnya, kecuali hanya kira- kira atau
kemungkinan saja. Maka Allah SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim pada hamba-Nya,
terutama pada manusia, Ia memberikan hidayah yang paling tinggi yaitu hidayah diniyah.
Keempat, Hidayah Diniyah (hidayah agama) terbagi:
4a. hidayah irsyaad/bayan/dalaalah = petunjuk
4b. hidayah taufiq = success, berhasil
Hidayah agama adalah hidayah yang paling tinggi yang hanya diberikan kepada manusia. Hidayah
agama akan memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia agar selamat dan bahagia baik di
dunia maupun kehidupan setelah meninggal dunia. Dengan agama manusia akan dituntunnya ke
jalan yang benar yang diridhai-Nya.
Semua hidayah adalah pemberian dari Allah. Tidak ada manusia manapun yang dapat memberikan
petunjuk, meskipun ia seorang Rasul Allah. Manusia hanya dapat bertindak sebagai perantara dan
memberikan jalan untuk menyempaikan petunjuk dari Allah SWT. Misalnya: Nabi Nuh tidak bisa
memberikan petunjuk kepada putranya, Kanan. Nabi Luth tidak bisa membimbing isterinya ke

jalan Allah. Nabi Muhammad SAW tidak bisa meng-Islam-kan pamannya Abu Thalib, meskipun
selalu bersamanya selama lebih kurang 35 tahun, dan pamannya itu mati dalam keadaan kafir. Allah
SWT berfirman.


Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang menghehendaki, dan Allah lebih mengetahui orangorang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al- Qashash: 56)
Kita manusia hanya sebatas berusaha dan terus berdoa agar Allah SWT selalu membimbing ke
jalan yang diridhai-Nya. Hal ini diisyaratkan di dalam Al- Quran Surat Al- Fatihah:

. .
Artinya:
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang- orang yang telah Engkau anugerahkan
nimat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat. (QS. Al- Fatihah: 6-7)
4a. Hidayah irsyaad/bayan/dalaalah ()
Adapun hidayah irsyad/ bayan/ dalalah, dapat diartikan sebagai: informasi akan kebenaran dan
ajakan (da'wah) untuk mengikuti kebenaran tersebut.
Hidayah irsyad ini bersifat penunjukkan dan bimbingan serta penjelasan ( ) yaitu
hidayah yang diberikan kepada seluruh Rasul, seluruh kutub dan yang terkahir Al Qur'an,
Surat Asy-Syura (42) ayat 52

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa
yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.
Dalam hal ini, Allah berfirman:



dan Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
4b. Hidayah Taufik = success
Hidayah taufiq = success ini adalah hidayah yang paling tinggi yang hanya didapatkan oleh
manusia yang mau, ada keinginan, berkehendak akan petunjuk lalu menerima petunjuk itu serta
beriman dan bertaqwa.
Puncaknya dari hidayah taufiq tertera seperti apa yang di ucapkan ibrahiem AS:



(
)

(6:79] Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang

mempersekutukan Tuhan.
Dalam hal ini Allah berfirman: Surat Al-Qashash 28:56 :


Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang mau, yang berkehendak, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Sebuah hadist qudsi menrangkan:




Dari Anas Radhiallahu Anhu dari Nabi SAW menurut riwayat dari Rabbnya, Dia Berfirman:
Apabila hambaKu mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, apabila ia
mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Apabila hambaKu datang
kepadaKu berjalan, Aku datang kepadanya berlari. (HR. Bukhari)
Hadis Qudsi ini menjelaskan bukti keseriusan dan keutamaan bagi manusia untuk memulai langkah
pertama yang harus di lakukan manusia untuk mendapatkan hidayahNya, kita harus berkehendak,
berkeinginan, berkemauan untuk mendapatkan hidayahNya, bukan menunggu sambil
menguling2kan ibu jari.

You might also like