Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di
Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok.
Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas
tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk
penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan
kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah,
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan
kematian.
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.
Meskipun pengobatan efektif telah dilakukan untuk menurunkan morbiditas
karena asma, keefektifan hanya tercapai jika penggunaan obat telah sesuai.
Seiring dengan perlunya mengetahui hubungan antara terapi yang baik dan
keefektifan terapetik, baik peneliti maupun tenaga kesehatan harus memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi
asma di masyarakat, namun tanpa peran serta masyarakat tentunya tidak akan
dicapai hasil yang optimal.
Bab II
Pembahasan
ASUHAN KEPERAN ASMA
A. Defnisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible di mana
trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(KMB vol. 1. 2002)
Asma adalah obstruksi jalan nafas akut, periodik yang diakibatkan oleh
rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat. Gangguan ini
dikarakteristikkan pada dispnea yang tidak disertai oleh penyakit lain.
(Mansjoer, Arif, Kapita Selekta, 2001)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. (Kusuma, Hardhi & Amin
Huda Nuranif, Aplikasi Keperawatan Berdasarkan NANDA-NIC-NOC, 2012)
B. Etiologi
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus
RVS), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk,
tungau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat),
makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat
(aspirin), kegiatan fisik (olah raga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak),
serta emosi.
Asma di tandai dengan kontraksi sportif dari otot polos bronciolus yang
menyebabkankerusakan brofor. Hal ini terjadi pada 3-5 % dari seluruh manusia
pada suatu saat dalam hidupnya. Pada dasarnya bronciolus lebih banyak
berkembang sesama ekspisi. Karena peningkatannya tertanam dalam paru
selama ekspirasi di paksa merekam bagian luar bronciolus. Karena broncioalus
bertambah sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat
tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi.
Reaksi yang ditimbulkan pada tipe asma Alergi memiliki kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar, dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila mereka bereaksi dengan atigen
spisifikasi. Antibodi ini melekat sel niast yang terdapat pada intertirial baru
yang berhubungan dengan brociolus dan brongus.
D. Klasifikasi
1. Asma Alergik disebabkan oleh allergen yang dikenal (mis; serbuk sari,
binatang, amarah, makanan, dan jamur). Kebanyakan allergen terdapat di
udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai
riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu eczema/rhinitis
alergik. Pemajanan terhadap allergen asma alergik sering dapat mengatasi
kondisi sampai masa remaja.
2. Asma idiopatik/nonalergik tidak berhubungan dengan allergen spesifik.
Faktor-faktor seperti latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan. Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin dan
agens anti-inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis betaadrenergik dan agens sulfit (pengawet makanan) juga mungkin menjadi
faktor. Serangan asma idiopatik menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma Gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau
nonalergik.
E. Patofisiologi
ALLERG
Masuk dalam
EN
tubuh
Serangan asma : sesak
nafas
Mengeluarkan
Hospitalisasi, Tx
Intake tak
mediator; histamine,
inhalannsi,
adekuat,
platelet, brakidin, dll
tndkn invasif
metabolism
mengkt,
Permeabilitas
Ketidks
kapiler
mbngn
meningkat
nutrisi
Edema mukosa,
Kelelaha
Nyeri
Cemas
sekresi produktif,
n
kontriksi otot polos
Psikis
Bersihan jalan nafas tidak
kelelah
efektif
Pola nafas
an
Infeksi
tidak efektif
Iritan;
Cuaca;
sal.nafas
debu
dingin
Menempel pasa sel
mast
Degranulasi
F. Manifestasi Klinis
Gejala umum asma : batuk, dyspnea, dan mengi.
Gejala awal berupa :
Batuk terutama pada malam atau dini hari
Sesak napas
Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya
Rasa berat di dada
Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang
termasuk gejala yang berat adalah:
Serangan batuk yang hebat
Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
Kesadaran menurun
G. Komplikasi
1. Gagal nafas
2. Fraktur iga
3. Pneumonia
4. Ateletaksis
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborratorium
1) Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
-
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug.
2) Pemeriksaan Darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
-
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan meninjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
-
bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
pada paru-paru.
Pemeriksaan Tes Kulit
Tujuan uji kulit untuk menunjukkan adanya anti body Lg E spesifika dalam
tubuh dan mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu:
-
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
sendiri/asma mandiri)
meningkatkan kepuasan
meningkatkan rasa percaya diri
meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol asma
dan
mendapatkan
persetujuan
pasien
untuk
setiap
allergen,
latihan)
yang
menimbulkan
bronkospamse
sintetik dengan cara kerja dan efek yang sama dengan glukokortikoid.
Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah aktivitas sel yang terinflamasi
dan meningkatkan efek obat beta adrenergic dengan memproduksi AMP
siklik, inhibisi mekanisme bronkokonstriktor atau merelaksasi otot polos
secara langsung.
f. Antagonis Reseptor Leukotrien :
- Zafirlukast : adalah antagonis reseptor leukotrien, okupasi reseptor
berhubungan dengan edema saluran pernafasan, kontriksi otot polos
dan perubahan aktivitas selular yang berhubungan dengan proses
-
10
J. Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Pengkajian Awal
A = Biasanya ditemukan sekret dijalan nafas, Bronkospasme.
B = Biasanya terjadi retraksi iga pernafasan, cepat, nafas cuping
hidung, nafas sesak.
C = Biasanya denyut nadi meningkat, sianosis.
D = Tingkat kesadaran biasanya kesadaran klien composmentis
Kooperatif.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit asma atau alergi dan
serangan asma yang lalu, dan masalah kesehatan spesifik (pernafasan)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sesak nafas, pernafasan cepat dan pendek, bunyi nafas
wheezing, pernafasan cuping hidung, batuk-batuk, adanya sekret /
sputum, kelemahan/ keletihan, tidak ada nafsu makan, mual dan
muntah, dada terasa tertekan, sesak setelah melakukan aktivitas/
ketidak mampuan melakukan aktivitas, sesak nafas karena reaksi
alergi / sensitif terhadap zat
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala :
-
Keletihan, kelelahan
11
Dispnea
Mual / muntah
3) Pernafasan
Gejala :
-
sputum
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake
yang tak adekuat
c. Intoleransi aktifitas b / d kelemahan fisik
d. Kerusakan pertukaran gas b / d gangguan suplay o2
12
3. Intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret /
sputum
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Dengan kriteria hasil :
a. Sesak nafas berkurang/ hilang
b. Batuk berkurang / hilang
c. Klien dapat mengeluarkan sputum/ sekret
d. Wheezing berkurang / hilang
e. TTV dalam batas normal dan keadaan umum baik
Intervensi :
a.
b.
Berikan
fowler
R/ : Mengembangkan ekspansi paru
c.
Bantu / ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ : Membantu membersihkan mukus dari paru dan nafas dalam
memperbaiki oksigenasi
d.
Lakukan fisioterapi
R/ : membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru
e.
f.
Kolaborasi
-
13
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kolaborasi :
14
b.
c.
d.
e.
f.
15
4. Implementasi
Setelah rencana keperawatan disususn dengan sistematik selanjutnya
rencana keperawatan tersebut diterapkan dalam bentuk kegitan yang nyata
dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap prilaku dan sejauhmana masalah klien dapat diatasi. Disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yang ditetapkan belum berhasil atau belum teratasi.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi dasar penyakit ini adalah hiper aktivitas bronkus dalam
berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan
sesak).
16
Penyakit ini dapat terjadi pada setiap golongan usia, setengah dari asma
bronkial berkembang sebelum usia 40 tahun. Penyakit ini jarang fatal, tetapi
mempengaruhi geya hidup.
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui penyakit asma, serta
dapat melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan asma.
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah
Vol.1. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardi & amin huda nurarif. 2012. Aplikasi Askep Berdasarkan NANDANIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardi
Muchid, Abdul. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta
Http://aprida-saragih.blogspot.com/2011/01/askep-asma-bronkhiale.html
17
18