Professional Documents
Culture Documents
Menimbang
: a.
b.
menjalankan
praktik
keprofesiannya
harus
dinamika
hukum
dan
kebutuhan
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
Nomor
36
Tahun
2014
tentang
-2-
Tenaga
Kesehatan,
perlu
menetapkan
Peraturan
: 1.
Undang-Undang
Praktik
Nomor
Kedokteran
Indonesia
Tahun
29
Tahun
(Lembaran
2004
2004
tentang
Negara
Nomor
125,
Republik
Tambaran
Undang-Undang
Kesehatan
Nomor
(Lembaran
36
Tahun
Negara
2009
Republik
tentang
Indonesia
Undang-Undang
Nomor
44
Tahun
2009
tentang
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
2014
tentang
sebagaimana
telah
diubah
Perubahan
Kedua
Atas
Undang-Undang
Undang-Undang
Tenaga
Nomor
Kesehatan
Indonesia
Tahun
36
Tahun
(Lembaran
2014
Nomor
2014
Negara
298,
tentang
Republik
Tambahan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
Peraturan
Menteri
290/Menkes/Per/III/2008
Kesehatan
tentang
Nomor
Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
8.
Peraturan
Menteri
519/Menkes/Per/III/2011
Kesehatan
tentang
Nomor
Pedoman
-3-
9.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
2.
pemerintah
daerah,
dan/atau
masyarakat.
3.
Surat
Tanda
Registrasi
Penata
Anestesi
yang
diberikan
oleh
Pemerintah
kepada
Penata
-4-
4.
SIPPA
adalah
bukti
tertulis
pemberian
Standar
Profesi
kemampuan
Penata
Anestesi
minimal
adalah
berupa
batasan
pengetahuan,
secara
mandiri
yang
dibuat
oleh
Organisasi Profesi.
6.
Menteri
adalah
Menteri
yang
menyelenggarakan
(1)
(2)
Untuk
dapat
memperoleh
STRPA
sebagaimana
sertifikat
kompetensi
sesuai
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3)
(4)
-5-
Pasal 3
STRPA
yang
telah
habis
masa
berlakunya
dapat
Penata
Anestesi
yang
menjalankan
praktik
(3)
SIPPA
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
(1)
(2)
(1)
Untuk
memperoleh
SIPPA
sebagaimana
dimakud
kepada
pemerintah
daerah
b.
fotokopi STRPA;
c.
d.
e.
-6-
f.
rekomendasi
dari
kepala
dinas
kesehatan
persyaratan
rekomendasi
Contoh
surat
sebagaimana
permohonan
tercantum
memperoleh
dalam
formulir
SIPPA
I
yang
(1)
b.
membuat
surat
pernyataan
mematuhi
etika
d.
e.
(2)
b.
(3)
-7-
Pasal 8
(1)
diperpanjang
kembali
selama
memenuhi
persyaratan.
(2)
Penata Anestesi
Indonesia
lulusan
luar
negeri
yang
akan
Penata
Anestesi
warga
negara
asing
yang
akan
mengikuti
ketentuan
sebagaimana
dimaksud
membuat
surat
pernyataan
mematuhi
etika
Pimpinan
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
dilarang
Pimpinan
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
wajib
kepala
dinas
kesehatan
kabupaten/kota
untuk
melakukan
pelayanan
asuhan
-8-
a.
praanestesi;
b.
intraanestesi; dan
c.
pascaanestesi.
Pasal 11
(1)
Pelayanan
asuhan
kepenataan
praanestesi
b.
c.
pemeriksaan
lain
yang
diperlukan
sesuai
e.
analisis
hasil
pengkajian
dan
merumuskan
masalah pasien;
f.
g.
mendokumentasikan
hasil
anamnesis/
pengkajian;
h.
i.
j.
memastikan
tersedianya
sarana
prasarana
-9-
(2)
Pelayanan
asuhan
kepenataan
intraanestesi
b.
pemantauan
keadaan
umum
pasien
secara
pendokumentasian
semua
tindakan
yang
Pelayanan
asuhan
kepenataan
pascaanestesi
merencanakan
tindakan
kepenataan
pasca
tindakan anestesia;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
-10-
Bagian Kedua
Pelimpahan Wewenang
Pasal 12
Selain wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dan
Pasal
11,
Penata
Anestesi
dapat
melaksanakan
pelayanan:
a.
b.
berdasarkan
penugasan
pemerintah
sesuai
kebutuhan.
Pasal 13
Pelimpahan wewenang secara mandat dari dokter spesialis
anestesiologi atau dokter lain sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
12
huruf
a,
dalam
rangka
membantu
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
(1)
Pelimpahan
wewenang
berdasarkan
penugasan
Pelayanan
dalam
rangka
pelimpahan
wewenang
-11-
Pelayanan
dalam
sebagaimana
pelayanan
rangka
dimaksud
anestesi
pelimpahan
pada
sesuai
ayat
wewenang
(2)
dengan
meliputi
kompetensi
(3)
daerah
merupakan
provinsi
kabupaten/kota
tanggung
dan/atau
jawab
pemerintah
pemerintah
bekerjasama
dengan
daerah
organisasi
profesi terkait.
(5)
(4)
harus
terakreditasi
sesuai
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6)
Pelimpahan
wewenang
berdasarkan
penugasan
kesehatan
milik
Pemerintah
dan/atau
pemerintah daerah.
Pasal 15
Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) telah terdapat dokter spesialis anestesiologi,
wewenang
untuk
melakukan
pelayanan
berdasarkan
di
luar
wewenangnya
dalam
rangka
pertolongan pertama.
(2)
(3)
yang
berkompeten
setelah
pertolongan
-12-
Pasal 17
(1)
Penata
Anestesi
keprofesiannya
dalam
wajib
melaksanakan
mengikuti
praktik
pendidikan
dan
pelatihan berkelanjutan.
(2)
(3)
(1)
(2)
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban
Pasal 19
Dalam
melaksanakan
praktik
keprofesiannya,
Penata
memperoleh
perlindungan
hukum
dalam
profesi,
standar
pelayanan,
dan
standar
operasional prosedur;
b.
c.
d.
-13-
e.
(1)
b.
menyimpan
rahasia
pasien
sesuai
dengan
peraturan perundang-undangan;
c.
memberikan
informasi
tentang
masalah
meminta
persetujuan
tindakan
yang
akan
(2)
Penata
Anestesi
dalam
menjalankan
praktik
(2)
dimaksud
pada
ayat
(1),
Menteri,
-14-
(3)
keselamatan
pasien,
dan
melindungi
dan
pemerintah
daerah
Anestesi
terhadap
yang
ketentuan
kabupaten/kota
administratif kepada
melakukan
pelanggaran
penyelenggaraan
praktik
teguran lisan;
b.
c.
pencabutan SIPPA.
Pasal 23
(1)
Pemerintah
daerah
merekomendasikan
kabupaten/kota
pencabutan
STRPA
dapat
terhadap
Pemerintah
daerah
kabupaten/kota
dapat
kepada
pimpinan
Fasilitas
Pelayanan
-15-
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a.
Semua
nomenklatur
Peraturan
Perawat
Menteri
519/Menkes/Per/III/2011
Anestesi
Kesehatan
tentang
dalam
Nomor
Pedoman
Peraturan
Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
-16-
Agar
setiap
orang
pengundangan
mengetahuinya,
Peraturan
Menteri
memerintahkan
ini
dengan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 April 2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Mei 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
Kepala Biro
Hukum dan
Organisasi
Tanggal
Paraf
Kepala Badan
PPSDM Kesehatan
Tanggal
Paraf
Sekretaris Jenderal
Kementerian
Kesehatan
Tanggal
Paraf
-17-
Formulir I
Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik
Penata Anestesi (SIPPA)
Kepada Yth,
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota .............
di
................................
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama Lengkap
: ......................................................
Alamat
: ......................................................
Tempat/Tanggal Lahir : ......................................................
Jenis Kelamin
: ......................................................
Tahun Lulusan
: ......................................................
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik
Penata Anestesi pada ................................................... (sebut nama fasilitas
pelayanan kesehatan, alamat, nama kota, kabupaten/kota) sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ...................................................
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi.
Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan:
a. Fotokopi ijazah Diploma III Keperawatan Anestesi yang disahkan oleh
pimpinan penyelenggara pendidikan;
b. Fotokopi STRPA yang masih berlaku;
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;
d. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e. Surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau yang
menyatakan masih bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
bersangkutan;
f. Rekomendasi dari IPAI.
Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Yang memohon,
()
-18-
Formulir II
DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA..
Pas foto
4X6
Nama .............................
NIP .................................
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Organisasi Profesi (IPAI)