Professional Documents
Culture Documents
A.
Pengertian bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gr sampai dengan
4000 gr (Asuhan kesehatan Anak dalam konteks keluarga, 1992 : 93)
Gambar 1.1. Bayi Baru Lahir
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk memastikan bahwa transisi ke
kehidupan ekstraeterin telah berlangsung mulus dan tidak terdapat kelainan
mayor. Pemeriksaan medis yang komprehensif dalam 24 jam setelah lahir harus
dilakukan.Tujuannya adalah:
Mendeteksi setiap kelainan, suatu anomaly congenital yang signifikan terjadi
saat lahir pada 10-20 kasus per 1000 kelahiran hidup.
Mengkonfirmasi dan/ mempertimbangkan penatalaksanaan lebih lanjut untuk
setiap kelainan yang terdeteksi sebelum lahir.
Mempertimbangkan masalah potensial yang terkait dengan riwayat kehamilan
maternal atau gangguan familial.
Memungkinkan orangtua untuk bertanya tentang apapun dan menigkatkan
perhatian kepada bayi mereka.
Menentukan apakah terdapat perhatian khusus oleh pengasuh mengenai
perawatan bayi setelah pulang.
Memberikan promosi kesehatan, khususnya pencegahan sindrom kematian ibu
mendadak (SIDS/ sudden infan death syndrome)
B.
1)
2)
3)
4)
5)
Bunyi jantung dalam menit menit pertam kira-kira 180x/menit, kemudian
menurun sampai 120-140 kali/menit
6)
Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40 kali /menit
7)
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi vernix caseosa
8)
Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
9)
10) Genetalia : Labia myora sudah menutupi labia minora (pda perempuan),
testis sudah turun (pda anak laki- laki)
11) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan grakan
tangan seperti memeluk.
13) Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama.
(Asuhan kesehatan Anak dalam konteks keluarga, 1992 : 93)
A.
2.
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering
yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian (selintas)
berikut:
3.
4.
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.
(Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Pengkajian setelah kelahiran terjadi dalam 3 tahapan, meliputi:
1)
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan
pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi
didekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan
bahwa area tersebut bersih dan kering. segera pula lakukan Penilaian
awal (selintas) dengan menjawab 2 pertanyaan di atas.
Pengkajian dimulai segera selama menit menit pertama kelahiran jika
memungkinkanlakukan penilaian menggunakan skoring APGAR untuk kondisi
fisik dan skoring GRAY untuk interaksi bayi-orangtua.
APGAR SCORE
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frekuensi Jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas reflek)
Dilakukan pada :
1 menit kelahiran
Menit ke-5
Menit ke-10
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu
tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada
masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dengan cepat
dan simultan. Jumlahkan hasilnya
Nilai
0
Appearanc
e
seluruhnya biru
Pulse
tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Grimace
tidak ada
respons
terhadap
stimulasi
meringis/menangi
s lemah ketika
distimulasi
bersin/batuk saat
stimulasi saluran
napas
Activity
lemah/tidak ada
sedikit gerakan
bergerak aktif
Respiratio
n
tidak ada
menangis kuat,
pernapasan baik
dan teratur
(Finster, 2005)
Keterangan :
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
a)
Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 menunjukkan bayi mengalami
depresi serius dan membutuhkan Resusitasi segera sampai Ventilasi.
b)
Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 menunjukkan bayi
mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan Resusitasi.
c)
d)
1)
Periode I (reaktivitas I)
lahir
a)
d) Menangis
e)
f)
2)
A.
PENATALAKSANAAN/PERAWATAN
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran.
Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan
Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu:
1.
Jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit ibu
sesegera mungkin.
2.
Bayi normal akan menangis segera setelah lahir, bila bayi tidak segera
menangis, maka segera bersihkan jalan nafas.
a)
Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di
atas perut ibu
b)
Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi denga kain bersih dan kering/ kassa
c)
d)
Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir
Jika tidak dapat menangis spontan maka lakukan LANGKAH AWAL RESUSITASI :
a)
Letakkan bayi pada posisi terlentang, ditempat yang keras dan hangat.
b)
Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu bayi sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk (sedikit ekstensi)
c)
d)
Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
e)
Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x/ gosok kulit bayi dengan kain kering
dan hangat
Gambar 1.2 Posisi sedikit Ekstensi
Posisi kepala yang benar untuk membuka saluran napas
Sumber: Pelayanan Kesehatan anak di Rumah sakit, WHO 2005
Rangsangan taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang
sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan.
Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan, rangsangan dan
menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan untuk membantu
pernafasan.
Tabel 1.1 Tentang bentuk rangsangan taktil yang harus dihindari
Bentuk rangsangan taktil
yang tidak boleh dilakukan
Bahaya/ resiko
Menepuk bokong
Penemotoraks
Gawat nafas
Kematian
Menempelkan kompres
panas atau dingin atau
menempatkan bayi di air
panas atau dingin
Hipotermia
Mengguncang bayi
Kerusakan otak
Hipotermia
Hipertermia
Luka bakar
3.
atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya
dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun
berada didalam ruangan yang relatif hangat.
Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
a)
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
Gambar 1.3 peristiwa evaporasi
Kehilangan panas ketika air menguap dari kulit atau pernapasan
Sumber: Tom Lissauer, 2008
b)
Konduksi adalah kehilanagan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. contohnya meja, tempat tidur dan
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas
benda-benda tersebut.
Gambar 1.4 peristiwa konduksi
Kehilangan panas secara langsung ke permukaan padat di mana bayi berkontak
langsung
Sumber: Tom Lissauer, 2008
c)
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika konveki aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
Gambar 1.5 Peristiwa konveksi
Panas hilang ke aliran udara
Sumber: Tom Lissauer, 2008
d)
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
Gambar 1.6 Peristiwa radiasi
Kehilangan panas melalui gelombang elektromagnetik dari kulit ke permukaan
sekitar
Sumber: Tom Lissauer, 2008
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan
panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi.
Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu.
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernafasannya.
b)
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk
atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi
dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat
tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti
handuk, selimut atau kain yang basah telah diganti dengan selimut atau kain
yang baru (hangat, bersih, kering)
c)
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. bagian kepala
bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d)
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama
kelahiran.
e)
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama
jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti
bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai
dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/ diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/ selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru
lahir. jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.
4.
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering
tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat
bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal
bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan
yang lebih buruk.
Tanda ini mencakup:
a)
b)
Kejang
c)
d)
Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti
selama >15 detik)
e)
f)
Merintih
g)
h)
Sianosis sentral.
Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika
glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10%
(2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak
terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus
dimulai. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa
lambung.
-
Pengobatan rumatan:
Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV
atau per oral.
Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari, dosis terbagi dua atau tiga secara IV atau per oral.
(Pelayanan Kesehatan anak di Rumah sakit, WHO 2005)
5.
Memotong dan merawat tali pusat (klem, potong dan ikat tali pusat tanpa
membubuhi apapun)
Kira-kira 2 menit setelah lahir, dengan menggunakan klem DTT, lakukan
penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong
isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukn
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di
antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tanagn yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut bayi dengan
selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa bayi terselimuti
dengan baik.
Pemotongan dan pengikatan tali pusat sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit
setelahlahir (atau setelah bidan menyuntikkan oksitosin kepada ibu) untuk
memberi waktu tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga zat besi)
kepada bayi.
Setelah placenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila
tersedia).
a)
Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) ke dalam larutan
klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
b)
c)
d)
Ikat punggung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi
(pusat). gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat disinfeksi tingkat
tinggi atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan
penjepit plastik tali pusat.
e)
Jika pengikat dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang
disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati
dibagian yang berlawanan.
f)
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan didalam larutan
klorin 0,5 %.
g)
Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
c)
Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika pemotong tali pusat
tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan
karena menyebabkan tali pusat basah/ lembab.
d)
6.
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.
Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan
nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).
Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan:
a.
b.
Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi
perlu resusitasi atau tidak
c.
Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan
menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering
untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
d.
Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada
tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
e.
Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu.
Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu
jam:
a.
Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus
berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
b.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
c.
Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan
bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan
bayi. Hindari membersihkan payudara ibu .
d.
Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif
Kala 3 persalinan.
Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai
menyusu:
a.
b.
e.
Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30-60 menit berikutnya.
f.
Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan
kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
g.
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi
hangat kembali.
h.
Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.
Tabel 1.3 Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
No
Perkiraan waktu
7.
Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral
setelah Inisiasi Menyusu Dini
Memberi VIT K
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi I mg IM di paha kiri
segera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defesiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagaian bayi baru lahir. jam setelah lahir
di injeksi vitamin K.
c)
d)
b)
Belum sempurnanya fungsi hati pada bayi baru lahir, terutama prematur.
c)
d)
Rekomendasi :
a)
b)
c)
d)
(1)
(2)
Oral, 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari,
dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan (Rekomendasi A)
b)
Vit K dapat mencegah: (PDVK/ Penyakit yang dapat Dicegah dengan
Vitamin K):
(1)
(2)
Umum : pendarahan kulit, mata, hidung, dan saluran cerna, hepatomegali
ringan
(3)
Pendarahan intrakranial
(1)
(2)
b)
(1)
(2)
Vitamin K1 (Phytomenadione)
Kemasan ampl : 10 mg /ml dan 2 mg/ ml
Cara pemberian
Lokasi: Muskulus quadriseps pada bagian antero-lateral paha
Risiko kecil terinjeksi secara Intra Vena atau mengenai tulang femur dan jejas
pada nervus skiatikus.
b)
c)
(a)
(a)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Menggunakan jarum yang cukup panjang untuk mencapai tempat
penyuntikan yang dituju.
8.
Profilaksis mata
Beri salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat mata bayi. Tetes
mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan keluarga
memomong dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep
mata tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu
satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
Cara pemberian profilaksis mata :
a)
b)
Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
c)
Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata.
d)
e)
Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk
tidak menghapus obat-obat tersebut.
9.
Jumlah
pemberian
Jadwal
1. Usia 0 bulan (segera setelah
lahir)
Regimen tunggal
3 kali
2. Usia 1 bulan
3. Usia 6 bulan
1.
Usia 0 bulan (segera
setelah lahir)
Regimen kombinasi
4 kali
2.
Usia 2 bulan
3.
Usia 3 bulan
Hep B
4.
DPT +
Usia 4 bulan
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan
ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain).
Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus
diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus
Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis.
Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada waktu
terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier 90%.
Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa risiko menjadi carrier 5-10%.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 7 hari karena:
Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus.
Gambar 1.10 Gambar pengambilan sidik jari kaki pada bayi baru lahir
Sumber: Persis Hamilton, 1995
Sidik telapak tangan kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang
tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar
perut dan catat dalam rekam medis.
(Abdul Bari Saefudin, 2002 : N-35)
Macam-macam Reflek
a)
Pada mata
Memeriksa mata dengan oftalmoskop untuk melihat reflek merah. Jika tidak ada
reflek tersebut, yaitu pupil berwarna putih ( katarak, glaukoma, retino blastoma)
maka rujuk bayi langsung ke ahli mata. Periksa juga mata yang tampak normal.
Misalnya untuk koloboma, suatu defek berbentuk kunci pada iris.
Gambar 1.12 Katarak mata sebelah kanan pada bayi baru lahir
Sumber: Tom Lissauer, 2008
b)
Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. bayi akan
membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap
benda yang disentuhkan tersebut.
Gambar 1.14 Rooting reflek
Sumber: Tom Lissauer, 2008
c)
Bila jari kita menyentuh telapak tangan, maka jari-jarinya akan menggenggam
dengan kuat.
Gambar 1.15 Reflek menggengam pada bayi
Sumber: Tom Lissauer, 2008
d)
Babinski reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila jari-jari yang lain
membeber dan membengkok kedepan).
Gambar 1.16 babinski reflek
Sumber: www.kaskus.us/showthread.php
e)
Bila bayi diangkat akan seolah-olah mengangkatkan tubuh pada orang yang
mendekatnya. Hentakan dan gerakan seperti mengenjang pada lengan dan
tangan disertai tangis yang kuat.
Gambar 1.17 Reflek moro
Sumber: Tom Lissauer, 2008
f)
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila bayi ditengkurapkan ia akan
spontan memiringkan kepala.
Gambar 1.18 Tonick neck reflek
Sumber: Adams dalam www.kaskus.us/showthread.php
g)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot daerah mulut dan faring
untuk mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
Arsip Blog
Maret (1)
Oktober (12)
April (9)
Oktober (7)
isna.hudaya.S
Juli (1)
SiT
Bismillah....
Sharing ilmu
kebidanan
and
Biomolekuler
Lihat profil
lengkapku