You are on page 1of 15

PREVALENSI KARIES MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T PADA SISWA

SD NEGERI 35 PALEMBANG
IKGM P-8 KELOMPOK 2
Mahasiswa PSKG FK UNSRI 2013
Abstrak
Pendahuluan: Kesehatan gigi dan mulut hingga saat ini belum mendapat
perhatian yang baik dari masyarakat Indonesia, sehingga angka penyakit mulut
khususnya karies pada anak-anak ataupun orang dewasa tergolong tinggi, hal
tersebut sesuai dengan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2013
yang menyatakan bahwa prevalensi nasional karies aktif di indonesia adalah
53,2% dan prevalensi nasional indeks DMF-T adalah 4,6. Upaya yang dapat
dilakukan guna menghentikan kejadian karies salah satunya adalah dengan
mengetahui cara menyikat gigi yang baik sejak kanak-kanak. Metode: Jenis
penelitian yang dilakukan adalah non-eksperimental dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi yang diambil menjadi sampel menggunakan teknik
purposive sampling pada siswa SD Negeri 35 Palembang serta prevalensi karies
yang diukur menggunakan indeks DMF-T. Hasil : Nilai DMF-T yang didapat
adalah 4,61 yang menyatakan bahwa rata-rata setiap satu siswa SD Negeri 35
Palembang memiliki 4-5 gigi yang bermasalah dengan karies, sehingga dilakukan
penyuluhan mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar serta memberikan
video edukatif guna meningkatkan kesehatan gigi dan mulut para siswa.
Pengetahuan siswa-siswi meningkat setelah dilakukan penyuluhan. Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan nilai DMF-T WHO sebesar 4,61 pada siswa kelas I
dan kelas IV, setelah diberikan penyuluhan dengan metode visualisasi berupada
wayang-wayangan dan video edukatif nilai pengetahuan siswa tentang kesehatan
gigi dan mulut mengalami peningkatan.
Kata kunci : Karies, Menyikat gigi, DMF-T

I.

PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras pada mulut yang sering

terjadi pada anak-anak ataupun dewasa.

Lesi karies yang tidak mendapat

perhatian akan menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu dan dapat
menyebabkan nekrosis pada gigi.1 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan,
bahwa pada tahun 2013 prevalensi nasional karies aktif di Indonesia adalah
53,2%, sedangkan prevalensi nasional indeks Decayed Missing Filled Teeth
(DMF-T) adalah 4,6.2
Penyebab
digambarkan
sampai

utama
sebagai

terjadinya
lapisan

karies
yang

adalah

plak.

Plak

kadang-kadang

dapat
tebalnya

2 mm pada semua permukaan mulut, terutama pada

permukaan gigi dan sering juga pada permukaan gingiva dan lidah.

Plak tersebut berisi kolonisasi bakteri yang dapat menghasilkan asam, sehingga
menyebabkan demineralisasi pada gigi seiring berjalannya waktu apabila kita
tidak rajin menjaga kesehatan gigi dan mulut.3
Pemeriksaan faktor resiko karies sederhana dapat dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan intraoral seperti pemeriksaan kebersihan rongga
mulut, plak gigi, dan saliva pasien. 8 Ada beberapa indeks karies yang dapat
digunakan, salah satunya pemeriksaan karies dengan indeks DMF-T WHO yang
bertujuan untuk menggambarkan pengalaman karies seseorang atau dalam
suatu populasi. World Oral Organization (WHO) merekomendasikan kelompok
umur tertentu untuk pemeriksaan, yaitu kelompok umur 5, 12, 15, 35-44 dan
65-74 tahun.9,10

Salah satu upaya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang dapat
dilakukan adalah dengan menyikat gigi secara teratur dengan benar.4 Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan hanya 9,3% penduduk yang
menyikat gigi sangat sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah makan pagi
dan sebelum tidur malam) dan 12,6% penduduk menyikat gigi sesuai anjuran
program (menyikat gigi setelah makan pagi atau sebelum tidur malam). Lebih dari
setengah penduduk

Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai anjuran

program (menyikat gigi setelah bangun tidur), bahkan 16,6% tidak menyikat gigi.
Keadaan tersebut menyebabkan perlu adanya peningkatan pengetahuan mengenai
kesehatan gigi dan mulut serta tata cara dalam menyikat gigi yang baik dan benar
yang dapat dimulai pada masa kanak-kanak.5
Usia ketika anak menginjak bangku sekolah dasar merupakan saat yang
ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya
menyikat gigi.5 Cara menyikat gigi yang sederhana perlu diberikan kepada anak
agar anak lebih mudah mengerti dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.5,6 Salah satu upaya yang dapat diberikan adalah dengan memberikan
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut secara langsung serta dengan media berupa
video edukatif.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami tergerak untuk memberikan
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode demonstrasi cara menyikat
gigi terhadap tingkat kebersihan rongga mulut sesuai dengan kriteria pembagian
kelompok usia berdasarkan indeks DMF-T WHO yakni pada siswa kelas I usia 5
tahun dan kelas VI usia 12 tahun di SD Negeri 35 Palembang, dengan harapan

bertambanya pengetahuan dan kesedaran anak-anak untuk lebih menjaga dan


memerhatikan kesehatan gigi dan mulut mereka.

II.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 35 Palembang

pada 03

September 2016 dan 08 Oktober 2016. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diambil
menjadi untuk sampel menggunakan teknik purposive sampling pada siswa kelas I
dan kelas VI SD Negeri 35 Palembang, serta prevalensi karies dengan
menggunakan pengukuran indeks DMF-T yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai prevalensi karies di SD Negeri 35 Palembang.
Untuk umur indeks dan kelompok umur, World Oral Organization (WHO)
merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk pemeriksaan, yaitu kelompok
umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12, 15, 35 44 dan 65-74 tahun untuk gigi
permanen. Jumlah subjek yang diperiksa untuk setiap umur minimal 25 50
subjek untuk setiap kelompok. Sehingga subjek yang didapat pada penelitian ini
adalah 50 siswa-siswi kelas I dan 50 siswa-siswi kelas VI SD Negeri 35
Palembang.
Pada kunjungan pertama, tanggal 03 September 2016, dilakukan
pengambilan data sampel menggunakan Indeks DMF-T guna mengetahui
prevalensi karies siswa kelas I dan kelas VI SD Negeri 35 Palembang. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan Indeks DMF-T adalah: 10
1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen


dimasukkan dalam kategori D.
3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D.
4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan
perawatan ortodontik tidak dimasukkan dalam kategori M.
6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam
kategori F.
8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan
dalam kategori M.
Pemeriksaan indeks DMF-T dilakukan pada kunjungan pertama dengan
total sampel yang berjumlah 100 anak. Nilai DMF-T yang didapat dari kunjungan
pertama akan dibuat seperti raport dalam bentuk leaflet yang berisi nilai DMF-T
masing-masing anak beserta pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Hasil yang didapat dari pemeriksaan DMF-T menentukan pemilihan solusi guna
mengatasi masalah prevalensi karies pada SD Negeri 35 Palembang.
Pada kunjungan kedua, tanggal 08 September 2016, siswa terlebih dahulu
diberikan kuesioner untuk melihat nilai pengetahuan siswa sebelum diberikan
penyuluhan. Kemudian dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut dengan konsep yang berbeda, namun dengan tujuan
serta tema yang serupa. Pada siswa kelas I edukasi diberikan melalui sebuah

visualisasi wayang atau gambar serta alat peraga berupa model gigi, sedangkan
pada siswa kelas VI edukasi diberikan melalui sebuah video edukatif serta alat
peraga berupa model gigi. Setelah diberikan penyuluhan diberikan kembali
kuesioner yang sama untuk melihat perubahan nilai pengetahuan pada siswa.
Setelah mendapat edukasi mengenai cara menyikat gigi yang baik dan
benar serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, kunjungan kedua
berlanjut dengan sikat gigi masal yang diikuti oleh seluruh sampel dan ditutup
dengan pemberian data raport dalam bentuk leaflet yang didapat dari hasil
pemeriksaan DMF-T pada kunjungan pertama.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian mengenai prevalensi DMF-T dan pengetahuan kesehatan gigi

dan mulut pada anak usia pada anak usia 5 - 6 tahun dan usia 12 tahun di SD
Negeri Palembang. Sampel dilakukan pada siswa kelas I dengan jumlah siswa 50
orang dan kelas VI dengan jumlah siswa 50 orang. Seluruh siswa yang memenuhi
kriteria kemudian dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk pengambilan data
indeks DMF-T WHO dan diberikan sebuah penyuluhan mengenai kesehatan gigi
dan mulut.
Penelitian ini dilakukan dua kali kunjungan yaitu penelitian pertama
dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut terlebih dahulu pada tanggal 03 September
2016 hari sabtu pada pukul 08.00 11.00 WIB dengan penilaian indeks DMF-T
untuk pengambilan data DMF-T dan untuk mengetahui tingkat keparahan karies
pada masing-masing usia.

Penelitian kedua pada tanggal 8 oktober 2016 pada pukul 08.00 11.00
WIB siswa terlebih dahulu diberikan kuesioner untuk melihat nilai pengetahuan
siswa sebelum diberikan penyuluhan. Kemudian diberikan penyuluhan mengenai
gigi sehat, cara merawat gigi agar tetap sehat dan bersih, gigi berlubang, penyebab
gigi berlubang, cara pencegahan gigi berlubang, perawatan terhadap gigi
berlubang, manfaat menyikat gigi, cara menyikat gigi yang baik dan benar serta
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut diusia dini, dilanjutkan kembali
dengan pemberian kuesioner yang sama sesuai dengan materi penyuluhan yang
telah diberikan sebelumnya untuk melihat perubahan nilai pengetahuan setelah
dilakukan penyuluhan.
Cara penilaian dengan indeks DMF-T yaitu memeriksa seluruh gigi yang
mengalami karies pada rahang atas dan rahang bawah, karies sekunder, dan
tumpatan sementara. Semua gigi yang hilang karena dicabut disebabkan oleh
karies, dan semua gigi dengan tumpatan permanen dan perawatan saluran akar.
Pemeriksaan gigi karies (indeks DMF-T) dilakukan dengan menggunakan kaca
mulut dan sonde setengah lingkaran dengan penerangan sinar matahari.
Setelah keseluruhan data diperoleh dari hasil seluruh sampel yaitu 100
orang kemudian dihitung dengan menggunakan rumus untuk menghitung DMF-T:
DMF-T = D + M + F.
DMFT ratarata=

jumlah D+ M + F
jumlah orang yang diperiksa

Untuk mengetahui indeks DMF-T, WHO memberikan kategori berupa


derajat interval sebagai berikut (pine, 1997) :

1. Sangat rendah : 0,0 1,1


2. Rendah : 1,2 2,6
3. Moderat : 2,7 4,4
4. Tinggi : 4,5 6,5
5. Sangat tinggi : 6,6

Jumlah DMF-T Kelas I SD Negeri 35 Palembang


JUMLAH
400
300 305
200
100
9

0
D

Gambar 1: Distribusi masing-masing indeks DMF-T Kelas I SD


Negeri 35 Palembang

Jumlah DMF-T Kelas VI SD Negeri 35 Palembang


160
140 143
120
100
80
60
40
20
0
D

JUMLAH

Gambar 2: Distribusi masing-masing indeks DMF-T Kelas I SD


Negeri 35 Palembang

Hasil pemeriksaan DMF-T pada anak kelas I yang berusia 6 tahun di SD


Negeri 35 Palembang, yaitu indeks D (Decay) berjumlah 305, M (Missing)
berjumlah 9, dan F (Filling) berjumlah 0 (Gambar 1). Sedangkan hasil
pemeriksaan DMF-T pada anak kelas VI yang berusia 11-12 tahun di SD Negeri
35 Palembang, yaitu indeks D (Decay) berjumlah 143, M (Missing) berjumlah 0,
dan F (Filling) berjumlah 4 (Gambar 2). Jumlah keseluruhan dari indeks DMF-T
siswa kelas I dan kelas VI SD Negeri 35 Palembang adalah 4,61 termasuk ke
dalam kategori tinggi. Hal tersebut memiliki makna bahwa terdapat 4 sampai 5
gigi yang mengalami karies.
Tabel 1: Distribusi responden berdasarkan kategori status karies dan jenis kelamin
siswa kelas I SD Negeri 35 Palembang
Status Karies

JenisKelami
n
Perempuan

Renda
Sangat Rendah
2

h
1

Moderat

Tinggi

Sangat Tinggi
11

Laki-laki
Total (n=50)

3
5

2
3

4
11

6
10

10
21

Berdasarkan kategori status karies dalam perhitungan DMF-T responden


menurut kriteria WHO, untuk kelas I sejumlah 2 siswa perempuan dan 3 siswa
laki-laki termasuk dalam kategori sangat rendah, 1 siswa perempuan dan 2 siswa
laki-laki termasuk kategori rendah, 7 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki pada
kategori sedang, 4 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki pada kategori tinggi,
dan 11 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki termasuk dalam kategori sangat
tinggi (Tabel 1).

Tabel 2: Distribusi responden berdasarkan kategori status karies dan jenis kelamin
siswa kelas VI SD Negeri 35 Palembang
JenisKelami
n
Perempuan
Laki-laki
Total (n=50)

Status Karies
Sangat Rendah
7
8
15

Rendah
4
3
7

Moderat

Tinggi

13
6
19

3
5
8

Sangat Tinggi
1
0
1

Berdasarkan kategori status karies dalam perhitungan DMF-T responden


menurut kriteria WHO, untuk kelas VI sejumlah 7 siswa perempuan dan 8 siswa
laki-laki termasuk dalam kategori sangat rendah, 4 siswa perempuan dan 3 siswa
laki-laki termasuk kategori rendah, 13 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki
pada kategori sedang, 3 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki pada kategori
tinggi, dan 1 siswa perempuan termasuk dalam kategori sangat tinggi (Tabel 2).

Tabel 3: Distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin siswa kelas I


SD Negeri 35 Palembang
Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-laki

Total Skor
Sebelum
Penyuluhan
70
75

Total Skor
Setelah
Penyuluhan
116
120

Tabel 4: Distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin siswa kelas VI


SD Negeri 35 Palembang
Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-laki

Total Skor
Total Skor
Sebelum
Setelah
Penyuluhan Penyuluhan
93
130
84
97

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, tingkat pengetahuan siswa


kelas I SD Negeri 35 Palembang tentang kesehatan gigi dan mulut dibagi
berdasarkan jenis kelamin dengan total skor sebelum dilakukan penyuluhan 70
pada siswa perempuan dan 75 pada siswa laki-laki, setelah dilakukan penyuluhan
terjadi peningkatan nilai skor yaitu 116 pada siswa perempuan dan 120 pada siswa
laki-laki (Tabel 3). Sedangkan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
siswa kelas IV SD Negeri 35 Palembang dengan total skor sebelum penyuluhan
93 pada perempuan dan 84 pada laki-laki, setelah dilakukan penyuluhan

meningkat menjadi 130 pada siswa perempuan dan 97 pada siswa laki-laki (Tabel
4).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai DMF-T
sedikit lebih tinggi pada siswa laki-laki dibandingkan siswa perempuan baik untuk
kelas I maupun kelas IV. Sedangkan nilai pengetahuan siswa perempuan dan
siswa laki-laki untuk kelas I dan IV terjadi peningkatan setelah diberikan
penyuluhan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan siswa
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau
tidaknya kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh
secara alami maupun secara terencana yaitu, salah satunya melalui proses
pendidikan.
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini,
karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta
larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan
giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan
pada anak usia sekolah.
Penyuluhan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar umur 6-12 tahun
sangat penting karena pada usia tersebut adalah masa kritis, baik bagi
pertumbuhan gigi geliginya juga bagi perkembangan jiwanya sehingga

memerlukan metode dan pendekatan untuk menghasilkan pengetahuan, sikap, dan


perilaku yang sehat khususnya kesehatan gigi dan mulut.
Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa alat penyalur pesan-pesan kesehatan
berasarkan fungsinya dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, media elektronik dan
media papan. Media cetak dapat terdiri dari boobklet, leaflet, flyer (selebaran),
flif chart, rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, serta poster.
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan informasi kesehatan, yang
terdiri dari televisi, radio video, slide dan film strip. Media papan (Billboard),
biasanya dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan. Intervensi penyuluhan kesehatan gigi yang
digunakan di SD Negeri 35 Palembang menggunakan leaflet yang diberikan
kepada seluruh siswa kelas I dan kelas VI. Sedangkan pemutaran video edukatif
yang dibuat khusus untuk kelas VI, serta untuk kelas I menggunakan media
visualisasi berupa wayang-wayangan.
IV.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan

pada siswa kelas I dan kleas IV SDN 35 Palembang maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1.
Tingginya prevalensi karies yang diukur menggunakan indeks DMF-T
2.

WHO yaitu 4,6.


Terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan pada

3.

siswa-siswi kelas I dan kelas IV SDN 35 Palembang.


Penyuluhan dengan metode visualisasi berupa wayang-wayangan dan

V.

video edukatif dapat memberikan peningkatan pada siswa-siswi.


SARAN

Perlunya edukasi lebih lanjut mengenai kesehatan gigi dan mulut yang
dapat diberikan oleh pihak sekolah melalui jalinan kerjasama antara sekolah
dengan Lembaga kesehatan ataupun Organisasi mahasiswa guna meningkatkan
pengetahuan para siswa.

LAMPIRAN

1
2

DAFTAR PUSTAKA
Edwina KM, Sally JB. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC.2012:1-3.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Jakarta : Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2013. Hal 187-90
Tambun LE. Penyuluhan kesehatan gigi pada anak. Hal 1-7. Diunduh dari
http://resources.unpad.ac.id/unpad. Diakses 30 Desember 2011.

Peneva M. Dental Caries Disturbed Balance of The Risk Factors. J of Int


Medical Association Bulgaria 2007;13(2)
5 Natamiharja L, Dwi NS. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Perilaku
ibu terhadap status karies gigi balita nya. Dentika Dental Jurnal 2010;1(1):
37-41
6 Listrianah. Gambaran DMF-T Dan Tingkat Pencapaian PTI Pada SiswaSiswi SDN 94 Palembang. Jurnal.Poltekkespalembang.ac.id.2013
7 Destiya dwi Haryanti. Efektivitas Menyikat Gigi Metode Horizontal,
Vertikal dan roll dalam Penurunan Plak pada anak Usia 9-11 Tahun. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.2014
8 Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
9 Eka. Pengaruh pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan sikap
anak usia sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta. Jurnal
Unikal; 2010; 1-2.
10 Pintauli, Sondang,. dan Taizo Hamada. 2014. Menuju Gigi dan Mulut
Sehat: Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan: USU Press.

You might also like