You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar
50% sampai 80% dari seluruh kehamilan. Kondisi ini umumnya disebut
morning sickness. Bagaimanapun sebesar 0,05% - 2% pada seluruh
kehamilan dapat terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering
disebut dengan hiperemesis gravidarum,dengan prevalensi 1% sampai 3%
atau 5-20 kasus per1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001).
Gejala gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan
muntah terjadi pada 60 80% primi gravida dan 40 60% multi gravida. Satu
diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan
mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum.
Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena
sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala
mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan
sehari hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan
inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan
fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa keperawatan mengerti tentang hiperemesis gravidarum
Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum


2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum diartikan sebagai mual muntah yang
berlebihan pada wanita hamil lebih dari 10 kali dalam 24 jam sehingga
mengganggu kesehatan dan aktivitas sehari-hari. (Mochtar, 1998)
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah
suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di
makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
kurang, dieresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berat selama
kehamilan, yang terjadi pada 1-2%

ibu hamil atau 1-20 pasien per 1000

kehamilan. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asambasa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Selain
menimbulkan hal-hal di atas, hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan
dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan

ketonuria, sehingga

mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit. Keluhan ringan atau
minor berupa emesis gravidarum dapat semakin meningkat menjadi
hiperemesis gravidarum. Pada keadaan hiperemesis gravidarum sudah terdapat
gejala klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah berlebihan yang
menyebabkan terjadinya dehidrasi, berat badan menurun, keluhan mental
dalam bentuk delirium, diplopia, nistagmus, serta terdapat benda keton dalam
darah sebagai akibat metabolism anerobik.
Jadi

dapat

disimpulkan

bahwasannya

hiperemesis

gravidarum

merupakan mual muntah yang sangat berat yang dialami oleh beberapa wanita
hamil. Dimana frekuensi mual muntah mencapai 10 kali dalam 1 hari.
2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum hingga saat ini belum diketahui secara
pasti dan multifaktoral. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh

faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor


predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan sebagai berikut :
1. Faktor Hormonal
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Hiperemesis Gravidarum memiliki insiden yang tinggi pada kondisi
kadar hCG yang tinggi, yaitu pda kehamilan kembar, kehamilan mola
dan sindrom Down. Bagaimana hCG dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum masih belum jelas, tetapi diduga karena efek pada proses
sekresi di saluran pencernaan bagian atas atau adanya stimulasi fungsi
tiroid karena kesamaan structural thyroid stimulating hormone (TSH).
b. Hipertiroidisme
Biasanya bersifat sementara dan diduga sebagai salah satu faktor
penyebab hiperemesis gravidarum. HCG diduga sebagai penyebab
sementara terjadinya kenaikan kadar homon tiroid. hCG adalah homolog
untuk tiroid stimulating hormone (TSH) dan berfungsi sebagai TSH
agonis yang lemah. Oleh karena itu terjadi peningkatan total triiodothyronine (T3) dan tiroksin (T4) dalam darah. Pada saat yang sama,
kadar TSH dalam arah akan berkurang, mungkin karena umpan balik
negatif yang merupakan pengaruh T3 dan T4 pada pituitari dalam
mensekresikan TSH.
c. Progesteron
Ibu hamil dengan mual dan muntah pada awal kehamilan memiliki
tingkat progesterone secara signifikan lebih rendah. Pada kehamilan
yang mendapat progesterone selama fase luteal tidak menunjukan
peningkatan

insiden

hiperemesis

gravidarum,

sehingga

kadar

progesterone yang tinggi tidak menyebabkan hiperemesis gravidarum.


d. Estrogen
Estrogen memiliki pengaruh terhadap beberapa mekanisme yang dapat
memodulasi faktor yang menyebabkan HEG. Tingkat estrogen yang
tinggi mengakibatkan waktu pencernaan di usus lebih lambat dan
pengosongan lambung akan mengakibatkan peningkatan akumulasi
cairan yang tinggi. Pergeseran pH dalam GIT bisa mengakibatkan
4

manifestasi dari infeksi Helicobacter pylori subklinis, yang dapat


berhubungan dengan gejala gastrointestinal.
2. Faktor organic

Masuknya vili khorealis dalam sirkulasi maternal dan perubahan


metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan.

Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.

3. Infeksi Helicobacter pylori (H pylori)


Skrining untuk Helicobacter pylori harus ditambahkan pada investigasi
hiperemesis gravidarum, terutama pada kondisi yang memanjang dimana
hanya terpaku pada penatalaksanaan konvensional dan kasus-kasus yang
berlanjut sampai trimester kedua. Regimen non teratogenik untuk
penanganan Helicobacter pylori harus dipertimbangkan.
4. Faktor psikologi
Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu. Selain itu mengenai
kehamilan dari si Ibu apakah kehamilannya diinginkan atau tidak dan
apakah si Ibu dapat menerima kehamilannya.
5. Faktor gizi/anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum
a. Gravida
Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai penyebab hiperemesis
gravidarum adalah pada primigravida (Prawihardjo, 2005). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih
sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan
dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama.
Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada
multigravida.
b. Pendidikan
Kejadian hiperemesis pada ibu hamil lebih sering terjadi pada ibu hamil yang
berpendidikan rendah (Prawihardjo, 2005). Secara teoritis, ibu hamil yang
5

berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan


keluarganya selain itu kecukupan nutrisi lebih terjamin.
c. Riwayat Kehamilan
Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan (Prawihardjo, 2005).
2.3 Patofisiologi hiperemesis gravidarum
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Hormone estrogen yang meningkat menyebabkan menurunnya
produksi asam lambung (HCL) dan menurunnya kecepatan pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Di awali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi jaringan menurun untuk memberikan

nutrisi dan

mengkonsumsi O2. Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolism


menuju kearah anaerobic yang menimbulkan benda keton dan asam laktat.
Muntah yang berlebihan dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi.
Hiperemesis gravidarum

merupakan

mual dan muntah yang

berlebihan pada ibu hamil, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan


dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita,
tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal.
Wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan
gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
6

asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida
darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik.
2.4 Manifestasi klinik
Tanda dan Gejala
a. Muntah yang hebat
b. Haus
c. Dehidrasi
d. Berat badan turun
e. Keadaan umum mundur
f. Kenaikan suhu
g. Icterus
h. Gangguan cerebral ( kecerdasan menurun, derilium )
i. Laboratorium : Protein,aseton, uribilinogen, porphirin dalam urin
bertambah, silinder ( + ).
Tidak ada batas yang jelas antara mual yang masih fisiologik dalam
kehamilan dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum
penderita

terpengaruh,

sebaiknya

ini

dianggap

sebagai

hiperemesis

gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi


ke dalam 3 tingkatan:
1. Tingkat I (ringan)

Mual secara terus menerus


Mempengaruhi keadaan umum pasien, dehidrasi, turgor turun, merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan mata cekung
dan lidah kering.

Merasa nyeri pada epigastrium karena asam lambung meningkat dan


terjadi regurgitasi ke esophagus.

Nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun.

2. Tingkat II

Dehidrasi makin meningkat akibatnya:


Tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit makin turun, lidah kering
dan kotor, mata tampak cekung, berat badan menurun.

Kardiovaskuler:
Frekuensi nadi semakin cepat, nadi kecil karena volume darah turun,
suhu kadang-kadang naik.

Liver fungsinya terganggu menimbulkan ikterus yang khususnya


tampak pada mata.

Ginjal:

dehidrasi

menimbulkan

gangguan

fungsi

ginjal

yang

menyebabkan oliguria, anuria dan terdapat timbunan benda keton


aseton yang dapat diperkirakan dengan baunya yang khas.

Berat badan makin turun.

Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat rupture esophagus dan


pecahnya mukosa lambung pada syndrome Mailory Weiss.

3. Tingkat III

Muntah berhenti atau terjadi muntah campur darah karena mukosa


lambung dan robek dan menimbulkan perdarahan.

Sindrom Mallory Weiss.

Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau


koma.

Terdapat ensefalopati Wernicke: Nistagmus, diplopia dan gangguan


mental.

Kardiovaskuler: Nadi kecil, tekanan darah menurun dan temperature


meningkat.

Gastrointestinal: Ikterus semakin berat dan terdapat timbunan aseton


yang semakin tinggi dengan bau yang makin tajam.

Ginjal: Oliguria semakin berat dan menjadi anuria.

2.5 Penatalaksanaan
8

1. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan
Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
sepertiAvopreg,Avomin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti
Dramamin, Avomin. Antasida
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik.. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per
hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intra vena.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan

untuk

mengakhiri

kehamilan.

Keputusan

untuk

melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak
tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu
sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
9

bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang


dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan
selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
Kalsium.
7. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
berumur 4 bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
d. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau
terlalu dingin
f. Usahakan defekasi teratur.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
2.7 Komplikasi
10

Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:


a. Komplikasi ringan: Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari
kekurangan

gizi,

alkalosis,

hipokalemia,

kelemahan

otot,

kelainan

elektrokardiografik, tetani, dan gagguan psikologis.


b. Komplikasi yang mengancam kehidupan: Rupture oesophageal berkaitan
dengan muntah yang berat, encephalophaty wernickes, mielinolisis pusat
pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara
spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.
2.8 Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada
tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

11

BAB III
12

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Seorang pasien bernama Ny. X, 22 tahun, hamil dengan usia
kandungan 9 minggu datang ke RS.UA dengan keluhan mual dan muntah
terus-menerus, terutama di pagi hari. Frekuensi muntah hingga 7 x/ hari. klien
mengatakan nafsu makan tidak ada. Badan klien terlihat lemas, ada keluhan
nyeri pada daerah epigastrium. Klien mengaku BB sebelum hamil 59 kg dan
BB sekarang 50 kg, TB 158 cm. Nadi 106 x/menit, lemah dan cepat, suhu
badan 37,6 C, tugor kulit > 2dt, bibir kering, lidah kering dan kotor, RR
23x/menit, TD 100/60 mmHg, terdapat juga keluhan oliguri. Ibu belum siap
menghadapi kehamilan pertama ini.
3.2 Pengkajian

Identitas

Pengkajian tanggal: 18 November 2012


Tanggal MRS
: 18 November 2012
Ruang/Kelas
: A3 Ginekology
Nama Ibu : Ny. X
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: IRT
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat
: Sby

Jam
: 08.00 WIB
No. RM : 876531
Dx. Medis: Hiperemesis
gravidarum
Nama Suami : Tn. Y
Ke
:I
Umur
: 27 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat
: Sby

13

Riwayat
Menstruasi

Riwayat Sakit dan Kesehatan

Keluhan Utama: pasien mengeluh sering muntah. Sehari sampai 7 kali,


selain itu pasien juga mengeluh lemas.
Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak
perlu) saat ini:
Ibu datang ke RS.Y untuk memeriksakan kehamilannya, mengaku
hamil 2 bulan anak ke 1. Mengeluh sering mual dan muntah dan juga
lemas. Ibu cemas dengan keadaannya dan ibu belum siap dengan
kehamilan pertama ini.
Penyakit/operasi yang pernah diderita: Tidak ada
Penyakit yang pernah diderita keluarga: Ayah menderita diabetes
melitus dan ibu menderita hipertensi.
Riwayat alergi: O ya

(*) tidak

Keterangan:

Lain-lain:
Menarche: Usia 10 tahun
Banyaknya: biasa
HPHT: 19 september 2012
Usia Kehamilan: 2 bulan
Lain-lain:

Siklus: 28 hari
Lama: 5-7 hari
Dismenorhea:Taksiran Partus: Juni 2013

Riwayat Obstetri

GI PI
Hamil
ke-

Usia
kehamilan

2 bulan

Jenis
persalinan

Genogram

Keterangan:

Penolong

Penyulit

BB/PB

Usia
anak
saat ini

KB/ Jenis/
Lama

Pasien
:
Laki-laki :
Perempuan
Meninggal
Tinggal serumah

14

Observasi
Kepala dan leher
Dada (Thoraks)

Keadaan umum : Lemah


Kesadaran: Kompos mentis
Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan: 158 cm
Tanda Vital:
TD: 100/60mmHg Nadi: 106x/mnt Suhu: 37,60C
RR: 23 x/mnt
CRT: >2
Akral: panas kering
GCS: 4 5 6
Lain-lain:
Rambut: bersih
Mata
konjungtiva : anemis
Sklera : bening
Pupil : ishokor
(-) Edema palpebra
(-) Penglihatan kabur
lain-lain:
Hidung:
(-) Epistaksis
lain-lain: simetris tidak ada sputum
Mulut
mukosa bibir: kering, lidah: ada stomatitis, gigi: tidak ada caries
Kebersihan mulut: bersih
lain-lain:
Telinga
gangguan pendengaran: tidak
(-) Otorhea
(-) otalgia
(-) tinitus
kebersihan: bersih
lain-lain:
Cloasma: tidak
Jerawat: tidak ada
(-) Nyeri telan
(-) pembesaran kelenjar tiroid
(-) Vena
jugularis
Lain-lain: mata cowong
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Jantung: Irama: normal
S1/S2: normal
Nyeri dada: tidak
Bunyi: normal
Nafas: Suara nafas: vesikuler
Keterangan: Jenis:
Keterangan:
Batuk: Sputum: tidak ada
Nyeri: Payudara: konsistensi
areola: coklat
papilla :
Simetris
Produksi ASI : Nyeri : Lain-lain:
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

15

Perut (Abdomen)
Genitalia
Tangan dan kaki

Ginekologi:
Pembesaran: tidak
benjolan: tidak
area:
Ascites: tidak
Peristaltik: 6 x/menit
tekan:
Luka: tidak
Lain-lain:
Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: Lnea:
Palpasi: Leopold I : TFU di bawah pusar (mc.donald 16 cm)
Leopold II :
Leopold III:
Leopold IV:
DJJ: Lain-lain:
Postpartum:
Fundus uteri: Kontraksi uterus: Luka: Lain-lain: Lain-lain: Albumin : 2.2
Hb : 9 Px lemas
Diet lunak, porsi tidak habis. Lila : 20 cm Muntah: kurang + 20 cc
Masalah keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Keputihan: Perdarahan:
Laserasi: VT:
eff:
Miksi: Defekasi:
Lain-lain: Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
Kemampuan pergerakan: bebas
Kekuatan otot:
Refleks: Patella: +
Triceps
Biceps
Babinsky:
Brudzinsky:
Kernig: Keterangan:
Edema:
Luka:
Lain-lain:
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

16

Aspek
Nutrisi

Perubhan

Eliminasi

Istirahat/tidur
Aktivitas
Seksual
Kebersihan Diri
Koping

Ibadah
Konsep diri

Sebelum hamil
Makan 3 kali sehari,
porsi habis
BAB 1-2x sehari,
konsistensi lembek,
BAK lancar 4-5x/ hari
7-8 jam perhari
Melakukan aktifitas
sehari-hari secara
mandiri
Bersih
Jika ada masalah,
pasien membicarakan
dengan suami dan
konsultasi k RS
Rutin
Tidak ada gangguan

Saat hamil
Makan 2 kali sehari,
porsi tidak habis
BAB 1x/3hari,
konsistensi padat, BAK
1-2x/ hari konsentrasi
pekat
5-6 jam perhari
Melakukan aktifitas
sehari-hari dibantu
sebagian
Bersih
Jika ada masalah,
pasien membicarakan
dengan suami dan
konsultasi k RS
Rutin
Ibu belum siap
menerima kehamilan

Pengetahuan dan Perilaku


Kesehatan

Kontrasepsi: Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): Merokok: Obat-obatan/Jamu: Lain-lain: Masalah keperawatan: tidak ada masalah

17

Pemeriksaan Penunjang
dan Terapi

Laboratorium
Hematology
- Hb 9
- Gol. darah: O
- Urin Glukosa:
(-)
- Protein : +1
Albumin : 2,2
gr/dl
Na: 110 mmol/L

Foto/Radiologi
-

USG
normal

Lain-lain
-

Kalium : 3
mmol/L
Terapi/ Tindakan medis

3.3 Analisa Data


DATA
DS :
- Pasien
mengeluh
mual muntah yang
sering, sehari lebih
dari 7 kali, tidak
nafsu makan.
DO:
- BB : 50 kg (turun 9
kg.).
- TB : 158 cm
- Lila : 20 cm
- Albumin : 2.2
- Hb : 9
- Pasien tampak pucat
dan lemas.
- Diet lunak, porsi
tidak habis.
DS: Pasien mengeluh
mudah lemas/lelah saat

ETIOLOGI
kadar hCG

MASALAH
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.

mual dan muntah


berulang kali

nafsu makan

intake makanan

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Kehilangan cairan

Intoleransi aktivitas

berlebih

melakukan aktivitas.
dehidrasi
18

DO:
-

RR: 23 kali/menit

Nadi: 106x/menit

Pasien

tampak

lemah.

aliran darah ke jaringan


metabolism intra sel
otot lemah
Intoleransi aktivitas

DS :
-

Pasien mengeluh
sering

Merasa haus

Mengeluh lemas
Mukosa

kering,

turgor kurang.
Nadi

faktor psikologi ibu

cairan

volume

Merangsang syaraf
muntah pada otak
(Chemoreceptor Trigger
Zone, CTZ)

DO:

Kekurangan

mual

muntah.

Peningkatan hCG +

106

kali/menit.

Banyak cairan yang


keluar
Dehidrasi

Suhu : 37.5 C

BB : 50 kg (-9 kg)

Na: 110 mmol/L

Kalium

Mual muntah berulang


kali

Kekurangan volume
cairan

mmol/L
DS :
-

Kehamilan

Ansietas

Pasien
mengatakan
belum siap dalam

Ketidaksiapan ibu dalam


menghadapi kehamilan

menjalani
kehamilan.
-

Pasien
takut.

Cemas, takut dan gelisah


merasa
Ansietas

DO:
19

Tampak gelisah

Nadi 106x/menit

RR 23x/menit

3.4 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien di atas adalah meliputi :
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan secara aktif.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status dan/atau fungsi peran.
3.5 Intervensi
No
1

Perencanaan

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Gangguan

Dalam waktu 3x24

1. Pantau dan catat

-Takikardia, ispnea,

keseimbangan

jam

TTV setiap 2 jam atau

atau hipotensi dapat

cairan dan

1. Membrane

sesering mungkin

mengindikasikan

elektrolit

mukosa

sesuai keperluan

kekurangan volume

sampai stabil.

cairan atau

Kemudian pantau dan

ketidakseimbangan

catat TTV setiap 4 jam

elektrolit.

2.Ukur asupan dan

-luaran urine yang

haluaran setiap 1

rendah dan berat

berhubungan
dengan
kehilangan

lembab
2. CRT kurang
dari 3 detik
3. TTV normal

cairan secara
aktif

sampai 4 jam. Catat dan jenis urine yang


laporkan perubahan

tinggi

yang signifikan

mengindikasikan

termasuk urine, feses,

hipovolemia

muntahan, drainase
luka, drainase
nasogastrik, drainase
20

slang dada, dan


haluaran yang lain.
3.Timbang pasien pada

Untuk memberikan

waktu yang sama setiap

data yang lebih

hari

akurat dan konsisten.


Berat badan
merupakan indicator
yang baik untuk
status cairan.

4. Kaji turgor kulit dan

-Untuk memeriksa

membrane mukosa

Dehidrasi

mulut setiap 8 jam


5. Berikan perawatan

-Untuk menghindari

mulut dengan cermat

dehidrasi membrane

setiap 4 jam

mukosa

6. Periksa berat jenis

-Peningkata berat

urin setiap 8 jam

jenis urine dapat


mengindikasikan

Intoleransi

Setelah dilakukan

1. Kaji tingkat

dehidrasi
-Komunikasi

aktivitas

Tindakan

berfungsi pasien

diantara anggota staf

berhubungan

keperawatan selama

dengan menggunakan

dapat meyakinkan

dengan

3x24 jam terjadi

skala mobilitas

kontiunitas

kelemahan fisik

peningkatan

fungsional.

perawatan dan

toleransi aktivitas

Komunikasikan tingkat

mempertahankan

dengan criteria hasil:

ini pada staf

kemandirian

1. Melaporkan dan

2 . Kecuali

Latihan ROM dapat

mendemonstrasikan

dikontraindikasikan,

mencegah kontraktur
21

peningkatan

lakukan ROM setiap 2

aktivitas fisik yang

sampai 4 jam.

dapat diukur

Tingkatkan dari pasif

2. Skala mobilitas 01
3. Skala kekuatan

sendi dan atrofi otot

ke aktif, sesuai
toleransi pasien.
3. Kaji
kehilangan/gangguan

otot 5 (dapat

keseimbangan gaya

melawan tahanan)

jalan, kelemahan otot

Menunjukkan
perubahan neurologi
karena defisiensi
vitamin B12

4. Klien terlihat

mempengaruhi

Segar

kamanan pasien
/resiko cedera
Manifestasi
4. Awasi TD, nadi,

kardiopulmonal dari

pernapasan, selama dan

upaya jantung dan

sesudah aktivitas. Catat

paru untuk membawa

respon terhadap tingkat

jumlah oksigen

aktivitas (mis.

adekuat ke jaringan

Peningkatan denyut
jantung/TD, disritmia,
pusing, dispnea,
takipnea, dan
sebagainya

Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan pada
status dan/atau
fungsi peran.

Kriteria hasil :
1. Ansietas

1. Berikan dorongan pada

- Membantu klien

klien untuk

dalam memperoleh

mendiskusikan

kesadaran dan

berkurang,

perasaannya

memahami keadaan

dibuktikan dengan

mengemukakan

diri yang sebenarnya

menunjukkan

persepsinya tentang

control agresi,

kecemasannya.
22

control ansietas,

2. Bantu pasien untuk

- Memberikan

koping, control

memfokuskan pada

pengkajian dasar untuk

impuls, dan secara

situasi saat ini, sebagai

perbandingan

substansial

alat untuk

selanjutnya,

mengidentifikasi

mengidentifikasi

mekanisme koping yang

kekuatan dan masalah

dibutuhkan untuk

yang potensial.

menunjukkan
ketrampilan interaksi
social yang efektif.

mengurangi ansietas.

2. Menunjukkan

3. Ajarkan tehnik

control ansietas.

relaksasi dan distraksi.

3.

- Memberikan perasaan
kontrol terhadap
situasi.

Mengkomunikasikan
kebutuhan dan
perasaan negative
secara tepat.

3.6 Evaluasi
o Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan
o TTV tetap stabil
o Volume cairan tetap adekuat
o Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembap
o Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan
luaran)
o Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman
o Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
o Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat
ditoleransi

23

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

24

a. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita


hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum
pasien memburuk.
b. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan
energi, tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan
elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
c. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan
berat
d. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan
yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan
komplikasinya
e. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi
obat-obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila
keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.
4.2 Saran
Makalah ini disusun agar para pembaca khususnya pada wanita hamil agar
selalu memeriksakan kehamilannya, kepada tenaga kesehatan. Sedini mungkin
pemeriksaan akan menghindarkan resiko kehamilan yang lebih berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ratna. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Penerbit Salemba

25

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Buku Ajar Patologi Obstetri. Penerbit ECG
Manuaba, Ida Bagus Gde dkk. Pengantar Kuliah Obstertetri. Penerbit ECG
Carpenito, Lynda Juall. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada praktik klinis edisi
9. Jakarta: ECG.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2000. Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi.
Jakarta: ECG.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC)
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Simpson, et.al. 2001. Psychological Factors and Hyperemesis Gravidarum.
Journal of Womens Health & Gender-Based Medicine. Volume 10,
Number 5, 2001.
Babak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.
Jakarta:ECG
Oleh adulgopar. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 pukul 19.45 WIB.
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/hiperemesis-gravidarumhg.pdf
Diakses

pada

tanggal

27

Oktober

2012

pukul

19.55

WIB.

http://www.medicine.virginia.edu/clinical/departments/medicine/divisions
/digestive-health/nutrition-support-team/nutrition-articles/LordArticle.pdf

26

You might also like