You are on page 1of 5

ANALISIS

Setelah menonton film Reign Over Me, dalam film tersebut Charlie Fineman mengalami Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) akibat nya karena dia telah kehilangan istri, 3 orang putri,
beserta anjing peliharaan nya dalam kecelakaan pesawat tragedi 11 September. Pada teori nya
PTSD adalah gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman
yang menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat penganiayaan fisik
atau perasaan terancam(American Psychological Association, 2004)
Charlie mengalami PTSD termasuk dalam katagori Menghindar (Avoidance Symptoms).
Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan mengenai peristiwa
traumatik tersebut. Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang dapat
mengingatkan kembali akan peristiwa traumatik tersebut. Terjadi gangguan yang menyebabkan
kegagalan untuk berfungsi secara efektif dalam kehidupan sosial (pekerjaan, rumah tangga,
pendidikan, dll)
Sesuai dengan teori, dalam film ini Charlie mengalami reaksi seperti
Dampak Emosional :

Kaget
Marah
Sedih
Mati rasa
Merasa dihantui
Bersalah
Duka yang mendalam
Terlalu perasa
Merasa tidak berdaya
Tumpul dan tak lagi mampu merasa senang serta bahagia dengan aktifitas

sehari-harinya
Disosiasi, berupa keberulangan dalam pikiran tentang bencana yang telah terjadi,
merasa terpaku dan dikendalikan oleh kejadian-kejadian, atau keterpakuan pada
bencana.

Dampak Interpersonal :

Membatasi dan menarik diri


Menghindar dari relasi-relasi sosial yang ada

Meningkatnya konflik dalam berhubungan dengan orang lain


Keterlibatan dan prestasi kerja menurun
Keterlibatan dan prestasi di sekolah menurun

Cara mengatasi dan menghilangkan masalah trauma


Berbagai model psikoterapi telah dikembangkan untuk mengatasi PTSD seperti, terapi
perilaku, desensitisasi, hipnoterapi, semuanya cukup efektif asal penderita juga mendapatkan
dukungan dari masyarakat lingkunganya dan juga orang terdekatnya.
a.

Menerapkan Prinsip Dasar Penanganan Stress pada Phase Emergensi:


* Membantu survivor (dalam hal ini adalah korban) untuk istirahat dan tidur untuk
pemulihan kondisi tubuh
* Menyiapkan area yang aman untuk interaksi antar personal.
* Menangani dengan segera kondisi dan kesehatan fisik.
* Membantu dalam mencari dan memastikan keselamatan anggota keluarganya
* Membantu menghubungkan survivor dengan keluarga, orang yang dicintai, atau
pihak-pihak yang dapat membantu lainnya
* Membantu survivor untuk mengambil langkah praktis mengatasi masalah actual
dan kembali ke kehidupan semula
* Membantu memfasilitasi kehidupan normal yang menyangkut keluarga, komunitas,
sekolah, dan pekerjaan
* Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya
* Membantu survivor menurunkan tekanan masalah, kecemasan, atau kesedihannya
hingga ke level yang dapat dikelolanya

Membantu penolong pertama survivor melalui konsultasi dan training


tentang pola umum reaksi stress dan teknik pengelolaan stress.

b.

Menetapkan Prioritas
Membantu melindungi survivor dari luka atau terpaan stimulus traumatik selanjutnya
dengan cara :

Memberikan tempat perlindungan yang memisahkan mereka dari stimulus-

stimulus tersebut.
Melindungi mereka dari media atau orang-orang yang sekedar ingin tahu.

c.

Memberikan bantuan dan pengarahan


Survivor biasanya kehilangan arah, shock, atau mengalami dissosiasi.
Membantu mengarahkan mereka untuk menjauh dari:

d.

Area kerusakan/tempat kejadian


Survivor lain yang terluka
Bahaya yang terus berlangsung

Memberi kesempatan untuk berinteraksi


Hubungan sosial adalah elemen penting bagi proses pemulhan.

Ketika berinteraksi dengan survivor, agar diciptakan situasi dan memberi


dia kesempatan untuk mengalami kembali nilai-nilai sosial untuk saling
menolong dan menanamkan nilai-nlai kebaikan.

Membantu survivor untuk dapat berhubungan dengan orang yang dicintai,


memberikan informasi yang akurat dan memadai, tempat dimana mereka bisa
mendapatkan dukungan tambahan

e.

Penanganan segera & perawatan penderita akut

Survivor yang menunjukkan reaksi stress panik yang berlebihan perlu


mendapatkan intervensi dengan segera.

Upayakan untuk menangkap tanda-tanda fisik berupa gemetar, berteriakteriak marah, agitasi, sikap tubuh seperti robot yang menandakan panik atau
kesedihan mendalam.

Segera lakukan pendekatan terapeutik, pastikan keselamatannya, upayakan


untuk mendengarkan dan menghargai pengalamannya, dan menunjukkan
empathi. Pertolongan medis mungkin juga dibutuhkan jika ada.

Kehadiran anda dapat meredakan penderitaan survivor yang panik atau


sedih mendalam:

Upayakan untuk mendampingi atau menyiapkan orang yang dapat selalu


berada di dekatnya sampai perasaannya reda.

f.

Penanganan Gangguan Berat

Ditangani secara intensif oleh Psikiater dan didampingi oleh Psikolog.

Dapat dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa atau berobat Jalan.

Dilakukan Evaluasi Setiap Bulan Sekali.

Dipindahkan kedalam program Penanganan Gangguan Sedang apabila


hasil Evaluasi menunjukkan demikian.

g.

Penanganan Gangguan Sedang

Ditangani secara intensif oleh Psikolog melalui Konseling Individual.

Dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi syarat untuk


dilaksanakan konseling.

Diberikan pekerjaan-pekerjaan ringan yang disukainya.

Dilakukan evaluasi satu kali setiap bulan.

Program penanganan gangguan ringan atau berat didasarkan hasil evaluasi. Penanganannya
dilaksanakan secara intensif melalui konseling kelompok oleh Helper dibawah supervisi
Psikolog dengan cara :
a.

Seminggu sekali dalam 3 bulan pertama

b.

Dua bulan sekali mulai bulan keempat sampai keduabelas (sampai sembuh).

Pengelompokan dilakukan berdasarkan usia dan keluarga dengan jumlah


kelompok maksimal 12 orang (10 orang ideal)

Dilakukan dalam ruangan atau tempat yang memenuhi syarat untuk


konseling kelompok.

Diberikan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan minat dan


penguasaannya.

Dilakukan evaluasi setiap bulan.

Dipindahkan kedalam program Penanganan Gangguan Sedang apabila


hasil evaluasi menunjukkan perkembangan demikian.

Apabila perkembangannya positif diminta untuk tetap aktif membantu


kelompoknya untuk recovery.

5.

Kesimpulan

Post Trauma Syndrome Disorder (PTSD) merupakan bentuk gangguan psikologis yang
diakibatkan oleh trauma terhadap kejadian yang dialami seseorang. Trauma ini dapat
menyebabkan berbagai macam reaksi stress baik secara emosional, fisik, kognitif maupun
interpersonal. Oleh sebab itu membutuhkan penanganan secara sungguh-sungguh sesuai dengan
tingkat traumatis yang dialami.

Referensi :
Smith, M., Segal R., Segal, J. (November, 2008). "Post-traumatic Stress Disorder (PTSD):
Symptoms, Treatment, and Self-Help." This data retrieved from
http://www.helpguide.org/mental/post_traumatic_stress_disorder_symptoms_treatment.htm.

You might also like