Professional Documents
Culture Documents
PENDEKATAN EKONOMI
Pendekatan Ekonomi untuk studi struktur keruangan kota/struktur penggunaan lahan
kota sebenarnya baru mulai mendapat perhatian besar pada tahun 60-an. Namun demikian
ide-ide yang mengarah ke pendekatan ini sudah mulai muncul jauh sebelumnya. Bebrapa
diantaranya dapat dikemukakan di sini yaitu Cooley (1894) dan Weber (1895) yang
mengemukakan bahwa jalur transportasi dan titik simpul (pertemuan beberapa jalur
transportasi)dalam suatu sistem transportasi, mempunyai peran yang cukup besar terhadap
perkembangan kota.
1. Teori Lokasi Optimum dan Algomerasi Industri
Alfred Weber adalah penulis Buku Ueber den Standartder Indutrien (1909), yang
kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh C.J. Friedrich. Dalam teorinya
Weber ia menekankan pentingnya biaya Transpor sebagai faktor pertimbangan lokasi. Teori
Weber sebenarnya menentukan dua kekuatan lokasional Primer, yaitu orientasi transport
dan orientasi tenaga kerja. Pemikiran Weber telah memberikan sumbangsi ilmiah dalam
banyak aspek. Weber berusaha menetapkan lokasi yang optimal dalam arti pemilihan lokasi
yang mempunyai biaya minimal. Selain itu dia telah menjelaskan terjadinya evousi Ekonomi
tataruang dalam arti munculnya strata yang suskses seperti pembangunan industry ( pusat
pusat kegiatan Ekkonomi ), terjadinya urbanisasi dan sstruktur masyarakat Kota.
KELEBIHAN TEORI LOKASI OPTIMUM DAN ALGOMERASI INDUSTRI
Sebagai perintis dalam analisis lokasi yaitu mengenai munculnya pusat pusat kegiatan
Ekonomi ( Industri).
lokasi yang optimal dalam arti pemilihan lokasi yang mempunyai biaya minimal.
Mengembangkan dasar dasar analisis pasar.
Memberikan kontribusi yang esensial dalam penembangan Wilayah.
KELEMAHAN TEORI LOKASI OPTIMUM DAN ALGOMERASI INDUSTRI
Tidak dapat mendeteksi keuntunngan keuntungan Algomerasi karena bukan suatu daftar
proses perkembangan Ekonomi yang akan bberakibat bahwa perubahan lokasional akan
dicerminkan oleh semakin bertambahnnya Algomerasi.
2. Teori Tempat Sentral ( Walter Christaller )
Di kemukakan oleh Walter Christaller dalam bukunya yang berjudul Die Zentralen
Orte in Sud Deuchland ( 1933 ). Yang kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris
oleh E.W.Baskin dengan udull Central Places in Southern Germany ( 1966 ). dalam teori
tersebut Walter Christaller mengintroduksikkan mengenai tempat Central, dimana Pusat
kota dapat dikatakan pula dengan istilah central place (tempat sentral) yang didefinisikan
dalam arti fungsi-fungsi sentral yang dilaksanakan untuk suatu daerah. Fungsi utama kota
adalah bertindak sebagai suatu pusat pelayanan untuk daerah hinterland di sekitarnya (yang
disebut sebagai daerah komplementer/daearah belakang), yang menyuplai kebutuhan
barang dan jasa untuk kota. Menurut teori central place atau tempat sentral, kota tumbuh
dan berkembang sebagai akibat dari permintaan barang dan jasa daerah sekitarnya. Atau
dari
penduduk
jasa yang akan dipasarkan ke darah pasar yang luas sebagaimana di klaim oleh
teori central place.
Analisis central place ternyata lebih menekankan pada peranan sektor perdagangan dan
kegiatan jasa dari pada kegiatan produktif lainnya seperti manufacturing dan transportasi.
Pertumbuhan kota meningkat terus dan setelah sampai pada tingkat tertentu mereka
memerlukan sumber daya (tenaga kerja, modal, dll) yang didatangkan dari luar daerah.
Dalam hal ini tidak dapat dijelaskan dalam pengertian permintaan barang dan jasa dari
daerah hinterland seperti yang dikemukakan oleh teori central place.
industry industry tertarik mengadakann algomerasi bukan karena sifat sifat oligopolistic
industry pendorong, akan tetapi karena penghematan penghematan eksternal yang
dihasilkan oleh daerah - daerah perkotaan besar.
Peranan industry pendorong selalu di tafsirkan terlalu berlebihan.
Merupakan konsep barat yang menekankan pada industry yang bermodal dengan skala
besar.
Kebijakan dari teori ini akan memprioritaskan pada strategi industry perkotaan dengan
demikian maka akan terdapat tuntutan untuk mendistribusikan investasi dari daerah kota ke
daerah daerah pedesaan sedangkan pembangunan pedesaan tergolong berjalan lambat.
yaitu permintaan terhadap Ekspornya , maka penawaran tenaga kerja akan dianggap
elastic sempurna, sedangkan kenyataanya tidak demikian.
5. Teori Von Thunen ( Sewa Tanah )
pusat model
Penurunan biaya transport akan tak pernah sikron dengan para penjual dari luar
Kajiannya hanya sebatas pembagunan pertanian dan pasar tradisional.
Dibandingkan dengan teori tempat sentral dan teori kutub pertumbuhan ternyata
teori Simpul Jasa Distribusi lebih akomodatif. Poernomosidi membantah Teori tempat
sentral yang beranggapan bahwa seluruh wilayah terbagi habis dan seluruh bagian Wilayah
tidak ada yang terlewatkan oleh jasa pelayanan. Dalam hal ini Poernomosidi membedakan
wilayah Adminnistratif dengan wilayah pengembangan. Secara administratif, seluruh wilayah
terbagi habis tetapi tidak berarti seluruh Wilayah Administrasi otomatis tercakup dalam
Wilayah pengembangan, dalam kenyataannya bebrapa bagian Wilayah administrasi tidak
terjangkau oleh pelayanan jasa distribusi disebabkan hambatan hambatan geografis atau
karena belum tersedianya Prasarana prasarana perhubungan kea tau dari bagian
bagiian Wilayah tersebut.
Pada teori kutub pertumbuhan yang di ungkapkan oleh Perroux, Poernomosidi mencoba
membandingkan dengan teorinya di mana pada teori kutub pertumbuhan tidak menjelaskan
pertumbuhan secara Nasional. Sedangkan teori simpul yang bertitik tolak pada pemahaman
struktur wilayah tingkat Nasional ( SPWTN ) telah mengungkapkan gambaran tentang
penyebaran, orientasi dan tingkat perkembangan masing masing satuan Wilayah
Pengembangan ( SWP ) serta hubungan ketergantungan antar (SWP ) melalui simpul
simpulnya masing masing.
KELEBIHAN TEORI SIMPUL JASA DISTRIBUSI
Menjadi acuan penting dalam pengembangan Wilayah terutama dalam menentukan
berbagai kegiatan pengembangan secara Nasional
KELEMAHAN TEORI SIMPUL JASA DISTRIBUSI
Masih terdapat peluang untuk melengkapi dan memperkuat bbeberapa penjalasannya,
yaitu pendekatan arus barang, dan pendekatan secara fisik.