Professional Documents
Culture Documents
BELAJAR 2
KEGIATAN
Langkah identifikasi kebutuhan merupakan langkah yang amat penting dalam aktifitas
perancangan pembelajaran, analogi dalam disiplin medis adalah diagnosis atau
general check-up sebagai sumber data untuk melakukan perlakuan medis. Sesuai
dengan pemahaman di atas, identifikasi kebutuhan dalam perancangan pembelajaran
adalah berupa aktifitas mengenali perilaku awal (entry behaviors) dan karakteristik
peserta didik. Pertanyaan sederhana dalam tahapan ini adalah Siapa dan bagaimana
profil calon peserta didik/sasaran program pembelajaran yang akan kita rancang?
Tujuan dari identifikasi kebutuhan adalah untuk bahan pertimbangan dalam penentuan
preskripsi pembelajaran yang berupa strategi pembelajaran. Kekhasan individu peserta
didik dengan segala karakteristiknya adalah aspek yang sangat diperhatikan dalam
perancangan pembelajaran.
a. Perilaku awal peserta didik
Perilaku awal peserta didik (entry behaviors) dalam konteks pembahasan ini adalah
sejumlah kemampuan atau kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang
telah dimiliki pada saat akan mengikuti program pembelajaran. Informasi mengenai
perilaku awal tersebut bisa digali dari berbagai sumber data atau instrumentasi antara
lain:
Dokumen nilai hasil belajar (buku rapor, ijazah, DANEM, atau dokumen lain yang
disepadankan)
Hasil pengetesan tulis maupun lisan secara khusus (misalnya: tes masuk ke jenjang
atau jenis pendidikan tertentu)
Rekomendasi dari guru/pengajar.
Pengamatan (observasi) terhadap peserta didik.
Sebagai perancang pembelajaran, Anda bisa melakukan penggalian informasi perilaku
peserta didik sesuai dengan fokus program pembelajaran yang akan dirancang.
hal
16
Hasil pengumpulan data perilaku awal dan karakteristik peserta didik yang telah
Anda peroleh menjadi acuan ketika Saudara:
Memilih metode pembelajaran
Memilih media pembelajaran
Menetukan langkah evaluasi hasil belajar dan lainnya.
hal
18
Analisis Pembelajaran
hal
19
Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang
menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi
perilaku prasayarat untuk yang lain.
Contoh:
1. Dalam mengoperasikan telephon seluler untuk mengirim pesan singkat
(SMS=short messaging service) setidaknya ada enam perilaku khusus yang
terstruktur secara prosedural.
1
Mengaktifkan
perangkat
telephone
seluler
(menekan
tombol
power
Keenam
perilaku
ON)
2
Mengetahui
pilihan
fitur/menu
untuk
SMS
3
Memilih
fitur/menu
SMS
4
Memilih
nomor
/nama
tujuan
(tergantun
g
jenis
HP)
5
Menulis
pesan
6
Mengirim
pesan
hal
20
(1)
Menyiapkan
tripod
sesuai
dengan
spesifikasi
dan
tujuan
pengambilan
gambar
(angle
kamera)
(2)
(3)
Menempat-
kan
kamera
pada
dudukan
tripod
secara
benar
(7)
(8)
Membidik
kan
kamera
kea
rah
obyek
Mengatur
komposisi
gambar
(4)
Memasti-
kan
tersedia-
nya
catu
daya
listrik
(9)
Mengekse
kusi
(merekam
)
bidikan
kamera.
Memasti-
kan
tersedia-
nya
kaset/me
mory
card
(utk
tipe
camcorder
))
(5)
Mengaktif
kan
(menghid
upkan)
camcorder
(6)
Mengatur
kalibrasi
warna
(White
Balance)
(10)
Mengecek
hasil
perekam-
an
camcorder
Menjelaskan
organ
mata
Menjelaskan
organ
paru-
paru
Menjelaskan
organ
telinga
Menjelaskan
organ
jantung
Struktur Kombinasi
Penjabaran perilaku umum ke dalam bentuk perilaku khusus dalam struktur
kombinasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai struktur, artinya
penggunaan struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan secara bersama,
atau salah satu atau salah duanya. Struktur mana yang akan dikombinasikan dalam
struktur kombinasi tergantung dari sifat perilaku tersebut. Ada suatu perilaku yang
memang mengharuskan hierarkikal, ada perilaku yang mengharuskan prosedural,
dan ada juga perilaku yang mengharuskan pengelompokan. Sebagai contoh :
melakukan lari cepat.
Merangkaikan
start,
lari
Dan
melintas
garis
finish
Melakukan
start
Lari
Melintasi
garis
finish
Menjelaskan
teknik
start
Menjelaskan
teknik
lari
Menjelaskan
teknik
melintasi
garis
finish
Ada 3 perilaku yang didalamnya terdapat perilaku khusus. Start, lari, dan finish
merupakan perilaku yang berdiri sendiri walau dalam pelaksanaannya
secara
berurutan. Namun sebelum benar-benar menguasai start maka harus mampu
menguasai atau menjelaskan teknik start dengan baik dan benar. Begitu juga
sebelum benar-benar melakukan lari maka harus menguasai dan mampu
menjelaskan teknik lari dengan baik dan benar karena lari tidak sembarang lari,
begitu juga dengan melintas garis finish.
Teknik Penyusunan Peta Kompetensi
Anda bisa melakukan pemetaan kompetensi dalam rangka menganalisis
pembelajaran mata diklat/kuliah/pelajaran dengan teknik sederhana seperti berikut:
hal
22
hal
25
Diasumsikan bahwa mahasiswa telah terbiasa dengan lingkungan kelas yang normal
mereka tahu kertas dan pensil, tahu pula bagaimana menggunakannya, dan saat itu
mereka membawa kertas dan pensil ke kelas.
Degree atau derajad keberhasilan peserta didik. Derajad atau kriteria keberhasilan
penting sekali untuk mempreskripsikan perilaku minimal dan kriteria ini harus
dikemukakan dalam rumusan tujuan khusus. Rumusan tujuan khusus pembelajaran
yang tidak mencantumkan derajad keberhasilan berdampak pada tidak dimilikinya
kepastian dalsam penyusunan tes atau evaluasi hasil belajar. Degeng (dalam
http://pgpaud.ac.id) memberikan penjelasan bahwa derajat keberhasilan diperlukan
dalam semua rumusan tujuan khusus pengajaran, kecuali dalam rumusan tujuan yang
menuntut ketepatan 100%. Apabila tambahan kata dengan benar dalam rumusan
tujuan sama sekali tidak mengubah arti tujuan itu, maka penyebutan derajat
keberhasilan seperti itu secara eksplisit tidak diperlukan. Di samping itu, penyebutan
derajat keberhasilan dengan benar atau semua ungkapan yang senada, kurang dapat
diterima dengan akal. Ini merupakan tabahan kata yang berlebihan karena dalam suatu
rumusan tujuan yang menuntut ketepatan 100% toleransi kesalahan tidak ada.
Bandingkan 2 contoh berikut:
(1) Mahasiswa dapat menghitung 1 sampai dengan 20.
(2) Mahasiswa dapat menghitung 1 sampai dengan 20 dengan benar.
Dalam contoh ini, tambahan kata dengan benar sebagai kriteria keberhasilan tidak
diperlukan karena kata menghitung mengasumsikan bahwa semua bilangan termasuk
di dalamnya dan bahwa semua bilangan itu berada dalam urutan. Jadi, diperlukan
ketepatan 100%.
Kata kerja opersional
Kata kerja operasional atau kata kerja yang unjuk kerjanya dapat diamati, diperlukan
dalam merumusan tujuan pembelajaran pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian
bahwa rumusan tujuan pembelajaran khusus tidak berpotensi ditafsirkan secara
beragam. Berikut daftar contoh kata kerja yang diadaptasi dari taxonomi tujuan belajar.
Tabel 2.1.
DAFTAR CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL
RANAH KOGNITIF
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian
( C-1 )
( C-2 )
( C-3 )
( C-4 )
( C-5 )
( C-6 )
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
hal
26
Menggambar
Membilang
Mengidentifikasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasangkan
Menamai
Manandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahankan
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifiksi
Menghitung
Membangun
Mengurutkan
Membiasakan
Mencegah
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Memerinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Mengkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
Mengumpulkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengkombinasikan
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan
Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
Tabel 2.2
CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL
RANAH AFEKTIF
Menerima
Menanggapi
Menilai
Mengelola
Menghayati
( A-1 )
( A-2 )
( A-3 )
( A-4 )
( A-5 )
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromi
Menyenangi
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasi
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
hal
27
Mematuhi
Meminati
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Memperjelas
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasikan
Merembuk
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan
Tabel 2.3.
CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL
PSIKOMOTOR
Menirukan
( P-1 )
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkn
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengonstruksi
Memanipulasi
( P-2 )
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur
Pengalamiahan
( P-3 )
Mengalihkan
Mengantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mengemas
Membungkus
Artikulasi
( P-4 )
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Mensketsa
Melonggarkan
Menimbang
hal
28
Rangkuman
Langkah Identifikasi Kebutuhan yang meliputi perilaku awal dan karakteristik peserta
didik memegang peranan penting dalam perancangan pembelajaran. Data untuk
keperluan ini bisa digali dari dokumen-dokumen seperti: buku rapor, transkrip nilai,
DANEM, hasil tes, hasil observasi, rekomendasi para pihak maupun angket. Tujuan
identifikasi kebutuhan adalah untuk penentuan preskripsi strategi pembelajaran
berupa pemilihan metode pembelajaran, pemilihan media pembelajaran dan
evaluasi hasil belajar. Berdasarkan perilaku awal dan karakteristik peserta didik
perancang pembelajaran bisa merumuskan tujuan-tujuan mata pelajaran secara
tepat sesuai dengan kriteria pada ranah belajar yang disasar (kognitif, afektif
maupun psikomotor).Rumusan tujuan pembelajaran pada level mata pelajaran juga
digunakannya kata kerja yang operasional atau bisa diamati/diukur.
Menjabarkan perilaku umum ke dalam perilaku-perilaku khusus secara sitematis dan
logis dengan mengorganisasikannya berdasarkan kategori keterkaitannya (hierakis,
prosedural, rumpun dan kombinasi) adalah inti dari kegiatan analisis pembelajaran.
Analisis pembelajaran sangat penting keberadaannya dalam proses mendiasian
pembelajaran yaitu untuk menentukan cakupan (scope) dan urutan (sequence)
pembelajaran.
Teknik pemetaan kompetensi seperti yang telah anda cermati cukup membantu
menyederhanakan kegiatan analisis pembelajaran dari mata diklat/kuliah/pelajaran
yang sedang anda kembangkan. anda bisa jadi asyik mempraktekkan teknik
pemetaan di atas, silakan dicoba.
Pengenalan karakteristik peserta didik (learner) mutlak dilakukan dalam
perancangan pembelajaran, dengan mengenal sebanyak mungkin jati diri mereka
perlakuan yang akan kita kenakan adalah sebijaksana mungkin. Implikasi dalam
layanan pembelajaran atas pribadi yang unik tersebut adalah individualized
instructionpembelajaran yang memahami karakteristik peserta didik. Perumusan
tujuan umum pembelajaran menjadi tujuan-tujuan khusus senantiasa berorientasi
pada unjuk kerja perilaku peserta didik. Pilihan kata-kata kerja yang bisa
diukur/diamati akan sangat berkaitan dengan langkah evaluasi pembelajaran yang
akan kita bahas pada kegiatan belajar 3.
hal
29
Sumber Rujukan
Media cetak:
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi Isi dengan Model
Elaborasi. Penerbit IKIP Malang dengan Biro Penerbitan IPTPI
Dick, W., Carey, L., and Carey, J.O., 2001. The Systematic Design of Instruction
(fifth edition). Longman.
Munandir. 1989. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Pusat Antar Universitas,
Ditjen Dikti Depdikbud.
Pribadi, B.A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Rakyat, Jakarta.
Smaldino, SE., Lowther, D.L., and Russel, J.D. 2011. Instructional Technology and
Media for Learning: Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar
(dialaihbahasakan oleh: Arif Rahman). Kencana Prenada Media Group:
Jakarta.
Suparman, A. 2001. Desain Instruksional. PAU PPAI Ditjen Dikti Depdiknas.
Laman:
http://instructionaldesign.org.
http://tpers.net
http://pgpaud.ac.id
http://www.guru-indonesia.net
hal
30
Latihan Soal
Silakan anda menjawab soal latihan di bawah ini pada lembar kertas tersendiri,
usahakan tidak melihat kunci jawaban yang tersedia. Berikan nilai atas jawaban
Anda, bila 80% benar, silakan untuk melanjutkan ke Kegiatan Belajar-3 dan bila
belum agar Anda untuk mencermati lagi uraian materi di atas.
1. Berikan definisi identifikasi kebutuhan untuk keperluan perancangan
pembelajaran.
2. Sebutkan aspek-aspek yang diperhatikan dalam identifikasi kebutuhan dan
berikan penjelasannya.
3. Berikan rasional hubungan antara identifikasi kebutuhan dengan penentuan
strategi pembelajaran?
4. Berikan masing-masing 2 contoh rumusan tujuan mata pelajaran pada jenjang:
PAUD, SD, SMP dan SMA sesuai dengan kriteria perumusan tujuan
pembelajaran.
5. Jelaskanlah pengertian dan urgensi analisis instruksional dalam perancangan
pembelajaran.
6. Berikanlah penjelasan jenis-jenis keterkaitan atau struktur perilaku/ kompetensi
dalam analisis instruksional.
7. Identifikasilah karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik.
8. Jelaskan konsep tujuan pembelajaran khusus dengan bahasa Anda.
9. Rumuskan contoh tujuan pembelajaran khusus yang memenuhi kriteria ABCD
dengan menentukan latar (setting) pembelajaran yang nda pilih sendiri.
hal 31