You are on page 1of 6

Journal DIYAH ASTARI B 10.

072

2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN. Q DENGAN


PENDOKUMENTASIAN 7 LANKAH VARNEY
DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA
TAHUN 2013
Abstrak
Latar Belakang: Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta
jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satu penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah penyakit campak.
Tujuan Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak yang
menggunakan proses manajemen 7 langkah Varney. Penulis mampu menganalisa kesenjangan
antara teori dan kasus nyata di lapangan. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan
permasalahan.
Metodologi: Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif, lokasi di RB Marga
Waluya Surakarta. Subyek studi kasus An. Q dengan imunisasi campak, waktu studi kasus
pada tanggal 30 31 Maret 2013. Teknik pengambilan data antara lain data primer, meliputi
pemeriksaan fisik, wawancara serta observasi dan data sekunder, meliputi studi dokumentasi
dan studi kepustakaan.
Hasil: An. Q pasca imunisasi campak. Terapi pemberian obat Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1
sendok teh. Keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Kesimpulan: Pada kasus An. Q pasca imunisasi campak tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan praktik, hal ini dikarenakan adanya penanganan yang baik dan tepat.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan Balita, Imunisasi, Campak
Kepustakaan : 21 literatur (2003 2010)
PENDAHULUAN
Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam
tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
Program imunisasi ini bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I), diantaranya
tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus,
poliomyelitis, campak, dan hepatitis B
(Hidayat, 2008).
Dari data terakhir WHO, terdapat
kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per
tahun akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan
294.000 (20%); tetanus 198.000 (14%),
campak 540.000 (38%). Indonesia sendiri,

UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000


anak di Indonesia setiap tahun meninggal
karena serangan campak. Jumlah kasus
campak di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2009 terdapat sebanyak 3.614 kasus.
Ini berarti setiap dua puluh menit seorang
anak Indonesia meninggal karena campak
(IDAI, 2010).
Departemen Kesehatan RI telah
mencanangkan Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun
1997, yang menganjurkan agar semua
anak diimunisasi enam macam penyakit
yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis,
polio, campak. Tahun 1991/1992,
Departemen Kesehatan RI telah mulai
mengembangkan program imunisasi
hepatitis B dengan mengintegrasikannya
ke dalam program imunisasi rutin yang

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA

Journal DIYAH ASTARI B 10.072


telah ada di empat propinsi yaitu Nusa
Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus
dikembangkan ke propinsi lainnya dan
akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi
hepatitis Bsudah dapat menjangkau
seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI,
2008).
METODE
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan
laporan studi kasus dengan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk
1
memaparkan atau membuat gambaran
tentang studi keadaan secara obyektif
(Notoatmodjo, 2005).
Studi kasus adalah studi yang dilakukan
dengan carameneliti suatu permasalahan
melalui suatu proses yang terdiri dari unit
tunggal (Notoatmodjo, 2005).
Subyek dalam studi kasus ini dilakukan
pada balita An. Q dengan imunisasi
campak. Lokasi penelitian ini dilakukan di
RB Marga Waluya Surakarta pada tanggal
30 31 Maret 2013
Teknik pengumpulan data yang
digunakan penulis adalah:
Data Primer terdiri dari Pemeriksaan Fisik,
wawancara dan observasi sedangkan data
skunder terdiri dari studi kepustakaan dan
studi dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Dokumentasi 7 Langkah Varney
Pengkajian
Pengkajian yang merupakan tahap awal
dari manajemen kebidanan dilaksanakan
dengan cara pengkajian data subyektif dan
data penunjang (Nursalam, 2003). Pada
data obyektif diperoleh dengan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui
keadaan umum pasien selama imunisasi
yang dikaji dari kepala sampai dengan
kaki untuk mengetahui adanya kelainan
atau tidak.
Data subyektif pada balita An. Q
dengan imunisasi campak bahwa ibu
mengatakan ingin mengimunisasikan
anaknya dan ibu mengatakan anaknya

2013

tidak sedang sakit. Data obyektif pada


balita An. Q dengan imunisasi campak
terlihat sehat dan gerakannya aktif serta
tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data
yang diperoleh pada kasus An. Q dengan
imunisasi campak didapatkan data An. Q
berumur 9 bulan dengan imunisasi campak
keadaan umumnya baik. Pada langkah
pengkajian ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan.
Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan data dasar
yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Rumus dan
diagnosa tujuannya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2004).
Data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menurut diagnosa
kebidanan. Pada kasus ini interpretasi data
meliputi masalah dan kebutuhan. Pada An.
Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak
adapun masalah yang dihadapi klien tidak
ada, sehingga kebutuhan pada kasus ini
adalah juga tidak ada, sehingga pada
langkah interpretasi data ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori
dengan praktek di lapangan.
Diagnosa Potensial
Setelah dilakukan asuhan kebidanan
yang tepat dan cermat serta didukung
kerjasama yang baik oleh keluarga pasien
dan pasien sendiri maka pada kasus An. Q
umur 9 bulan dengan imunisasi campak
tidak muncul demam ringan, infeksi ringan
pada saluran nafas dan diare karena
antisipasi yang tepat.
Diagnosa potensial yang terjadi pada
balita dengan setelah imunisasi campak
menurut Hidayat (2008) adalah demam
dan ruam merah karena antisipasi yang
tepat, maka diagnosa potensial tidak
muncul. Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak
terdapatkesenjangan antara teori dan
praktek.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA

Journal DIYAH ASTARI B 10.072

2013

Antisipasi
Antisipasi yang dapat dilakukan
menurut Achmadi (2006) adalah
pemberian Parasetamol syrup 120 ml
untuk mengantisipasi demam. Pada
langkah ini penulis melakukan antisipasi
yang sama dengan teori sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek. Pada kasus An. Q umur 9 bulan
dengan imunisasi campak antisipasi tidak
dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan.

Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan
kebidanan pada An. Q dengan riwayat
imunisasi campak merupakan pelaksanaan
dari rencana tindakan asuhan menyeluruh
(Varney, 2004). Pada langkah pelaksanaan
ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai
dengan rencana asuhan yang telah dibuat
dan adanya dukungan dari keluarga.
Pada kasus ini peneliti tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek dalam menetapkan pelaksanaan
secara menyeluruh.

Perencanaa
Pada An. Q dengan riwayat imunisasi
campak perencanaan yang akan
dilaksanakan yaitu:
Beritahu kepada ibu tentang keadan
anaknya, Jelaskan pada ibu tentang
pentingnya imunisasi campak, Siapkan alat
vaksin campak, Suntikkan vaksin campak
pada balita secara SC pada lengan kiri
atas, Berikan vaksin campak dengan dosis
0,5 ml, Berikan Parasetamol syrup 120 ml
untuk mengatasi demam pada anak,
Anjurkan ibu untuk tetap memberikan
makanan yang bergizi, Beritahu ibu bahwa
imunisasi wajib anaknya sudah selesai,
Anjurkan ibu untuk tetap menjaga
kesehatan dan gizi anak, Anjurkan ibu
untuk datang ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan.
Menurut Depkes (2005), perencanaan
asuhan pada balita dengan imunisasi
campak yaitu menyiapkan alat vaksin
campak, berita tahu ibu tentang keadaan
anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya
imunisasi campak, siapkan alat vaksin
campak, suntikkan vaksin campak pada
balita secara SC pada lengan kiri atas,
berikan vaksin campak dengan dosis 0,5
ml,
Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu
untuk tetap memberikan makanan yang
bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga
kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu
untuk datang ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan

Evaluasi
Pada An. Q dengan riwayat imunisasi
campak setelah dilakukan asuhan
didapatkan evaluasi yaitu:
Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan. Ibu
sudah mengerti tentang manfaat imunisasi.
Ibu sudah mengerti tentang cara perawatan
anak di rumah dan ibu bersedia melakukan
perawatan di rumah. Ibu mengerti cara
memberikan obat dan ibu bersedia
meminumkan pada anaknya. Ibu mengerti
tentang nutrisi yang boleh diberikan dan
yang tidak boleh diberikan untuk anaknya.
Ibu bersedia meminta anaknya agar
istirahat yang cukup. Ibu bersedia untuk
datang ke tenaga kesehatan apabila ada
keluhan.
Menurut Depkes (2005), hasil evaluasi
setelah dilakukan asuhan kebidanan pada
An. Q dengan riwayat imunisasi campak
adalah:
Keadaan umum anak baik. Ibu sudah
mengerti tentang pentingnya imunisasi
campak. Suntikkan vaksin campak sudah
diberikan pada pasien. Antipiretik sudah
diberikan pada ibu untuk mengatasi
demam pada pasien, Ibu sudah mengerti
bahwa imunisasi wajib anaknya sudah
selesai, Ibu bersedia untuk tetap menjaga
kesehatan dan gizi anak, Ibu bersedia
untuk datang ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan.
Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA

Journal DIYAH ASTARI B 10.072


PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari
laporan kasus yang membahas tentang
kendala atau hambatan selama melakukan
Asuhan Kebidanan pada klien. Kendala
tersebut menyangkut kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat
dilakukan asuhan kebidanan. Setelah
dilakukan asuhan kebidanan pada balita
An. Q umur 9 bulan dengan riwayat
imunisasi campak di RB Marga Waluya
Surakarta. Penulis akan membahas tentang
kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan
teori dengan kenyataan yang penulis
temukan sejak melakukan pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial,
antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan
kebidanan pada balita An. Q dengan
riwayat imunisasi campak dengan
menerapkan manajemen Varney dapat
diambil kesimpulan:
Berdasarkan pengkajian data yang
diperoleh dari pasien didapatkan data yaitu
An. Q berumur 9 bulan akan diimunisasi
campakdan tidak sedang menderita suatu
penyakit dengan keadaan umum baik, nadi
104 x/ menit, suhu 36,30C dan respirasi 48
x/ menit.
Dalam interpretasi data yang diperoleh
diagnosakebidanan An. Q umur 9 bulan
dengan imunisasi campak, tidak ditemukan
dan tidak terdapat masalah yang muncul,
jadi kebutuhan tidak diberikan pada klien.
Diagnosa potensial pada kasus ini tidak
muncul, karena pada kasus ini tidak
terdapat kegawatdaruratan.
Pada kasus ini tidak terdapat antisipasi,
karena tidak ditemukan adanya diagnosa
potensial.
Perencanaan yang diberikan pada Balita
An. Q yaitu beritahu kepada ibu tentang
keadan anaknya, jelaskan pada ibu tentang
pentingnya imunisasi campak, siapkan alat
vaksin campak, suntikkan vaksin campak

2013

pada balita secara SC pada lengan kiri


atas, berikan vaksin campak dengan dosis
0,5 ml, berikan Parasetamol syrup 120 ml
2 x 1 sendok teh untuk mengatasi demam
pada anak, anjurkan ibu untuk tetap
memberikan makanan yang bergizi,
beritahu ibu bahwa imunisasi wajib
anaknya sudah selesai, anjurkan ibu untuk
tetap menjaga kesehatan dan gizianak dan
anjurkan ibu untuk datang ke tenaga
kesehatan apabila ada keluhan.
Pelaksanaan dalam pemberian asuhan
pada balita An.
Q sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil
yang maksimal.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan
pada balita An. Q pasca imunisasi campak
didapatkan hasil ibu sudah tahu hasil
pemeriksaan, ibu sudah
mengerti tentang manfaat imunisasi, ibu
sudah mengerti tentang cara perawatan
anak di rumah dan ibu bersedia melakukan
perawatan di rumah, ibu mengerti cara
memberikan obat dan ibu bersedia
meminumkan pada anaknya, ibu mengerti
tentang nutrisi yang boleh diberikan dan
yang tidak boleh diberikan untuk anaknya,
ibu bersedia meminta anaknya agar
istirahat yang cukup dan ibu bersedia
untuk datang ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan.
Pada kasus An. Q tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan penerapan
yang diterapkan di lahan yang
menggunakan manajemen Varney.
DAFTAR PUSTAKA
1
Achmadi, Umar Farmi. 2006.
Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
2
Ariyanti. 2007. Tumbuh Kembang
Anak. (Online). Available:
http://bayibalita.com/2010/08/aspekutama-tumbuh-kembang-anak/.
Diakses tanggal 13 Oktober 2012.
3
Bekhman, R. E. 2009. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Jakarta: EGC.
4
CPDDI. 2008. Jenis atau Macam
Vaksin Imunisasi untuk Anak.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA

Journal DIYAH ASTARI B 10.072

6
7

10

11
12

13

14

15
16

17

Informasi Imunisasi Lengkap Wajib


Penangkal Penyakit: Continuing
Profesional Development Dokter
Indonesia.
Depkes RI, 2005. Stimulasi, Deteksi
4
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: Bina Pustaka.
Depkes RI. 2008. Manajemen Terpadu
Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Ferry. 2007. Pengertian Balita.
http://www.google.co.id/pengertianbalita.html. Diakses tanggal 22
Oktober 2012.
Hellen, F. 2007. Keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC. Hidayat, A.
Alimul. 2008. Buku Saku Keperawatan
Anak. Jakarta: EGC.
IDAI. 2010. Imunisasi Investasi
Kesehatan Masa Depan. (Online).
Available:
http://www.idai.or.id/kegiatanidai.html.
28 Oktober2012.
Matondang, dkk. 2003. Diagnosis Fisis
pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak
Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.
Nursalam. 2003. Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
Permenkes, 2010. Peraturan Menteri
tentang Pelayanan Kesehatan
Anak.Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, No.1464/
MENKES/ PER/ X/ 2010, Pasal 11.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Prihardjo. 2007. Pengkajian Fisik
Keperawatan. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Saifuddin, A. B. 2006. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Buku Panduan Praktis, Edisi I Cetakan
II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Varney,
Hellen. 2004. Varneys Midwivery.
Bandung: Sekelola Publisher.

18

19

20

2013

Wahidayat. 2003. Buku Kuliah I Ilmu


Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
WHO. 2005. Penanganan Penyakit
Campak pada Anak di Rumah
SakitKecil Negara Berkembang.
Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA

You might also like