You are on page 1of 3

Tugas Bahasa Indonesia

Nama : Ardi Setyawan


Kelas : IH C
NIM : 13340013
Pada kesempatan kali ini saya membuat tugas yang diberikan oleh bapak Maulidi yaitu
tentang essay skripsi tentang hukum. Essay yang saya buat ini mengutip dari skripsi yang
berjudul TINDAK PIDANA TERHADAP NYAWA MANUSIA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK
yang dibuat oleh saudara Lilik Siyaga yang merupakan mahasiswa fakultas hukum
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Skripsi ini dibuat pada tahun 2013 Untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada fakultas hukum
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Dalam mengerjakan skripsi ini saudara Lilik
Siyaga di dampingi oleh dosen pembingbing yaitu Sunaryo, S.H., M.Hum selaku Pembimbing
I dan Dr. Setyo Wahyudi, S.H., M.H selaku Pembimbing II, yang selalu menjadi panutan
dalam keilmuan serta telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Berikut ini
gambaran atau ringkasan dari skripsi :
Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan
martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak
haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, kemudian juga dituangkan dalam UndangUndang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip
umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak,
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, dan menghargai partisipasi anak. Keberadaan
anak yang ada di lingkungan kita memang perlu mendapat perhatian, terutama mengenai
tingkah lakunya. Dalam perkembangan kearah dewasa, kadang-kadang seorang anak
melakukan perbuatan yang lepas kontrol, dia melakukan perbuatan tidak baik. Sehingga
merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Tingkah laku yang demikian disebabkan karena
dalam masa pertumbuhan
sikap dan mental anak belum stabil, dan juga tidak terlepas dari lingkungan pergaulannya.
Disamping itu keadaan ekonomi pun juga bisa menjadi pendorong bagi anak untuk
melakukan perbuatan yang dilarang. Setelah keluarga merupakan salah satu penyebab anak
melakukan tindak pidana atau pelanggaran, tempat anak bersosialisasi adalah lingkungan
sekolah dan lingkungan tempat bermainnya. Mau tidak mau, lingkungan merupakan institusi
pendidikan kedua setelah keluarga, sehingga kontrol di sekolah dan siapa teman bermain
anak juga mempengaruhi kecenderungan kenakalan anak yang mengarah pada perbuatan
melanggar hukum. Tidak semua anak dengan keluarga tidak harmonis memiliki
kecenderungan melakukan pelanggaran hukum, karena ada juga kasus dimana anak sebagai
pelaku ternyata memiliki keluarga yang harmonis. Hal ini dikarenakan begitu kuatnya faktor
lingkungan bermainnya yang negatif. Anak dengan latarbelakang ketidakharmonisan
keluarga, tentu akan lebih berpotensi untuk mencari sendiri lingkungan diluar keluarga yang
bisa menerima apa adanya. Apabila lingkungan tersebut positif tentu akan menyelesaikan
masalah si anak dan membawanya kearah yang positif juga. Sebaliknya, jika lingkungan

negatif yang didapat, inilah yang justru akan menjerumuskan si anak pada hal-hal yang
negatif, termasuk mulai melakukan pelanggaran hukum seperti mencuri, mencopet, bahkan
membunuh. Kedudukan keluarga sangat fundamental dalam pendidikan anak. Apabila
pendidikan keluarga gagal, maka anak cenderung melakukan tindakan kenakalan dalam
masyarakat dan tidak jarang menjurus ke arah tindakan kejahatan atau kriminal. Dalam
bukunya yang berjudul Kriminologi, B. Simanjuntak berpendapat bahwa, kondisi-kondisi
rumah tangga yang mungkin dapat menghasilkan anak nakal, adalah:
1. Adanya anggota lainnya dalam rumah tangga itu sebagai penjahat, pemabuk, emosional.
2. Ketidakadaan salah satu atau kedua orangtuanya karena kematian, perceraian atau
pelarian diri.
3. Kurangnya pengawasan orangtua karena sikap masa bodoh, cacat inderanya, atau sakit
jasmani atau rohani.
4. Ketidakserasian karena adanya main kuasa sendiri, iri hati, cemburu, terlalu banyak
anggota keluarganya dan mungkin ada pihak lain yang campur tangan.
5. Perbedaan rasial, suku, dan agama ataupun perbedaan adat istiadat, rumah piatu, pantipanti asuhan.
Perkembangan peradaban dan pertumbuhan pada masyarakat cukup pesat, dimana
kejahatan ikut mengiringi dengan cara-cara yang telah berkembang pula. Kejahatan
senantiasa ada dan terus mengikuti perubahan. Pengaruh modernisasi tidak dapat dielakkan,
disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang telah mengubah cara hidup manusia dan akhirnya
hanya dapat untuk berusaha mengurangi jumlah kejahatan serta membina penjahat tersebut
secara efektif dan intensif. Maka sulit kalau dikatakan Negara akan melenyapkan kejahatan
secara total.sesuai dengan amanat dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak diatur bahwa apabila anak melakukan tindak pidana pada
batas umur yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tetapi diajukan ke sidang pengadilan
setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut namun belum mencapai
umur 21 (dua puluh satu) tahun, maka tetap diajukan ke Sidang Anak. Berdasarkan
ketentuan yang tercantum di dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut,
maka petugas dituntut ketelitiannya dalam memeriksa surat-surat yang berhubungan dengan
bukti-bukti mengenai kelahiran serta umur dari anak yang bersangkutan, dalam masalah
anak penyelesaian sengketa tidak hanya dilakukan dalam sistem peradilan saja akan tetapi
juga dikenal adanya restorative justice. Pada tahun 1980an, Braith waite memperkenalkan
sistem penghukuman dengan pendekatan restorative justice, karena terinspirasi oleh
masyarakat Maori dalam menangani penyimpangan di lingkungan mereka, yang menekankan
penyelesaian masalah dengan melibatkan masyarakat dan petinggi masyarakat setempat
untuk menyelsaikan masalah secara kekeluargaan. Sedangkan proses dari restorative justice
dapat dilakukan dengan cara mediasi antara pelaku dan korban, reparasi (pelaku
membetulkan kembali segala hal yang dirusak), konferensi korban-pelaku (yang melibatkan
keluarga dari kedua belah pihak dan tokoh pemuka dalam masyarakat), dan victim
awareness work (suatu usaha dari pelaku untuk lebih peduli akan dampak dari
perbuatannya).
Peradilan Anak merupakan suatu pengkhususan pada lingkungan Peradilan Umum,
sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak, dengan kualifikasi perkara yang sama jenisnya dengan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam hal melanggar ketentuan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Oleh karena hal tersebut, maka secara sistematika hukum (recht
sistematisch) isi kewenangan Peradilan Anak tidak akan dan tidak boleh.
1.Melampaui kompetensi absolut (absolute competenties) Badan Peradilan Umum.
2.Memeriksa, mengadili dan memutus perkara-perkara yang telah menjadi kompetensi

absolut lingkungan badan peradilan lain, seperti Badan Peradilan Agama. Secara
internasional pelaksanaan peradilan pidana anak berpedoman pada standard minimum Rules
for the Adminitration of Juvenile Justice (The Beijing Rules), yang memuat prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Kebijakan sosial memajukan kesejahtraan remaja secara maksimal meperkecil intervensi
sistem peradilan pidana.
2. Nondiskriminasi terhadap anak pelaku tindak pidana dalam proses peradilan pidana.
3. Penjatuhan pidana penjara merupakan upaya akhir.
4. Penentuan batas usia pertanggungjawaban kriminal terhadap anak.
5.Tindakan diversi dilakukan dengan persetujuan anak atau orang tua/wali.
6. Pemenuhan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana anak.
7. Perlindungan privasi anak pelaku tindak pidana.
Seorang anak yang melakukan tindak pidana juga membutuhkan perlindungan hukum
sebagai salah satu cara melindungi tunas bangsa di masa depan, perlindungan hukum
terhadap anak menyangkut semua aturan hukum yang berlaku. Perlindungan ini perlu karena
anak merupakan bagian masyarakat yang mempunyai keterbatasan secara fisik maupun
mental, oleh karena itu anak memrlukan perlindungan dan perawatan khusus. Perlindungan
anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung,
maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang menjadi sasaran
penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat berupa cara melindungi anak
dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik, membina,
mendampingi anak dengan berbagai cara, mencegah kelaparan dan mengusahakan
kesehatannya dengan berbagai cara, serta dengan cara menyediakan pengembangan diri
bagi anak. Sedangkan yang dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung
adalah kegiatan yang tidak langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang
terlibat atau melakukan kegiatan dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut. Aspek
hukum perlindungan anak secara luas mencakup hukum pidana, hukum acara, dan hukum
perdata, di Indonesia pembicaraan mengenai perlindungan hukum mulai tahun 1997 dalam
seminar perlindungan anak/remaja yang diadakan prayuwana.Seminartersebut menghasilkan
dua hal penting yang harus diperhatikan dalam perlindungan anak yaitu:
1. Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang ataupun lembaga
pemerintah dan swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan, dan
pemenuhan kesejahtraan fisik, mental dan sosial anak dan remaja yang sesuai dengan
kepentingan dan hak asasinya.
2. Segala daya upaya bersama yang dilakukan dengan sadar oleh perseorangan, keluarga,
masyarakat, badan-badan pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaan dan
pemenuhan kesejahtraan rohani dan jasmani anak yang berusia 0-21 tahun, tidak dan belum
pernah nikah, sesua dengan hak asasi dan kepentingan agar dapat mengembangkan
hidupnya seoptimal mungkin. Sehingga pergerakan dan perkembangan pemikiran terfokus
pada kesejahteraan anak, dengan bertujuan memisahkan proses peradilan anak dan orang
dewasa serta melindungi anak dari penerapan hukum orang dewasa.

You might also like