You are on page 1of 3

Asuhan Keperawatan SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) Pengertian SLE (Sistemisc Lupus

Erythematosus) SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau
kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam
tubuh. slePenyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun,
dimana tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri,
seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya
ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Etiologi SLE
(Sistemisc Lupus Erythematosus) Sampai saat ini faktor yang merangsang sistem pertahanan diri
untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus,
sinar ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan. Penyakit Sistemik Lupus
Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa
hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan
antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau
bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu
mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE). Patofisiologi SLE (Sistemisc Lupus
Erythematosus) Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit
yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam
penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi
autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang
selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali. Klasifikasi SLE
(Sistemisc Lupus Erythematosus) Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu: 1. Discoid
Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti
kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan sistem saraf. Selanjutnya kita singkat dengan
SLE (Systemics Lupus Erythematosus). 3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah
penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat
dihentikan. Manifestasi Klinis SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) 1. Sistem muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak,
rasa kaku pada pagi hari. 2. Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam
berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai
mukosa pipi atau palatum durum. 3. Sistem kardiak Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura. 5. Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole
terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan,
siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis. 6.
Sistem perkemihan Glomerulus renal yang biasanya terkena. 7. Sistem saraf Spektrum gangguan
sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi
depresi dan psikosis. Evaluasi Diagnostik SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) Diagnosis SLE
dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang
klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis,

peuritis dan perikarditis. Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia,
leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik
lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis. Penatalaksanaan Medis SLE (Sistemisc
Lupus Erythematosus) 1. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai
bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus. 2. Obat antimalaria untuk gejala kutaneus,
muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE 3. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog
purion) untuk fungsi imun.
Asuhan Keperawatan SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus)
Pengkajian
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang
dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas,
anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2. Kulit Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
3. Kardiovaskuler Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi
eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi
di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
4. Sistem muskuloskeletal Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa
kaku pada pagi hari.
5. Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum.
6. Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem renal Edema dan hematuria. 9. Sistem saraf Sering terjadi depresi dan psikosis, juga
serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya. Masalah Keperawatan 1. Nyeri
2. Keletihan 3. Gangguan integritas kulit 4. Kerusakan mobilitas fisik 5. Gangguan citra tubuh
Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan. Tujuan : perbaikan
dalam tingkat kennyamanan Intervensi : a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan
kenyamanan (kompres hangat; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga,
bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian) b. Berikan preparat antiinflamasi,
analgesik seperti yang dianjurkan. c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien terhadap penatalaksanaan nyeri. d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya
tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya. e. Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu
pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum
terbukti manfaatnya. f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa
pasien untuk memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya. g. Lakukan penilaian
terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri. 2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan
aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi. Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari
aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah. Intervensi : a. Beri penjelasan
tentang keletihan : hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan menjelaskan tindakan
untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya mengembangkan dan
mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang
memudahkan tidur) menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler
dan emosional menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga

kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan. b. Fasilitasi


pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat. c. Dorong kepatuhan pasien terhadap
program terapinya. d. Rujuk dan dorong program kondisioning. e. Dorong nutrisi adekuat
termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen. 3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan
daya tahan fisik. Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang optimal.
Intervensi : a. Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas. b. Kaji
kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi : Menekankan kisaran gherak pada sendi
yang sakit Meningkatkan pemakaian alat bantu Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.
Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat. c. Bantu pasien mengenali rintangan
dalam lingkungannya. d. Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas Memberikan kesempatan istirahat
sesudah melakukan aktivitas. Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi 4. Gangguan
citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang
diakibatkan penyakit kronik. Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan
fisik serta psikologik yang ditimbulkan enyakit. Intervensi : a. Bantu pasien untuk mengenali
unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya. b. Dorong verbalisasi perasaan,
persepsi dan rasa takut Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu. Membantu mengenali mekanisme
koping yang efektif. 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit, penumpukan kompleks imun. Tujuan : pemeliharaan integritas kulit. Intervensi : a.
Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi b. Hilangkan kelembaban dari kulit c.
Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres hangat
yang terlalu panas. d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya. e.
Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid. Daftar Pustaka Doenges, Marilyn E. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC. Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals
Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000 Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997 Tags: askep sle, lupus eritematosus, lupus eritematosus
sistemik
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

You might also like