Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dan kemajuan di bidang-bidang seperti perekonomian,
kesehatan dan teknologi, membawa dampak bahwa usia harapan hidup
semakin meningkat, dari 48 tahun pada tahun 1900 menjadi 73,5 tahun pada
tahun 2000. Kondisi tersebut membawa akibat jumlah populasi lansia yang
berusia diatas 65 tahun semakin meningkat. Berdasarkan proyeksi penduduk
Indonesia (data BPS 1997), penduduk lansia menjadi 8,1% dan 12 % pada
tahun 2020. Panti sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta unit Budi Luhur
adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi lanjut usia agar dapat hidup lebih baik dan terawat dalam
kehidupan mayarakat baik yang berada didalam panti maupun yang berada
diluar panti. PSTW sebagai lembaga peyanan sosial lanjut usia berbasis panti
yang dimiliki pemerintah dan memiliki berbagai sumber daya perlu
mengembangkan diri menjadi institusi yang progresif dan terbuka untuk
mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat.
Fungsi PSTW unti budiluhur kasongan adalah sebagai pusat pelayanan
pendampingan dan perlindungan bagi lanjut usia, pusat informasi tentang
kesejahteraan sosial lanjut usia dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan
tentang lanjut usia.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorag telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu masa anak, dewasa dan tua.
Lansia akan mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis, kemunduran
fisik ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut yang memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, sensitiftas emosional meningkat dan
gerakan melambat. Meskipun lansia mengalami penurunan fungsi tubuh
seperti kardivaskuler, perkemihan, pendengaran, penglihatan , dan pernafasan
seperti asma.
1
rohaniawan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memperoleh
pengalaman
langsung
dan
nyata
dalam
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan proses keperawatan pada lansia
dengan masalah Sistem Endokrin di PSTW Yogyakarta unit Budi
Luhur.
b. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada
A.
GAMBARAN MENUA
a) Definisi
Proses menjadi tua merupakan proses alami yang akan dialami
oleh setiap individu. Ada beberapa pengertian menua, yaitu :
3
1.
perlahan-lahan
kemampuan
jaringan
untuk
juga bahwa ada berbagai permasalahan kesehatan yang sering dialami kala
lanjut usia. Permasalahan-permasalahan kesehatan pada lansia ini
dipelajari oleh cabang ilmu kedokteran, yaitu Geriatri. Geriatri adalah
cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan kepada
lansia yang menyangkut aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabititatif
secara psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Sementara psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang
mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabititatif secara psikososial yang
menyertai kehidupan lansia.
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien geriatri dan
psikogeriatri, yaitu :
1. Keterbatasan
fungsi
tubuh yang
berhubungan
dengan
makin
meningkatnya usia.
2. Adanya akumulasidari penyakit-penyakit degeneratif.
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
a.
b.
Mengisolasi
diri
atau
menarik
diri
dari
kegiatan
yang
dapat
menimbulkan
gangguan
keseimbangan
memelihara
(care)
dengan
penuh
kesabaran
dan
untuk
memperbaiki
diri
atau
mengganti
diri
serta
b.
3. Incontinence
Beser atau yang sering dikenal dengan Ngompol karena saat
BAK atau keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah
kesehatan atau sosial. Untuk mengatasi masalah ini biasanya lansia
akan mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi jumlah
dan frekuensi berkemih. Akibatnya lansia dapat terjadi kekurangan
cairan tubuh dan berkurangnya kemampuan kandung kemih yang
justru akan memperberat keluhan beser pada lansia.
4. Intellectual Impairment (Gangguan Intelektual)
Gangguan yang berhubungan dengan kemapuan berfikir atau
ingatan yang mempengaruhi terganggunya aktivitas sehari-hari.
Kejadian ini terjadi dengan capat mulai usia 60-85 tahun atau lebih.
a.
b.
5. Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan
tubuh juga menurun karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang
bermacam-macam. Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa
terpengaruh terhadap infeksi yang terjadi pada lansia.
6. Gangguan Pancaindera (Impairment of Vision and Hearing, Taste,
Smell, Communication, Convalescence, Skin Integrity)
Akibat proses menua sehingga semua kemampuan pancaindera
berkurangfungsinya. Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otototot. Sehingga pada lansia terjadi penurunan penglihatan, pendengaran
dan komunikasi (berbicara).
7. Impaction (Konstipasi atau Gangguan BAB)
Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena
pergerakan fisik pada lansia yang kurang mengkonsumsi makana
berserat, kurang minum juga akibat pemberian obat-obat tertentu.
10
Pada kasus konstipasi yaitu feces menjadi keras dan sulit dikeluarkan
maka akan tertahan diusus sehingga dapat terjadi sumbatan diusus
yang menyebabkan rasa sakit diperut.
8. Isolation (Depresi)
Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya
penyakit dan berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya
secara mandiri serta akibat perubahan-perubahan fisik maupun peran
sosial.
Gejala-gejala depresi yang sering muncul dianggap sebagai
bagian dari proses menua. Adapun gejala-gejala seperti dibawah ini
antara lain :
a.
memusatkan
perhatian,
kurangnya
minat,
hilangnya
b.
c.
keperawatan
dirumah
sakit.adapun
klien
dan
keluarga
13
14
dokter spesialis.
Petugas laboratorium.
Petugas fisioterafi.
15
fasilitas resusitasi
fasilitas defibrilator
18
C. DIABETES MELLITUS
1. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai
kelainan
metabolik
akibat
gangguan
hormonal
yang
Klasifikasi
Klasifikasi
Diabetes
Mellitus
dari
National
Diabetus
Data
Group:
Diabetes Mellitus
a)
b)
(2)
2)
3)
2)
Etiologi
a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)
1)
Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2)
Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3)
Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel
pancreas.
Mellitus
tak
tergantung
insulin
(NIDDM)
penyakitnya
21
3. Patofisiologi
DM Tipe I
DM Tipe II
Reaksi Autoimun
sel pancreas
hancur
Hiperglikemi
a
Katabolisme protein
meningkat
Lipolisis
meningkat
Penurunan BB
polipagi
Glukosuri
a
Glukoneogenesis
Kehilangan elektrolit
urine
Diuresis Osmotik
Ketogenesi
s
Kehilangan cairan
hipotonik
Polidipsi
ketoasidosis
Hiperosmolarita
s
ketonuria
coma
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh
berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
22
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel
macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg
% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).
4. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat
badan.
23
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan
menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
a)
Akut
1)
2)
3)
4)
b)
6.
1)
Neuropati diabetik
2)
Retinopati diabetik
3)
Nefropati diabetik
4)
Proteinuria
5)
Kelainan koroner
6)
Ulkus/gangren
Evaluasi Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah
yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa
yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200
mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik
penyakit DM. Untuk diagnosis Dmdan gannguan toleransi glukosa lainnya
diperiksa glukosa darah 2 jan setelah beban glukosa yang normal adalah 110159 mg/dl, dikatakan sedang 160-199 mg/dl, dikatakan buruk lebih dari 200
24
7.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
: 1100 kalori
2) Diit DM II
: 1300 kalori
3) Diit DM III
: 1500 kalori
4) Diit DM IV
: 1700 kalori
5) Diit DM V
: 1900 kalori
6) Diit DM VI
: 2100 kalori
7) Diit DM VII
: 2300 kalori
8) Diit DM VIII
: 2500 kalori
X 100 %
TB (cm) 100
1) Kurus (underweight)
: BBR < 90 %
2) Normal (ideal)
: BBR 90 110 %
3) Gemuk (overweight)
4) Obesitas, apabila
- Obesitas ringan
- Obesitas sedang
- Obesitas berat
- Morbid
: BB X 40 60 kalori sehari
2) Normal
: BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk
: BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Menurunkan
kolesterol
(total)
dan
(2)
27
(1)
ekstra pankreatik
-
Menghambat
absorpsi
karbohidrat
-
Menghambat
glukoneogenesis di hati
(2)
(3)
Biguanida
pada
tingkat
a) Indikasi
penggunaan
Insulin
insulin
(1)
DM tipe I
(2)
(3)
DM kehamilan
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
DM operasi
(9)
DM patah tulang
cara
(1)
lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding
perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan
(lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan
rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi
perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
2.
Pengaruh
latihan
pada
absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan
dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30
menit setelah suntikan.
3.
Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
4.
Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin.
5.
Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin
dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih
cepat efeknya daripada subcutan.
6.
Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat
penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek insulin
dipercepat.
(2)
1. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
a.
b.
Kaji
terhadap
manifestasi
Diabetes
Mellitus:
menunjukkan
gangguan
elektrolit
dan
aterosklerosis.
c.
Pemeriksaan Diagnostik
30
terjadinya
komplikasi
1)
Biasanya,
tes
ini
dianjurkan untuk
pasien
yang
3)
4)
5)
d.
e.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
Diagnose
keperawatan
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen injury biologis
Intervensi keperawatan
A. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif.
B. Observasi reaksi
non verbal dari
ketidaknyamanan
C. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri
31
mengenali nyeri
d. Klien
mampu
untuk beristirahat
e. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
Kurang pengetahuan
tentang diabetes
mellitus
berhubungan dengan
kurangnya informasi
D. Ajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi
E. Monitor tanda-tanda
vital
F. Anjurkan klien
untuk istirahat
G. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
a. Monitor kebutuhan
ADL klien
b. Bantu klien untuk
memenuhi
kebutuhan ADL
c. Monitor
kemampuan klien
untuk melakukan
ADL
d. Motivasi klien
untuk melakukan
ADL secara mandiri
sesuai dengan
kemampuannya
e. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
ADL klien
a. Kaji
tingkat
pengetahuan klien
dan
keluarga
terhadap DM
b. Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit
dengan
cara yang tepat
c. Jelaskan
cara
pencegahan
terhadap penyakit
d. Jelaskan
penatalaksanaan
penyakit DM
e. Motivasi
klien
untuk melaksanakan
terapi DM dengan
tepat
f. Kolaborasi dengan
Resiko ketidak
seimbangan gula
darah berhubunga
ndengan kurang
pengetahuan tentang
management nutrisi
Resiko infeksi
berhubungan
prosedur invasif
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
33
DAFTAR PUSTAKA
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Joanne C, dkk. 2000. Nursing Intervention Clasifikasion (NIC) Mosby year book.
USA
Joanne C, dkk. 2000. Nursing Outcome Clasifikasion (NIC) Mosby year book.
USA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari / Tanggl Pengkajian
: 28 Februari 2011
Jam Pengkajian
: 13.00 Wib
Sumber
Metode
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Kelayan
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Agama
e. Alamat
f. Pedidikan
g. Suku bangsa
h. Status
: Ny. D
: 80 thn
: Perempuan
: Islam
: Kali pucang, RT No 05, Bangun Jiwo
: Tidak sekolah
: Indonesia
: Janda
35
: Ny. S
: Perempuan
: Kali pucang, RT No 05, Bangun Jiwo
: Anak Kandung
3. Riwayat Keluarga
Genogram
DM
8
0
0
DM DM
Keterangan :
: kelayan
:perempuan
: laki-laki
: meninggal
: Ikatan Pernikahan
: garis keturunan
36
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kelayan mengatakan luka yang ada di daerah telapak kaki kiri,
pergelangan tangan kiri dan telapak tangan sebelah kiri terasa nyeri
dengan skala nyeri 5 dan kelayan mengatakan luka mengeluarkan bau
yang tidak enak.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kelayan mengatakan jatuh karena kurang berhati hati dalam
beraktivitas sehingga mengalami luka pada telapak kaki kiri,
pergelangan tangan kiri dan telapak tangan sebelah kiri, kelayan
mengatakan pergelangan dan telapak tangan terasa nyeri ( skala nyeri 5)
nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk, nyeri bertambah saat
pergelangan tangan,telapak tangan kiri dan kaki kiri digerakkan,nyeri
yang dirasakan hilang dan timbul.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Selain penyakit DM klien juga menderita penyakit asma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak ke dua dan ketiga dari kelayan menderita penyakit DM
4. Penyakit Yang Diderita Sekarang
DM sejak lima tahun yang lalu.
5. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya : Kelayan mengatakan bahwa ia pernah bekerja
sebagai pedagang sayur keliling
Pekerjaan saat ini : Kelayan tidak bekerja, hanya melakukan aktivitas di
rumah saja setiap harinya
Sumber pendapatan : semua kebutuhan kelayan ditanggung oleh anaknya
6. Riwayat Lingkungan Hidup
Kelayan tinggal dengan anak perempuan pertamanya, namun kelayan
ditempatkan di ruangan berukuran 3x3m yang terbuat dari triplek. Ruangan
tersebut digunakan kelayan untuk tidur, makan dan aktivitas lainnya,
keadaan ruangan cukup bersih, terdapat satu tempat tidur dan dua kursi
dalam ruangan tersebut.
37
R. makan
W
C
Kamar
Kamar
ny D
Kamar
R. Tamu
Jalan setapak
7. Sistem Pendukung
Kelayan mengatakan dikunjungi oleh Tim Home Care dari PSTW
Yogyakarta Unit Budi Luhur setiap satu bulan sekali.
8. Diskripsi Kekhususan
Kelayan beragama islam dapat menjalani sholat 5 waktu.
9. Status Kesehatan
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Kelayan mengatakan satu tahun yang lalu kelayan mengalami luka pada
telapak kaki kiri dan sampai sekarang belum sembuh, sekarang luka
kelayan bertambah di pergelangan tangan dan telapak tangan sebelah
kiri sehingga kelayan jarang beraktivitas diluar rumah,
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Kelayan mengatakan dari lima tahun yang lalu kelayan menderita DM
10. Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)
Indeks Katz
: A/B/C/D/E/F/G
No
1.
Kegiatan
Mandi
2.
Berpakaian
Keterangan
Kalayan mampu mandi sendiri tanpa
Hasil
Mandiri
bantuan.
Kelayan mampu mengambil dan
Mandiri
Berpindah
dan jarik.
Kelayan mampu naik dan turun dari
tempat tidur dan kursi secara
mandiri..
38
Mandiri
4.
Toileting
Mandiri
Makan
dikamar mandi.
Kelayan mampu makan sendiri
6.
Kontinensia
Mandiri
Mandiri
Keterangan :
Skore
A
Kriteria
Kemandirian
tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi, be
G
Lain-lain
berpindah,
39
kekamar
kecil,
c.
kecoklatan bau khas feses. Buang air kecil 3-4x/ hari, warna kuning
jernih, bau khas urine.
d.
Aktivitas
Kelayan
dapat
: Kelayan
Kelayan
menggunakan
shampoo,
kelayan
tidak
bau
badan,
Kelayan
Psikologi
Persepsi kelayan : Kelayan mengatakan bahwa dirinya sudah
tua dan menerima keadaanya saat ini .
40
Motorik
Mata
Tanda-tanda vital
TD : 100/70mmHg
Nadi :80x/menit
RR :18x/menit
12. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : mesochepal, tidak ada deformitas, tidak lesi, tidak
hematom
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
41
b. Rambut
Inspeksi : beruban, rambut pendek, rapi, tidak berketombe.
c. Muka
Inspeksi : tidak ada oedem, sembab, keriput, kelayan tampak
menahan nyeri.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
d. Mata
Inspeksi : simetris kanan kiri, sklera putih, konjungtiva tidak
anemis, mata selalu berair
Palpasi: tidak ada peningkatan bola mata, tidak ada massa.
e. Telinga
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak deformitas, tidak tampak
akumulasi serumen
Palpasi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
f. Hidung
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada akumulasi secret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
g. Mulut
Inspeksi : sudah banyak gigi yang tanggal, tidak ada stomatitis,
membrane mukosa lembab
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Leher
Inspeksi : bentuk telinga simetris, warna kulit leher sama dengan
yang lainnya.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid
i. Dada dan punggung
Paru :
Inspeksi : dinding dada simetris kanan kiri, warna kulit sama
dengan warna sekitar
Palpasi
: taktil fremitus simetris kanan kiri, ada nyeri tekan,
tidak ada massa
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Auskultasi: S1 S2 reguler, tidak ada suara tambahan
Palpasi
: ictus cordis teraba pada intercosta ke IV
Perkusi : redup
42
organ
k. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kanan : kekuatan otot penuh, jari tangan kanan ada yang
nyeri 5,
2) Bawah :
Kaki kiri : kekuatan otot penuh, tampak luka ulkus pada telapak
kaki sebelah kiri klien, luka mengeluarkan bau, luka tampak
kotor, tampak kelayan menahan nyeri saat luka ditekan,
Kaki kanan : kekuatan otot penuh
3) Kekuatan otot
5
5
5
5
Keterangan
0 : Paralisis
1 : Tidak ada gerakan terasa
2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan sokongan
3 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan
Keadaan status mental baik, dengan emosi stabil, respon klien terhadap
pembicaraan baik, bicara normal tidak pelo. Bahasa yang digunakan
bahasa Jawa, interpretasi klien terhadap lawan bicara baik.Kelayan
mampu berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu.
o. Sistem Penginderaan
Mata : penglihatan berkurang
Hidung : kelayan dapat mencium bau-bauan dengan normal.
Telinga : telinga bersih, pendengaran berkurang
Lidah : kelayan mengatakan dapat merasakan rasa manis, asin,
asam, dan pahit
Peraba : kelayan dapat merasakan dingin, panas dan hangat
p. Tactil respon
Respon baik dan peka terhadap rangsang
q. Data Penunjang
Tgl 1 maret 2011 : GDS : 173 mg/dl
r. Terapi medis :
Tanggal 1 maret 2011
B Complex
2x1
B. ANALISA DATA
NO Symptom
Etiologi
Ds: kelayan mengatakan nyeri :
Agen cedera fisik
P : nyeri bertambah saat
bergerak
Q: nyeri seperti ditusuktusuk
R: nyeri di pergelangan
tangan kiri, telapak tangan
kiri dan telapak kaki kiri
S : skala nyeri 5, nyeri
sedang
T : nyeri hilang timbul
Do:
Problem
Nyeri akut
TD
: 100/70mmHg
Nadi
: 80x/menit
RR
: 18x/menit
Kelayan tampak menahan
nyeri
Ds:
Resiko infeksi
Kelayan
mengatakan
44
lukanya bau
Do :
Tampak luka ulkus pada
telapak kaki sebelah kiri
klien, luka mengeluarkan
bau, luka tampak kotor,
tampak kelayan menahan
nyeri saat luka ditekan,
Terdapat
luka
di
pergelangan tangan dan
telapak tangan sebelah
kiri,
luka
yang
mengeluarkan
bau,
keadaan luka tampak
kotor, luka nyeri saat
digerakkan,
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1.
Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2.
Resiko infeksib/d Penyakit Kronis
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
Tgl/Jam
DIAGNOSA
TUJUAN ( NOC)
INTERVENSI (NIC)
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x pertemuan
diharapkan skala nyeri
hilang atau berkurang
dengan kriteria hasil :
1. Kelayan
mampu
mengontrol nyeri
dengan
teknik
farmakologi
dan
non farmakologi.
2. Kelayan
melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
dengan skala nyeri:
0
3. Kelayan
menyatakan rasa
nyaman
setelah
nyeri berkurang.
4. Tanda-tanda vital
dalam
rentang
normal.
45
Skala Penilaian:
1. Tidak menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
Senin, 1 Resiko
Setelah
dilakukan Infeksi Control
Maret
Infeksi
tindakan keperawatan Monitor
tanda2011
infeksi b/d selama 3x Pertemuan
tanda vital
Penyakit
diharapkan komplikasi Monitor
nilai
Kronis
infeksi
dapat
laboratorium (gula
diminimalkan dengan
darah klien)
kriteria hasil :
Cuci
tangan
1. Tanda
tanda
sebelum
dan
vital
dalam
sesudah melakukan
rentang normal
tindakan
2. Klien mampu
keperawatan.
menjelaskan
Infeksion protecsion
cara
untuk Gunakan
sarung
mencegah
tangan
selama
infeksi.
bersentuhan
Skala penilaian :
dengan luka,darah
1. Tidak
dan
membrane
menunjukan
mukosa lainnya.
2. Jarang
Lakukan perawatan
menunjukan
luka
3. Kadang
Anjurkan
klien
menunjukan
untuk beristirahat.
4. Sering
Berikan
penkes
menunjukan
pada
kelayan
dan
Selalu menunjukan
keluarga tentang
tanda tanda infeksi.
46