Professional Documents
Culture Documents
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
ASPEK LEGAL DAN ETIK DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Nama kelompok:
Diana Kemalasari
Dwita Puji Lestari
Ego Lendisari
Fuji Lestari
Keke Margareta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul aspel legal dan etik dokumentasi
keperawatan Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian atau yang lebih khususnya
membahas aspek legal dan etik dokumentasi keperawatan. Dalam islam diharapkan Makalah
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang aspek legal dan etik dokumentasi
keperawatan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bengkulu,Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
i
Kata
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
...
ii
Daftar Isi
iii
BAB I. PENDAHULUAN :
1.1
1.2
Rumusan Masalah.....
1
1.3
Tujuan ......
1
1.4
Sistematika Penulisan..
2
2.5
14
5
10
3.1
Kesimpulan.....
21
3.2
Saran ..
21
DAFTAR PUSTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model
asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan
sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas. (Dikutip dari
Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan,
Sulastri). Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein
(1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang
dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara
komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan
yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan
tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota
tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi
tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991)
1.2 Rumusan Maslah
1. Apa pengertian aspek legal?
2. Apa saja jenjang dalam peraturan perundang-undang?
3. Pelanggaran apa saja yang sering dilakukan dalam praktik keperawatan?
4. apa pedoman untuk membuat dokumentasi keperawatan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu
pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah aturan tingkah laku yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.
Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum perdata.
a) Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur hubungan
individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan pemerintah yang
berwenang (pemerintah terlibat langsung didalamnya).
b) Hukum perdata atau hukum sipil adalah produk hukum yang mengatur hubungan antar
manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik keperawatan, pengobatan dll.
Sumber hukum utama:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Konstitusi
Badan legislative
Sistem peradilan (yudikatif)
Peraturan administrative
Peraturan perundang-undangan di bidang keperawatan
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu disusun
UUD
UU
Peraturan pengganti undang-undang (PERPU)
Peraturan pemerntah (PP)
Keputusan presiden (Keppres)
Keputusan menteri (Kepmen)
ii.
perawat kesehatan.
Program diploma dengan jenjang pendidikan D III keperawatan dan D IV
iii.
keperawatan.
Program bakaloriat
dengan
jenjang
pendidikan
peguruan
tinggi
di
v.
praktik mahasiswa keperawatan yang dapat menjemin mutu praktik yang optimal.
b) Peraturan perundangan yang mengatur setelah lulus pendidikan keperawatan
a) Dalam kaitan dengan praktik kepeerawatan ini, disiapkan peraturan perundangan
yang mengatur penempatan dan praktik keperawatan, antara lain sebagai berikut:
Peraturan perundangan tentang sistem penempatan tenaga perawat, baik di dalam
negeri maupun diluar negeri.
b) Peraturan perundangan tentang kewenangan praktik keperawatan yang dikaitkan
dengan sertifikasi registrasi dan lisensi keperawatan.
c) Peraturan perundangan tentang etika profesi keperawatan yang dikeluarkan oleh
organisasi profesi dan pemerintah.
7
Contoh:
i.
ii.
iii.
iv.
mengakibatkan air tersebut tumpah kena klien dan klien mengalami luka bakar
Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara tepat atau
melaporkan tanda/gejala yang tidak sesuai dengan kenyataan, tidak menyelidiki
perintah yang meragukan sebelumnya sehingga dengan kelalaian/kegagalan
tersebut menimbulkan cedera.
Pelanggaran penghinaan
Suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar mengenai seseorang sehingga orang
tersebut merasa terhina atau dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan, disebut
slander dan jika berbentuk tulisan disebut libel.
Contoh:
i.
ii.
iii.
Pernyataan palsu
Menuduh orang secara keliru
Memberi keterangan palsu kepada klien
Orang yang didakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat
diancam hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataannya (lisan atau
tulisan). Tuduhan ini dapat dibela dengan komunikasi berprivilese, yakni komunikasi yang
didasarkan pada anggapan bahwa petugas profesional tidak dapat memberi pelayanan yang
baik tanpa pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang dihadapinya. Jadi
informasi berprivilese merupakan informasi rahasia antar petugas profesional dengan
kliennya, antara pengacara dengan kliennya, antara klien dengan pemeluk agamanya.
i.
ii.
perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan, kecuali jika klien
tersebut mengalami gangguan jiwa atau penyakit menular yang apabila dipulangkan
dari rumah sakit akan membahayakan masyarakat. Untuk itu rumah sakit mempunyai
formulir khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah
sakit yang bersangkutan tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena
meninggalkan rumah sakit tersebut.
d) Pelanggaran privasi
Tindakan mengekspose/memamerkan/menyampaikan seseorang (klien) kepada
publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun rekaman, tanpa persetujuan orang/klien
yang bersangkutan, kecuali ekspose klien tersebut memang diperlukan menurut prosedur
perawatannya
Contoh:
i.
Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak
ii.
dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.Garis besar tentang persetujuan:
MASALAH
Prosedur diagnosis
10
Tidak diperlukan:
Konsekuensi
tidak
memperoleh
persetujuan
Kriteria
persetujuan
yang sah
bertanggung jawab
Siapa
yang
menandatangani
menandatangani
f) Penipuan
Pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat mengakibatkan atau telah
mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang atau hartanya.
Contoh: memberi data yang keliru guna mendapat lisensi keperawatan
Pelanggaran disengaja yang penting diketahui oleh seorang perawat:
Istilah hukum
Definisi
Ancaman
Penyiksaan
Contoh
memukul
seseorang
12
Penahanan
keliru
Pelanggaran
privasi
Penghinaan
cacat
tanpa
Merugikan nama baik orang lain dngan Membuka aib klien kepada
menyebar berita bohong mengenai dia orang lain
kepada pihak ketiga
Libel
Penghinaan tertulis
Menuliskan
bahwa
Slander
Penghinaan lisan
Mengatakan
seseorang
adalah pencuri
Keseimbangan cairan, konsumsi makanan, intake dan output, status sirkulasi dan
pernapasan, serta edukasi dan nyeri.
2.4 Pedoman Dalam Membuat Sebuah Dokumen Yang Legal:
a. Mengetahui tentang konteks malpraktik.
b. Memberi informasi yang akurat mengenai informasi klien seperti terapi dan asuhan
keperawatan.
c. Mencerminkan keakuratan penggunaan proses keperawatan, misalnya: pengkajian
keperawatan, riwayat kesehatan klien, rencana asuhan keperawatan, dan intervensi.
d. Waspada terhadap situasi tertentu, misalnya klien dengan masalah yang komleks atau
yang membutuhkan perawatan yang intensif.
e. Dokumentasi yang legal selalu mencerminkan apa yang telah terjadi dan yang telah
dilakukan.
Dokumentasi keperawatan mencerminkan kolaborasi antara penyediaan asuhan antara
tenaga kesehatan lain dan perawat.
Dokumentasi yang rutin selalu mencerminkan gejala dan komplain oleh klien
Ruang lingkup jenis tindakan keperawatan yang didokumentasikan adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Menurut Sue Dill Calloway, berikut ini adalah beberapa situasi yang mempengaruhi proses
litigasi:
1. Kesalahan pemberian pengobatan.
2. Kegagalan untuk melindungi klien.
3. Kegagalan untuk mengembalikan objek setelah pembedahan.
4. Klien terbakar.
5. Kegagalan untuk memonitor, mencatat dan melaporkan.
14
6. Dispensasi pengobatan.
7. Kesalahan mengidentifikasi klien.
8. Menggunakan alat yang rusak.
9. Kerusakan peralatan klien.
10. Kegagalan untuk menjelaskan tentang pekerjaan perawat dan edukasi.
11. Kegagalan dalam menggunakan teknik antiseptik.
12. Kegagalan untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
13. Kegagalan untuk melaporkan chart yang adekuat.
Prinsip dalam memberikan asuhan harus disesuaikan dengan standar. Berikut ini adalah
elemen-elemen kelalaian yang dapat menjadi tuntutan:
1. Kegagalan untuk memberi asuhan sesuai dengan standar dan menyebabkan kerugian.
2. Kegagalan untuk memberitahu standar yang berlaku.
3. Hubungan antara cedera dan perilaku.
4. Kerugian yang disebabkan karena kelalaian.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan dokumentasi
keperawatan:
1. Jangan dihapus.
2. Gunakan tulisan yang mudah terbaca.
3. Jangan menulis komentar kritis bersifat pembalasan.
4. Betulkan semua kesalahan dengan segera.
15
2. Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat secara
keseluruhan.
Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang bertanggung
jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika perawat tidak melaksanakan
atau tidak menyelesaikan suatu aktifitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa
di tuntut melakukan mal praktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara
legal, yaitu harus memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.
Tappen,weiss,dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya apabila
hal-hal sbb :
1. Dilakukan pada periode yang sama.Perawatan dilakukan pada waktu perawatan
diberikan
2. Akurat. Laoran yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawwat dan
bagian klien berespon.
3. Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang sebenarnya
dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
4. Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di lingkungan
umum di dokumentasikan
Pedoman Pendokumentasian
1.
Pengobatan
16
Dokter
a) Dokumentasikan tiap kali menghubungi dokter bahkan jika dokter tersebut tidak dapat
dihubungi.Cantumkan waktu tepatnya panggilan dilakukan jika dokter dapat
dihubunhi dokumentasikan rincuan pesan dan respon dokter.
b) Bacakan kembali program lisan kepeda dokter dan klarifikasi nama klien di catatan
klien untuk memastikan identitas klien.
c) Catat program lisan hanya jika anda pernah mendengarnya, bukan yang di beritahu
kepada anda oleh perawat lain atau oleh personal unit.
3.
2.5
Manajemen Resiko
17
Manajemen resiko adalah sistem yang menjamin pelayanan keperawatan yang tepat
dan berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkannya sebelum terjadi (Guido,
2006).Langkah-langkah dalam manajemen resiko adalah mengenali resiko yang mungkin,
menganalisisnya, melakukan tindakan untuk mengurangi resiko tersebut dan mengevaluasi
langkah yang telah diambil.
Salah satu alat yang digunakan dalam manajemen resiko adalah laporan insiden atau
laporan kejadian.Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam
upaya menjelaskan penyimpangan dari standar pelayanan, memperbaiki tindakan yang
diperlukan untuk mencegah rekurensi, dan untuk mengingatkan manajemn resiko terhadap
situasi yang berpotensi menjadi tuntutan.
Contoh dari kejadian adalah klien atau pengunjung terjatuh atau cedera; gagal
mengikuti perintah dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan; keluhan dari klien,
keluarga, dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan atau departemen rumah sakit lain;
kesalahan teknik atau prosedural; dan malfungsi alat atau produk.Secara umum institusi
memiliki petunjuk khusus untuk mengarahkan penyelenggara layanan kesehatan dalam
melengkapi laporan kejadian.
Jangan pernah menulis laporan kejadian di dalam rekam medis
Manajemen resiko juga membutuhkan dokumentasi yang baik
Dokumentasi perawat merupakan bukti pelayanan bagi klien dan juga bukti pelayanan
yang baik dan aman oleh perawat. Jika terjadi tuntutan hukum, maka catatn perawat
merupakan hal pertama yang ditinjau oleh pengacara (Austin, 2006). Pengkajian dan laporan
perubahan kondisi klien oleh perawat merupakan faktor pembela yang penting di dalam
tuntutan hukum. Oleh karena itu, perawat harus mengidentifikasi kepastian bahwa dokter
atau penyelenggara layanan kesehatan telah dihubungi; informasi kepada dokter atau
penyelenggara layanan kesehatan telah disampaikan; dan juga respon dokter atau
penyelenggara layanan kesehatan.
Tujuan manajemen resiko adalah untuk mengidentifikasikan resiko, mengendalikan kejadiankejadian , mencegah kerusakan dan mengendalikan liabilitas (huber 2000).
18
19
melakukannya
d) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna
e) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan
f) Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
g)
21
1. Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban dari hubungan
kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus
dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider
baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standard pelayanan
2. Vicarius liability
Vicarius liability atau respondent superior ialah tanggung gugat yang tibul atas kesalahan
yang
dibuat
oleh
tenaga
kesehatan
yang
ada
dalam
tanggung
jawabnya
(subordinate).misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian klien yang
diakibatkan kelalaian perawat sebagai karyawannya
3. liability in tort
Adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad). Perbuatan
melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain akan tetapi termasuk juga yang
berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam
pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (hogemad 31 Januar 1919)
Ilustrasi Kasus
Di ruang ugd datang seorang klien yang habis bermain perahu selancar dengan
keluhan telinganya terdengar bunyi gemuruh. Setelah diperiksa oleh seorang dokter residen,
dokter tersebut memberi instruksi kepada seorang siswa perawat untuk memberikan tetes
telinga kepada pasien.dokter bermaksud memberikan obat tetes telinga glycerine dan acid
carbol tetapi tidak mencatatnya pada kartu pasien.
Klien komplain karena setelah mendapat obat tetes telinga (yang meneteskannya
teman si klien) ternyata obat tersebut mengakibatkan kerusakan sebagian kendang telinga
dan pendengarannya rusak secara permanen
Pada saat mengajukan bukti-bukti dokter menyatakan bahwa ia telah memerintahkan
untuk diberikan guttae pro auribus acid carbol atau glyserine dan acid carbol drops. Si murid
22
perawat yang baru berpengalaman 18 bulan di rumah sakit tersebut mendengarnya dokter
mengatakan memberikan instruksi acid carbol
Hakim berpendapat bahwa dokter telah lalai dalam memberikan instruksi kepada
seoarang murid perawat yang tidak kompeten untuk melakukan serta disalahkan cara
instruksinya (tidak ditulis dalam kartu pasien)
Lebih lanjut hakim mengatakan bahwa dalam memberikan instruksi kepada seorang
murid perawat, maka dokter harus menjaga agar instruksinya itu dimengerti sepenuhnya.
Dokter itu seharusnya sebelum memberikan instruksi harus yakin benar dan mengecek
kembali bahwa murid perawat tersebut cukup kompeten untuk melakukannya dsan tahu apa
yang dimaksudkan (hanson v. the board of managemen of the perth hospital and another,
1938)
Upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan malpraktek:
Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan dengan adanya kecenderungan
masyarakat untuk menggugat tenaga perawatan karena adanya malpraktek, diharapkan
membuat para perawat dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultan
verbintenis)
2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent
3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis
4. Apabila trerjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter
5. Memperlakukan klien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan klien, keluarga dan masyarakat sekitarnya
Upaya menghadapi tuntutan hukum
23
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada klien tidak memuaskan sehingga
perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga perawatan seharusnya bersikap pasif dan
pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian perawat.
Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka tenaga
perawatan dapat melakukan:
Informal Defense
Dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa tuduhan yang
diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat
mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan resiko medik
(risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men
rea) sebagaimana diisyaratkan dalam perumusan delik yang tidak dituduhkan
Formal/Legal Defence
Melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin
hukum yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung
jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggungjawaban,
dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu
pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah aturan tingkah laku yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.
Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum perdata.
c) Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur hubungan
individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan pemerintah yang
berwenang (pemerintah terlibat langsung didalamnya).
d) Hukum perdata atau hukum sipil adalah produk hukum yang mengatur hubungan antar
manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik keperawatan, pengobatan dll.
3.2
Saran
Sebagai seorang perawat harus memahami tentang aspek legal tentang
pendokumentasian keperawatan secara benar karena aspek legal merupakan dasar hokum
praktik keperawatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A. Aziz Alimul. 2001. Pengantar dokumentasi proses
keperawatan. Jakarta. EGC
Mulyati . 2005. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan factor
motivasi dan supervise pimpinan di Rumah sakit
nursalam. 2001. Dokumentasi keperawatan. Jakarta 4.undang-undang no
23, tahun 1992.LN.
26