You are on page 1of 28

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Dan

Potensial Infeksi
Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi
yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja
kesehatan dari penyakit. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat
di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya
tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya
prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit. Mikroorganisme bisa eksis di setiap tempat,
dalam air, tanah, permukaan tubuh seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya.
Infeksi yang di derita pasien karena dirawat di Rumah Sakit, dimana sebelumnya pasien tidak
mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi nosokomial. Menurut Patricia C Paren, pasien
dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi
kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi.
Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan
yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain: faktor internal (seperti usia,
penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personal hygiene
yang rendah, perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan
yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS,
lingkungan yang terkontaminasi dll). Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan
pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan
berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan
disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh,
khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,
replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi
akan
terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan
mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit
timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika
penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular
(contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga
beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Bakteri. Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri
bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati
lainnya.
2. Virus. Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam
sel hidup untuk diproduksi.
3. Fungi. Fungi terdiri dari ragi dan jamur
4. Parasit. Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah
protozoa, cacing dan arthropoda.
PERTAHANAN TUBUH NORMAL TERHADAP INFEKSI

Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di
dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ
memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem
pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap
mikroorganisme.

Flora normal. Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan
permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia
secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal
biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara
kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit unuk
mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam
dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan meghambat
multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak
mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk
mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan
individu semakin berisiko mendapat penyakit infeksi.

Pertahanan sistem tubuh. Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik
terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat
mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah menempel
pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan
dengan struktur dan fungsinya.

Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan


1. Kulit

Permukaan, lapisan yang utuh

Pergantian lapisan kulit paling luar

Sebum. Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi, Mandi tidak teratur, Mandi berlebihan

2. Mulut

Lapisan mukosa yang utuh

Saliva

Laserasi, trauma, cabut gigi

Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi

3. Saluran pernafasan

Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus

Makrofag

Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin

4. Saluran urinarius

Tindakan pembilasan dari aliran urine

Lapisan epitel yang utuh

Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena
pertumbuhan tumor.

Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.

5. Saluran gastrointestinal

Keasaman sekresi gaster

Peristaltik yang cepat dalam usus kecil

Pemberian antasida

Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa

6. Vagina

Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai Ph yang
rendah

Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal

RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan
host/ pejamu yang rentan.
AGEN INFEKSI

Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident.
Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan
obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali
dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan
melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan
dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk
masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.

RESERVOAR (sumber mikroorganisme)

Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau
tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air,
serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit,
mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak
selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya
terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier).
Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya
cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan
pencahayaan.

PORTAL OF EXIT (jalan keluar)

Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of
exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan
infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya
manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan,
genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.

CARA PENULARAN

Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak
langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui
jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah
tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
PORTAL MASUK

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit


merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit
atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam
tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.


Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.
Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang
besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah
mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh
terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi
medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Usia
2. Status nutrisi
3. Stress
4. Kelelahan
5. Bed rest
6. Hereditas
7. Tidak diimuniasi
8. Proses penyakit
9. terapi medis
TIPE INFEKSI
Kolonisasi

Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora
residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat
menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak
efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.

Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.

Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan
menimbulkan kerusakan.

Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri

Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik

Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat

Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam
hitungan bulan sampai tahun)

RESIKO INFEKSI

Luka

Kateter

Pemasangan terapi IV

Tindakan invasive

Pengambilan darah

TAHAP PROSES INFEKSI

Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat
infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan
penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan.

Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang
sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme
asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon
spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan

pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi
dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orangorang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut
hospes yang terimunosupres.

Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi
berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes
yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan
pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum
proses infeksi adalah sebagai berikut:

Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
Tahap prodromal

Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan)
sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang
biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

Tahap sakit

Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh:
demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan
sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.

Pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi

Inflamasi

Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk


darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan
mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan
jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan,
dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik
akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan
pembesaran kelenjar limfe.

Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon
inflamasi termasuk hal berikut ini:

1. respon seluler dan vaskuler. Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang
cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan
darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan
dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan
nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin
dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema
lokal.. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi
meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia
seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan
fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan
fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang.
2. pembentukan eksudat inflamasi. akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP
membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti
plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan
bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein
plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi
untuk mencegah penyebaran.
3. perbaikan jaringan. Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru
mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan
bentuk yang sama dengan sel sebelumnya
Respon imun

Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa
mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal
(antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah
antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai
imunitas seluler atau humural.

1. Imunitas selular. Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T
memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran
permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya
sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T
untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka
bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin.
Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen
2. Imunitas humoral. Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan
sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B
memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis
antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori
untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.

3. Antibodi. Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D,


E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG
menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan
imunisasi.
4. Komplemen. Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah.
Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka
akan terjadi serangkaian proses katalitik.
5. Interferon. Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu
kemampuan virus dalam bermultiplikasi.
INFEKSI NOSOKOMIAL

Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata
nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu
terkena hama penyakit. Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi
nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat
selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi Infeksi nosokomial bisa bersumber dari
petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan
maupun dari lingkungan Rumah Sakit

Unit perawatan intensif (UPI) merupakan area dalam RS yang berisiko tinggi terkena
Inos. Alasan ruang UPI berisiko terjadi infeksi nosokomial:

Klien di ruang ini mempunyai penyakit kritis

Peralatan invasif lebih banyak digunakan di ruang ini

Prosedur invasif lebih banyak dilakukan

Seringkali prosedur pembedahan dilakukan di ruang ini karena kondisi darurat

Penggunaan antibiotik spektrum luas

Tuntutan tindakan yang cepat membuat perawat lupa melakukan tehnik aseptik

Infeksi iatroigenik merupakan jenis inos yg diakibatkan oleh prosedur diagnostik


(ex:infeksi pada traktus urinarius yg terjadi setelah insersi kateter). Inos dapat terjadi
secara eksogen dan endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal
terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal. Infeksi endogen terjadi bila
sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan.

Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi klien:

Jumlah tenaga kesehatan yang kontak langsung dng pasien

Jenis dan jumlah prosedur invasif

Terapi yang diterima

Lamanya perawatan

Penyebab infeksi nosokomial meliputi:


1. Traktus urinarius:
2. Pemasangan kateter urine
3. Sistem drainase terbuka
4. Kateter dan selang tdk tersambung
5. Obstruksi pada drainase urine
6. Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Traktus respiratorius:

Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi

Tdk tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction

Pembuangan sekresi mukosa yg kurang tepat

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Luka bedah/traumatik:

Persiapan kulit yg tdk tepat sblm pembedahan

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Tdk memperhatikan tehnik aseptif selama perawatan luka

Menggunakan larutan antiseptik yg terkontaminasi

Aliran darah:

Kontaminasi cairan intravena saat penggantian

Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena

Perawatan area insersi yg kurang tepat

Jarum kateter yg terkontaminasi

Tehnik mencuci tangan tidak tepat

Asepsis

Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha
yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari
mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis
dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci
tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan
terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut
juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi
membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan
invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip
asepsis bedah adalah sebagai berikut:

Segala alat yang digunakan harus steril

Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh

Alat yang steril harus ada pada area steril

Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama

Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril

Kulit tidak dapat disterilkan

ASUHAN KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN INFEKSI


Pengkajian
Perawat mengkaji hal-hal dibawah ini:
a. Status mekanisme pertahanan

Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi aliran
limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas)

Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon inflamasi,
leukopenia)

b. Kerentanan klien
Usia

Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari
ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya anak, sistem imun
semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme penyebab demam, infeksi
usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak). Dewasa awal sistem imun
telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena
fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga mengalami perubahan.

Status nutrisi

Pengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat menyebabkan
penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan kemampuan klien
untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses menelan maupun
sistem pencernaannya).

Stress

Tubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika
stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh
menurun.

Hereditas

Kelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi.

Proses penyakit

Klien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang
mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi.

Terapi medis

Beberapa obat dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu mengkaji
obat yang dikonsumsi klien.

c. Penampilan klinis

Tanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu
mengkaji tanda yang muncul pada klien.

d. Data laboratorium

Perawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.

Diagnosa
1. Risiko infeksi b.d gangguan imunitas
2. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
3. Risiko cidera b.d gangguan imunitas
4. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk
6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI
Perencanaan
Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:
1. Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius
2. Memantau & menurunkan penyebaran infeksi
3. Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
4. Klien& keluarga belajar tentang kontrol infeksi
Implementasi

Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan


masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk
tumbuh)

Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik yg tepat dan tindakan perawatan lainnya)

Kontrol agen infeksius:

Pembersihan. Membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic dari
suatu obyek.

Desinfeksi. Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora

Sterilisasi. Penghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora.

Kontrol reservoar

Mandi secara teratur

Mengganti balutan yang basah atau kotor

Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat

Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat

Luka bedah dirawat dengan benar

Perawatan botol & kantong drainase

Pertahankan larutan dalam botol

Pengendalian penularan:

Cuci tangan

Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien

Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat

Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien

Biasakan klien untuk cuci tangan

Kontrol terhadap portal masuk

Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa

Kulit dijaga tetap lembab

Pengaturan posisi

Lakukan hygiene oral

Hati-hati dlm merawat luka

Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai

Perlindungan terhadap penjamu yang rentan:

Tindakan isolasi

Pertahankan status nutrisi

Pertahankan personal hygiene

Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi

Lingkungan protektif

Perlindungan terhadap pekerja:

Gown

Masker

Sarung tangan

Kacamata pelindung

Pengumpulan spesimen

Membungkus barang atau linen

Evaluasi

Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa


menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah
teratasi, tindakan dihentikan.

Misalnya, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien. Tidak
menggunakan satu alat secara berturut-turut pada beberapa pasien tanpa dibersihkan
dengan baik lebih dahulu setelah dipakai pada seorang pasien. Memandikan dan
membersihkan pasien jangan dianggap pekerjaan rutin yang harus diselesaikan
selekasnya, tetapi harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab akan keselamatan
pasien terhadap ancaman infeksi nosokomial.

Untuk ikut serta mencegah timbulnya resistensi bakteri dan fungi terhadap antibiotik,
gunakanlah antibiotik secara bertanggung jawab, yaitu hanya terhadap bakteri dan fungi
yang rentan, dan dalam jumlah yang memadai serta di bawah pengawasan dokter.

KETERAMPILAN TERKAIT DENGAN PENGONTROLAN INFEKSI


PROSEDUR MENCUCI TANGAN

Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari
agar bersih dari kotoran dan membunuh kman penyebab penyakit yang merugikan
kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya.

Banyak orang yang menyepelekan dan melupakan aktifitas mencuci tangan setelah
melakukan suatu pekerjaan dan sebelum makan sehingga mereka beresiko terserang
penyakit yang berasal dari kuman di tangan.

Mencuci tangan yang baik dan sehat membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut di bawah
ini :
1. Sabun / antiseptik
2. Air bersih
3. Lap / tisu kering bersih

Untuk hasil yang maksimal disarankan mencuci tangan dengan baik, tidak terburu-buru,
serius dan teliti yaitu minimal dilakukan selama 20 detik. Dengan melakukan pencucian
tangan yang bersih dan teratur dapat menjauhkan kita dari virus, bakteri dan kuman
penyebab penyakit yang umumnya menyerang sistem pencernaan tubuh kita.

Salah satu penyakit yang biasa diakibatkan oleh kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh
manusia bersama makanan adalah diare alias mencret. Selain di disebabkan oleh kuman
penyakit, diare juga dapat ditimbulkan oleh kekurangan cairan tubuh alias dehidrasi
(kurang minum).

Proses Langkah / Tahap Mencuci Tangan Dengan Sabun Antiseptik Yang Baik :
1. Basahi sampai bersih dan rata tangan kita dengan air bersih yang mengalir.
2. Sabuni telapak tangan kita sampai berbusa secukupnya dengan sabun batang / cair yang
dapat membunuh kuman.
3. Usap-usap kedua telapak tangan kita sampai rata.
4. Usap kedua bagian punggung tangan sampai merata.
5. Bersihkan jari dan kuku jari kita sampai bersih.
6. Bilas dengan air bersih yang mengalir sampai busa sabun tidak ada yang tersisa.
7. Lap tangan kita dengan lap tangan atau tisu yang bersih sampai kering.

Tips Tambahan :

Sebaiknya kuku jari tangan kita tidak dibiarkan panjang, karena dapat menjadi sarang
penyakit. Jika memang suka kuku panjang maka rawatlah dengan baik dan hindarkan dari
benturan / cedera kuku agar kuku tidak terluka atau terlepas.

PROSEDUR PEMASANGAN SARUNG TANGAN


Memakai Sarung Tangan Steril
Pengertian

Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan


penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.

Tujuan

Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien

Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien

Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah


dari klien satu ke klien yang lainnya

Persiapan alat

Sarung tangan steril

Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan

Handuk bersih

Sabun

Prosedur
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
3. Lakukan cuci tangan
4. Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping

5. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
6. Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
7. Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset
kurang lebih 5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih
dominan.
8. Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung
tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
9. Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset
tidak menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi yang
tepat.
10. Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset
sarung tangan kedua.
11. Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan
ibu jari sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang
terbuka. Pertahankan ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
12. Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya
terbuka saat pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.
PROSEDUR MENYIAPKAN LARUTAN STERIL

Dalam setiap tindakan, wajib hukumnya bagi setiap tenaga medis untuk memperhatikan
tentang pe-I (pencegahan infeksi). Maka dari itu, wajjjjibb pula untuk mengetahui setiap
langkah dari pe-I itu sendiri. Hal dasar yang wajjjjib dimengerti oleh para tenaga medis
mengenai pe-I, salah satunya adalah bagaimana membuat laruan klorin 0,5 %.

Nah, di bawah ini, iang akan share sedikit tentang bagaimana cara membuat larutan
klorin tersebut, mudah-mudahan dapat bermanfaat!

Untuk membuat larutan klorin, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan dulu
jenis konsentratnya.

Karena, lain jenis lain pula cara perhitungnnya. Hanya dibutuhkan sedikit perhitungan yang
sangat sederhana..
1. Bila jenis konsentrat yang digunakan adalah bubuk, maka rumus perhitungannya . . .
2. Jika jenis kosentrat yang digunakan cair, maka rumusnya..

Contoh:
1. Cara membuat larutan klorin 0,3% dari konsentrat klorin bubuk 15% yaitu Untuk
membuat larutan klorin 0,3% dari konsentrat klorin15% adalah dengan melarutkan 20 gr
bubuk klorin konsentrat dalam 1 Liter air DTT.
2. Cara membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin cair 5% Untuk membuat larutan
klorin 0,1% dari konsentrat klorin5% adalah dengan melarutkan 1 bagian klorin dalam 49
bagian air DTT.
STERILISASI ALAT
Sterilisasi
Pengertian ;

Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada
peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau
menggunakan bahan kimia.

Jenis peralatanyang dapat disterilkan :


1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga
lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju,
sprei, sarung bantal dan lain-lain.
Pelaksanaan :
1. Sterilisasi dengan cara rebus. Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air
sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan
dari logam, kaca dan karet.

2. Sterilisasi dengan cara stoom. Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam
autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan
lain-lain.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering. Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap
panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
4. Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia. Mensterikan peralatan dengan
menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk
peralatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lainlain.
Perhatian :
1. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
2. Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
3. Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis
peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
4. Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian
dapat disterilkan.
5. Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung
sejak peralatan disterilkan).
6. Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum
waktu untuk mensterilkan selesai.
7. Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
8. Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
9. Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.
10. Pemeliharaan Peralatan Perawatan dan Kedokteran
Pengertian :
Melaksanakan pemeliharaan peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara membersihkan,
mendesinfeksi atau mensterilkan serta menyimpannya.
Tujuan :
(1)Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai.
(2)Mencegah peralatan cepat rusak.
(3)Mencegah terjadinya infeksi silang.

a.Pemeliharaan Peralatan Dari Logam.


Jenis peralatan :
Misalnya :
1. pisau operasi.
2. Gunting.
3. Pinset.
4. Kocher.
5. Korentang.
Persiapan :
1. Peralatan yang akan dibersihkan.
2. Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci.
4. Sikat halus.
5. Bengkok (nierbekken).
6. Lap kering.
7. Larutan desinfektan.
8. Kain kasa.
9. Stalisator dalam keadaan siap pakai.
Pelaksanaan :
1. Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk
menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan
sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien
berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
2. Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara
merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih.
Setelah air mendidih sekurang=-kurangnya 15 menit baru diangkat.

3. Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril
ketempat penyiumpanan yang steril.
4. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, di\bereskan dan dikembalikan ketempat semula.
Perhatian :

Khusus peralatan logam yang tajam (misalnya pisau, gunting, jarum dll) harus dibungkus
dulu dengan kain kasa, kemudian barulah dimasukkan kedalam sterilisator, setelah air
mendidih dan ditungguantara tiga sampai lima menit baru diangkat.

b.Pemeliharaan Peralatan dari Gelas.


Jenis peralatan :
Misalnya :
1. Kateter.
2. Pengisap lendir bayi
3. Spuit.
Persiapan :
1. Peralatan yang akan dibersihkan.
2. Tempat pencucian dengan air yang mengalir ataubaskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci
4. Sikat halus.
5. Bengkok (nierbekken).
6. Lap kering.
7. Larutan desinfektan.
8. Kain kasa.
9. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
10. Lidi kapas
Pelaksanaan :

Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dai logam. Tapi khusus spuit,
pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas, kemudian masing-masing alat dibungkus
dengan kain kasa, dan setelah itu baru dimasukkan kedalam sterilisator yang sudah berisi
air dan diltakkan berdampingan.

c.Pemeliharaan Peralatan Dari Karet.


Jenis peralatan :
Misalnya :
1. kateter.
2. Pipa penduga lambung atau maagslang.
3. Drain.
Persiapan :
1. Peralatan yang akan dibersihkan.
2. Tempat pencucian dengan air yang mengalir atau baskom.
3. Sabun cuci.
4. Bengkok (nierbekken).
5. Spuit.
6. Kapas bersih dan tempatnya.
7. Larutan desinfektan.
8. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
Pelaksanaan :
1. peralatan dibersihkan dan jika ada bekas-bekas plastic dihilangkan dengan kapas bersih.
2. Bagian didalamnya dibersihkan dengan menyemprotkan air dari spuit atau air mengalir
sambil dipijit-pijit sampai bersih.
3. Setelah bersih, peralatan kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurangkurangnya dua jam, selanjutnya disabuni dan dibilas.
4. Setelah air didalam sterilisator mendidih, peralatan dimasukkan dan dibiarkan antara lima
samapai sepuluh menit, baru diangkat dengan korentang steril. Setelah itu peralatan
disimpan ditempat yang steril.

5. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.


d.Pemeliharaan sarung Tangan.
Persiapan :
1. Sarung tangan kotor (bekas dipergunakan).
2. Tempat pencucian dengan air mengalir atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci.
4. Lap kering atau handuk.
5. Bedak biasa.
6. Tablet formalin secukupnya.
7. Tromol atau stoples yang tertutup rapat.
Pelaksanaan :
1. Sarung tangan dibersihkan dan disabinu bagian luar dan dalamnya, lalu dibilas.
2. Sarung tangan diperiksa apakah bocor atau tidak, dengan cara memasukkan udara
kedalamnya, lalu dicelupkan ke dalam air. Bila bocor dipisahkan.
3. Setelah bersih, sarung tangan dikeringkan dengan cara menggantungkannya terbalik atau
langsungdikeringkan luar dan dalamnya dengan handuk atau lap kering.
4. Beri bedak tipis secara merata bagian luar dan dalamnya.
5. Sarung tangan diatur atau digulung sepasang-sepasang atau dipisahkan misalnya satu
kelompok bagian kiri atau kanan saja. Bila dipisahkan kiri atau kanan saja, harus diberi
label pengenal yang jelas pada tromol atau stoples masing-masing yang menunjukkan
sebelah kanan atau kiri, serta tanggal dan jam dimulainya sterilisasi.
6. Sarung tangan kemudian dimasukkan kedalam tromol atau stoples yang telah berisi tablet
formalin untuk disterilkan selama 24 jam sejak saat dimasukkan. Untuk tromol atau
stoples ukuran satu liter digunakan empat tablet formalin 50 gram.
7. Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
TEKNIK ISOLASI
PENDAHULUAN
Di alam bebas tidak ada mikroorganisme yang hidup tersendiri terlepas dari spesies-spesies
lainnya. Sehingga sering kali kuman patogen kedapatan bersama-sama dengan mikroorganisme

saprofit. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam
suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu :
1. Penanaman dengan penggoresan ( penanaman pada permukaan agar-agar ), merupakan
cara rutin yang dipakai untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni.
Sebuah ose (sengkelit) bulat (panjang kawat = 7,5 cm dan diameter 2 mm) digunakan
untuk menempelkan bahan pemeriksaan (BP) yang akan dibiakan lalu goreskan pada tepi
permukaan perbenihan agar padat dan kering. BP disebarkan tipis-tipis di seluruh
permukaan lempeng agar dalam rangkaian garis garis sejajar pada segmen segmen
lempeng yang berbeda. Sesudah dilakukan pengeraman akan didapatkan pertumbuhan
yang rapat pada goresan yang pertama, tetapi selanjutnya pada goresan terakhir akan
terlihat koloni-koloni terpisah.
2. Penanaman lapangan (permadani); penanaman lapangan dikerjakan dengan membasahi
seluruh permukaan lempeng agar dengan suspensi kuman. Setelah dilakukan pengeraman
akan terlihat pertumbuhan kuman yang merata. Biakan ini berguna untuk penentuan jenis
kuman dengan bakteriofaga dan uji kepekaan terhadap antibiotika.
3. Biakan agar tabung dikerjakan dengan menggoreskan kuman pada agar tabung biasanya
dipergunakan untuk mendapatkan pertumbuhan murni kuman untuk aglutinasi gelas alas.
4. Biakan tusukan; dikerjakan dengan menusukkan ose jarum (p=11cm) yang mengandung
biakan / koloni kuman pada perbenihan. Biakan tusukan dipakai untuk menunjukan
adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baku.
5. Biakan agar tuang; perbenihan agar-agar (15 ml) dalam tabung reaksi dicairkan dan
biarkan mendingin dalam penangas air (45-50o C),selanjutnya dituangkan 1 ml biakan
yang telah diencerkan sesuai dengan perkiraan pada media agar yang mencair dan diaduk
perlahan-lahan. Selanjutnya seluruh isi tabung dituangkan ke dalam lempeng petri,
dibiarkan membeku dan setelah dilakukan pengeraman akan tumbuh koloni yang tersebar
dalam perbenihan. Cara ini menunjukkan jumlah kuman hidup yang terdapat pada
suspensi, dapat digunakan untuk membiakkan air kemih kuantitatif dan perhitungan
kuantitatif kuman dalam air / pangan.
6. Biakan cair, terdapat di dalam tabung, botol atau erlenmayer dapat ditanami denan
mencelupkan ose yang mengandung kuman. Biakan cair diperlukan untuk menunjukkan
biakan yang banyak cepat. Kerugian dari biakan ini adalah tidak dapat membuat biakan
murni bahan yang mengandung berbagai mikroorganisme.
PROSEDUR KERJA
Tujuan :
1. Mengetahui cara penanaman kuman pada berbagai jenis media
2. Melakukan isolasi kuman untuk mendapatkan koloni kuman yang terpisah

Cara kerja :
I. PENANAMAN PADA MEDIA PADAT BENTUK PLATE
1. Goresan sejajar : (isolasi)

Ose dibakar sampai steril, dinginkan.

Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu
sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.

Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar sampai memenuhi
permukaan media.

2. Goresan sejajar melingkar : (isolasi)

Ose dibakar sampai steril, dinginkan.

Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu
sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.

Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar pada salah satu tepi
media, dengan salah satu sisinya.

Ose dibalik untuk melanjutkan goresan-goresan sejajar pertama setelah medianya diputar
90o.

Dengan ose yang dimiringkan goresan-goresan sejajar kedua, digoreskan sejajar lagi
setelah media diputar 90o.

Media diputar 90o, goresan-goresan sejajar yang ketiga digoreskan sejajar lagi dengan
ose yang dibalik, sampai memenuhi permukaan media plate

3. Cara taburan : (isolasi dan memperbanyak).

Suspensi sampel cair atau kultur bakteri di dalam media cair diambil dengan pipet steril
sebanyak 0,1 ml diteteskan dipermukaan media plate tepat ditengah- tengahnya.

Dengan mengunakan spatel yang terbuat dari kaca atau kawat, yang sudah steril dan
dingin, tetesan itu diratakan pada seluruh permukaan media plate.

4. Cara penuangan : (penghitungan)

Suspensi sampel/sampel cair diteteskan ke dalam petri dish steril sebanyak 0,1 atau 1 ml
secara steril.

Dituangi media padat steril yang dicairkan sebanyak sampai menutupi semua permukaan
dasar petri dish.

Campur baik-baik, tunggu sampai agar-agarnya membeku.

Dibalik, masukan ke Inkubator 37oC 48 jam.

Catatan : media yang digunakan tergantung dari jenis bakteri yang dihitung.
Pembacaan :

Pertumbuhan bakteri pada media padat disebut koloni, yaitu kelompokan-kelompokan


bakteri yang tumbuh pada media tersebut.

Koloni bakteri pada media padat denga tujuan isolasi dapat dibedakan

Berdasarkan kriteria sebagai berikut :


1. Ukuran : diukur berapa diameternya dengan satuan mm
2. Warna : putih, kuning, hitam, hijau, merah, dan sebagainya
3. Bentuk : bulat, serabut, bergelombang, rhizoid, dan sebagainya
4. Permukaan : datar, cembung, cekung, kasar(rough), halus(smooth)
5. Sifatnya : keruh, jernih, kering, berlendir, melekat pada pembenihan, menjalar, hemolitis,
anhemolitis, dan sebagainya.

Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan
memperbanyak, yang penting diperhatikan selain adanya pertumbuhan koloni juga
kemurnian koloni itu.

Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan penghitungan
kriteria koloni tidak perlu diperhatikan, tetapi tinggal dihitung saja.

You might also like