You are on page 1of 57

DEKOMPOSISI KAIN TENUN

I.

II.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Untuk mengetahui kontruksi kain uji
Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis anyaman kain yang akan diuji
2. Untuk mengetahui gramasi kain uji
3. Untuk mengatahui tetal benang baik lusi maupun pakan kain uji.
LANDASAN TEORI
Kain Tenun
Kain tenun dibentuk dengan cara menganyamkan atau menyilangkan dua
kelompok benang yang saling tegak lurus sehingga membentuk kain tenun
dengan konstruksi tertentu.Prinsip pembuatan kain tenun, adalah
menyilangkan benang pakan pada celah deretan benang lusi yang disusun
memanjang dari gulungan benang yang dipersiapkan sebelumnya. Proses
pembuatan kain yang dibentuk oleh silangan atau anyaman benang lusi dan
pakan disebut menenun.Benang lusi(warp) : benang yang membujur
membentuk panjang kain. Benang Pakan (weft) : benang yang melintang
membentuk lebar kain.
Anyaman polos
Anyaman polos biasa dikenal juga sebagai anyaman platt, taffeta dan
anyamanplain, dibawah ini beberapa nama anyaman polos :

Dalam
Dalam
Dalam
Dalam

industri wol, kainnya disebut kain laken


ondustri linen, kainnya disebut kain linen
industri sutra, kainnya disebut kain taffeta
industri kapas, kainnya disebut kain blacu, kain mori, kain cambric,

kain kanvas dan lain- lain.


Adapun ciri ciri dan karakteristik anyaman polos adalah :
a) Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan
paling banyak dipakai
b) Mempunyai repeat yang paling kecil dari semuan jenis anyaman
c) Bekerjanya benang lusi dan benang pakan paling sederhana yaitu 1 (satu)
naik 1 (satu) turun
d) Ulangan repeat kearah horizontal atau ke arah pakan diulangi seteh dua
helai pakan . kearah vertikal atau kearah lusi diulangi setelah 2 (dua) helai
lusi
e) Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain

f) Anyaman polos mengakibatkan kain menjadi paling kuat daripada


anyaman yang lainnya dan letak benang lebih kokoh tidak mudah
berubah tempat
g) Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor- faktor
konstruksi kain yang lain daripada jenis anyaman yang lainnya
h) Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis
i) Pembuatan anyaman polos menggunakan gun minimum 2 buah gun
sesuai dengan jumlah repeat anyaman, tetapi biasanya untuk tetal yang
lebih tinggi digunakan minimum 4 buah gun dengan variasi dan berat kain
yang lebih besar dibanding jenis anyaman lain yaitu antara 10 helai/inchi
s

/d 200 helai/ inchi dan berat kain antara 10 g/m2 s/d 1500 g/m2

Gambar 1. Anyaman Polos

Nomor Benang
Nomor benang adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan
berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap beret
tertentu.satuan-satuan yang biasa digunakan:
Tabel satuan inggris

Satuan berat
1pound

Satuan panjang
1 hank = 840 yard=768

(lb)
16ounces

meter
1 lea = 120 yard

7000grai

1 yard= 36 inci=0,94 meter

n
453,6gra

1 inci = 2,54 cm

Tabel satuan Metrik


Satuan berat
Kiligram(kg)
Gram(g)
Miligram(mg)
Dst

Satuan panjang
Kilometer
Meter
Centimeter
Milimeter

Penomoran benang dibagi menjadi dua bagian besar,yaitu:

Penomoran tidak langsung:


panjang (hank )
Ne1 =
berat (lbs)
Nm

panjang (meter )
berat ( gram )

Penomoran benang langsung


berat (gram)
Tex = 1000 x panjang (meter )
berat ( gram)
=9000 x panj ang(meter )

Td

Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang
setiap satuan panjang tertentu,misalnya jumlah benang setiap cm atau
inci. Ada beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dengan
Dengan
Dengan
Dengan
Dengan
Dengan

cara kaca pembesar


kaca perhitungan secara bergeser
cara urai
proyektor
paralell line grating dan
taper line grating

Mengkeret Benang

Apabila benang ditenun maka akan berubah penjangnya,hal ini karena


adanya silangan pada kain,untuk menyatakan perubahan ukuran
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Crimp
Adalah persentase perubahan panjang benang dari keadaan
lurus(pb) menjadi panjang kain tenun(pk) terhadapat panjang kain
tenun.
PbPk
Crimp =
x 100%
Pk
b. Take up
Adalah persentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus
(Pb) menjadi panjang kain tenun(Pk) terhadap panjang benang
dalam keadaan lurus.
PbPk
x 100
Take Up =
Pb
III.

ALAT DAN BAHAN

Alat
timbangan
digital
gunting

Bahan
kain uji

pensil
IV.

LANGKAH KERJA
1. Menentukan arah lusi dan arah pakan. Arah lusi diberi tanda panah
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan kain dengan cara kain dipotong
seukuran 1inci x 1inci, kemudian ditiras benang lusi dan pakannya
3. Kain contoh dipotong 20 cm x 20 cm, lalu ditimbang pada neraca analitik.
4. Mengambil benang lusi dan pakan pada sisi yang berbeda, masing-masing
10helai dari sisi yang berbeda. Jadi untuk lusi 20 helai, dan untuk pakan
20 helai.
5. Menghitung mengkeret benang lusi dan pakan.
o Panjang benang dari kain contoh
= Pk
o Panjang benang setelah diluruskan
= Pb

Mengkeret benang (M)

Pb - Pk
100 %
Pk

6. Menimbang 20 benang lusi dan benang pakan dari no. 5 pada timbangan
7. Menghitung Nomer benang lusi dan benang pakan

o
o
o

o
V.

Panjang 20 lusi setelah diluruskan


Berat 20 benang lusi
Penomoran tidak langsung:
Ne1

Nm

= .. m
= .. gram

panjang (hank )
berat (lbs)
panjang (meter )
berat ( gram )

Penomoran benang langsung

berat (gram)

Tex

= 1000 x panjang (meter )

Td

=9000 x

berat( gram)
panjang (meter )

Untuk benang pakan sama seperti diatas

DATA PRAKTIKUM

Gambar Anyaman

LUSI
PAKAN
Tetal Lusi dan Pakan (hl/Inci)
LUSI

PAKAN

55
53

80
81

Rata-rata:

108
2

54 hl/inci

Rata-rata:

= 81

hl/inci
= 21

hl/cm

162
2

= 32
hl/cm

Berat Kain 20 cm x

20 cm =4,408 gram
Berat 20 helai benang
Lusi
= 0,085 gram : 453,6 gram = 0,00018 lbs
Pakan = 0,096 gram : 453,6 gram = 0,00021 lbs
Panjang Benang 20 cm setelah ditarik/dikencangkan

No

Panjang 10 Helai Lusi


Panjang 10 Helai
(cm)
Pakan (cm)
1
21
20,6
2
21,5
20,7
3
21
21
4
21
20,6
5
21.4
20,6
6
21,9
21
7
21.9
20,9
8
21,9
20,6
9
21,6
20,5
10
21,4
21
11
21,7
20,9
12
21,9
20,8
13
21,9
20,8
14
21,9
20,8
15
21,9
20,5
16
21,9
20,4
17
21,9
20,4
18
21,7
20,4
19 LUSI
21,7 Panjang akhirPanjang awal
20,4

20
21.9
20,5 x 100 %
Panjang akhir
Jumla 433 cm
413,4 cm
21,6520
h
=
x 100%
21,65
x
21.65 cm
20,67
cm= 7,6 %
PAKAN

LUSI
1 hank
P (hank)
P (hank)
hank

Panjang akhirPanjang awal


Panjang akhir
20,6720
20,67

x 100% = 3,24 %

= 768 m
= 4,33 m
= 4,33/768 x 1
= 0,00564 Hank

PAKAN

x 100 %

1 lbs
= 453,6 g
B (Lbs) = 0,085 g
B (Lbs) = 0,085/453,6 x
1 Lbs
= 0,00018 Lbs

Mengker
et
Benang

1 hank
P (hank)
P (hank)
hank

= 768 m
= 4,134 m
= 4,134/768 x 1
= 0,00538 Hank

1 lbs
= 453,6 g
B (Lbs) = 0,096 g
B (Lbs) = 0,096/453,6 x
1 Lbs
= 0,00021 Lbs

Nomor Benang
LUSI
Nm
Ne1
Tex
Td
PAKAN
Nm
Ne1
Tex
Td

P( m)
= B ( g)

4,33 m
0,085 g

= 50,94 m/g

p( hank)
B (lBS)

B (g)
P(m) x 1000 =

0,085 g
4,33 m

B (g)
P(m) x 9000 =

0,085 g
4,33 m x 9000 = 176,67 g/m

P( m)
= B ( g)

0,00564 hank
0,00018 lbs

4,14 m
0,096 g

=31,33 Hank/lbs
x 1000 = 19,83 g/m

= 43,0625 m/g

p( hank)
B (lBS)

B (g)
P(m) x 1000 =

0,096 g
4,134 m

B (g)
P(m) x 9000 =

0,096 g
4,134 m x 9000 = 208,998 g/m

Nomor
Benang
Nm
Ne1
Tex
Td

0,00538hank
0,00021 lbs

Lusi
50,94 m/g
31,33 Hank/lbs
19,83 g/m
176,67 g/m

= 25,62 Hank/lbs
x 1000 = 23,22 g/m

Pakan
43,0625 m/g
25,62 Hank/lbs
23,22 g/m
g/m

Berat Kain /m2 cara perhitungan


Berat
LUSI

Tetal Lusi

( incihl ) x Lebar Kain x Panjang kain


NM lusi

100
(100ML)

Berat
PAKA
N

21

hl
x 100 cm x 100 cm
inci
50,94 x 100

100
x (1007,6)

= 44,61 gram / m2
hl
Tetal Pakan
x Lebar Kain x Panjang kain
inci
=
NM Pakan

( )

100
(100MP)

32

hl
x 100 cm x 100 cm
inci
43,0625 x 100

100
x (1003,2)

= 76,76 gram
Berat Kain /m2
Berat Kain = Berat Kain Lusi + Berat Kain Pakan
= 44,61 + 76,76
= 121,37 g
Berat Kain Cara Penimbangan
100 x 100
Berat Contoh X Ukuran Sampel

4,408 x

100 x 100
20 x 20

Selisih Berat Kain

= 110,2

Berat Kain PerhitunganBerat Kain Langsung


Berat Kain Perhitungan
=

VI.
VII.

121,37110,2
121,37

DISKUSI
KESIMPULAN

x 10 % = 9,2 %

x 100 %

PENGUJIAN KEKAKUATAN TARIK KAIN


I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Untuk menguji kekuatan kain dengan cara tarik dan mulur, slip jahitan,jahitan,
cekau cara lidah, trapezium
Tujuan
1. Mengtahui cara kerja dan mendapatkan data prkatikum
2. Mengetahui kekuatan kain uji
II.

LANDASAN TEORI

Kekuatan Kain
Kekuatan kain dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu :
kekuatan tarik kain,
kekuatan sobek kain dan
kekuatan jebol kain.
Adapun kekuatan jahitan adalah kekuatan dari kain yang telah dijahit
dan slip jahitan adalah adalah slip kain yang dijahit setelah diberi beban
tertentu.
Kekuatan Tarik dan Mulur Kain
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat dapat ditahan
oleh suatu contoh uji kain hingga kain tersebut putus, sedangkan mulur
kain adalah pertambahan panjang kain pada saat kain putus,
dibandingkan dengan panjang kain semula dinyatakan dalam persen.
Kekuatan tarik kain dapat diuji dengan tiga cara, yaitu
Pengujian cara cekau
Pengujian cara cekau umum dipakai untuk kain baik yang dapat diurai
(tidak dilapisi) dan kain yang dilapisi. Pengujian cara cekau lebih
menyerupai pemakainan kain yang sebenarnya.
Pengujian cara pita tiras
Pengujian cara pita tiras ini digunakan untuk kain yang mudah ditiras.
Pengujian cara ini selalu menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah
dari cara cekau namun masih lebih tinggi dari pita potong.

Pengujian cara pita potong


Pengujian cara pita potong ini digunakan untuk kain yang tidak bisa
ditiras. Contohnya kain keras (Interlining)
Pada praktikum cara yang digunakan yaitu pengujian cara pita tiras dan
pita potong saja.

III.

ALAT DAN BAHAN

Pengujian Kekuatan Tarik dan Mulur Kain


Peralatan

a Mesin

penguji

kekuatan

tarik

spesifikasi sebagai berikut :


Kecepatan penarikan
: 30 1 cm per menit
Jenis
: ayunan
Penggerak
: motor atau tangan
Waktu putus
: 20 3 detik setelah penarikan
Jarak jepit
: 7,5 cm
Ukuran penjepit
:
Untuk cara pita tiras
: 2,5 cm X 3,75 cm atau lebih
Untuk cara pita potong
: 2,5 cm X 3,75 cm atau lebih
b Gunting
c Jarum

Pengujian kekuatann tarik cara cekau


1. Alat kekuatan tarik sistem laju mulur tetap (instron)
- Jarak jep
- it 7,5 cm.
- Kecepatan penarikan 30 +/- 1 cm/menit.
- Ukuran klem 7,5 cm x 2,5 cm.
2. Mesin penguji kekuatan tarik/ dinamometer dengan spesifikasi :
- Kecepatan penarikan
: 30 x 1 cm per menit.
- Jenis
: ayunan.
- Penggerak
: motor atau tangan.
- Waktu putus
: 20 x3 detik setelah penarikan.

dengan

- Jarak jepit
- Ukuran penjepit
3. Penggaris.
4. Gunting.
IV.

: 7,5 cm
: 2,5 cm x 3,75 cm.

LANGKAH KERJA

Pengujian Kekuatan Tarik dan Mulur Kain


Persiapan Contoh Uji (Cara Pita Tiras)
a Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
b Potong kain dengan ukuran ukuran 3,5 cm X 20 cm atau (2,5 cm +
20 helai benang) X 20 cm (mana yang lebih lebar yang dipilih),
kemudian ditiras menjadi 2,5 cm X 20 cm sebanyak 3 helai arah
lusi dan 3 helai arah pakan
Cara Pengujian
a Jepit contoh uji simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian
panjang searah dengan arah tarikan
b Beri tegangan awal pada contoh uji sebesar 50 kilogram, lalu jepit
simetris pada jepitan bawah.
c Jalankan mesin hingga contoh uji putus.
d Hentikan mesin saat contoh uji putus, kemudian baca besarnya
kekuatan tarik pada skala.
e Ulangi pengujian hingga 3 kali pengujian dan apabila contoh uji
putus pada penjepit pengujian harus diulangi.
Persiapan Contoh Uji
a. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
b. Potong kain dengan ukuran 7,5 cm x 20 cm.
Arah lusi dan arah pakan

Cara Pengujian
- Untuk kain lusi :
a. Jepit contoh uji simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian panjang searah dengan
arah tarikan.
b. Beri tegangan awal pada contoh uji sebesar 170 gram, lalu jepit simetris pada jepitan
bawah.
c. Jalankan mesin hingga contoh uji putus.
d. Hentikan mesin saat contoh uji putus, kemudian baca besarnya kekuatan tarik pada
skala.
e. Ulangi pengujian hingga 5 kali pengujian dan apabila contoh uji putus pada penjepit
pengujian harus diulangi.
V.

Untuk kain pakan :


Nyalakan mesin, dengan menekan tombol ON.
Pasang kertas grafik pada tempat yang disediakan.
Pasang load cell yang sesuai untuk pengujian kekuatan sobek kain.
Pasang klem atas dan bawah.
Pasang pena penunjuk harga skala pengujian.
Pindahkan switch uji kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
Atur posisi pena pada posisi 0 (nol) (tanpa beban/tombol beban pada nol), kemudian
pindahkan posisi tombol beban pada 5 Kg atur posisi pena pada nol.
Pasang beban 5 Kg pada klem atas, lihat posisi pena harus pada skala 10, jika tidak
maka atur sehingga pada posisi 10.
Untuk mengecek kebenaran pembacaan, pindahkan beban pada skala 10, cek apakah
pena pada posisi angka 5, jika tidak ulangi langkah diatas.
DATA PRAKTIKUM

Kekuatan Tarik Cara Pita Tiras


Lusi

No
.

Kekuatan
(kg)

1
2
3
x

14,3 kg
16 kg
20,2 kg

Kekuatan
x
(x- )2
6,25
0,64
11,56
24,875

Mulur
(cm)
3,3 cm
3,3 cm
2,9 cm
3,2

=16,8 kg

Mulur
x
(x- )2
0,01
0,01
0,09
= 0,11

Pakan

No
.

Kekuata
n (kg)

1
2
3

7,5 kg
11,5 kg
13 kg

Kekuata
n
x
(x- )2
9,61 kg
081 kg
5,76kg
=
16,18kg

Mulur
(cm)
4,9 cm
4,7 cm
3,2 cm
4,2

= 10,6 kg

Rata-rata Kekuatan Tarik


x
=Kekuatan tarik x 9,8 N

Mulur
x
(x- )2
0,49
0,25
1
= 1,74

Rata-rata Mulur
mulur (cm)
Jarak jepit (cm) x 100 %

LUSI

16,8 kg x 9,8 = 164,64


Newton

3,2
7,5

x 100% = 42,6 %

PAKAN

10,6 kg x 9,8 = 103,88


Newton

4,2
7,5

x 100% = 56 %

Lusi
Kekuatan
SD

CV

SD
9,225
x 100 =
x 100 =54,9

16,8

( xx )2 =
n1

18,45
=9,225
31

SD (Mulur)

CV (Mulur)

SD
0,235
x 100 =
x 100 =7,34

3,2

SD

CV

SD
8,09
x 100 =
x 100 =76,3

10,6

SD (Mulur)

CV (Mulur)

SD
0,933
x 100 =
x 100 =22,21

4,2

( xx )2 =
n1

0,11
=0,235
31

Pakan
Kekuatan

( xx )2 =
n1

( xx )2 =
n1

16,18
=8,09
31

0,933
=0,933
31

Kekuatan Tarik Kain Cara Pita Potong


Lusi
Kekuatan
No
Kekuatan
Mulur (cm)
x
.
(kg)
(x- )2
1
11
3
30,25
2
19,5
3
9
3
19
2,5
6,25
x
16,5
2,8
45,5

Mulur
x
(x- )2
0,04
0,04
0,09
0,17

Pakan
No
.
1
2
3
x

Kekuatan
(kg)
12
11.5
12
11,8

Mulur (cm)
3
2,7
2,8
2,8

Kekuatan
x
(x- )2
0,04
0,09
0,04
0,17

Mulur
x
(x- )2
0,04
0,01
0
0,05

Rata-rata Mulur
mulur (cm)
Jarak jepit (cm) x 100 %

Rata-rata Kekuatan Tarik


x
Kekuatan tarik x 9,8 N
LUSI

16,5kg x 9,8 = 161,7


Newton

2,8
7,5

x 100% = 37,3 %

PAKAN

11,8 kg x 9,8 = 115,64


Newton

2,8
7,5

x 100% = 37.3%

Lusi
SD (Kekuatan)

CV (Kekuatan)

SD
4,7434
x 100 =
x 100 =28,747

16,5

( xx )2 =
n1

45,5
=4,7434
31

SD (Mulur) =

CV (Mulur) =

SD
0,29
x 100 =
x 100 =10,35

2,8

( xx )2 =
n1

0,17
=0,29
31

Pakan
SD (Kekuatan)
CV (Kekuatan)

SD
0,2915
x 100 =
x 100 =2,47

11,8

( xx )2 =
n1

0,17
= 0,2915
31

SD (Mulur)

CV (Mulur)

SD
0,16
x 100 =
x 100 =5,7

2,8

( xx )2 =
n1

Kekuatan Tarik Kain Cara cekau


Kekuatan tarik arah lusi
Kekuatan
No
Kekuatan
x
.
(kg)
(x- )2
1
25
2,25
2
25,5
4

0,05
=0,16
31

3
x

20
23,5

12,25
18,5

Kekuatan tarik lusi (N)


N
= rata rata kekuatan tarik x 9,8
= 18,5 x 9,8
= 181,3 N
Standar Deviasi (SD) untuk kekuatan tarik :

SDL

( ab )2

n1

18,5
31

9,25

= 3,04

Koefisien Variasi (CV) untuk kekuatan tarik :


CVL

SD
100
b

3,04
100
18,5

= 12,9 %

Kekuatan tarik arah lusi


Kekuatan
No
Kekuatan
x
.
(kg)
(x- )2
1
19
0,09
2
18,5
1,44
3
20
1,69
x
19,3
3,49

Kekuatan tarik lusi (N)


N
= rata rata kekuatan tarik x 9,8
= 19,3 x 9,8
= 189.14N
Standar Deviasi (SD) untuk kekuatan tarik :

SDL

( ab )2

n1

3,49
31

1,745

Koefisien Variasi (CV) untuk kekuatan tarik :


CVL

SD
100
b

1,32
100 = 6,8 %
19,3

= 1.32

VI.
VII.

DISKUSI
KESIMPULAN

PENGUJIAN SOBEK KAIN


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI
Kekuatan Sobek Kain
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji daya tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat diperlukan untuk kain-kain
militer seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan tidak kalah
pentingnya juga untuk kain sandang.
Pengujian kekuatan sobek kain dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
Kekuatan sobek kain cara trapesium
Pengujian cara trapesium ini meniru keadaan dari kejadian sebagai berikut :
Apabila sepotong kain ditarik dan digunting pada bagian pinggir kain, dan
contoh dipegang dengan kedua tangan, lalu disobek mulai dari sobekan yang
telah dibuat.
Kekuatan sobek kain cara lidah
Pengujian kekuatan sobek cara lidah, yaitu apabila sepotong kain digunting
menjadi dua sampai kira-kira setengahnya, kain lalu disobek dengan
memegang kedua lidah lalu ditarik. Pengujian dengan cara lidah tidak dapat
dilakukan pada kain tidak seimbang. Kain dengan tetal lusi lebih besar dari
tetal pakan, apabila disobek pada arah lusi, maka arah sobekan pada saat
pengujian akan berubah ke arah pakan yang lebih lemah. Oleh karena itu
orang lebih suka melakukan pengujian dengan cara trapesium.
Kekuatan sobek kain cara Elmendorf
Pengujian kekuatan sobek kain cara Elmendorf menggunakan alat khusus
yaitu Elmendorf, dengan sistem ayunan pendulum, berbeda dengan cara
trapesium dan cara lidah yang menggunakan alat uji kekuatan tarik kain
untuk mengujinya.

III.

ALAT DAN BAHAN

Pengujian Kekuatan Sobek Kain Cara Trapesium dan Cara


Lidah
Peralatan
Alat uji kekuatan tarik sistim laju mulur tetap (Instron)
Jarak jepit 2,5 cm untuk cara trapesium dan 7 cm uintuk cara lidah
Kecepatan penarikan 30 1 cm/menit
Ukuran klem 7,5 cm X 2,5 cm
Penggerak mesin
Gunting

Kertas grafik
Pena/tinta

Pengujian Kekuatan Sobek Kain Cara Elemendorf


Peralatan
Pendulum (Elmendorf) penguji sobek, dengan kapasitas alat 1600 g,
3200 g
Gunting
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA LIDAH
IV.

CARA KERJA

Pengujian Kekuatan Sobek Kain Cara Trapesium dan Cara lidah


Persiapan Contoh Uji
c Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
d Potong contoh uji dengan ukuran seperti gambar dibawah ini,
sebanyak 3 helai lusi dan 3 helai pakan.
2,5 cm

Sobekan awal 1 cm

15 cm 10 cm

2,5 cm
Contoh uji cara Trapesium

2,5 cm
7,5 cm
Contoh uji cara Lidah
20 cm

7,5 cm

7,5 cm
sobekan awal

Pengujian

Atur posisi tombol beban pada skala 10 kg untuk trapezium dan 5kg

untuk lidah (sesuai dengan kekuatan sobek kain).


Pasang kain contoh uji pada klem.
Pindahkan switch kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
Atur kertas grafik sehingga kedudukan pena pada grafik berada pada

salah satu titik potong absis dan ordinat grafik.


Tekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik contoh uji keatas.
Biarkan penarikan sampai selesai (dalam grafik didapat mulur 5 cm).
Setelah itu hentikan mesin dengan menekan tombol OFF.
Off kan switch kekuatan tarik dan mulur, kemudian turunkan klem

dengan menekan tombol Down.


Lalukan pengujian pada 3sample arah lusi dan pakan.
Untuk cara tarpesium, beri tanda pada grafik 5 titik puncak tertinggi
dan 5 titik puncak terendah dan hitung rata-rata 5 titik puncak
tertinggi dan 5 titik puncak terendah, sedangkan untuk cara lidah beri
tanda pada 5 titik puncak tertinggi dan hitung rata-rat puncak

tertinggi.
Hitung rata-rata, standar deviasi dan Koefisien variasi dari data hasil
pengujian.

Pengujian Kekuatan Sobek Kain Cara Elemendorf


Persiapan Contoh Uji

Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.


Gunting kain dengan ukuran sesuai gambar di bawah ini, masingmasing 3 helai lusi dan 3 helai pakan.

Cara Pengujian

Atur posisi

indeks berhimpit dengan penunjuk.


Pilih kapasitas pendulum sehingga hasil pengujian diharapkan pada

skala 20%60%.
Pendulum dinaikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum

alat pendulum pada tempat yang rata, sehingga garis

penunjuk diatur hingga berada pada garis indeks yang terdapat pada

alat uji.
Pasang contoh uji pada sepasang klem, sedemikian rupa sehingga
terletak ditengah-tengahdan tepi bawah contoh uji segaris dengan
dasar penjepit. Pada kedudukan ini tepi atas contoh uji akan sejajar
dengan permukaan atas penjepit dan benang-benang yang sejajar
lebar contoh uji akan tegak lurus padanya. Kedua penjepit dirapatkan
dengan memutar skrup pengencang, sehingga tekanan jepitan kedua
penjepit sama besar. Contoh uji hendaknya terpasang bebas dengan

bagian atasnya diatur melengkung searah ayunan pendulum.


Beri sobekan awal contoh uji, dengan menekan pisau penyobek awal

penuh.
Tekan penahan pendulum, sehingga pendulum berayun

menyobek

kain contoh uji, biarkan ayunan sempurna, pasa saat ayunan pendulum

balik, tangkap dengan tangan tanpa mengubah posisi jarum penunjuk.


Baca hasil uji, sampai sekala terkecil yang terdekat.

Hasil pengujian tidak berlaku jika contoh uji slip pada penjepit, atau
bila sobekan menyimpang dari arah sobekan awal lebih besar dari 6
mm, dan bila terjadi pengerutan pada contoh uji harus dicatat.

V.

DATA PRAKTIKUM

Kekuatan Sobek Cara Trapesium


Cara Trapesium Arah pakan
Penguji
an ke-

1
2
3
4
5

Kekuata
n Sobek
Tertingg
i
1,7
1,7
1,6
1,6
1,6
1,64

x
(x- )2

0,0036
0,0036
0,0016
0,0016
0,0016
0,012

Kekuata
n Sobek
Terenda
h
0,9
0,9
0,8
1
0,9
x
=0,9

x
(x- )2

0
0
0,01
0,01
0
0,02

Rata- rata kekuatan sobek pakan


H +L
1,64 +0,9
=
= 1,27 kg
2
2
Tertinggi (High)
SD

CV

SD
0,084
x 100 =
x 100 =4,04

2,08

( xx )2 =
n1

0,028
=0,084
51

Terendah (Low)
SD

CV

SD
0,089
x 100 =
x 100 =9,3

0,96

( xx )2 =
n1

Cara Trapesium Arah Lusi

0,0321
=0,089
51

Penguji
an ke-

1
2
3
4
5

Kekuata
n Sobek
Tertingg
i
2,2
2,1
2,1
2
2
2,08

x
(x- )2

0,0144
0,0004
0,0004
0,0064
0,0064
0,188

Kekuata
n Sobek
Terenda
h
0,9
0,9
0,9
1
1,1
0,96

x
(x- )2

0,0036
0,0036
0,0036
0,0016
0,0196
0,03
21

Rata- rata kekuatan sobek pakan


H +L
2,08+ 0,96
=
= 1,52 kg
2
2
Tertinggi (High)
SD

CV

SD
0,055
x 100 =
x 100 =3,35

1,64

( xx )2 =
n1

0,012
=0,055
51

Terendah (Low)
SD
CV

SD
0,071
x 100 =
x 100 =7,88

0,9

( xx )2 =
n1

0,02
=0,071
51

Kertas gravik kekuatan sobek cara trapezium

Kekuatan Sobek Kain Cara Elemendorf


Sobek Uji Arah Pakan
NO
.

PERHITUNGAN
45
100 x 1600 g =

1.

720

Kekuatan tarik dalam


newton
g

0,72 kg x 9,8 N = 7,056N

2.

36
100 x 1600 g =

576

0,576 kg x 9,8 N = 5,6448N

3.

38
100 x 1600 g =

608

0,608 kg x 9,8 N = 5,9584N

N
O
1.
2.
3.
x

x
(x- )2

720
576
608
634,7

7276,09 g
3445,69 g
712,89 g
11434,69 g

Standar Deviasi (SD)


SD

( xx )2 =
n1

11434,69
=
31

75,61

Koefisien Variasi (CV)


SD
75,61
x
100
=
x 100 =11,9
CV
=

634,7
Sobek Uji Arah Lusi
NO
.
1.

Kekuatan tarik dalam


newton

PERHITUNGAN
18
100 x 3200 g =

576
1000

0,576 kg x 9,8 N = 5,6448N

2.

15
100 x 3200 g =

480
1000

0,48 kg x 9,8 N = 4,704N

3.

19
100 x 3200 g =

602
1000

0,602 kg x 9,8 N = 5,8995N

N
O
1.
2.
3.
x

X (g)

x
(x- )2

576
480
602
552,6

547,56
5270,76
2440,36
8256,68

SD

CV

SD
64,24
x 100 =
x 100 =11,6

552,6

( xx )2 =
n1

8256,68
=64,24
31

Kekuatan Sobek Cara Lidah


Kekuatan sobek cara lidah lusi dan pakan :
No

1
2
3
4
5

Kekuatan
sobek pakan
(x) (Kg)
1,6
1,6
1,5
1,3
1,3
7.3
1,46

pakan (x-

Kekuatan
sobek lusi (x)
(Kg)
1,5
1,75
1,85
1,6
1,3
8
1,6

)2
0,0196
0,0196
0,0016
0,0256
0,0256
0,092

lusi(x-

)2

0,01
0,0225
0,0625
0
0,09
0,185

Standar Deviasi (SD)

SDL

SDp

( ab )2

n1

( ab )
n1

0, 185
51

1,46
51

0, 185
= 0,215
4

1,46
4

= 0,151

Koefisien Variasi (CV)


CVL

SD
100
b

0,215
100 = 13,43 %
1,6

CVp

SD
100
b

0,151
100
1,46

Kertas gravik kekuatan sobek cara lidah

= 10,34 %

VI.
VII.

DISKUSI
KESIMPULAN

PENGUJIAN KEKUATAN JEBOL KAIN


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI

Kekuatan Jebol Kain


Pengujian kekuatan jebol kain dilakukan pada kain rajut dan beberapa
jenis kain tertentu, misalnya kain-kain untuk militer dan payung
terbang, selain itu dipakai pula intuk kertas. Pengujian tahan jebol
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengujian dengan bola
penekan dan pengujian dengan diafragma.
Pengujian dengan bola penekan dilakukan dengan alat uji kekuatan
tarik yang dilengkapi dengan bola baja yang mendorong contoh yang
dijepit oleh penjepit yang berbentuk cincin untuk memegang contoh
uji. Peralatan terpasang pada alat uji kekuatan tarik sedemikian rupa,
sehingga pada saat berjalan, bola yang berukuran satu inci akan
mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk memecah kain
menunjukan kekuatan jebol kain tersebut.
Pengujian dengan diafragma, penekan digunakan diafragma yang
terbuat dari karet, yang ditekan oleh cairan yang digerakan oleh
pompa, sehingga karet akan mendorong kain hingga pecah. Besarnya
tekanan yang terjadi diukur dengan pengujkur tekanan tabung
bourdon. Kapasitas alat ini relatif kecil.
III.

ALAT DAN BAHAN

Pengujian Kekuatan Jebol Kain (Cara Diafragma)


Peralatan

Bursting strength Tester, yang dilengkapi dengan :


Diafagma dari karet
Penunjuk tekanan dalam satuan kg/cm
Contoh uji yang dapat dijebol berdiameter 30 cm.
IV.

CARA KERJA

Pengujian Kekuatan Jebol Kain (Cara Diafragma)


Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Cara Pengujian

Contoh uji disediakan 1 contoh uji, masing-masing tidak merupakan


course atau wale yang sama, bisa juga berupa selembar kain tanpa

V.

dipotong
Atur diafragma pada alat sampai rata, dengan cara menghilangkan

tekanannya.
Atur penunjuk skala pada angka nol (0).
Jepit contoh uji dengan kuat.
Naikan tekanan terhadap karet diafragma dengan laju tekanan tetap

sampai kain jebol/pecah.


Hilangkan tekanan setelah kain tersebut jebol, catat angka dalam skala

yang ditunjukan jarum penujuk.


Ulangi pengujian diatas sampai 4 contoh uji.

DATA PRAKTIKUM

Kekuatan Jebol Kain


Penguji
an ke1
2
3
4
x

Kekuatan
Jebol Kain
(Kg/cm2)
14,5
13,5
13,5
15,5
14,25
kg/cm2

x
(x- )2

0,0625
0,5625
0,5625
1,5625
2,75

SD
CV
VI.
VII.

DISKUSI
KESIMPULAN

SD
0,96
x 100 =
x 100 =6,74

14,25

( xx )2 =
n1

2,75
=0,96
41

PENGUJIAN KEKUATAN JAHITAN DAN SLIP JAHITAN


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI

Kekuatan Jahitan dan Slip Jahitan


Kekuatan jahitan adalah kemampuan suatu jahitan untuk menahan
beban maksimum. Stich jahitan diatur sedemikian rupa sehingga
didapat stich jahitan 12 per inci. Kemungkinan yang terjadi setelah
kain diuji kekuatan jahitannya adalah kain putus, benang jahit yang
putus, benang-benang pada kain tergelincir dan gabungan dua atau
tiga penyebab diatas.
Pengujian slip jahitan dilakuan dengan cara contoh uji dilipat kemudian
dijahit didekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong. Contoh
uji ditarik kearah tegak lurus jahitan, sehingga dapat ditentukan
besarnya gaya yang menyebabkan terjadinya pergeseran benang
selebar yang ditentukan (3 mm atau 6 mm). Slip jahitan juga dapat
diukur dengan berapa cm slip benang pada jahitan setelah diberi
beban tertentu ( 8 kg atau 12 kg). Kedua cara diatas bisa digunakan
untuk mencari besarnya slip jahitan. Saat ini cara yang dipilih adalah
untuk menentukan gaya yang diperlukan untuk pembukaan selebar 6
mm atau 3 mm. alat yang digunakan untuk pengujian kekuatan jahitan
dan slip jahitan adalah alat uji kekuatan tarik kain baik sistim laju tetap
maupun sistip mulur tetap.
III.

ALAT DAN BAHAN

Pengujian Kekuatan Jahitan


a Alat uji kekuatan tarik dengan sistim laju penarikan tetap ( V = 30
1 cm/menit)
b Gunting
e Mesin Jahit
f Jarum jahit dan benang jahit dengan ketentuan, sebagai berikut:
Pengujian Slip Jahitan
a Alat uji kekuatan tarik dengan sistim laju mulur tetap.
b Jarak jepit
: 7,5 cm, penjepit untuk uji kekuatan tarik cara cekau.
c Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan :
5:1
d Kecepatan penarikan

: 100 10 mm/menit

b Mesin jahit listrik jeratan kunci 1 jarum, dengan kecepatan tidak


lebih dari 3000 sticth per menit.
c Jarum jahit dan benang jahit
d Penggaris dengan skala mm
e Jangka sorong
f Gunting
IV.

CARA KERJA

Pengujian Kekuatan Jahitan


Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Potong contoh uji sesuai gambar di bawah ini.
Jahit sesuai gambar, dengan jumlah stitch 12 1 /25 mm.

Cara Pengujian
Atur jarak jepit menjadi 7,5 cm
Jepit contoh uji dan atur sehingga jahitan tepat ditengah.
Jalankan mesin sampai contoh uji putus.
Catat nilai kekuatan jahitan.
Amati dan catat penyebab putus, yaitu :
Kain putus.
Benang jahit putus.
Benang-benang kain tergelincir.

Gabungan dua atau tiga penyebab di atas.


Pengujian Slip Jahitan
Persiapan Contoh Uji
Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
Gunting kain dan jahit sesuai gambar dibawah ini, dengan jumlah 12
1 / 25 mm

Cara Pengujian
-

Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada

jahitan pada klem atas dan bawah.


Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur kain.
Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi

grafik pada pengujian pertama.


Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah.
Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur

jahitan.
Ukur garfik dengan cara :
Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N) yang

merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit.


Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 mm dan

tambahkan 30 mm untuk slip 6 mm.


Tentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang dipisahkan
oleh jarak (1) + 15 mm atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar

sumbu pertambahan panjang (tarikan).


Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada

sumbu kurva kekuatan sampai 2 N terdekat.


Besarnya tahan selip adalah gaya tersebut dikurangi 5 N.
Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg (200 N),
laporkan hasil pengujian sebagai lebih besar 20,4 kg (200 N) dan

apabila kainnya sobek dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan


kekuatan pada saat sobek.

V.

DATA PRAKTIKUM

Kekuatan Jahitan
N
o.

Kekuatan
Jahitan
Lusi (kg)

13,5

14,5

15,5

Ket
Putus
jahitan
Putus
jahitan
Putus
jahitan

= 14,5

Kekuatan
Jahitan
Pakan
(Kg)
13,5

19

13

Kekuatan
x
(x- )2

=11,83

Ket
Putus
kain
Putus
jahitan
Putus
jahitan

Kekuata
n
x
(x- )2
2,78
8
1,36
12,14

Lusi
=

SD
1,58
x 100 =
x 100 =10,89

14,5

SD

CV

SD
2,46
x 100 =
x 100 =20,79

11,83

SD
CV

( xx )2 =
n1

5
=1,58
31

Pakan

( xx )2 =
n1

12,14
= 2,46
31

Slip Jahitan
ARAH LUSI
Pada skala 0,5 kg = 3 mm
Bukaan 3 mm = 3 mm x 5 + 0 mm = 15 mm
Bukaan 6 mm = 6 mm x 5 + 0 mm = 33 mm
Kekuatan yang dibutuhkan untuk membuka
Bukaan 3 mm = 22 kg>20,4 kg
Bukaan 6 mm =

20,4 kg

ARAH PAKAN
Pada skala 0,5 kg = 8 mm
Bukaan 3 mm = 3 mm x 5 + 8 = 22 mm
Bukaan 6 mm = 6 mm x 5 + 8 = 38 mm
Kekuatan yang dibutuhkan untuk membuka
Bukaan 3 mm =9,5< 20,4 kg
Bukaan 6 mm =

VI.
VII.

Kertas grafik slip jahitan


DISKUSI
KESIMPULAN

20,4 kg

PENGUJIAN PEGANGAN KAIN


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI

Kekakuan Kain
Prinsip pengujiannya sama seperti Total tetapi yang diukur adalah
sudut (V) nya bukan jaraknya. Alat terdiri dari beban pemberat dan
piringan busur derajat yang dipasang dan bias nerputar pada
porosnya. Tepat pada 00 dipasang penjepit untuk menjepit contoh uji.
Tepat dibawah poros piringan, ada dudukan terdapat lempeng
penunjuk. Disamping itu terdapat pula garis penunjuk sudut pada
skala.
Sifat-sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka seperti
kekuatan tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan
sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat
dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau
kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik
atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal yang harus diperhatikan
memegang, mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai
dengan penggunaannya. Dengan memegang dan merasakan kain
sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara objektif.
Menurut pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup
rasa kaku atau lembek, keras atau lunak dan kasar atau halus.
Kekakuan adalah kemampuan untuk menahan bentuk. Kekuatan
lentur adalah besarnya momen pada kain dengan lebar tertentu, besar
kekakuan lentur dinyatakan dengan mg/cm. Kekakuan lentur
berhubungan dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur
yang tinggi cenderung mempunyai pegangan yang lembut.
Panjang lengkung (bending length) adalah panjang kain dalam cm
membentuk lengkungan sampai mencapai sudut 7,1. Untuk
mendaptkan ketelitian yang baik, maka dalam pelaksanaan pengujian
panjang lengkung dihitung setelah panjang kain membentuik
lengkungan 41,5. Kekakuan lentur lusi adalah panjang lengkung lusi
atau lenturan yang hanya disebabkan oleh benang lusi. Kekakuan
lentur pakan adalah panjang lengkung atau lenturan yang hanya
disebabkab oleh benang pakan saja.
Dalam memilih kain untuk suatu tujuan, biasanya diperlukan
karakteristik kain tersebut sesuai dengan pemakainya. Pemilihan kain
biasanya dengan cara memegang dan mencoba kainnya,kemudian

dipilih berdasarkan tujuannya,akan tetapi hal ini sangat bersifat


subjektif dan tidak ada standarnya.
Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi adalah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan oleh benang lusi. Untuk pakan
juga berlaku hal seperi lusi diatas.
Langsai Kain (Drape)
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya lekukan kain yang
disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagainya apabila
kain digantungkan. Drape Factor adalah perbandingan selisih luas proyeksi
vertikal dengan luas landasan contoh uji, terhadap selisih contoh uji dengan luas
landasan contoh uji.

The Fabric Researh Laboratories of USA telah mengembangkan suatu metode


untuk mengukur drape, hal ini dilakukan dengan dengan cara mengabungkan
karakteristik lusi dan pakan menghasilkan suatu tekukan seperti terlihat ditoko
apabila suatu kain digantung pada gantungan bulat.

Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm
disangga oleh sebuah cakra bulat berdiameter 12,5 cm, bagian kain yang tidak
tersangga akan jatuh (drape), seperti terlihat

Gambar 6.2
Kelangsaian Kain

Bila tidak ada drape yang terjadi maka proyeksi contoh akan tetap 25 cm, karena adanya
drape maka terlihat seperti gambar B.

III.

ALAT DAN BAHAN


Pengujian kekakuan kain
a.
ShirleyKeterangan
Stiftness Tester
Sp : penggeser
Gunting
Sp D
P : bidang datar
MistarD : garis penunjuk

b.
c.

L1 dan L2 : garis miring yang membentuk sudut 41,5 opada bidang horizontal
P
L1

L2

Gambar 6.3
Alat Uji Shirley Stiftness Tester
Pengujian kelangsaian kain
a. Drape Tester
b. Alat Pengukur contoh Uji
c. Gunting
d. Printer
IV.

CARA KERJA
Pengujian kekakuan kain
Persiapan Contoh Uji
a. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
b. Potong contoh uji kain dengan ukuran 2,5 cm X 20 cm rapih tidak ada benang
lusi atau benang pakan yang mengantung dan tidak ada benang lusi dan atau
benang pakan yang sama setiap contoh uji, 3 helai kearah lusi dan 3 helai

kearah pakan. Contoh uji usahakan sesedikit mungkin dipegang. Kain cenderung
menggulung usahakan didiamkan beberapa jam pada alas yang datar sehingga
akan merata.
Cara PengujiaN
a.

Letakan alat mendatar pada meja.

b.

Contoh uji diletakan pada bidang datar P dan alat dan salah satu ujungnya
berimpit dengan tepi depan bidang datar P. Penggeser S diletakan pada contoh
uji sehingga skala nol segaris dengan garis penunjuk D.

c.

Penggeser didorong ke depan sehingga contoh uji menjulur keluar dan tepi
depan bidang datar P dan melengkung ke bawah karena beratnya sendiri.
Penggeser didorong terus sedingga tepi depan contoh uji sebidang dengan garis
L1 dan L2. Apabila contoh uji terpuntir maka titik tengah tepi depan contoh uji
harus sebidang dengan kedua garis L1 dan L2.

d.

Setelah 6 sampai 8 detik, panjang lengkung contoh uji dibaca pada sekala
penggeser yang lurus dengan garis batas pada alat.

e.

Untuk satu contoh uji pengujian dapat dilakukan pada empat tempat, yaitu depan
atas, depan bawah, belakang atas dan belakang bawah.

f.

Untuk memudahkan cara pengerjaan tersebut maka alat ukur kekakuan


diletakan sedemikian rupa sehingga sekala terletak didepan penguji dan pada
kedudukan yang memudahkan membaca sekala pada penggeser S. Kedudukan
relatif tepi depan contoh uji terhadap garis L1 dan L2 dapat dilihat pada cermin
yang diletakan atau ditempelkan pada salah satu sisi alat.

Pengujian kelangsaian kain


Cara Pengujian
1. Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan standar diameter 25 cm sebanyak 5
lembar. Beri tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada titik pusat
lingkaran diameter 3 mm, kondisikan dalam ruang standar pengujian.
2. Nyalakan komputer
3. Nyalakan Drape Tester, dengan cara membuka kaca, kemudian tekan saklar
kanan bawah alat sampai lampunya menyala.
4. Klik icon Drape Tester, sampai keluar menu Drape Tester.
5. Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada pada titik
tengah landasan uji.
6. Jalankan alat sehingga contoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran. Biarkan
beberapa saat.
7. Klik reset, tunggu sampai lampu merah pada alat menyala.
8. Beri nama operator dan nama kain.

9. Klik Start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape kain,
biarkan sampai pengujian selesai.
10. Klik print untuk mencetak hasil pengujian. Hasil pengujian dapat dibaca pada
layar monitor komputer dan atau pada kertas hasil print.

V.

DATA PRAKTIKUM
Pengujian kekakuan kain
Kekakuan arah lusi

LUSI ()

1 1
2,35
2,25
2,55
1,9

Jumlah
Rata-Rata
x
x 0,5

Pakan

1,4
5
1,7
5
1,4
5
1,6
5

Jumlah
Rata-Rata
x

Kekakuan arah pakan

2 2
3 3
2,25
2,2
2,2
1,95
1,7
2,05
2,25
1.8
25,45
2,12
1,06
1,5

1,6

1,3

1,3

1,55

1,3

1,35

1,6

18,1
1,5
0,75

x 0,5

Kekakuan lentur lusi


GL

= 0,1 x W x (CL)3 = 0,1 x 110, 2 x (1,06)3 = 13,125 mg.cm

Kekakuan lentur pakan


Gp

= 0,1 x W x (CP)3 = 0,1 x 110,2 x (0,75)3 = 4,649 mg.cm

Kekakuan Total

GT =

GLxGP = 13,125 x 4,649 = 7,811 mg.cm

Bending modulus
g = 0,265 mm = 0,0265 cm
3

Q=

12 xGTx 106

2
2,65 x 10 3

6
12 x 7,811 x 10
93,732 x 106
=

(0,0265)3

93,732 x 106
= 18,6096 x 106 =

5.036

mg/ cm2
Pengujian kelangsaian kain

Diketahui dari mesin

Jari-jari sampel (B)


Jari-jari landasan(A)
Luas sampel(B)
Luas landasan(A)
Jari-jari rata-rata drape(C)
Luas drape(C)
Drape(%)

Data Drape Kain


Bagian
Muka
12,7 mm
63,5 mm
50,670.75 mm2
12,468.98 mm2
97,47 mm
29849,45 mm2
45,50 %

luas drape luas landasan


luas sampleluaslandasan

% Drape =

12,7 mm
63,5 mm
50,670.75 mm2
12,468.98 mm2
97,14 mm
29644,63 mm2
44,96 %

x 100 %

Bagian Muka
% Drape =

Data Drape Kain Bagian


Belakang

29849,4512.468,98
50,620,7512.468,98 x100 % =

Bagian Belakang
29644,6312.468,98
% Drape = 50,620,7512.468,98 x100 % =

17380
38,201.77 x100% = 45,49%

17175,65
38,201.77 x100% = 44,96 %

= % drape kain bagian depan + %drape bagian belakang


= 45,49% + 44,96 %
= 90,45 %

x
=

VI.
VII.

jumalah drape
2

DISKUSI
KESIMPULAN

90,45
2

= 45,225%

PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN KEMBALI DARI KEKUSUTAN


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI

Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk memperbaiki
kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan.
Istilah yang berhubungan dengan masalah kekusutan adalah : ketahanan kain terhadap
kekusutan (crease resistance) dan kemampuan kembali dari kekusutan (crease recovery).
Kalau suatu barang tekstil jelek creaseresintennya maka jelek pula crease recoverynya
atau dengan kata lain kain tersebut mudah kusut. Masalah kekusutan ini penting karena
menyangkut juga masalah kenampakan dan keindahan kain itu sendiri.
Kemampuan kembali dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkan untuk
kembali dari lipatan.alat uji untuk ketahanan terhadap kekusutan ada dua jenis,yaitu:
Pengujian Total
Prinsip pengujian dengan cara ini adalah kain dipotong dengan ukuran 4cm x 1 cm,
kemudian dilipat dan ditekan dengan beban 500 garm untuk mengusutkan selam 5 menit.
Kain diambil dan digantungkan pada kawat selama 3 menit supaya kembali dari
kekusutannya, setelah itu jarak antar kedua ujung pita (V) di ukur. Untuk wol yang
mempunyai mutu crese recovery yang baik jarak antara kedua ujung pita 33-35 mm.
III.

ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Shirley crease recoverytester yang dilengkapi

beban penekan 500 gram


2. Piringan dan busur derajat yang dipasang seporos pada penyangga vertikal sehingga
keduanya dapat berputar bebas pada sumbu horizontal.pusat piringan busur derajat
ditandai dengan garisvertikal pada penyangga dari pusat dasar.piringan transparan
mempunyai titik nol uji apabila dipasang pada derajat besarnyasudut yang dibentuk oleh
3.
4.
5.
6.
7.

contoh uji apabila dipasang pada penjepit.


Penjepit yang ditempatkan pada piringan untuk menyangga pemegang contoh uji
Gunting
Pinset
Stop watch
Mistar

8. Kain contoh uji dengan ukuran 4x1,5 cm


9. Lempeng pemegang contoh uji
10. Jarum penunjuk skala
11. Lama waktu pembebanan dan pembacaan skala beban 500 g (Shirley) = 5 menit
IV.

CARA KERJA

a. Memotong contoh uji dengan ukuran 4 cm x 1,5 cm sehingga membentuk pita


sebanyak 4 buah ke arah lusi dan pakan.

b.
c. Melipat ke arah depan dan belakang, memasukkan contoh uji pita ke dalam pemegang
contoh uji yang terdiri dari dua lempeng logam, kemudian dimasukkan ke dalam plastik
penekan transparan, selanjutnya ditindih dengan pemberat 500 gram selama 5 menit.
d. Setelah 5 menit pemberat diambil dan pemegang bersama penekan diangkat dan ujung
pemegang contoh dimasukkan pada penjepit yang terpasang pada permukaan piringan
alat penguji. Plastik penekan segera dilepaskan.
e. Bagian contoh uji yang tergantung dibiarkan selama 3 menit waktu kembali,
selanjutnya contoh uji yang tergantung diatur segaris dengan penunjuk vertical untuk
yang terakhir, dan diukur besarnya sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur
derajat.
f. Apabila selisih rata-rata antara Atas/Depan dengan Bawah/Belakang < 15 maka datadatanya digabung dalam satu perhitungan dan begitu juga apabila sebaliknya.
g. Kemudian lakukan pengujian sebanyak kain uji

V.

DATA PRAKTIKUM

No
1
2

Bagian
Muka
Muka

Lusi
1170
118,50

Pakan
1170
1180

3
4

Belakang
Belakang

1270
1250

1140
115,50

Untuk Arah Lusi


Bagian muka dirata-ratakan
: 117 + 118,5 = 235,5 :2 = 117,75
Bagian belakang dirata-ratakan : 127+ 125 = 252 : 2 = 126
Rata-rata = 121,875
Selisih keduanya adalah : 8,25
Untuk Arah Pakan
Bagian muka dirata-ratakan
: 117 + 118 = 235 :2 = 117.5
Bagian belakang dirata-ratakan : 114 + 115,5 = 229,5 : 2 = 114,75
Rata-rata = 116,125
Selisih keduanya adalah : 2,75
VI.
VII.

DISKUSI
KESIMPULAN

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI

Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa
dipakai lagi, karena suatu sifat penting telah rusak. Misalnya karena warna sudah
berubah, mengkeret atau cembung pada siku atau lutut. Keawetan kain tenda misalnya
ditentukan oleh daya tembus air, keawetan kain kanvas atau kain sepatu benar benar
ditentukan oleh keusangan. Jadi keawetan tidak diuji dan ia tergantung dari lamanya
dipakai atau jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan
kain karena serat-seratnya putus atau lepas. Dalam hal-hal tertentu, misalnya kain belt
keawetan dan keusangan mungkin sama, tetapi dalam banyak hal lainnya berbeda.
Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi
sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macammacam faktor terhadap keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adanya
pills, yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok dipermukaan kain yang
menyebakan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena
kekusutan serat serat lepas yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan.
Faktor-fator yang mneyebabkan keausan :

Gaya gaya yang langsung pada kain, ini bisa terjadi pada keadaan tidak normal.

Pengaruh tumbukan, ini penting pada alas lantai seperti permadani.

Tekukan atau friksi antar serat-dengan serat dan atara-benang dengan benang,
karena kain sering tertekuk.

Gosokan, friksi antar kain dengan kain, friksi antar kain dengan benda lain dan
friksi antar serat dengan kotoran, ini menyebabkan putus serat.

Berdasarkan uraian diatas, faktor gosokan dalam banyak hal merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan keusangan. Pengujian ketahanan gosokan kain hanya merupakan
pengujian yang sederhana terhadap mutu kain. Jadi harus diingat bahwa gosokan bukan
hanya satu-satunya factor yang mempengaruhi keusangan dan keawetan.

Menurut J.E.booth menggolongkan gosokan menjadi beberapa bagian,yaitu:


a. Gosokan datar (pane or plate abration)yaitu penggosokan pada permukaan datar
dari contoh
b. Gosokan pinggir (edge abration) yaitu gosokan yang terjadi pada leher atau lipatan
kain.
c. Gosokan tekuk (flex abration) yaitu gosokan yang disertai dengan tekukan dan
lengkungan.
Pengujian kekuatan gosokan kain dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan kain menahan gosokan yang berputar dengan tekanan tertentu. Ada beberapa
hal penting yang mempengaruhi hasil pengujian ketahan gosokan kain, yaitu:
a. Keadaan contoh, jika tidak ditentukan maka keadaan contoh harus dikondisikan
dalam kondisi standar pengujian.
b. Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan apakah
menggunakan gosokan datar, tekanan dan lain-lain
c. Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju-mundur, memutar, atau
macam-macam gerakan.
d. Arah gerakan, arah gerakan apakah searah lusi, pakan, atau membentuk sudut lusi
dan pakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian ketahanan gosok kain,yaitu:
a. Pemilihan bahan penggosok, kain penggosok bisa berupa kain itu sendiri, kain
standar (kanvas atau wool), baja, silicon carbide, kain amplas atau kertas amplas
masing-masing penggosok mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya jika
kain penggosok adalah kain itu sendiri, proses penggosokan memerlukan waktu
lama dan hasil pengujiannya tidak bisa dibandingkan.
b. Pelapis contoh, kain pelapis contoh mempengaruhi hasil pengujian.
c. Kebersihan alat daerah yang digosok mempengaruhi hasil gosokan, misalnya serat
yang tinggal di daerah gosokan.
d. Teganggan contoh, tegangan harus distandarkan sehingga hasilnya sesuai dengan
standar.
e. Tekanan antara penggosok dengan contoh, tekanan sangat berpengaruh terhadap
lamanya penggosokan, karena itu harus distandarisasi

Beberapa cara untuk menilai hasil kerusakan akibat gosokan, yaitu:


a. Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok.
b. Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh putus
c. Kahilangan berat setelah penggosokan
d. Perubahan tebal kain
e. Kehilangan kekuatan kain
f. Perubahan sifat-sifat lain misalnya daya tembus udara, kilau dan lain-lain
g. Pengujian mikroskopis mengenai kerusakan benang atau serat pada kain.
Salah satu faktor yang menyebabkan kain mengalami kerusakan adalah akibat adanya
gosokan, yaitu:
a. Friksi antara kain dan kain lainnya,misalnya antara lengan dan jas
b. Friksi antara kain dan benda lain
c. Friksi antara serat dengan kotoran pada kain,menyebabkan putusnya serat
III.

ALAT DAN BAHAN

Peralatan
a

Martindale Wear and Abrasion Tester, yang dilengkapi dengan :


Beban penekan 9 0,2 kPa ( untuk kain dengan berat < 150 g/m dan 12 0,2 kPa

(untuk kain dengan berat 151 300 g/m)


Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannnya.
b Pemotong/pisau berbentuk lingkaran dengan diamter 38 mm.
c Neraca dengan ketelitian sampai 1 mg.
d Kaca pembesar
e Kain penggosok standar, kain felt wool, berat 576 678 g/m, tebal 2 mm.]
f Pelapis contoh uji busa poliuretan, tebal 3 mm, berat jenis 0,04 g/cm
IV.

CARA KERJA

Persiapan Contoh Uji


a
b

Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.


Potong contoh uji dengan ukuran diameter 3,8 cm sebanyak 4 pcs.

Cara Pengujian
a. Metode uji sampai putus
Potong 4 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk contoh uji
bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak.

Kondisikan contoh uji di ruangan standar


Potong kain penggosok standar dengan diameter 140 mm.
Potong empat lembar pelapis contoh uji dengan diameter 140 mm.
Pasang pelapis contoh uji dan kain penggosok pada alat penggosok di mesin.
Letakan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang, pasang setiap contoh
uji pada cincin dudukan contoh uji dengan permukaan contoh uji menghadap
kebawah. Pasang secara hati-hati penekan contoh uji agar kedudukan contoh uji tepat

ditengah.
Pasang badan pemegang contoh uji, kencangkan dengan tangan. Jaga agar contoh uji

tidak terlipat, kemudian kencangkan lagi dengan alat pengencang.


Pasang pemegang contoh uji pada meja beban, dengan tekanan sesuai berat kain.
Jalankan mesin dengan ketentuan jumlah gosokan :

Periksa kerusakan contoh uji setiap interval sesuai table diatas menggunakan kaca
pembesar tanpa dilepas dari pemegang contoh uji, apakah sudah dua helai benang

putus atau belum.


Jika telah putus, catat jumlah gosokan.
b. Metode Uji Pengurangan Berat
Potong 8 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk contoh uji
bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak.
Kondisikan contoh uji di ruangann standar
Timbang-masing-masing contoh uji.
Lakukan pengujian dua contoh uji seperti cara tersebut di atas, sehingga diketahui

jumlah gosokannnya.
Gosok masing-masing dua contoh uji lainnya dalam 3 tahap jumlah gosokan,
yaitu 25 %, 50 %, 75 % dari jumlah gosokan.

Kondisikan kembali contoh uji setiap selesai pekerjaan selama 24 jam dan

ditimbang masing-masing sampai mg terdekat.


Buat grafik pengurangan berat terhadap jumlah gosokan.
Apabila tiga titik terletak mendekati garis lurus, tentukan rata-rata pengurangan

berat dalam mg setiap 1000 gosokan


Apabila tiga titik berbentuk kurva, tentukan nilai pengurangan berat untuk setiap
tahap.

V.

DATA PRAKTIKUM

Hasil Uji Berat Kain


Pengujian

Berat Awal

Berat Akhir

0,136g

0,138 g

0,132 g

0,131 g

0,134 g

0,1345 g

Rata-rata

Keterangan : Jika terjadi penambahan berat kain


Presentase penambahan berat kain =

Ratarata berat akhirRatarata berat awal


Ratarataberat akhir

100%
=

0,13450,134
0,1345

x 100 %

= 0,746 %

Hasil Uji Ketebalan Kain


Pengujian
1
2
Rata-rata

Tebal kain awal

Tebal kain akhir

0,265 mm

0,25mm

0,265 mm

0,26 mm

0,265 mm

0,255 mm

Keterangan : Jika terjadi pengurangan ketebalan kain


Presentase penambahan tebal kain =

Ratarata berat ak h irRatarataberat awal


Ratarataberat ak h ir

x 100%
=

0,2650,255
0,265

= 3,77 %

VI.
VII.

DISKUSI
KESIMPULAN

x 100 %

PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA


I.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


LANDASAN TEORI

Daya tembus udara (air permeability), yaitu untuk menyatakan berapa besar volume udara
yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan dengan tekanan
tertentu.Susunan dari kain yang terdiri dari benang-benang dimana benang tersebut terdiri dari
serat-serat, maka bagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang udara. Jumlah,
ukuran, dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat kain, seperti
kehangatan dan perlindungan terhadap angin juga efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk
keperluan industri.
Daya tembus udara adalah laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana pada kedua
permukaan kain tersebut berbeda tekanannya.Daya tembus udara dinyatakan dengan volume
udara (cm3) yang mengalir, persatuan waktu (sekon) melalui luas permukaan kain tertentu
(cm2), pada perbedaan tekanan udara tertentu pada kekua permukaan kain.Meskipun jumlah
ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin saja kain yang satu lebih sukar
dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih hangat dipakai. Beberapa istilah yang
berhubungan dengan udara pada kain,antara lain:
a.

Daya tembus udara , yaitu menyatakan berapa volume udara dapat dilalui kain pada
suatu satuan luas tertentu dan tekanan tertentu pula.

b.

Tekanan terhadap udara,yaitu menyatakan berapa lamanya waktu tiap volume udara
tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu pada tekanan udara tertentu.

c.

Rongga udara

Kadang-kadang ada yang menyamakan dalam pemakaian seperti air permability.


Menyatakan berapa persentase volumeudara dalam kain terhadap volume

keseluruhan kain tersebut.


Setiap alat daya tembus udara dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut :
Pemegang contoh dengan luas lubang tertentu
Alat penghisap udara
Pengatur tekanan udara yang melalui contoh dengan skala besarnya tekanan
Skala untuk mencatat hasilnya
Dasar pengujiannya adalah kain dengan luas tertentu dilewatkan udara dengan tekanan tetap,
dan laju aliran udara diukur dengan mengamati manometer air. Dari hasil pengamatan pada
manometer air diperhitungkan daya tembus udara.

Dibawah ini adalah tabel yang menyatakan hubungan antara diameter orifice dengan harga
minimal dan harga maksimal daya tembus udara terhadap kain contoh.
Ukuran Orifice dan Harga Daya Tembus Udara pada Kain
Diameter
Orrifice
(mm)
1
2
3
4
5
6
8
11
16
III.

Daya tembus
udara minimum
(h)
0,8
4,0
9,3
20,0
32,0
40,0
72,0
137,0
292,0

(ft3/menit/ft2)
maksimum (h)
2,7
11,4
26,6
58,0
91,0
113,0
197,0
375,0
794,0

ALAT DAN BAHAN

Air Permeability Tester yang dilengkapi dengan :

pemegang contoh uji dengan las lubang tertentu


kipas penghisap untuk mengalirkan udara
manometer tegak (manometer air)
incline manometer (manometer minyak)
pengatur besarnya tekanan udara yang melalui contoh uji
skala untuk mencatat hasilnya.
Bahan yang dipakai adalah kain contoh uji.

Alat uji DTU

Ring

oriface

Pengujian

Harga manometer air

3,5

4,5

Rata-rata

IV.

CARA KERJA

a. Meletakkan mesin uji, pada

meja

dan

letaknya

diatur

agar

benar-benar

horizontal
b. Memasang kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji, dijepit dengan cincin yang
sesuai sehingga kain cukup tegang, dan kemudian lubang ditutup.
c. Memasang Orifice yang cocok untuk digunakan pada pengujian contoh uji sehingga
angka pada manometer air antara 2 sampai 15.
d. Kemudian tabung ditutup rapat dengan menggunakan kuncinya
e. Menjalankan motornya dengan perlahan-lahan dengan menggeser rheostatnya sambil
diamati, manometer minyak harus menunjukkan tepat pad angka 0,5.
f. Setelah kesetimbangan tercapai, yaitu tetap menunjukkan pada angka 0,5 baru
dibaca skala manometer airnya.
g. Mengulangi prosedur diatas untuk contoh uji yang sama pada tempat dan arah yang
berbeda sebanyak 2 kali pengujian.
h. Melakukan perhitungan
X =h+

Hargamanometerair 2
3
2
( Hh ) Ft /me n it / Ft
152

dimana : X = harga daya tembus udara


H = harga maksimum orifice
h = harga minimum orifice
V.

DATA PRAKTIKUM

Daya Tembus Udara

Diameter orifice ( mm )
X =h+

= 11 mm

H = 375,0 dan h = 137,0

Hargamanometerair 2
( Hh ) Ft 3 /me n it / Ft 2
152

dimana : X = harga daya tembus udara


H = harga maksimum orifice
h = harga minimum orifice
a)

Harga Daya Tembus Udara (Proses Hitung)

X =h+

Hargamanometerair 2
( Hh ) Ft 3 /me n it / Ft 2
152

+ 42
( 375,0137,0 ) Ft 3 /me nit /Ft 2
152

137

137

173,652

+36,652

Ft 3 /me n it /Ft 2

Atau
X = 173,652 x 0,508 = 88,22 cm3/detik/cm2
Grafik harga DTU

VI.
VII.

DISKUSI
KESIMPULAN

You might also like