Professional Documents
Culture Documents
I.
II.
Dalam
Dalam
Dalam
Dalam
/d 200 helai/ inchi dan berat kain antara 10 g/m2 s/d 1500 g/m2
Nomor Benang
Nomor benang adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan
berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap beret
tertentu.satuan-satuan yang biasa digunakan:
Tabel satuan inggris
Satuan berat
1pound
Satuan panjang
1 hank = 840 yard=768
(lb)
16ounces
meter
1 lea = 120 yard
7000grai
n
453,6gra
1 inci = 2,54 cm
Satuan panjang
Kilometer
Meter
Centimeter
Milimeter
panjang (meter )
berat ( gram )
Td
Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang
setiap satuan panjang tertentu,misalnya jumlah benang setiap cm atau
inci. Ada beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dengan
Dengan
Dengan
Dengan
Dengan
Dengan
Mengkeret Benang
Alat
timbangan
digital
gunting
Bahan
kain uji
pensil
IV.
LANGKAH KERJA
1. Menentukan arah lusi dan arah pakan. Arah lusi diberi tanda panah
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan kain dengan cara kain dipotong
seukuran 1inci x 1inci, kemudian ditiras benang lusi dan pakannya
3. Kain contoh dipotong 20 cm x 20 cm, lalu ditimbang pada neraca analitik.
4. Mengambil benang lusi dan pakan pada sisi yang berbeda, masing-masing
10helai dari sisi yang berbeda. Jadi untuk lusi 20 helai, dan untuk pakan
20 helai.
5. Menghitung mengkeret benang lusi dan pakan.
o Panjang benang dari kain contoh
= Pk
o Panjang benang setelah diluruskan
= Pb
Pb - Pk
100 %
Pk
6. Menimbang 20 benang lusi dan benang pakan dari no. 5 pada timbangan
7. Menghitung Nomer benang lusi dan benang pakan
o
o
o
o
V.
Nm
= .. m
= .. gram
panjang (hank )
berat (lbs)
panjang (meter )
berat ( gram )
berat (gram)
Tex
Td
=9000 x
berat( gram)
panjang (meter )
DATA PRAKTIKUM
Gambar Anyaman
LUSI
PAKAN
Tetal Lusi dan Pakan (hl/Inci)
LUSI
PAKAN
55
53
80
81
Rata-rata:
108
2
54 hl/inci
Rata-rata:
= 81
hl/inci
= 21
hl/cm
162
2
= 32
hl/cm
Berat Kain 20 cm x
20 cm =4,408 gram
Berat 20 helai benang
Lusi
= 0,085 gram : 453,6 gram = 0,00018 lbs
Pakan = 0,096 gram : 453,6 gram = 0,00021 lbs
Panjang Benang 20 cm setelah ditarik/dikencangkan
No
20
21.9
20,5 x 100 %
Panjang akhir
Jumla 433 cm
413,4 cm
21,6520
h
=
x 100%
21,65
x
21.65 cm
20,67
cm= 7,6 %
PAKAN
LUSI
1 hank
P (hank)
P (hank)
hank
x 100% = 3,24 %
= 768 m
= 4,33 m
= 4,33/768 x 1
= 0,00564 Hank
PAKAN
x 100 %
1 lbs
= 453,6 g
B (Lbs) = 0,085 g
B (Lbs) = 0,085/453,6 x
1 Lbs
= 0,00018 Lbs
Mengker
et
Benang
1 hank
P (hank)
P (hank)
hank
= 768 m
= 4,134 m
= 4,134/768 x 1
= 0,00538 Hank
1 lbs
= 453,6 g
B (Lbs) = 0,096 g
B (Lbs) = 0,096/453,6 x
1 Lbs
= 0,00021 Lbs
Nomor Benang
LUSI
Nm
Ne1
Tex
Td
PAKAN
Nm
Ne1
Tex
Td
P( m)
= B ( g)
4,33 m
0,085 g
= 50,94 m/g
p( hank)
B (lBS)
B (g)
P(m) x 1000 =
0,085 g
4,33 m
B (g)
P(m) x 9000 =
0,085 g
4,33 m x 9000 = 176,67 g/m
P( m)
= B ( g)
0,00564 hank
0,00018 lbs
4,14 m
0,096 g
=31,33 Hank/lbs
x 1000 = 19,83 g/m
= 43,0625 m/g
p( hank)
B (lBS)
B (g)
P(m) x 1000 =
0,096 g
4,134 m
B (g)
P(m) x 9000 =
0,096 g
4,134 m x 9000 = 208,998 g/m
Nomor
Benang
Nm
Ne1
Tex
Td
0,00538hank
0,00021 lbs
Lusi
50,94 m/g
31,33 Hank/lbs
19,83 g/m
176,67 g/m
= 25,62 Hank/lbs
x 1000 = 23,22 g/m
Pakan
43,0625 m/g
25,62 Hank/lbs
23,22 g/m
g/m
Tetal Lusi
100
(100ML)
Berat
PAKA
N
21
hl
x 100 cm x 100 cm
inci
50,94 x 100
100
x (1007,6)
= 44,61 gram / m2
hl
Tetal Pakan
x Lebar Kain x Panjang kain
inci
=
NM Pakan
( )
100
(100MP)
32
hl
x 100 cm x 100 cm
inci
43,0625 x 100
100
x (1003,2)
= 76,76 gram
Berat Kain /m2
Berat Kain = Berat Kain Lusi + Berat Kain Pakan
= 44,61 + 76,76
= 121,37 g
Berat Kain Cara Penimbangan
100 x 100
Berat Contoh X Ukuran Sampel
4,408 x
100 x 100
20 x 20
= 110,2
VI.
VII.
121,37110,2
121,37
DISKUSI
KESIMPULAN
x 10 % = 9,2 %
x 100 %
LANDASAN TEORI
Kekuatan Kain
Kekuatan kain dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu :
kekuatan tarik kain,
kekuatan sobek kain dan
kekuatan jebol kain.
Adapun kekuatan jahitan adalah kekuatan dari kain yang telah dijahit
dan slip jahitan adalah adalah slip kain yang dijahit setelah diberi beban
tertentu.
Kekuatan Tarik dan Mulur Kain
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat dapat ditahan
oleh suatu contoh uji kain hingga kain tersebut putus, sedangkan mulur
kain adalah pertambahan panjang kain pada saat kain putus,
dibandingkan dengan panjang kain semula dinyatakan dalam persen.
Kekuatan tarik kain dapat diuji dengan tiga cara, yaitu
Pengujian cara cekau
Pengujian cara cekau umum dipakai untuk kain baik yang dapat diurai
(tidak dilapisi) dan kain yang dilapisi. Pengujian cara cekau lebih
menyerupai pemakainan kain yang sebenarnya.
Pengujian cara pita tiras
Pengujian cara pita tiras ini digunakan untuk kain yang mudah ditiras.
Pengujian cara ini selalu menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah
dari cara cekau namun masih lebih tinggi dari pita potong.
III.
a Mesin
penguji
kekuatan
tarik
dengan
- Jarak jepit
- Ukuran penjepit
3. Penggaris.
4. Gunting.
IV.
: 7,5 cm
: 2,5 cm x 3,75 cm.
LANGKAH KERJA
Cara Pengujian
- Untuk kain lusi :
a. Jepit contoh uji simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian panjang searah dengan
arah tarikan.
b. Beri tegangan awal pada contoh uji sebesar 170 gram, lalu jepit simetris pada jepitan
bawah.
c. Jalankan mesin hingga contoh uji putus.
d. Hentikan mesin saat contoh uji putus, kemudian baca besarnya kekuatan tarik pada
skala.
e. Ulangi pengujian hingga 5 kali pengujian dan apabila contoh uji putus pada penjepit
pengujian harus diulangi.
V.
No
.
Kekuatan
(kg)
1
2
3
x
14,3 kg
16 kg
20,2 kg
Kekuatan
x
(x- )2
6,25
0,64
11,56
24,875
Mulur
(cm)
3,3 cm
3,3 cm
2,9 cm
3,2
=16,8 kg
Mulur
x
(x- )2
0,01
0,01
0,09
= 0,11
Pakan
No
.
Kekuata
n (kg)
1
2
3
7,5 kg
11,5 kg
13 kg
Kekuata
n
x
(x- )2
9,61 kg
081 kg
5,76kg
=
16,18kg
Mulur
(cm)
4,9 cm
4,7 cm
3,2 cm
4,2
= 10,6 kg
Mulur
x
(x- )2
0,49
0,25
1
= 1,74
Rata-rata Mulur
mulur (cm)
Jarak jepit (cm) x 100 %
LUSI
3,2
7,5
x 100% = 42,6 %
PAKAN
4,2
7,5
x 100% = 56 %
Lusi
Kekuatan
SD
CV
SD
9,225
x 100 =
x 100 =54,9
16,8
( xx )2 =
n1
18,45
=9,225
31
SD (Mulur)
CV (Mulur)
SD
0,235
x 100 =
x 100 =7,34
3,2
SD
CV
SD
8,09
x 100 =
x 100 =76,3
10,6
SD (Mulur)
CV (Mulur)
SD
0,933
x 100 =
x 100 =22,21
4,2
( xx )2 =
n1
0,11
=0,235
31
Pakan
Kekuatan
( xx )2 =
n1
( xx )2 =
n1
16,18
=8,09
31
0,933
=0,933
31
Mulur
x
(x- )2
0,04
0,04
0,09
0,17
Pakan
No
.
1
2
3
x
Kekuatan
(kg)
12
11.5
12
11,8
Mulur (cm)
3
2,7
2,8
2,8
Kekuatan
x
(x- )2
0,04
0,09
0,04
0,17
Mulur
x
(x- )2
0,04
0,01
0
0,05
Rata-rata Mulur
mulur (cm)
Jarak jepit (cm) x 100 %
2,8
7,5
x 100% = 37,3 %
PAKAN
2,8
7,5
x 100% = 37.3%
Lusi
SD (Kekuatan)
CV (Kekuatan)
SD
4,7434
x 100 =
x 100 =28,747
16,5
( xx )2 =
n1
45,5
=4,7434
31
SD (Mulur) =
CV (Mulur) =
SD
0,29
x 100 =
x 100 =10,35
2,8
( xx )2 =
n1
0,17
=0,29
31
Pakan
SD (Kekuatan)
CV (Kekuatan)
SD
0,2915
x 100 =
x 100 =2,47
11,8
( xx )2 =
n1
0,17
= 0,2915
31
SD (Mulur)
CV (Mulur)
SD
0,16
x 100 =
x 100 =5,7
2,8
( xx )2 =
n1
0,05
=0,16
31
3
x
20
23,5
12,25
18,5
SDL
( ab )2
n1
18,5
31
9,25
= 3,04
SD
100
b
3,04
100
18,5
= 12,9 %
SDL
( ab )2
n1
3,49
31
1,745
SD
100
b
1,32
100 = 6,8 %
19,3
= 1.32
VI.
VII.
DISKUSI
KESIMPULAN
III.
Kertas grafik
Pena/tinta
CARA KERJA
Sobekan awal 1 cm
15 cm 10 cm
2,5 cm
Contoh uji cara Trapesium
2,5 cm
7,5 cm
Contoh uji cara Lidah
20 cm
7,5 cm
7,5 cm
sobekan awal
Pengujian
Atur posisi tombol beban pada skala 10 kg untuk trapezium dan 5kg
tertinggi.
Hitung rata-rata, standar deviasi dan Koefisien variasi dari data hasil
pengujian.
Cara Pengujian
Atur posisi
skala 20%60%.
Pendulum dinaikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum
penunjuk diatur hingga berada pada garis indeks yang terdapat pada
alat uji.
Pasang contoh uji pada sepasang klem, sedemikian rupa sehingga
terletak ditengah-tengahdan tepi bawah contoh uji segaris dengan
dasar penjepit. Pada kedudukan ini tepi atas contoh uji akan sejajar
dengan permukaan atas penjepit dan benang-benang yang sejajar
lebar contoh uji akan tegak lurus padanya. Kedua penjepit dirapatkan
dengan memutar skrup pengencang, sehingga tekanan jepitan kedua
penjepit sama besar. Contoh uji hendaknya terpasang bebas dengan
penuh.
Tekan penahan pendulum, sehingga pendulum berayun
menyobek
kain contoh uji, biarkan ayunan sempurna, pasa saat ayunan pendulum
Hasil pengujian tidak berlaku jika contoh uji slip pada penjepit, atau
bila sobekan menyimpang dari arah sobekan awal lebih besar dari 6
mm, dan bila terjadi pengerutan pada contoh uji harus dicatat.
V.
DATA PRAKTIKUM
1
2
3
4
5
Kekuata
n Sobek
Tertingg
i
1,7
1,7
1,6
1,6
1,6
1,64
x
(x- )2
0,0036
0,0036
0,0016
0,0016
0,0016
0,012
Kekuata
n Sobek
Terenda
h
0,9
0,9
0,8
1
0,9
x
=0,9
x
(x- )2
0
0
0,01
0,01
0
0,02
CV
SD
0,084
x 100 =
x 100 =4,04
2,08
( xx )2 =
n1
0,028
=0,084
51
Terendah (Low)
SD
CV
SD
0,089
x 100 =
x 100 =9,3
0,96
( xx )2 =
n1
0,0321
=0,089
51
Penguji
an ke-
1
2
3
4
5
Kekuata
n Sobek
Tertingg
i
2,2
2,1
2,1
2
2
2,08
x
(x- )2
0,0144
0,0004
0,0004
0,0064
0,0064
0,188
Kekuata
n Sobek
Terenda
h
0,9
0,9
0,9
1
1,1
0,96
x
(x- )2
0,0036
0,0036
0,0036
0,0016
0,0196
0,03
21
CV
SD
0,055
x 100 =
x 100 =3,35
1,64
( xx )2 =
n1
0,012
=0,055
51
Terendah (Low)
SD
CV
SD
0,071
x 100 =
x 100 =7,88
0,9
( xx )2 =
n1
0,02
=0,071
51
PERHITUNGAN
45
100 x 1600 g =
1.
720
2.
36
100 x 1600 g =
576
3.
38
100 x 1600 g =
608
N
O
1.
2.
3.
x
x
(x- )2
720
576
608
634,7
7276,09 g
3445,69 g
712,89 g
11434,69 g
( xx )2 =
n1
11434,69
=
31
75,61
634,7
Sobek Uji Arah Lusi
NO
.
1.
PERHITUNGAN
18
100 x 3200 g =
576
1000
2.
15
100 x 3200 g =
480
1000
3.
19
100 x 3200 g =
602
1000
N
O
1.
2.
3.
x
X (g)
x
(x- )2
576
480
602
552,6
547,56
5270,76
2440,36
8256,68
SD
CV
SD
64,24
x 100 =
x 100 =11,6
552,6
( xx )2 =
n1
8256,68
=64,24
31
1
2
3
4
5
Kekuatan
sobek pakan
(x) (Kg)
1,6
1,6
1,5
1,3
1,3
7.3
1,46
pakan (x-
Kekuatan
sobek lusi (x)
(Kg)
1,5
1,75
1,85
1,6
1,3
8
1,6
)2
0,0196
0,0196
0,0016
0,0256
0,0256
0,092
lusi(x-
)2
0,01
0,0225
0,0625
0
0,09
0,185
SDL
SDp
( ab )2
n1
( ab )
n1
0, 185
51
1,46
51
0, 185
= 0,215
4
1,46
4
= 0,151
SD
100
b
0,215
100 = 13,43 %
1,6
CVp
SD
100
b
0,151
100
1,46
= 10,34 %
VI.
VII.
DISKUSI
KESIMPULAN
CARA KERJA
V.
dipotong
Atur diafragma pada alat sampai rata, dengan cara menghilangkan
tekanannya.
Atur penunjuk skala pada angka nol (0).
Jepit contoh uji dengan kuat.
Naikan tekanan terhadap karet diafragma dengan laju tekanan tetap
DATA PRAKTIKUM
Kekuatan
Jebol Kain
(Kg/cm2)
14,5
13,5
13,5
15,5
14,25
kg/cm2
x
(x- )2
0,0625
0,5625
0,5625
1,5625
2,75
SD
CV
VI.
VII.
DISKUSI
KESIMPULAN
SD
0,96
x 100 =
x 100 =6,74
14,25
( xx )2 =
n1
2,75
=0,96
41
: 100 10 mm/menit
CARA KERJA
Cara Pengujian
Atur jarak jepit menjadi 7,5 cm
Jepit contoh uji dan atur sehingga jahitan tepat ditengah.
Jalankan mesin sampai contoh uji putus.
Catat nilai kekuatan jahitan.
Amati dan catat penyebab putus, yaitu :
Kain putus.
Benang jahit putus.
Benang-benang kain tergelincir.
Cara Pengujian
-
Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada
jahitan.
Ukur garfik dengan cara :
Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N) yang
V.
DATA PRAKTIKUM
Kekuatan Jahitan
N
o.
Kekuatan
Jahitan
Lusi (kg)
13,5
14,5
15,5
Ket
Putus
jahitan
Putus
jahitan
Putus
jahitan
= 14,5
Kekuatan
Jahitan
Pakan
(Kg)
13,5
19
13
Kekuatan
x
(x- )2
=11,83
Ket
Putus
kain
Putus
jahitan
Putus
jahitan
Kekuata
n
x
(x- )2
2,78
8
1,36
12,14
Lusi
=
SD
1,58
x 100 =
x 100 =10,89
14,5
SD
CV
SD
2,46
x 100 =
x 100 =20,79
11,83
SD
CV
( xx )2 =
n1
5
=1,58
31
Pakan
( xx )2 =
n1
12,14
= 2,46
31
Slip Jahitan
ARAH LUSI
Pada skala 0,5 kg = 3 mm
Bukaan 3 mm = 3 mm x 5 + 0 mm = 15 mm
Bukaan 6 mm = 6 mm x 5 + 0 mm = 33 mm
Kekuatan yang dibutuhkan untuk membuka
Bukaan 3 mm = 22 kg>20,4 kg
Bukaan 6 mm =
20,4 kg
ARAH PAKAN
Pada skala 0,5 kg = 8 mm
Bukaan 3 mm = 3 mm x 5 + 8 = 22 mm
Bukaan 6 mm = 6 mm x 5 + 8 = 38 mm
Kekuatan yang dibutuhkan untuk membuka
Bukaan 3 mm =9,5< 20,4 kg
Bukaan 6 mm =
VI.
VII.
20,4 kg
Kekakuan Kain
Prinsip pengujiannya sama seperti Total tetapi yang diukur adalah
sudut (V) nya bukan jaraknya. Alat terdiri dari beban pemberat dan
piringan busur derajat yang dipasang dan bias nerputar pada
porosnya. Tepat pada 00 dipasang penjepit untuk menjepit contoh uji.
Tepat dibawah poros piringan, ada dudukan terdapat lempeng
penunjuk. Disamping itu terdapat pula garis penunjuk sudut pada
skala.
Sifat-sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka seperti
kekuatan tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan
sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat
dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau
kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik
atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal yang harus diperhatikan
memegang, mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai
dengan penggunaannya. Dengan memegang dan merasakan kain
sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara objektif.
Menurut pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup
rasa kaku atau lembek, keras atau lunak dan kasar atau halus.
Kekakuan adalah kemampuan untuk menahan bentuk. Kekuatan
lentur adalah besarnya momen pada kain dengan lebar tertentu, besar
kekakuan lentur dinyatakan dengan mg/cm. Kekakuan lentur
berhubungan dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur
yang tinggi cenderung mempunyai pegangan yang lembut.
Panjang lengkung (bending length) adalah panjang kain dalam cm
membentuk lengkungan sampai mencapai sudut 7,1. Untuk
mendaptkan ketelitian yang baik, maka dalam pelaksanaan pengujian
panjang lengkung dihitung setelah panjang kain membentuik
lengkungan 41,5. Kekakuan lentur lusi adalah panjang lengkung lusi
atau lenturan yang hanya disebabkan oleh benang lusi. Kekakuan
lentur pakan adalah panjang lengkung atau lenturan yang hanya
disebabkab oleh benang pakan saja.
Dalam memilih kain untuk suatu tujuan, biasanya diperlukan
karakteristik kain tersebut sesuai dengan pemakainya. Pemilihan kain
biasanya dengan cara memegang dan mencoba kainnya,kemudian
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm
disangga oleh sebuah cakra bulat berdiameter 12,5 cm, bagian kain yang tidak
tersangga akan jatuh (drape), seperti terlihat
Gambar 6.2
Kelangsaian Kain
Bila tidak ada drape yang terjadi maka proyeksi contoh akan tetap 25 cm, karena adanya
drape maka terlihat seperti gambar B.
III.
b.
c.
L1 dan L2 : garis miring yang membentuk sudut 41,5 opada bidang horizontal
P
L1
L2
Gambar 6.3
Alat Uji Shirley Stiftness Tester
Pengujian kelangsaian kain
a. Drape Tester
b. Alat Pengukur contoh Uji
c. Gunting
d. Printer
IV.
CARA KERJA
Pengujian kekakuan kain
Persiapan Contoh Uji
a. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
b. Potong contoh uji kain dengan ukuran 2,5 cm X 20 cm rapih tidak ada benang
lusi atau benang pakan yang mengantung dan tidak ada benang lusi dan atau
benang pakan yang sama setiap contoh uji, 3 helai kearah lusi dan 3 helai
kearah pakan. Contoh uji usahakan sesedikit mungkin dipegang. Kain cenderung
menggulung usahakan didiamkan beberapa jam pada alas yang datar sehingga
akan merata.
Cara PengujiaN
a.
b.
Contoh uji diletakan pada bidang datar P dan alat dan salah satu ujungnya
berimpit dengan tepi depan bidang datar P. Penggeser S diletakan pada contoh
uji sehingga skala nol segaris dengan garis penunjuk D.
c.
Penggeser didorong ke depan sehingga contoh uji menjulur keluar dan tepi
depan bidang datar P dan melengkung ke bawah karena beratnya sendiri.
Penggeser didorong terus sedingga tepi depan contoh uji sebidang dengan garis
L1 dan L2. Apabila contoh uji terpuntir maka titik tengah tepi depan contoh uji
harus sebidang dengan kedua garis L1 dan L2.
d.
Setelah 6 sampai 8 detik, panjang lengkung contoh uji dibaca pada sekala
penggeser yang lurus dengan garis batas pada alat.
e.
Untuk satu contoh uji pengujian dapat dilakukan pada empat tempat, yaitu depan
atas, depan bawah, belakang atas dan belakang bawah.
f.
9. Klik Start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape kain,
biarkan sampai pengujian selesai.
10. Klik print untuk mencetak hasil pengujian. Hasil pengujian dapat dibaca pada
layar monitor komputer dan atau pada kertas hasil print.
V.
DATA PRAKTIKUM
Pengujian kekakuan kain
Kekakuan arah lusi
LUSI ()
1 1
2,35
2,25
2,55
1,9
Jumlah
Rata-Rata
x
x 0,5
Pakan
1,4
5
1,7
5
1,4
5
1,6
5
Jumlah
Rata-Rata
x
2 2
3 3
2,25
2,2
2,2
1,95
1,7
2,05
2,25
1.8
25,45
2,12
1,06
1,5
1,6
1,3
1,3
1,55
1,3
1,35
1,6
18,1
1,5
0,75
x 0,5
Kekakuan Total
GT =
Bending modulus
g = 0,265 mm = 0,0265 cm
3
Q=
12 xGTx 106
2
2,65 x 10 3
6
12 x 7,811 x 10
93,732 x 106
=
(0,0265)3
93,732 x 106
= 18,6096 x 106 =
5.036
mg/ cm2
Pengujian kelangsaian kain
% Drape =
12,7 mm
63,5 mm
50,670.75 mm2
12,468.98 mm2
97,14 mm
29644,63 mm2
44,96 %
x 100 %
Bagian Muka
% Drape =
29849,4512.468,98
50,620,7512.468,98 x100 % =
Bagian Belakang
29644,6312.468,98
% Drape = 50,620,7512.468,98 x100 % =
17380
38,201.77 x100% = 45,49%
17175,65
38,201.77 x100% = 44,96 %
x
=
VI.
VII.
jumalah drape
2
DISKUSI
KESIMPULAN
90,45
2
= 45,225%
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk memperbaiki
kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan.
Istilah yang berhubungan dengan masalah kekusutan adalah : ketahanan kain terhadap
kekusutan (crease resistance) dan kemampuan kembali dari kekusutan (crease recovery).
Kalau suatu barang tekstil jelek creaseresintennya maka jelek pula crease recoverynya
atau dengan kata lain kain tersebut mudah kusut. Masalah kekusutan ini penting karena
menyangkut juga masalah kenampakan dan keindahan kain itu sendiri.
Kemampuan kembali dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkan untuk
kembali dari lipatan.alat uji untuk ketahanan terhadap kekusutan ada dua jenis,yaitu:
Pengujian Total
Prinsip pengujian dengan cara ini adalah kain dipotong dengan ukuran 4cm x 1 cm,
kemudian dilipat dan ditekan dengan beban 500 garm untuk mengusutkan selam 5 menit.
Kain diambil dan digantungkan pada kawat selama 3 menit supaya kembali dari
kekusutannya, setelah itu jarak antar kedua ujung pita (V) di ukur. Untuk wol yang
mempunyai mutu crese recovery yang baik jarak antara kedua ujung pita 33-35 mm.
III.
1. Alat
CARA KERJA
b.
c. Melipat ke arah depan dan belakang, memasukkan contoh uji pita ke dalam pemegang
contoh uji yang terdiri dari dua lempeng logam, kemudian dimasukkan ke dalam plastik
penekan transparan, selanjutnya ditindih dengan pemberat 500 gram selama 5 menit.
d. Setelah 5 menit pemberat diambil dan pemegang bersama penekan diangkat dan ujung
pemegang contoh dimasukkan pada penjepit yang terpasang pada permukaan piringan
alat penguji. Plastik penekan segera dilepaskan.
e. Bagian contoh uji yang tergantung dibiarkan selama 3 menit waktu kembali,
selanjutnya contoh uji yang tergantung diatur segaris dengan penunjuk vertical untuk
yang terakhir, dan diukur besarnya sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur
derajat.
f. Apabila selisih rata-rata antara Atas/Depan dengan Bawah/Belakang < 15 maka datadatanya digabung dalam satu perhitungan dan begitu juga apabila sebaliknya.
g. Kemudian lakukan pengujian sebanyak kain uji
V.
DATA PRAKTIKUM
No
1
2
Bagian
Muka
Muka
Lusi
1170
118,50
Pakan
1170
1180
3
4
Belakang
Belakang
1270
1250
1140
115,50
DISKUSI
KESIMPULAN
Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa
dipakai lagi, karena suatu sifat penting telah rusak. Misalnya karena warna sudah
berubah, mengkeret atau cembung pada siku atau lutut. Keawetan kain tenda misalnya
ditentukan oleh daya tembus air, keawetan kain kanvas atau kain sepatu benar benar
ditentukan oleh keusangan. Jadi keawetan tidak diuji dan ia tergantung dari lamanya
dipakai atau jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan
kain karena serat-seratnya putus atau lepas. Dalam hal-hal tertentu, misalnya kain belt
keawetan dan keusangan mungkin sama, tetapi dalam banyak hal lainnya berbeda.
Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi
sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macammacam faktor terhadap keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adanya
pills, yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok dipermukaan kain yang
menyebakan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena
kekusutan serat serat lepas yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan.
Faktor-fator yang mneyebabkan keausan :
Gaya gaya yang langsung pada kain, ini bisa terjadi pada keadaan tidak normal.
Tekukan atau friksi antar serat-dengan serat dan atara-benang dengan benang,
karena kain sering tertekuk.
Gosokan, friksi antar kain dengan kain, friksi antar kain dengan benda lain dan
friksi antar serat dengan kotoran, ini menyebabkan putus serat.
Berdasarkan uraian diatas, faktor gosokan dalam banyak hal merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan keusangan. Pengujian ketahanan gosokan kain hanya merupakan
pengujian yang sederhana terhadap mutu kain. Jadi harus diingat bahwa gosokan bukan
hanya satu-satunya factor yang mempengaruhi keusangan dan keawetan.
Peralatan
a
CARA KERJA
Cara Pengujian
a. Metode uji sampai putus
Potong 4 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk contoh uji
bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak.
ditengah.
Pasang badan pemegang contoh uji, kencangkan dengan tangan. Jaga agar contoh uji
Periksa kerusakan contoh uji setiap interval sesuai table diatas menggunakan kaca
pembesar tanpa dilepas dari pemegang contoh uji, apakah sudah dua helai benang
jumlah gosokannnya.
Gosok masing-masing dua contoh uji lainnya dalam 3 tahap jumlah gosokan,
yaitu 25 %, 50 %, 75 % dari jumlah gosokan.
Kondisikan kembali contoh uji setiap selesai pekerjaan selama 24 jam dan
V.
DATA PRAKTIKUM
Berat Awal
Berat Akhir
0,136g
0,138 g
0,132 g
0,131 g
0,134 g
0,1345 g
Rata-rata
100%
=
0,13450,134
0,1345
x 100 %
= 0,746 %
0,265 mm
0,25mm
0,265 mm
0,26 mm
0,265 mm
0,255 mm
x 100%
=
0,2650,255
0,265
= 3,77 %
VI.
VII.
DISKUSI
KESIMPULAN
x 100 %
Daya tembus udara (air permeability), yaitu untuk menyatakan berapa besar volume udara
yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan dengan tekanan
tertentu.Susunan dari kain yang terdiri dari benang-benang dimana benang tersebut terdiri dari
serat-serat, maka bagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang udara. Jumlah,
ukuran, dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat kain, seperti
kehangatan dan perlindungan terhadap angin juga efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk
keperluan industri.
Daya tembus udara adalah laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana pada kedua
permukaan kain tersebut berbeda tekanannya.Daya tembus udara dinyatakan dengan volume
udara (cm3) yang mengalir, persatuan waktu (sekon) melalui luas permukaan kain tertentu
(cm2), pada perbedaan tekanan udara tertentu pada kekua permukaan kain.Meskipun jumlah
ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin saja kain yang satu lebih sukar
dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih hangat dipakai. Beberapa istilah yang
berhubungan dengan udara pada kain,antara lain:
a.
Daya tembus udara , yaitu menyatakan berapa volume udara dapat dilalui kain pada
suatu satuan luas tertentu dan tekanan tertentu pula.
b.
Tekanan terhadap udara,yaitu menyatakan berapa lamanya waktu tiap volume udara
tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu pada tekanan udara tertentu.
c.
Rongga udara
Dibawah ini adalah tabel yang menyatakan hubungan antara diameter orifice dengan harga
minimal dan harga maksimal daya tembus udara terhadap kain contoh.
Ukuran Orifice dan Harga Daya Tembus Udara pada Kain
Diameter
Orrifice
(mm)
1
2
3
4
5
6
8
11
16
III.
Daya tembus
udara minimum
(h)
0,8
4,0
9,3
20,0
32,0
40,0
72,0
137,0
292,0
(ft3/menit/ft2)
maksimum (h)
2,7
11,4
26,6
58,0
91,0
113,0
197,0
375,0
794,0
Ring
oriface
Pengujian
3,5
4,5
Rata-rata
IV.
CARA KERJA
meja
dan
letaknya
diatur
agar
benar-benar
horizontal
b. Memasang kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji, dijepit dengan cincin yang
sesuai sehingga kain cukup tegang, dan kemudian lubang ditutup.
c. Memasang Orifice yang cocok untuk digunakan pada pengujian contoh uji sehingga
angka pada manometer air antara 2 sampai 15.
d. Kemudian tabung ditutup rapat dengan menggunakan kuncinya
e. Menjalankan motornya dengan perlahan-lahan dengan menggeser rheostatnya sambil
diamati, manometer minyak harus menunjukkan tepat pad angka 0,5.
f. Setelah kesetimbangan tercapai, yaitu tetap menunjukkan pada angka 0,5 baru
dibaca skala manometer airnya.
g. Mengulangi prosedur diatas untuk contoh uji yang sama pada tempat dan arah yang
berbeda sebanyak 2 kali pengujian.
h. Melakukan perhitungan
X =h+
Hargamanometerair 2
3
2
( Hh ) Ft /me n it / Ft
152
DATA PRAKTIKUM
Diameter orifice ( mm )
X =h+
= 11 mm
Hargamanometerair 2
( Hh ) Ft 3 /me n it / Ft 2
152
X =h+
Hargamanometerair 2
( Hh ) Ft 3 /me n it / Ft 2
152
+ 42
( 375,0137,0 ) Ft 3 /me nit /Ft 2
152
137
137
173,652
+36,652
Ft 3 /me n it /Ft 2
Atau
X = 173,652 x 0,508 = 88,22 cm3/detik/cm2
Grafik harga DTU
VI.
VII.
DISKUSI
KESIMPULAN