Professional Documents
Culture Documents
Stroke
Disusun Oleh
Adrian Cristianto Yusuf
B4
102010206
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Adrian_chris11@yahoo.co.id
BAB I
Pendahuluan
Stroke sudah dikenal sejak dulu kala, bahkan sebelum zaman
Hippocrates. Soranus dari Ephesus (98 -138) di Eropa telah mengamati
beberapa faktor yang mempengaruhi stroke. Hippocrates adalah Bapak
Kedokteran asal Yunani. Ia mengetahui stroke 2400 tahun silam. Kala itu,
belum ada istilah stroke. Sampai saat ini, stroke masih merupakan salah
satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian.
Definisi WHO, stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan
fungsi
serebral,
baik
fokal
maupun
menyeluruh
(global),
yang
Istilah
kuno
apopleksia
serebri
sama
maknanya
BAB II
ISI
Anamnesis
Pada
-
diderita.
Riwayat penyakit
dahulu
bertujuan
untuk
mengetahui
Pemeriksaan vital:
a. Kesadaran: Penderita dengan stroke hemisferik jarang mengalami
gangguan atau penurunan kesadaran, kecuali pada stroke yang
luas. Hal ini disebabkan karena struktur-struktur anatomi yang
menjadi
substrat
kesadaran
yaitu formatio
reticularis
digaris
hubungan
dengan
aliran
darah
otak
yaitu:
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan saraf otak: pada stroke hemisferik saraf otak yang sering
terkena adalah:
- Gangguan n. fasialis dan n. hipoglosus: tampak paresis n.fasialis
tipe sentral (mulut mencong) dan paresis n.hipoglosus tipe sentral
-
ditemukan
sindroma
Horner
pada
penyakit
pembuluh karotis.
Gangguan lapangan pandang: tergantung kepada letak lesi dalam
jaras
perjalanan
visual,
hemianopia
kongruen
atau
tidak.
vertebro-basilar.
Pemeriksilaan sensorik: dapat terjadi hemisensorik tubuh karena
bangunan anatomik yang terpisah, gangguan motorik berat dapat
disertai gangguan sensorik ringan atau gangguan sensorik berat
patologis.
Kelainan fungsi luhur: manifestasi gangguan lungsi luhur pada stroke
hemisferik berupa disfungsi parietal baik sisi dominan maupun non
dominan.
Kelainan
yang
paling
sering
tampak
penderita
adalah
tak
disfasi
mampu
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperoleh diagnosis kerja, selain hasil anamnesis dan
pemeriksaan
fisik,
dibutuhkan
pemeriksaan
penunjang.
Berikut
hiperkoagulasi
termasuk
dalam
perawatan
standar.
antikardiolipin,
protein
dan
S,
antitrombin
III,
infiltrat
paru
yang
berkaitan
dengan
gagal
jantung
kongestif.
Pemeriksaan lumbal melibatkan pemeriksaan CSS yang
sering memberi petunjuk bermanfaat tentang kausa storke,
terutama apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar dan
tidak dapat memberikan anamnesis. Sebagai contoh, mungkin
terdapat darah di CSS pada stroke hemoragik, terutama pada
perdarahan subarakhnoid, informasi yang akan diperoleh harus
ditimbang terhadap resiko melakukan pungsi lumbal pada
pasien koma. Yaitu pada peningkatan TIK, penurunan mendadak
tekanan CSS di tingkat spinal bawah dapat memicu gerakan ke
bawah isi kranium disertai herniasi ke dalam batang otak dan
kematian mendadak.
Ultrasonografi karotis terhadap arteria karotis merupakan
evaluasi standar untuk mendeteksi gangguan aliran darah
kausa
serebrum
dan
dapat
lokasi
stroke.
Secara
mengungkapkan
lesi
spesifik,
ulseratif,
yang
Working Diagnosis
Working diagnosis yang diambil adalah stroke. Tidak dapat
diklasifikasikan stroke apa yang terjadi pada pasien karena tidak
lengkapnya data di skenario yang diberikan. Working diagnosis ini
diambil karena pada skenario disebutkan perjalanan penyakit dari pasien
yaitu kondisi kelumpuhan dan disartria yang progresif berubah menjadi
kondisi koma, merupakan suatu kondisi gejala yang umum pada pasien
yang menderita stroke, baik iskemik ataupun hemoragik.
Differential Diagnosis
Differensial diagnosis untuk stroke adalah semua penyakit yang
memiliki manifestasi menyerupai stroke adalah tumor otak, meningitis,
dan abses serebri. Mereka sama-sama dapat memberikan gejala klinis
6
penyakitnya
dan
riwayat
penyakit
terdahulunya.
Pada
meningitis dan abses otak, biasa didapati pasien tampak seperti sakit flu,
sebelum nantinya gejalanya bertambah menjadi nausea, vomitus, dan
sakit kepala. Dan pada meningitis, didapati tanda rangsang meningeal.
Pada abses otak, biasanya ada infeksi kronis lain yang berada disekitar
kepala, karena infeksi sekitar kepala itu lah yang menjadi jalan masuk
kuman untuk menginfeksi otak. Meskipun demikian, diagnosis banding
ini
hanya
dapat
disingkirkan
dengan
hasil
pemindaian
dan
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, terdapat empat subtipe dasar pada
stroke iskemik yaitu lakunar, trombosis pembuluh besar dengan aliran
pelan, embolik, dan kriptogenik.
- Stroke lakunar terjadi karena
penyakit
pembuluh
halus
merupakan
infark
yang
terjadi
setelah
oklusi
pons basal.
Stroke trombotik pembuluh besar dengan aliran lambat
adalah subtipe kedua stroke iskemik ini. Sebagian besar stroke ini
terjadi pada saat tidur, saat pasien mengalami dehidrasi dan
sirkulasi relatif menurun. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi
aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di
arteria karotis interna atau yang lebih jarang di pangkal arteri
Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Wilisi: aerteria karotis
interna dan sistem vetebrobasilar atau semua cabang-cabang nya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15-20
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa
oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin
terdapat
sirkulasi
kolateral
yang
memadai
ke
daerah
tersebut.
penumbra
dari
infark
adalah
tujuan
dari
terapi
revaskularisasi.
Infark serebral fokal terjadi melalui dua jalur yang terpisah yaitu :
1. Neurotic pathway : kerusakan yang cepat dari sitoskeleton sel,
dikarenakan sel kekurangan energi.
2. Apoptotic pathway : sel terprogram untuk mati.
Iskemi
menghasilkan
nekrosis
dengan
membuat
neuron
Apabila tubuh kelebihan lemak, sangat beresiko terhadap penyakit stroke terutama
kelebihan lemak yang menumpuk di bagian tengah tubuh. Selain stroke, obesitas juga
mempengaruhi terhadap tekanan darah menjadi hipertensi, tingginya kadar kolestrol, dan
penyakit jantung.
6. Merokok
Merokok dapat menggandakan resiko terserang penyakit stroke karena dapat menyebabkan
aterosklerosis dan lebih mudah membuat darah membeku sehingga dapat terjadi trombosis
yang merupakan etiologi terbesar dari stroke iskemik.
Gejala Klinis
Pemeriksaan riwayat penyakit dan neurologis yang cermat dapat
melokalisasi disfungsi otak; jika regio tersebut merespon distribusi arteri
tertentu, penyebab yang paling mungkin dapat dipersempit. Sebagai
contoh, jika pasien menunjukkan penurunan kemampuan dalam bicara
dan homonymous hemanopia kanan, pencarian emboli pada otak
sebelah kiri tengah perlu dilakukan. Pada bagian ini, akan dijelaskan
gejala klinis yang muncul pada iskemi serebral yang berasosiasi dengan
teritorial vaskularisasi serebral tertentu. Sindrom stroke terbagi atas
stroke pembuluh darah besar di sirkulasi anterior, stroke pembuluh darah
besar di sirkulasi posterior, dan stroke di pembuluh darah kecil diluar
kedua sirkulasi utama.
Stroke yang terjadi pada area sirkulasi anterior
Sirkulasi anterior otak dibentuk oleh cabang-cabang arteri karotis
interna.
Pembuluh-pembuluh
ini
dapat
teroklusi
karena
penyakit
pembuluh itu sendiri atau emboli dari tempat lain. Oklusi pada setiap
pembuluh darah utama intrakranial memiliki gejala klinis yang berbedabeda.
1. Arteri serebri media (MCA)
Oklusi pada MCA atau salah satu dari cabang utamanya paling
sering
terjadi
karena
embolus
daripada
karena
aterotrombosis
Oklusi
kontralateral,
hipestesia
umumnya
menghasilkan
kontralateral,
hemiparesis
hemanopia
homonim
terjadi
jika
lesi
terjadi
pada
hemisfer
yang
dominan.
kebingungan.
Kelumpuhan
adalah
kontralateral
palsy
atau
nervus
dengan
okulomotor
hemiplegia
dengan
ataksia
kontralateral.
Adanya
menunjukkan
Selanjutnya
dapat
keterlibatan
muncul
pedunkulus
drowsiness,abulia,
serebral.
contralateral
numbness
pada
wajah
ipsilateral
dan
ataksia
tungkai
serebelar
13
Akan tetapi, kepastian lokasi oklusi tidak dapat diambil hanya dari
gejala klinis yang berhasil diperoleh, hal tersebut dikarenakan faktorfaktor berikut :
1. Terdapat variasi individual pada sirkulasi kolateral dalam kaitannya
dengan sirkulus Wilisi. Sumbatan total sebuah arteri karotis
mungkin tidak menimbulkan gejala apabila arteri serebri anterior
sinistra dan arteri serebri media sinistra mendapat darah yang
adekuat dari arteria komunikans anterior. Apabila pasokan darah
ini tidak memadai, mungkin timbul gejala berupa kebingungan,
monoparesis atau hemiparesis kontralateral, dan inkontinensia.
2. Cukup banyak terdapat anastomosis leptomeningen antara arteria
serebri anterior, media, dan posterior di korteks serebrum.
Anastomosis juga terdapat antara arteria serebri anterior kedia
hemisfer melalui korpus kalosum.
3. Setiap arteria serebri memiliki sebuah daerah sentra yang
mendapat darah
tidak
menimbulkan
sistemik
190/110
mmHg;
gejala
tetapi
asalkan
apabila
tekanan
tekanan
darah
tersebut
faktor
neurologik
metabolik
apabila
Hiponatremia
dan
mendorong
terdapat
pembuluh
menyebabkan
terjadinya
pembengkakan
yang
defisit
stenotik.
neuron
yang
oksigen
pada
sel-sel
yang
mungkin
mengalami
Penatalaksanaan
Kegawat daruratan stroke
Waktu adalah otak merupakan ungkapan yang menunjukkan
betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena jendela
terapi dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan
cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir
pengobatan. Hal yang harus dilakukan adalah:
-
gagal napas.
Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9%
dengan kecepatan 20 ml/jam, dengan memakai cairan hipotonis
seperti dekstrosa 5% dalam air dan salin 0,45%, karena dapat
parsial.
Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati,
Terapi umum
Letakkan kepala pasien pada posisi 30, kepala dan dada pada
satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap
bila hemodinamik sudah stabil.
15
atau
kesadaran
menurun,
dianjurkan
melalui
selang
nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 23 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg
% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai
kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian
obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan,
kecuali bila tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean
Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran
dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut,
gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah
maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis
kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik
70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL
selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat
diatasi. Jika belum ter- koreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90
mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan darah
sistolik 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan- pelan selama 3
menit, maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan
16
rebound
atau
keadaan
umum
memburuk,
dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan
pemantauan
osmolalitas
(<320
mmol);
sebagai
alternatif,
dapat
17
Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila ada
infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.
Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien
menderita juga trombosis vena dalam (DVT).
Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama atau
akibat stroke. Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita komplikasi
kemungkinan tumpang tindih dengan keadaan lain seperti imobilitas, hipersekresi dll.
Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut terutama
terjadi pada pasien umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab
menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan abnormalitas
metabolisme tulang.
Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter dauer, atau
gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra eksternum akibat stroke.
Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat merupakan
komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan
Pencegahan
Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menjaga kebiasaan hidup sehat.
Kebiasaan hidup sehat itu disebut juga paradigma hidup sehat, yang berisi anjuran:7
1.Hentikan merokok,
2.Hentikan kebiasaan minum alkohol,
3.Periksa kadar kolesterol,
4.Periksa dan kontrol penyakit diabetes,
5.Berolahraga secara teratur,
6.Kontrol konsumsi garam,
7.Hindari stres dan depresi,
8.Hindari obesitas.
18
konsumsi alkohol sampai ke titik yang aman, yaitu berkisar 14 minuman dalam 1 minggu
untuk pria dan 9 minuman untuk wanita. Tetapi, titik aman tersebut tidak sama untuk semua
orang sehingga berhenti mengkonsumsi alkohol lebih baik.
19
3. Obesitas
Penurunan berat badan merupakan hal yang dianjurkan sampai dicapai
BMI 18.5-24.9kg/m2 dan lingkar pinggang <88 cm untuk wanita dan <102 cm untuk pria.
Konsumsi makanan rendah lemak dan natrium, dan banyak konsumsi buah dan sayur
dianjurkan.
4. Aktivitas fisik
Bagi penderita stroke yang mampu melakukan aktivitas fisik, latihan fisik 30-60
menit seperti berjalan, jogging, bersepeda selama 4-7 hari dalam seminggu dapat
mengurangi faktor risiko dan faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian stroke.
Prognosis
Prognosis setelah stroke iskemik akut sangat bervariasi, tergantung
pada tingkat keparahan stroke dan pada kondisi premorbid pasien, usia,
dan komplikasi poststroke. Beberapa pasien mengalami transformasi
hemoragik dari infark mereka. Hal ini diperkirakan terjadi pada 5% dari
stroke iskemik yang tidak rumit, dengan tidak adanya trombolitik.
Hemoragik
transformasi tidak
selalu
20
Daftar Pustaka
1. Burnside
JW,
McGlynn
Jakarta:EGC;2003.hal. 267-83.
2. Welsby
PD.
Pemeriksaan
TJ.
Diagnosis
fisik
dan
fisik.
Edisi
anamnesis
17.
klinis.
Jakarta:EGC;2009.hal.77-89.
3. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan.edisi 8. Jakarta:EGC;2009. Hal. 166-190.
4. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. Gangguan Peredaran Darah Otak.
Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
2003:79-102
5. Junadi,Purnawan, Kapita selekta kedokteran, Jilid ke II, Penerbit FKUI, Jakarta.
2005.h. 17-26.
6. Price SA, Wilson LM . Patofisiologi:
21